Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur yang terletak pada ketinggian 190 mdpl dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai Agustus 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang diuji terdiri dari 7 genotipe potensial, yaitu B0, M0, P0, SMO64, R0, P, NP dan 2 pembanding EF1 dan PrmT. Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi ajir, meteran, tray, alat tulis, kamera, penetrometer, handrefractometer dan alat-alat pertanian umum. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, Urea, NPK mutiara, SP-36 dan KCl. Untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit digunakan, pestisida nabati, furadan 3G, Curacron, Antracol, Kelthane.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor dengan 7 genotipe potensial tomat dan 2 pembanding sebagai perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 25 tanaman dengan 10 tanaman contoh, jarak tanam 60 cm x 60 cm. Secara statistik model rancangan yang digunakan adalah :
Yij = µ + τi + βj + εij Keterangan:
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan genotipe ke-i βj = Pengaruh ulangan ke-j
εij = Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i dan ulangan ke-j i = 1,2,3,..9
j = 1,2,3
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-F dan apabila hasil yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan uji nilai tengah dengan menggunakan uji Dunnett pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Persemaian dan Penanaman
Benih dikecambahkan dalam bak semai menggunakan media tanam bokasi yang telah disterilkan. Setelah berumur tiga minggu tanaman dipindahkan ke bumbungan selama tiga minggu. Lokasi persemaian berada di dalam nethouse. Perawatan persemaian berupa penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari.
Sebelum penanaman, lahan dibersihkan dari gulma dan diolah dengan menggunakan cangkul dan kored, lalu lahan dibiarkan terjemur matahari selama dua minggu. Setelah 2 minggu pupuk kandang dan pupuk dasar yaitu SP-36 dicampur merata dengan tanah kemudian dilakukan pembuatan bedengan. Bibit tomat ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm dan setiap bedengan ditanami 2 baris tomat. Penanaman dilakukan dengan cara transplanting dan setelah itu dilakukan penyiraman. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl diberikan dengan cara melingkar.
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiangan, penyiraman, pengajiran, pemangkasan, perempelan, pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penyiangan dilakukan pada gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari.
Pengajiran dilakukan untuk membantu tanaman agar kokoh, mengoptimalkan sinar matahari ke tanaman, membantu penyebaran tunas, daun, ranting tomat supaya teratur dan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2 MST. Ajir dipasang tegak di setiap tanaman tomat dengan jarak 10 cm, tanaman diikatkan ke ajir dengan menggunakan tali rafia dengan membentuk angka 8. Pengajiran dilakukan kepada semua tanaman baik tomat determinate maupun indeterminate.
Pemupukan dilakukan seminggu sekali. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 8 g/L air. Penyemprotan pestisida yang digunakan antara lain Antracol dengan dosis 2 g/L air.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan tiap minggu. Beberapa peubah yang diamati pada penelitian ini adalah peubah fisik dan kimia. Pengamatan yang diamati meliputi:
1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tanaman setelah panen kedua.
2. Jumlah daun majemuk, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe. 3. Umur berbunga, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe. 4. Umur panen, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe. 5. Jumlah fruitset, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe.
6. Ukuran buah, meliputi diameter buah dari 10 buah setiap genotipe di setiap ulangan.
7. Bobot per buah, diamati dari 10 buah tiap genotipe di setiap ulangan. 8. Bobot buah per tanaman, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe. 9. Kekerasan pada buah diukur dengan menggunakan alat penetrometer. 10.Kandungan padatan terlarut total diukur dengan menggunakan
handrefractometer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Agustus 2011. Penyemaian dilakukan di kebun IPB Tajur, benih yang berkecambah mengalami etiolasi karena kekurangan cahaya matahari saat disemai beberapa saat sebelum penanaman bibit atau transplanting.
