• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Karet Sungei Putih, Deli Serdang, Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 80 meterdiatas permukaan laut. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai dengan April 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah bibit karet stum mata tidur (PB 260) sebanyak 90 batang yang telah terserang JAP kategori II, Trichoderma harzianum Rifai., tepung beras, ragi tape, ragi roti, ragi tempe, gula, bekatul, jagung, kapur tanah, sulfur (belerang), top soil, PDA, Alkohol 96 %, aquades, plastik, polibag.

Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, handsprayer, wadah plastik, mikroskop binokuler, pisau, timbangan, saringan, mistar, petridish, pipet tetes, gelas ukur, erlenmeyer, laminar air flow, autoclave, inkubator, universal indicator, kamera, cork borer, kalkulator, papan nama, dan alat tulis, haemocytometer.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non-faktorial, Perlakuan terdiri dari :

V0 : Kontrol

V2 : Formulasi Tepung beras + trichoderma ( 12 : 5 )

V3 : Formulasi Tepung beras + ragi tape + trichoderma ( 12 : 1 : 5 )

V4 : Formulasi Tepung beras + ragi tape+ gula + trichoderma ( 12 : 1 : 1 : 5 ) V5 : Formulasi Tepung beras + ragi tape + bekatul +trichoderma ( 12 : 1 : 1 : 5 ) V6 : Formulasi Tepung beras + ragi tape + kapur tanah +trichoderma (12: 1 : 1 : 5) V7 : Formulasi Tepung beras + r. tape + sulfur + trichoderma ( 12 : 1 : 1 : 5 ) V8 : Formulasi Tepung beras + ragi roti + gula + trichoderma ( 12 : 1 : 1 : 5 ) V9 : Formulasi Tepung beras + ragi tempe + gula + trichoderma ( 12 : 1 : 1 : 5 ) Dengan kerapatan konidia Trichoderma 3,4 x 107 konidia/ml.

Untuk ulangan perlakuan dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (t-1) (r-1) ≥ 15 (10-1) (r-1) ≥ 15 9r – 9 ≥ 15 9r ≥ 24 r ≥ 2,66 Jumlah ulangan (r) = 3

Metode linier dari rancangan yang digunakan adalah : Yij = μ + ρi + τj + εij

Keterangan :

Yij = Hasil pengamatan pada blok ke-i dan perlakuan ke-j µ = Rataan atau nilai tengah umum

ρi = Efek dari blok ke-i

τj = Efek dari perlakuan ke-j

Σij = Efek error dari blok ke-i dan perlakuan ke-j (Bangun, 1990).

Jika sidik ragam menunjukkan efek yang nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan (DMRT).

Jumlah perlakuan : 10 perlakuan

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah polibag per plot : 3 polibag Jumlah tanaman per polybag : 1 tanaman Jumlah seluruh unit : 30 unit Jumlah serluruh tanaman : 90 tanaman

Jumlah sampel yang diamati : 3 tanaman per perlakuan Jarak antar ulangan : 120 cm

Jarak antar perlakuan : 60 cm Jarak antar polibag : 40 x 40 cm

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Stum Mata Tidur

Stum mata tidur yang digunakan berasal dari tanaman karet klon PB 260, yang berasal dari balai penelitian tanaman karet Sei Putih. Stum yang digunakan merupakan stum yang telah terserang jamur akar putih kategori II, yaitu miselium telah melekat kuat pada kulit atau diperkirakan miselium telah masuk ke kulit perakaran stum karet. Stum dikumpulkan dari hasil seleksi di pembibitan. Stum yang digunakan telah berumur ± 1,5 tahun.

Persiapan Media Tanam

Tanah diperoleh dari sekitar areal pembibitan.Tanah top soil yang akan digunakan di ayak terlebih dahulu, kemudian diletakkan pada tempat yang terlindung. Media disterilkan dengan menggunakan air panas untuk membunuh

patogen/mikroorganisme yang terdapat pada media tanam. Sterilisai air panas dilakukan dengan cara menyiramkan air panas kepermukaan tanah top soil hingga merata, kemudian dikeringanginkan di atas plastik di ruangan tertutup sampai dingin.

