• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji daya hasil 9 genotipe tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) pada budidaya dataran rendah (Tajur, Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji daya hasil 9 genotipe tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) pada budidaya dataran rendah (Tajur, Bogor)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA HASIL 9 GENOTIPE TOMAT

(

Lycopersicum esculentum

Mill.) PADA BUDIDAYA DATARAN

RENDAH (TAJUR, BOGOR)

ACHMAD DIMYATI

A24070174

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

ACHMAD DIMYATI. Uji Daya Hasil 9 Genotipe Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) pada Budidaya Dataran Rendah (Tajur, Bogor). (Dibimbing oleh SOBIR).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil dan kualitas 9 genotipe

potensial tomat yang ditanam di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di Kebun

Percobaan IPB Tajur yang terletak pada ketinggian 190 mdpl dan Laboratorium

Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Penelitian dimulai

bulan Maret sampai Agustus 2011. Bahan yang diuji terdiri atas 7 genotipe

potensial, yaitu B0, M0, P0, SMO64, R0, P, NP dan 2 pembanding EF1(EMS)

dan PrmT (Permata).

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

(RKLT) satu faktor dengan 7 genotipe potensial tomat dan 2 pembanding sebagai

perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan.

Dari semua genotipe dan varietas yang diuji, tiga diantaranya memiliki

tipe pertumbuhan determinate (P, R0 dan EF1) dan enam memiliki tipe

pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt). Dari hasil

penelitian, dapat dilihat bahwa pertumbuhan genotipe yang diuji cukup baik, tiga

genotipe (B0, M0 dan SMO64) yang diuji memiliki potensi produktivitas diatas

30 ton/ha, walaupun dari segi produktivitas masih di bawah varietas pembanding.

Dari keseluruhan peubah yang diamati genotipe B0 memiliki tinggi

tanaman tertinggi, varietas Prmt memiliki jumlah daun dan jumlah buah

terbanyak, varietas E F1 menghasilkan bobot terbesar, genotipe SMO64 memiliki

ukuran buah serta bobot rata-rata buah paling tinggi.

Karakter semua peubah yang diamati terbukti memiliki heritabilitas yang

tinggi (h² bs = 70.55-96.52%). Hal ini menunjukkan bahwa penampilan lebih

ditentukan oleh faktor genetik. Karakter demikian lebih mudah diwariskan pada

(3)

UJI DAYA HASIL 9 GENOTIPE TOMAT

(

Lycopersicum esculentum

Mill.) PADA BUDIDAYA DATARAN

RENDAH (TAJUR, BOGOR)

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ACHMAD DIMYATI

A24070174

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

JUDUL

: UJI DAYA HASIL 9 GENOTIPE TOMAT

(

Lycopersicum esculentum

Mill.) PADA BUDIDAYA

DATARAN RENDAH (TAJUR, BOGOR)

NAMA : ACHMAD DIMYATI

NIM

: A24070174

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sobir, MSi NIP: 19640512 198903 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen

Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP: 19611101 198703 1 003

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Leuwidinding, Kabupaten Cirebon, Provinsi

Jawa Barat pada tanggal 28 Januari 1989. Penulis merupakan anak kedua dari

delapan bersaudara dari Bapak Djafar dan Ibu Anah.

Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri Harapan Baru V, kemudian pada

tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan SLTP Negeri 1 Bekasi. Penulis

menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Bekasi pada tahun 2007. Tahun 2007

penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Agronomi dan Hortikultura.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi

dan kepanitiaan. Penulis tergabung dalam pengurus Bimbingan Remaja dan

Anak-anak (BIRENA) pada tahun 2007. Penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa

(BEM) Tingkat Persiapan Bersama pada tahun 2008 dan menjadi koordinator

acara TPB SEHAT. Penulis menjabat sebagai Kepala Divisi Infokom Forum

Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) Fakultas Pertanian tahun 2008-2009.