Penanaman bibit dilakukan saat bibit berumur 42 hari, seharusnya penanaman bibit dilakukan ketika bibit berumur 25-35 hari, kondisi ini disebabkan terlambat dalam melakukan pembumbunan. Disamping itu kondisi ruang semai yang kurang pencahayaan serta kelembaban relatif tinggi, beberapa bibit yang telah dibumbun terserang jamur. Penanaman bibit dilakukan pada pagi hari agar tanaman tidak mengalami stres. Berdasarkan data Stasiun Meteorologi dan Geofisika, Bogor (2008), pada bulan April hingga Agustus, di kebun percobaan IPB Tajur curah hujan rata-rata 188,34 mm/bulan, suhu 25,54°C dan kelembaban 82,1%.
Menurut Sutarya et al (1995) waktu tanam tomat yang baik adalah ditanam sebelum musim hujan berakhir yakni bulan April-Mei, sehingga curah hujan tidak menyebabkan kerusakan batang tanaman dan meningkatnya serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).
Penanaman dilakukan pada bulan April, namun karena perubahan iklim global menyebabkan hingga bulan Juni hujan masih sering turun, hal ini mengakibatkan beberapa tangkai tomat patah dan akibat kondisi lembab disertai suhu yang tinggi beberapa tanaman tomat terserang OPT.
Gambar 1. Penampilan tanaman penelitian di Kebun Percobaan IPB Tajur (A) Penampakan tanaman penelitian (B) Batang tanaman yang patah akibat deraan hujan.
Beberapa hama yang menyerang tomat selama penelitan adalah ulat buah tomat (Helicoverpa armigera Hubn.) dan ulat grayak (Spodoptera litura F.). Serangan hama tersebut tidak menurunkan kuantitas hasil panen, namun menurunkan kualitas hasil atau penampilan buah.
Gambar 2. Tomat yang terserang hama (A) ulat buah tomat (Helicoverpa armigera Hubn.) (B) ulat grayak (Spodoptera litura F.).
Penyakit yang menyerang tanaman tomat antara lain: penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani Kuhn. yang menyerang bibit semai tomat di persemaian, penyakit antraknos (Colletotrichum coccodes) dengan serangan tidak parah, penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum) yang menyerang beberapa tanaman contoh, serta penyakit virus kuning dan daun menggulung yang menyebabkan tanaman menjadi kerdil.
Gambar 3. Penampilan tanaman tomat yang terserang penyakit (A) penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum) (B) Virus Kuning Daun Menggulung (TYLCV)
Rekapitulasi Uji F Berbagai Peubah
Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi sidik ragam pada berbagai peubah yang diamati menunjukkan bahwa perlakuan genotipe berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun majemuk, jumlah fruit set, umur berbunga, umur panen, panjang buah, diameter buah, diameter tinggi buah, kekerasan pangkal buah, kekerasan tengah buah, kekerasan ujung buah, PTT, TAT, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, dan bobot per buah. Perlakuan genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya (Tabel 2).
Tabel 2. Rekapitulasi Uji F Berbagai Peubah
Peubah KT F hit KK (%)
Tinggi Tanaman 728.066615** <.0001 6.31
Jumlah Daun Majemuk 145.839583** <.0001 6.67
Jumlah Fruit Set 80.2190972** <.0001 14.61
Umur Berbunga 11.94270833** <.0001 2.49
Umur Panen 76.65277778** 0.0005 1.31
Panjang Buah 47.8583384tn 0.1130 9.79
Diameter Buah 63.3719045* 0.0113 10.51
Diameter Tinggi Buah 89.6179259** 0.0036 6.97
Kekerasan Pangkal Buah 143.852057* 0.0157 17.50
Kekerasan Tengah Buah 197.268924* 0.0321 16.53
Kekerasan Ujung Buah 258.767999* 0.0270 20.62
PTT 0.29220677tn 0.398 6.75
TAT 0.01220816** 0.0098 12.96
Jumlah Buah per Tanaman 493.574670** 0.0008 20.44
Bobot Buah per Tanaman 695284.345* 0.0219 23.81
Bobot per Buah 329.761648* 0.0107 16.52
Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5%
** berpengaruh nyata pada taraf 1%
tn
tidak berpengaruh nyata
Hasil di atas juga menunjukkan bahwa terdapat berbagai nilai koefisien keragaman (KK) pada sejumlah peubah yang diamati. Nilai KK tertinggi ditunjukkan oleh peubah bobot buah per tanaman sementara nilai KK terendah
dimiliki oleh peubah umur panen. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap peubah yang diamati. Nilai KK menunjukkan tingkat ketepatan perlakuan dan menunjukkan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan oleh suatu percobaan (Gomez dan Gomez, 1995).