Penanaman Stum

Stum ditanam dalam polibag berukuran 30 x 40 cm. Polibag-polibag tersebut kemudian disusun rapi dengan jarak antar polibag 40 cm x 40 cm, jarak antar perlakuan 60 cm, jarak antar ulangan 120 cm. polibag di kelompokkan dalam setiap plot yang masing-masing plot 3 polibag, dalam setiap polibag berisi 1 stum tanaman karet, dengan 3 sampel tanaman per plot dan jumlah ulangan 3. Sehingga jumlah seluruh tanaman yaitu 90 tanaman. Stum yang sudah ditanam kemudian disiram dengan air untuk merangsang pertumbuhan akar.

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman dan penyiangan. Penyiraman mulai dilakukan sejak penanaman (1 gembor berkapasitas 3 liter/ 4 polibag), dilakukan setiap hari sekali ( pagi atau sore hari). Kecuali pada saat keadaan cuaca panas dan tanah terlalu kering, dapat dilakukan penyiraman dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Tidak dilakukan pemupukan, untuk menciptakan kondisi alami pertumbuhan T. harzianum dan menghindari pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan T. harzianum.

Penyediaan InokulumT. harzianum

Isolat T. harzianumi diperoleh dari Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Isolat T. harzianum kemudian diinokulasi ke dalam media PDA (disegarkan) dan diinkubasi selama 7 hari untuk memperoleh biakan murni.

PerbanyakanT. harzianum

Untuk melakukan pengembangbiakan massal T. harzianum digunakan media PDA. Media PDA dimasukan kedalam plastik panjang transparan yang tahan panas. Media dimasukan dengan volume 1/3 dari plastik dan di letakan dalam keadaan miring (Gambar 7). Diambil potongan isolat T. harzianum dengan cork borer dari biakan murni, kemudian diinokulasikan ke dalam media PDA dalam plastik.

Gambar 7. Perbanyakan T. harzianum dengan PDA dalam plastik, a). hari pertama inokulasi, b). 18 hari setelah inokulasi

a

Media PDA yang diinokulasikan dalam plastik dibuat sebanyak 30 media sesuai banyak perlakuan dan ulangan. Setelah itu media disimpan dalam inkubator selama 18 hari pada suhu 27 0C.

Pembuatan Formulasi Granular

50 ml akuades steril dimasukan ke dalam setiap media PDA T. harzianum di dalam plastik , kemudian plastik tersebut digoyang-goyang

hingga konidia terlepas dan tercampur ke dalam akuades (terbentuk suspensi konidia T. harzianum). Setiap 50 ml suspensi dari masing-masing plastik yang berjumlah 30 plastik, disatukan kedalam wadah sehingga diperoleh 1,5 L suspensi dengan kerapatan 3,4 x 107 konidia/ml, kemudian dimasukan ke dalam handsprayer sebanyak 150 ml suspensi per-perlakuan (Gambar 8).

Gambar 8. Suspensi T. harzianum dalam handsprayer Perlakuan V1 (Jagung + trichoderma)

Diambil jagung yang telah dihaluskan sebanyak 360 gr, substrat tersebut dimasukkan dalam kantong plastik sebanyak 120 gr/kantong plastik dan disterilkan dalam autoclav ± 15 menit pada suhu 121oC dan tekanan 1,5 atm. Setelah seluruh media steril dan dingin, suspensi T. harzianum disemprotkan

kedalam media substrat, kemudian di inkubasikan pada suhu 27 °C selama 14 hari dan siap diaplikasikan.

Perlakuan V2 (Tepung beras + trichoderma)

Sebanyak 360 gr tepung beras dimasukan ke dalam wadah besar berdiameter 30 cm. Kemudian wadah digoyang-goyang, sambil menyemprotkan 150 ml suspensi T. harzianum dengan handsprayer, sampai terbentuk butiran-butiran gumpalan tepung berukuran kecil, penyemprotan dilakukan secara merata agar tidak terjadi penggumpalan besar.

