• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2011 sampai bulan Maret 2012 di Laboratorium Mikologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Isolasi Fusarium

Isolat fusarium diperoleh dari umbi bawang merah sehat dan tanah pertanaman bawang merah yang berasal dari 3 kecamatan di Probolinggo yaitu Gending, Pajarakan, dan Mayangan. Umbi bawang merah disterilisasi permukaannya dengan alkohol 70% kemudian dipotong dadu berukuran 1x1x1 cm. Potongan umbi kemudian ditanam dalam media selektif F. oxysporum yaitu media PCNB Agar (Agar 20 g, peptone 5 g, KH2PO4 1 g, MgSO4.7H2O 0.5 g, air

destilata 1000 ml, streptomycin 300 mg, dan PCNB 75% WP 1 g). Isolat yang didapat diberi kode lalu dimurnikan dan diperbanyak pada media Potato Dextrose

Agar (PDA).

Selain dari umbi, isolasi fusarium juga dilakukan dari tanah dengan cara memindahkan 10 g tanah contoh ke dalam 90 ml air destilata steril (pengenceran 10-1). Suspensi tanah tersebut kemudian digojok dengan kecepatan 120 rpm selama 20 menit. Setelah itu dilakukan pengenceran berseri hingga pengenceran 10-5, 1 ml suspensi tanah dari masing-masing pengenceran dituang ke media PCNB Agar. Isolat yang didapat diberi kode kemudian dimurnikan dan diperbanyak pada media PDA.

Cendawan yang berasal dari Kecamatan Gending diberi kode G, Pajarakan diberi kode P, Mayangan diberi kode M, dan kode T untuk cendawan yang berasal dari tanah. Huruf berikutnya pada kode isolat berturut-turut adalah nomor bahan, ulangan (untuk yang dari tanah maka pengencerannya), lalu nomor koloni. Misalkan umbi ke-3 potongan (ulangan) ke-1 dan koloni ke-b dari kecamatan Gending maka kode isolatnya G31b, dan seterusnya.

Uji Penapisan

Uji penapisan dilakukan untuk memilah-milah isolat.yang bersifat patogenik dan yang non-patogenik. Sebanyak 21 isolat Fusarium sp. berumur 1 pada media PDA minggu dicampur dengan air destilata steril sebanyak ± 300 ml untuk mendapatkan suspensi konidia dengan konsentrasi 1x106 /ml. Pengukuran konsentrasi konidia dilakukan dengan alat bantu hemasitometer. Inokulasi dilakukan dengan meletakkan bagian piringan batang bibit bawang pada kertas tissue yang telah disiram dengan 50 ml suspensi Fusarium sp. dan diinkubasikan selama ± 12 jam.

Bibit tersebutkemudian ditanam dalam pot berdiameter 12 cm berisi media berupa campuran tanah, dan kompos dengan komposisi 1:1 (v/v). Pengaruh perlakuan isolat fusarium terhadap pertumbuhan bawang merah yang meliputi jumlah daun dan tinggi tanaman diamati setiap minggu. Apabila hasilnya lebih baik atau sama dengan tanpa perlakuan dan tidak menimbulkan gejala busuk pangkal batang maka diasumsikan bahwa isolat tersebut merupakan F. oxysporum

non-patogenik yang berpotensi sebagai agen antagonis (Widodo 2000), sedangkan isolat yang menimbulkan gejala busuk pangkal dan gejala seperti terpelintirnya daun dinyatakan bahwa isolat tersebut bersifat patogenik. Selama pengujian tanaman bawang merah dirawat dengan melakukan penyiraman ketika diperlukan. Selain pada pertumbuhan tanaman, pengamatan juga dilakukan terhadap munculnya gejala penyakit busuk pangkal batang.