Peubah Vegetatif
Dari ke-9 genotipe dan varietas yang diuji, tiga diantaranya memiliki tipe pertumbuhan determinate (R0, NP dan EF1) dan enam lainnya memiliki tipe pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt). Peubah yang diamati saat fase vegetatif adalah tinggi tanaman dan jumlah daun majemuk.
Tinggi Tanaman
Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan determinate pada ujung tanaman terdapat tandan bunga dan pada setiap ruas batang, sehingga tinggi tanaman setelah fase generatif muncul cenderung stabil (Jaya, 1997), seperti pada genotipe R0, NP dan varietas EF1. Sedangkan tanaman yang memiliki tipe pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt) memiliki percabangan yang rimbun dan tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda.
Kedua tipe pertumbuhan tersebut mempunyai karakter yang menguntungkan dan merugikan. Menurut Harjadi (1989) tanaman tomat dengan tipe indeterminate pematangan buahnya tidak serempak sehingga dapat dipanen berkali-kali. Oleh sebab itu tomat jenis ini sangat cocok untuk tujuan konsumsi segar. Kerugiannya menurut Villareal (1980) tomat jenis ini memerlukan budidaya yang sangat intensif karena memerlukan penopang ajir dan tenaga kerja yang lebih banyak.
Pada awal pertumbuhan tinggi tanaman masih terlihat seragam, belum terlihat perbedaan antara varietas yang bersifat determinate dan indeterminate. Pada awal pertumbuhan tinggi tanaman pada sembilan genotipe dan varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada umur 1 MST hingga 5 MST. Tinggi tanaman baru menunjukkan perbedaan pada umur 6 MST.
Tabel 3 menunjukkan tinggi tanaman genotipe B0, P0, dan P lebih tinggi dibandingkan dengan varietas EF1 tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Prmt. Genotipe R0 memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan dua varietas pembanding. Sedangkan genotipe M0, SMO64 dan NP tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding.
Tabel 3. Nilai Tengah Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Majemuk 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding.
Genotipe Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun
Majemuk B0 129.30a 44.9 M0 110.17 42.3 P0 118.80a 37.3b SMO64 110.23 41.2 R0 68.85ab 20.8ab NP 92.45 27.8ab P 120.17a 40.9 EF1 95.75 38.2 Prmt 113.30 47.4
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.
Jumlah Daun
Pada tanaman bertipe indeterminate yang memiliki percabangan rimbun, mempunyai jumlah daun yang lebih banyak dibanding tanaman dengan tipe pertumbuhan determinate. Jumlah daun pada sembilan genotipe dan varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari 1 MST hingga 6 MST.
Pengamatan menunjukkan (Tabel 3) semua genotipe tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Genotipe P0 memiliki jumlah daun majemuk lebih rendah dibandingkan varietas Prmt. Jumlah daun majemuk genotipe R0 dan NP lebih sedikit dari pada dua varietas EF1 dan Prmt, dikarenakan tanaman mengalami penurunan jumlah daun karena di lapang mengalami serangan OPT.
Peubah Generatif
Penelitan ini mengamati karakter kuantitatif pada fase generatif seperti pengamatan pada umur berbunga, umur panen dan jumlah fruit set tanaman tomat yang diteliti. Pengamatan umur berbunga dan umur panen ditentukan dari jumlah hari setelah transplanting hingga 75% bunga mekar (umur berbunga) atau buah masak (umur panen).
Gambar 4. Penampilan fruitset beberapa genotipe penelitian (A) Genotipe P0 (B) Genotipe M0 (C) Genotipe SMO64.
Tabel 4. Nilai Tengah Umur Berbunga, Umur Panen, dan Jumlah Fruit Set 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding.