Pada program Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada tahun 2010, penulis menjadi

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curah kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi kita semua. Alhamdulillah penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Uji Daya Hasil 9

Genotipe Tomat (Lycopersicum esculentum MILL.) pada Budidaya Dataran

Rendah (Tajur, Bogor) ”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Dr. Ir. Sobir, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Rahmi Yunianti, SP. MSi dan Dr. Ir. Memen Surachman, MSc.Agr

selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam

penulisan skripsi.

3. Ir. Jan Barlian selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

motivasi dalam menjalankan studi di AGH.

4. Orang tua beserta seluruh keluarga besar yang telah memberikan cinta dan

kasih sayang serta selalu mendukung dalam segala aktivitas.

5. Bapak Endang, Mas Awang serta seluruh pegawai Kebun Percobaan

PKBT Tajur yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung.

6. Segenap jajaran Dosen dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura

IPB yang telah memberikan ilmu dan pelayanan terbaik selama kuliah.

7. Warga Guinevere City : Away, Sidik, Akhir, Bowo, Joko, Rahmat,

Mukhlis, Fikri, Enal, Zae, Ayu, Ipeh, Ufa, Cizzipy, dan Sakuranisa.

8. Teman-teman Laskar Petani AGH 44 yang telah memberikan warna dan

kenangan bagi penulis.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan serta memajukan pertanian Indonesia.

Bogor, Juni 2012

(7)
(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Ukuran buah tomat dalam beberapa kategori ……… 6

2. Rekapitulasi uji F berbagai peubah ……… 13

3. Nilai tengah tinggi tanaman dan jumlah daun majemuk 7 genotipe

dan 2 varietas pembanding ……… 15

4. Nilai tengah umur berbunga, umur panen dan jumlah fruitset 7

genotipe dan 2 varietas pembanding ………. 16

5. Nilai tengah produksi 7 genotipe dan 2 varietas pembanding ……... 17

6. Nilai tengah dimensi buah, kekerasan buah dan TAT 7 genotipe

dan 2 varietas pembanding ……… 20

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Penampilan tanaman penelitian di Kebun Percobaan IPB Tajur ….. 11

2. Penampilan tomat yang terserang hama ……… 12

3. Penampilan tomat yang terserang penyakit ……….. 12

4. Penampilan fruitset beberapa genotipe penelitian ……… 16

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Gambar dokumentasi penelitian ……… 27

2. Tabel 1. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman ……… 28

3. Tabel 2. Sidik Ragam Karakter Jumlah Daun Majemuk ……….. 28

4. Tabel 3. Sidik Ragam Karakter Jumlah Fruitset ………. 28

5. Tabel 4. Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga ……….. 29

6. Tabel 5. Sidik Ragam Karakter Umur Panen ……… 29

7. Tabel 6. Sidik Ragam Karakter Diameter Buah ……… 29

8. Tabel 7. Sidik Ragam Karakter Panjang Buah ……….. 30

9. Tabel 8. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Pangkal Buah ……… 30

10. Tabel 9. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Tengah Buah ………. 30

11. Tabel 10. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Ujung Buah ………. 31

12. Tabel 11. Sidik Ragam Karakter Total Asam Tertitrasi ……... 31

13. Tabel 12. Sidik Ragam Karakter Jumlah Buah per Tanaman …… 31

14. Tabel 13. Sidik Ragam Karakter Bobot Buah per Tanaman ……. 32

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) merupakan salah satu jenis

sayuran yang sudah dikenal luas masyarakat. Rasa buah tomat adalah manis segar

yang dapat memberikan kesegaran pada tubuh. Tomat sebagai komoditas sayuran

berperan pula dalam penyediaan bahan baku industri makanan.

Tomat mengandung zat lycopen yang tinggi. Lycopen ini merupakan

pigmen yang menyebabkan tomat berwarna merah. Seperti halnya betakaroten,

lycopen termasuk ke dalam golongan karotenoid. Zat lycopen berkhasiat untuk

mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit seperti kanker paru-paru,

kanker prostat, kanker rahim, tumor pankreas dan tumor tenggorokan (Cahyono,

2008). Karena cita rasa dan manfaat tomat inilah, konsumsi akan komoditas tomat

sangat tinggi dan menjadi komoditas perdagangan internasional.