Uji Pengaruh Isolat Terhadap Tanaman Uji Selain Bawang Merah

Dalam percobaan ini, tanaman uji yang digunakan adalah mentimun. Uji ini dilakukan terhadap 6 isolat yang mampu memacu pertumbuhan bawang merah dan 1 isolat yang bersifat patogenik. Tujuan percobaan ini adalah melihat pengaruh isolat terhadap pertumbuhan tanaman uji secara cepat. Benih mentimun yang digunakan adalah varietas Venus. Benih diletakkan pada kertas tissue yang sudah disiram dengan 50 ml suspensi isolat uji dengan kepadatan konidia 106 /ml kemudian diinkubasikan selama ± 12 jam. Sebagai kontrol, benih mentimun diletakkan pada kertas tissue yang hanya disiram dengan 50 ml air steril. Benih yang diberi perlakuan ditanam dalam baki semai, dimana dalam 1 perlakuan

terdiri dari 18 tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap bobot kering tanaman pada umur 6 minggu setelah tebar.

Penyiapan Inokulum F. oxysporum f.sp. cepae

Isolat F. oxysporum f.sp. cepae diperbanyak dengan cara membiakkannya dalam medium cair Potato Dextrose Broth (PDB) dan digojok selama 7 hari dengan kecepatan 120 rpm. Setelah 7 hari, biakan tersebut dipisahkan antara cairan dan propagul dengan cara disaring dengan kertas saring sebanyak 4 lapis. Pelet yang terkumpul dihancurkan dengan blender dan disuspensikan ke dalam 200 ml air steril. Suspensi tersebut kemudian dicampur dengan 1 kg tanah yang telah disterilisasi dengan autoklaf (121°C, 100 kPa) 2 kali berturut-turut dengan selang waktu 24 jam. Setelah itu, tanah yang telah diberi suspensi F. oxysporum

f.sp. cepae diinkubasi selama 4 minggu agar terbentuk klamidospora. Kerapatan populasi klamidospora dihitung dengan metode pengenceran pada medium PCNB Agar. Tanah yang mengandung klamidospora disimpan dalam suhu ± 17°C dan digunakan sebagai sumber inokulum patogen pada pengujian selanjutnya.

Uji Keefektifan dalam Mengendalikan F. oxysporum f.sp. cepae

Pengujian keefektifan NPFo dalam mengendalikan penyakit busuk pangkal batang dilakukan dengan metode perlakuan terhadap bibit bawang merah. Bibit bawang merah direndam dengan suspensi isolat NPFodengan konsentrasi 103/ml selama ± 12 jam. Perendaman dilakukan dengan metode peletakan piringan batang bibit bawang pada kertas tissue yang telah disiram dengan 50ml suspensi isolat uji. Bibit yang telah diberi perlakuan, kemudian ditanam dalam pot berdiameter 12 cm dengan media tanah yang telah diberi isolat patogen dalam bentuk klamidospora dengan konsentrasi 103 klamidospora/g tanah. Sebagai pembanding, dilakukan perlakuan dengan fungisida berbahan aktif benomil. Sementara itu, sebagai kontrol bibit bawang hanya direndam dalam air steril dengan metode yang sama.

Selama pengujian tanaman bawang merah dirawat dengan melakukan penyiraman ketika diperlukan. Pemberian pupuk NPK (15 : 15 : 15) 2 kali yaitu pada saat 2 minggu setelah tanam (MST) dan 4 MST dengan dosis 2 g/pot. Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan, dimana masing-masing ulangan terdiri dari 10

tanaman. Percobaan ini dilakukan 2 kali untuk mengetahui konsistensinya. Peubah yang diamati yaitu jumlah daun, tinggi tanaman, hasil panen dan tingkat kejadian penyakit. Tingkat kejadian penyakit dihitung dengan rumus sebagai berikut

Jumlah tanaman sakit / Jumlah tanaman contoh x 100% Sedangkan tingkat efikasi dihitung dengan menggunakan rumus

(kk-kp) / kk x 100% Keterangan : kk=Kejadian penyakit pada kontrol

kp=Kejadian penyakit pada perlakuan.

Penghitungan peningkatan hasil produksi yaitu dengan rumus sebagai berikut (Hasil panen perlakuan – Hasil panen kontrol) / Hasil panen kontrol x 100%.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalis dengan menggunakan analisis sidik ragam (Anova) dengan program SAS 9.1.3 pada taraf nyata 0.05. Jika hasil Anova berbeda nyata, dilanjutkan pengujian lanjut dengan uji Duncan pada taraf nyata 0.05.

Dokumen terkait