Genotipe Umur Berbunga (hari) Umur Panen (hari) Jumlah Fruit Set B0 23a 74 22.3a M0 24 74 18.2 P0 27b 77b 9.8b SMO64 25b 77b 15.7 R0 30ab 76b 6.2ab NP 30ab 78ab 6.7ab P 26b 78ab 13.7b EF1 25 75 13.5 Prmt 23 72 20.1
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.
Berdasarkan Tabel 4, pada peubah umur berbunga, genotipe B0 lebih cepat dibandingkan varietas EF1, namun lebih lambat dibandingkan dengan varietas Prmt. Umur berbunga genotipe P0, SMO64 dan P lebih lama dibandingkan dengan varietas Prmt. Sedangkan umur berbunga genotipe R0 dan NP lebih lama dibandingkan dua varietas pembanding.
Umur panen genotipe B0 dan M0 tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding, umur panen genotipe SMO64 dan R0 lebih lama dibandingkan varietas Prmt. Umur panen genotipe NP dan P lebih lama dibandingkan dua varietas pembanding. Pada peubah fruit set, genotipe B0 lebih banyak dibandingkan varietas EF1, fruit set genotipe P0 dan P lebih sedikit dibanding varietas Prmt dan fruit set genotipe R0 dan NP lebih sedikit dibandingkan dua varietas pembanding.
Produksi
Karakter jumlah buah dihitung setiap panen. Bobot buah per tanaman dijumlahkan dari panen pertama hingga panen ke-5. Tabel 5 menunjukkan bahwa genotipe SMO64, R0 dan NP memiliki jumlah buah pertanaman lebih rendah dibandingkan dua varietas pembanding EF1 dan Prmt.
Tabel 5. Nilai Tengah Produksi 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding Genotipe Jumlah Buah
per Tanaman Bobot Buah per Tanaman (gr) Bobot per Buah (gr) Produktivitas Ton/ha B0 46.0 2411.8 47.34 38.01 M0 48.9 1889.4 38.89 34.00 P0 34.8 1666.4 43.27 27.67 SMO64 25.0ab 1798.8 73.94ab 32.38 R0 9.6ab 952.7ab 63.60 12.74 NP 24.8ab 1239.4 47.26 26.66 P 33.0 1277.8a 47.65 20.78 EF1 50.7 2497.5 50.03 44.95 Prmt 53.3 2310.4 43.98 42.58
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding E F1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.
Sedangkan jumlah buah pertanaman genotipe B0, M0, P0, dan P tidak berbeda nyata dibandingkan dengan dua varietas pembanding. Jumlah buah pertanaman genotipe yang diamati berkisar antara 9.6-48.9 buah, sedangkan jumlah buah pada varietas yang menjadi pembanding berkisar 50.7-53.3 buah (Tabel 5).
Bobot Buah per Tanaman
Bobot buah pertanaman dari suatu genotipe yang diuji berkisar antara 952.7-2411.8 gram, untuk varietas pembanding berkisar 2310.4-2497.5 gram (Tabel 5). Pada data terlihat bahwa genotipe B0, M0, P0, SMO64 dan NP memilki bobot buah pertanaman tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding. Bobot buah pertanaman genotipe P menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan varietas EF1. Bobot buah pertanaman genotipe R0 lebih rendah dibandingkan kedua varietas pembanding.
Produktivitas suatu genotipe yang diuji berkisar 12,74-38,01 ton/ha, sedangkan varietas pembanding berkisar 42,58-44,95 ton/ha (Tabel 5). Genotipe B0 memiliki produktivitas paling besar dibandingkan genotipe yang lain berkisar 38,01 ton/ha, menyusul genotipe M0 (34,00 ton/ha) dan SMO64 (32,38 ton/ha). Terendah R0 hanya berkisar 12,74 ton/ha.
Bobot Rata-rata Buah
Dalam budidaya tomat, perlu mengetahui tujuan pemasarannya. Tomat memiliki ukuran yang beragam, diameter buah juga berkorelasi dengan bobot buah, walaupun tidak ada pengaruh antara bobot buah dengan tipe buah (Jones, 2008). Bobot rata-rata buah merupakan hasil bagi antara bobot buah per tanaman dengan jumlah buah.