Komoditas tomat yang beradaptasi luas akan lebih mudah

pengembangannya dibanding komoditas sayuran yang menghendaki kondisi

lingkungan tertentu. Keterbatasan areal budidaya tanaman tomat di dataran tinggi

dan sangat beresiko terjadinya degradasi lingkungan. Hal ini jelas merupakan

ancaman bagi kelangsungan sistem pertanian dan tantangan bagi upaya

konservasinya.

Upaya pengembangan tomat dari tahun ke tahun terus meningkat (Hadi,

1994 dan BPS, 2010). Hal ini memberikan indikasi bahwa potensi pengembangan

tomat di dataran rendah sangat prospektif. Namun masih terdapat berbagai

kendala dalam budidaya tomat di dataran rendah, antara lain : (i) Kesesuaian

iklim. Tomat tumbuh baik pada temperatur antara 65°F-90°F (18,3°C-32,2°C)

dengan kelembaban udara sekitar 95% (Jones, 2008), (ii) Produktivitas. Perlu

adanya peningkatan produktivitas tomat dataran rendah. Saat ini tanaman tomat

dataran rendah memiliki produktivitas lebih rendah dibandingkan dengan tomat

yang dibudidayakan di dataran tinggi, (iii) Kualitas Buah. Tomat yang ideal

memiliki ukuran yang seragam, warna buah merata, berdaging buah tebal dan

(12)

dan penyakit. Tanaman tomat dataran rendah rentan terhadap penyakit, curah

hujan tinggi disertai temperatur tinggi mudah terserang Pseudomonas

solanacearum (penyakit layu bakteri), sehingga hasil buahnya akan rendah

(Villareal, 1980).

Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan

Hortikultura IPB perlu melakukan perakitan varietas unggul baru. Upaya tersebut

diharapkan dapat mencari varietas tomat unggul. Varietas-varietas tersebut

diharapkan dapat dibudidayakan dengan baik pada dataran rendah, dengan

produktivitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, yang penting pula

memiliki tekstur kulit yang lebih tebal sehingga saat proses pengangkutan, buah

tidak mudah rusak. Masalah yang dihadapi dalam penggunaan galur-galur

potensial adalah fenomena perbedaan hasil bila ditanam pada lingkungan yang

berbeda. Untuk itu diperlukan pengujian untuk mengetahui daya hasil dan kualitas

varietas tersebut dengan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kondisi tempat

suatu varietas akan dibudidayakan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji serta membandingkan daya hasil

dan kualitas 9 genotipe potensial tomat yang ditanam di dataran rendah.

Hipotesis

Terdapat genotipe yang memiliki daya hasil dan kualitas lebih baik

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tomat

Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis

Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali

berasal dari Amerika Latin yang dibawa oleh orang Spanyol dan Portugis pada

abah ke-16. Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh

dengan baik pada iklim yang berbeda dari daerah asalnya (Villareal, 1979).

Klasifikasi botani tomat memiliki sejarah yang menarik, pertama kali

tomat ditempatkan pada genus Solanum, bersama dengan kentang, dan

diidentifikasikan sebagai Solanum lycopersicon. Walaupun telah diubah menjadi

Lycopersicum esculentum, hal ini memiliki arti sederhana “dapat dimakan”.

Walau terdapat persamaan karakteristik antara kentang dengan tomat, warna

bunga terutama pada bentuk dan struktur tepung sari yang membedakan kedua

tanaman tersebut.

Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk famili Solaneceae.

Secara lengkap para ilmuwan mengklasifikasikan tanaman tomat dengan

sistematik sebagai berikut. Kingdom Plantae, Subkingdom Tracheobionia,

Division Magnoliophyta, Class Magnoliopsida, Subclass Asteridae, Ordo

Solanales, Family Solaneceae, Genus Solanum, Spesies Lycopersicum esculentum

(Jones, 2008).

Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum MILL.) adalah tanaman

semusim, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman

berbunga (Angiospermae). Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stippelae

(daun penumpu). Jumlah daunnya ganjil, antara 5-7 helai. Di sela-sela pasangan

daun terdapat 1-2 pasang daun kecil yang berbentuk delta (Tugiyono, 2007).

Tanaman tomat termasuk tanaman semusim (berumur pendek). Artinya

tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat

berbentuk perdu yang tingginya dapat mencapai ± 2 meter. Oleh karena itu

tanaman tomat perlu diberi penopang atau ajir agar tidak roboh di tanah tetapi

(14)

Untuk dapat berproduksi dengan baik diperlukan perkembangan organ

yang baik. Organ-organ penting tersebut antara lain sebagai berikut :

Akar. Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke

dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah samping tetapi

dangkal. Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan tumbuh dengan

baik bila ditanam pada lahan yang gembur atau porous. Ketersediaan air dan

nutrisi merupakan dua faktor penting pada lingkungan perakaran, memiliki

dampak pada perkembangan tanaman.

Batang. Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga bulat,

berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara

bulu-bulu tersebut terdapat rambut kelenjar. Batangnya berwarna hijau, pada ruas-ruas

batang mengalami penebalan, dan pada ruas-ruas bawah tumbuh akar pendek.

Selain itu batang tomat dapat bercabang dan apabila tidak dilakukan pemangkasan

akan bercabang banyak yang menyebar secara merata.

Daun. Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan membentuk celah-celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun berwarna

hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7. Ukuran daun

sekitar (15-30) cm x (10-25) cm dengan panjang tangkai sekitar 3-6 cm. Diantara

daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil. Daun

majemuk pada tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral mengelilingi

batang tanaman.

Bunga. Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm

dan berwarna kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna

hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lainnya adalah

mahkota bunga, berjumlah 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. Bunga tomat

merupakan bunga sempurna, karena benang sari dan kepala putik terletak pada

bungan yang sama. Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik

berwarna kekuningan.

Buah. Buah tomat memiliki bentuk yang bervariasi, bergantung pada

jenisnya. Ada buah tomat yang berbentuk bulat, oval, dan bulat persegi. Ukuran

nya sangat bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki bobot 8 gram dan

(15)

berwarna hijau-muda, bila sudah matang berubah menjadi merah. Buah tomat

muda memiliki rasa getir dan beraroma tidak sedap, sebab masih mengandung zat

lycopersicin yang berbentuk lendir.

Aroma yang tidak sedap itu akan hilang dengan sendirinya pada saat buah

memasuki fase pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah menjadi

manis agak masam yang mencirikan rasa buah tomat. Buah tomat terdiri dari 2

hingga 12 lokul yang mengandung banyak biji (Jones, 2008).

Agriklimat

Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah

gembur dengan pH antara 5-6. Temperatur udara yang terbaik bagi pertumbuhan

tomat adalah 23°C pada siang hari dan 17°C pada malam hari. Selisihnya adalah

6°C. Suhu yang tinggi diikuti kelembaban yang relatif tinggi menyebabkan

penyakit daun berkembang, sedangkan kelembaban yang relatif rendah dapat

mengganggu pembentukan buah. Untuk tanaman tomat yang masih muda,

kelembaban relatif tinggi (95%) akan merangsang pertumbuhan, karena asimilasi

menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak.

Mutu Buah Tomat

Buah tomat sangat mudah berubah, baik dari segi fisik maupun

karakteristik kimia. Ada dua penggunaan utama komoditas tomat : pengolahan

dan konsumsi pasar segar.

Komponen kualitas buah tomat untuk tipe olahan memiliki komponen

kualitas yaitu warna, pH, total keasaman dan total padatan terlarut. Sedangkan

komponen kualitas buah tomat untuk konsumsi segar meliputi ukuran, bentuk,

kekerasan dan permukaan kulit yang bebas dari cacat dan serangan hama

penyakit.