Perlakuan V3 (Tepung beras + ragi tape + trichoderma)

Sebanyak 360 gr tepung beras dimasukan ke dalam wadah besar berdiameter 30 cm, tepung dicampur secara merata dengan 30 gr ragi tape. Kemudian wadah digoyang-goyang, sambil menyemprotkan 30 ml suspensi T. harzianum dengan handsprayer, sampai terbentuk butiran-butiran gumpalan tepung berukuran kecil, penyemprotan dilakukan secara merata agar tidak terjadi penggumpalan besar.

Perlakuan V4 (Tepung beras + ragi tape + gula + trichoderma)

Sebanyak 360 gr tepung beras dimasukan ke dalam wadah besar berdiameter 30 cm, tepung dicampur secara merata dengan 30 gr ragi tape dan 30 gr gula. Kemudian wadah digoyang-goyang, sambil menyemprotkan 150 ml suspensi T. harzianum dengan handsprayer, sampai terbentuk butiran-butiran gumpalan tepung berukuran kecil, penyemprotan dilakukan secara merata agar tidak terjadi penggumpalan besar.

Perlakuan V5 (Tepung beras + ragi tape + bekatul + trichoderma)

Sebanyak 360 gr tepung beras dimasukan ke dalam wadah besar berdiameter 30 cm, tepung dicampur secara merata dengan 30 gr ragi tape dan 30 gr bekatul. Kemudian wadah digoyang-goyang, sambil menyemprotkan 150 ml suspensi T. harzianum dengan handsprayer, sampai terbentuk butiran-butiran gumpalan tepung berukuran kecil, penyemprotan dilakukan secara merata agar tidak terjadi penggumpalan besar.

Perlakuan V6 (Tepung beras + ragi tape + kapur tanah + trichoderma)

360 gr tepung beras dimasukan ke dalam wadah, tepung dicampur secara merata dengan 30 gr ragi tape dan 30 gr kapur tanah. Kemudian wadah digoyang-goyang, sambil menyemprotkan 150 ml suspensi T. harzianum dengan handsprayer, sampai terbentuk butiran-butiran gumpalan tepung.

Perlakuan V7 (Tepung beras + ragi tape + sulfur + trichoderma)

360 gr tepung beras dimasukan ke dalam wadah, tepung dicampur secara merata dengan 30 gr ragi tape dan 30 gr sulfur. Kemudian wadah digoyang-goyang, sambil menyemprotkan 30 ml suspensi T. harzianum dengan handsprayer, sampai terbentuk butiran-butiran gumpalan tepung.

Perlakuan V8 (Tepung beras + ragi roti + gula + trichoderma)

360 gr tepung beras dimasukan ke dalam wadah, tepung dicampur secara merata dengan 30 gr ragi roti dan 30 gr gula. Kemudian wadah digoyang-goyang, sambil menyemprotkan 150 ml suspensi T. harzianum dengan handsprayer, sampai terbentuk butiran-butiran gumpalan tepung.

360 gr tepung beras dimasukan ke dalam wadah, tepung dicampur secara merata dengan 30 gr ragi tempe dan 30 gr gula. Kemudian wadah digoyang-goyang, sambil menyemprotkan 150 ml suspensi T. harzianum dengan handsprayer, sampai terbentuk butiran-butiran gumpalan tepung. Berikut adalah gambar pembentukan tepung menjadi butiran didalam wadah (Gambar 9).

Gambar 9. Pembentukan granular dalam wadah, a. tepung beras, b. tepung yang telah menjadi butiran (granular)

Butiran-butiran yang dihasilkan dibungkus dalam plastik transparan, kemudian disimpan dalam suhu kamar selama 3 hari (Gambar 10.a). Setelah 3 hari butiran di jemur secara tidak langsung hingga kering selama 3 hari. Butiran-butiran yang telah kering dari setiap perlakuan (V2-V9) diayak dengan lubang ayakan ukuran diameter 2-3 mm, sehingga diperoleh granular yang berukuran seragam (Gambar 10.b). Granular kemudian dikemas dalam plastik.