Pada panen pertama dan kedua genotipe dan varietas pembanding memiliki bobot rata-rata buah lebih tinggi dibanding bobot rata-rata akhir, hal ini disebabkan pada panen akhir terdapat jumlah buah yang banyak namun bobotnya relatif kecil, sehingga mempengaruhi bobot rata-rata buah akhir. Bobot rata-rata buah dari genotipe yang diuji berkisar 38.89-73.94 gr/buah. Sedangkan varietas berkisar 43.98-50.03 gr/buah (Tabel 5). Semua genotipe memiliki nilai yang tidak
berbeda nyata dengan varietas E F1 dan Prmt, sedangkan bobot perbuah genotipe SMO64 lebih tinggi dibandingkan dua varietas pembanding.
Gambar 5. Keragaan Tujuh Genotipe dan Dua Varietas Pembanding Tomat
Peubah Kualitatif
Pada pengamatan dimensi buah dilakukan tiga pengukuran panjang (lingkar buah), lebar (bentuk ujung buah) dan tinggi buah. Hal ini guna memperoleh gambaran rata-rata bentuk dasar buah tomat, sehingga dapat dikategorikan kedalam buah bulat pipih, bulat, bulat persegi, silinder dan pear (Jaya, 1997).
Pada peubah diameter buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding, kecuali diameter lebar buah genotipe SMO64 lebih besar dibandingkan varietas EF1 dan Prmt. Pada peubah diameter tinggi buah (DTB), semua genotipe tidak berbeda nyata dengan pembanding, kecuali DTB genotipe R0 lebih kecil dibandingkan varietas EF1. DTB genotipe P0 dan P lebih tinggi dibandingkan varietas Prmt (Tabel 6).
Kekerasan Buah
Nilai kekerasan buah diukur dengan penetrometer, kekerasan buah makin tinggi bila nilai pada penetrometer makin kecil. Berdasarkan Tabel 5 pada peubah kekerasan pangkal buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding, kecuali kekerasan pangkal buah genotipe R0 lebih tinggi dibandingkan varietas EF1. Pada peubah kekerasan tengah buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding, genotipe R0 lebih tinggi
dibandingkan dua varietas pembanding yaitu EF1 dan Prmt. Pada peubah kekerasan ujung buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding. Kekerasan ujung buah genotipe R0 lebih tinggi dibandingkan varietas EF1 dan Prmt.
Total Asam Tertitrasi
Secara umum nilai TAT genotipe dan varietas yang diuji berkisar 0.31-0.55. TAT semua genotipe yang diamati tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding (EF1 dan Prmt), kecuali pada genotipe R0 lebih tinggi dibandingkan varietas EF1 (Tabel 6).
Kandungan total asam tertitrasi dipengaruhi oleh faktor asam-asam organik pada buah. Asam-asam organik ini digunakan sebagai substrat dalam proses reaksi metabolisme sebagai cadangan makanan yang nantinya akan diubah menjadi gula atau direspirasikan (Santoso dan Purwoko, 1995).
Tabel 6. Nilai Tengah Dimensi Buah, Kekerasan Buah, dan TAT 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding.
Genotipe Diameter Buah (mm) PanjangBuah (mm) Kekerasan Pangkal Buah Kekerasan Tengah Buah Kekerasan Ujung Buah TAT B0 35.43 56.28 31.44 46.52 46.93 0.34 M0 31.30 50.03 35.11 48.20 42.63 0.46 P0 32.78 59.19b 26.67 39.89 29.33 0.34 SMO64 46.63ab 54.31 32.22 41.74 40.33 0.38 R0 38.13 44.66a 54.06a 70.78ab 67.28ab 0.55a NP 34.11 57.63 35.06 49.61 36.06 0.31 P 33.22 63.19b 28.63 41.96 31.74 0.36 EF1 32.87 57.10 25.22 37.56 38.45 0.36 Prmt 31.18 46.46 36.06 41.78 40.11 0.42
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.
Heritabilitas
Nilai heritabilitas berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti bahwa variabilitas fenotipe terutama disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan variabilitas dengan nilai 1 berarti variabilitas fenotipe terutama disebabkan oleh genotipe. Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya makin mendekati 0 heritabilitasnya makin rendah. Heritabilitas dalam arti luas digunakan untuk menduga nilai proporsi pengaruh genetik terhadap penampilan fenotipe. Tabel 7 menunjukkan nilai duga heritabilitas yang diamati dengan kisaran 70.55-96.52%.
Tabel 7. Nilai Duga Heritabilitas dalam Arti Luas
No Peubah h² bs (%)
1 Tinggi Tanaman 93.55 (tinggi)
2 Jumlah Daun Majemuk 95.44 (tinggi)
3 Jumlah Fruit Set 94.49 (tinggi)
4 Umur Berbunga 96.52 (tinggi)
5 Umur Panen 89.66 (tinggi)
6 Diameter Buah 78.20 (tinggi)
7 Diameter Tinggi Buah 83.82 (tinggi)
8 Kekerasan Pangkal Buah 76.13 (tinggi)
9 Kekerasan Tengah Buah 70.55 (tinggi)
10 Kekerasan Ujung Buah 72.06 (tinggi)
11 TAT 79.03 (tinggi)
12 Jumlah Buah per Tanaman 88.67 (tinggi)
13 Bobot Buah per Tanaman 73.76 (tinggi)
14 Bobot per Buah 78.56 (tinggi)
Pendugaan nilai karakter dengan nilai duga heritabilitas tinggi menunjukkan karakter yang muncul terutama lebih banyak dikendalikan oleh faktor genetik dan sedikit dipengaruhi lingkungan. Suatu populasi yang secara genetik berbeda yang hidup pada lingkungan yang sama kemungkinan besar dapat memperlihatkan nilai duga heritabilitas yang berbeda untuk suatu karakter yang sama. Begitu pula sebaliknya. Nilai heritabilitas dipengaruhi oleh antara lain
faktor karakteristik populasi, sampel genotipe yang dievaluasi serta metode perhitungan (Fehr, 1987).
Menurut Syukur et al. (2009) tinggi rendahnya nilai heritabilitas digolongkan berdasarkan tiga kategori : a). Rendah (H2bs< 0.2), b). Sedang (0.2 ≤ H2bs≤ 0.5), c). Tinggi (H2bs> 0.5). Karakter 14 peubah yang diamati terbukti memiliki heritabilitas yang tinggi (h² bs = 70.55-96.52%, Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa penampilan lebih ditentukan oleh faktor genetik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Genotipe R0, NP dan EF1 memiliki tipe pertumbuhan determinate sedangkan B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt memiliki tipe pertumbuhan indeterminate. Tinggi tanaman genotipe B0, P0 dan P lebih tinggi dibandingkan varietas EF1. Pada pengamatan jumlah daun genotipe R0 dan NP lebih sedikit dibandingkan dengan varietas pembanding.
Pada pengamatan umur berbunga genotipe M0 yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Umur panen genotipe B0 dan M0 tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Genotipe M0 dan SMO64 memiliki nilai fruitset yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding.
Tiga genotipe (B0, M0 dan SMO64) yang diuji menunjukkan produktivitas diatas 30 ton/ha, walaupun dari segi produktivitas masih di bawah varietas pembanding. Genotipe EF1 menghasilkan bobot total terbesar, genotipe SMO64 memiliki ukuran buah serta bobot rata-rata buah paling tinggi, pada peubah kualitatif secara umum semua genotipe tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding, kecuali genotipe R0.
Karakter 14 peubah yang diamati terbukti memiliki heritabilitas yang tinggi (h² bs = 70.55-96.52%). Hal ini menunjukkan bahwa penampilan lebih ditentukan oleh faktor genetik. Karakter tersebut lebih mudah diwariskan pada generasi berikutnya, sehingga seleksinya dapat dilakukan pada generasi awal.
Saran
Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti dalam pengujian genotipe- genotipe introduksi, maka diperlukan pengujian lebih lanjut dengan mengelompokkan ke dalam kategori yang tingkat potensinya tidak terlalu berbeda. Perlu dilakukan kegiatan pemuliaan untuk genotipe dengan jumlah buah tinggi namun rentan terhadap serangan OPT.