Gambar 10. Formulasi granular T. harzianum, a). foto sebelum penjemuran dan pengayakan, b). foto sesudah penjemuran dan pengayakan

Aplikasi Formulasi Granular

Aplikasi formulasi granular T. harzianum dilakukan 1 minggu setelah

penanaman. Ditimbang 40 gr dari masing-masing perlakuan granular T. harzianum, kemudian diaplikasikan dengan cara menabur 40 gr granular dan

media jagung per-polibag, berdasarkan perlakuannya masing-masing. Pengaplikasian dilakukan dengan cara membongkar tanah disekitar perakaran stum, kemudian granular ditaburkan dan ditutup tanah kembali. Setelah itu tanaman disiram untuk mengaktifkan pertumbuhan T. harzianum pada granular. Pengaplikasian dilakukan terhadap stum tanaman karet yang telah terserang JAP kategori II, sehingga di harapkan formulasi dapat mengembalikan stum ke keadaan sehat.

a

Parameter Pengamatan

Intensitas Penyakit (%)

Pengamatan intensistas serangan jamur akar putih dilakukan selama 3 kali pengamatan. Pengamatan pertama dilakukan 4 minggu setelah aplikasi (MSA), 8 MSA, dan 12 MSA.

Pengamatan dilakukan dengan cara menggali sekitar perakaran stum, dilakukan secara perlahan mulai dari tanah bagian terluar hingga leher perakaran sehingga tidak merusak perakaran stum. Kemudian dilakukan pengamatan nilai kategori serangan jamur akar putih pada akar tanaman berdasarkan skala yang ditentukan. Kemudian ditutup kembali dengan tanah. Persentase intensitas penyakit jamur akar putih dihitung dengan rumus :

i Σ (nivi) i=0 IP = x 100% NV dimana :

ni = jumlah tanaman dengan skor ke-i

vi = nilai skor penyakit dari i = 0,1,2 sampai i t-skor tertinggi N = jumlah tanaman yang diamati

V = skor tertinggi (Sinaga, 2006).

Kategori Skala serangan jamur akar putih berdasarkan Balai Penelitian Sungei Putih (2012) adalah :

Skala 0 : Akar tanaman terbebas dari serangan JAP

Skala 1 : Akar tanaman ditumbuhi miselium JAP tetapi terbatas pada permukaan kulit

Skala 2 : Miselium telah melekat kuat pada kulit atau diperkirakan miselium telah masuk ke kulit

Skala 3 : Bagian kulit telah membusuk Skala 4 : Tanaman mati

Derajat Kemasaman Tanah (pH tanah)

Diukur derajat kemasaman tanah dari setiap perlakuan dengan 2 tahap.

Tahap pertama dilakukan sebelum pengaplikasian formulasi granular T. harzianum. Tahap kedua dilakukan setelah pengaplikasian. Prosedur kerja

untuk menghitung derajat kemasaman tanah adalah sebagai berikut:

- Ditimbang masing-masing 10 gram tanah dari setiap polybag, masukan kedalam masing-masing wadah.

- Dimasukan 15 ml aquades ke masing-masing wadah berisi tanah - Dicampurkan tanah dan aquades

- Diaduk selama 30 detik, kemudian diamkan campuran tanah selama 5 menit

- Dimasukan kertas universal indicator kedalam wadah berisi campuran tanah dan air. Diamati perubahan warnanya. (Syarief, 1998)

Tinggi Tunas

Pengukuran tinggi tunas stump dilakukan pada akhir percobaan, yaitu pada 12 Msa. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar (cm). Pengukuran

dilakukan dengan mengukur tinggi tunas mulai dari pangkal tunas, sampai titik tertinggi pertumbuhan payung tunas yang telah tumbuh.

Dokumen terkait