Bentuk fisik dari buah tomat dipengaruhi oleh varietasnya, apakah bundar,

oxheart, menyerupai plum. Ada beberapa kelainan buah yang akan mengubah

bentuk buah. Salah satu kasus umum kesalahan bentuk disebabkan karena

(16)

lebih lokul tidak mengandung jumlah biji yang dibutuhkan untuk mengisi ruang

tersebut.

Kekerasan kulit buah ditentukan oleh beberapa faktor. Umumnya

penanganan dan penyimpanan buah dari waktu panen hingga waktu pengiriman

ke pasar akan berpengaruh signifikan terhadap bagaimana buah tersebut

dikomsumsi oleh konsumen. Faktor tersebut terkait oleh penyimpanan yang sesuai

dan penanganan yang tepat. Faktor lain adalah hara kalium dan nitrogen, tanaman

yang mendapat cukup kalium akan secara normal menghasilkan buah yang keras,

tanaman yang tidak mendapatkan asupan hara kalium dan nitrogen yang seimbang

akan menghasilkan kulit buah yang tipis.

Tabel 1. Ukuran Buah Tomat dalam Beberapa Kategori

Ukuran buah Diameter (mm)

Klasifikasi Warna. Berikut ini adalah indikator dari tahap-tahap

kematangan untuk beberapa macam kemasakan buah :

Hijau: permukaan kulit tomat sepenuhnya berwarna hijau. Corak warna hijau

dapat dibedakan antara cerah dan gelap. Semburat Kuning : ada batas antara

warna hijau dengan kuning pucat, merah muda, merah tidak lebih dari 10% dari

keseluruhan kulit buah. Turning: lebih dari 10%, tetapi tidak lebih dari 30% pada

agregat kulit buah. Ada kombinasi warna antara hijau, kuning, merah muda,

hingga merah pucat. Merah muda : lebih dari 30%, tetapi tidak lebih dari 60%,

pada permukaan terlihat merah pucat dan merah. Merah cerah : lebih dari 60%,

tetapi tidak lebih dari 90% dari keseluruhan permukaan terlihat merah cerah

hingga merah. Merah : lebih dari 90% dari keseluruhan permukaan terlihat merah

(17)

Pemuliaan Tanaman

Pemuliaan tanaman adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk

memperbaiki atau meningkatkan potensi genetik tanaman, sehingga diperoleh

varietas baru dengan hasil dan kualitas yang lebih baik. Umumnya perbaikan sifat

genetik tersebut dapat dicapai melalui tiga cara yaitu : (1) dengan penggabungan

sifat-sifat baik yang berasal dari dua atau lebih tetua, yang kemudian dilakukan

seleksi, (2) dengan seleksi sifat-sifat baik yang telah tersedia dalam suatu populasi

alam yang heterogen, (3) dengan manipulasi atau perubahan susunan genom dan

gen secara mutasi (Purwati, 1997).

Pada umumnya tujuan pemuliaan tanaman tomat adalah untuk

meningkatkan produktivitas dan kualitas, perbaikan ketahanan terhadap hama dan

penyakit tertentu, perbaikan sifat-sifat hortikultura, dan meningkatkan sifat untuk

mengatasi cekaman terhadap lingkungan tertentu, sehingga diperolehlah suatu

varietas unggul.

Untuk mendapatkan varietas baru dapat diperoleh dari sumber genetik

(plasma nutfah) atau dari hasil persilangan. Melalui serangkaian percobaan yang

dilakukan dari sumber genetik (plasma nutfah) maka dilakukan evaluasi. Apabila

hasil evaluasi tersebut baik bisa didapat varietas baru, namun bila belum

mendapatkan varietas unggul perlu dilakukan perakitan. Dalam penelitian ini

hanya sampai pada tahap evaluasi pertama setelah pemilihan plasma nutfah.

Setelah proses perakitan tersebut dilakukan evaluasi tahap dua. Galur yang

beradaptasi baik dapat dilepas sebagai varietas baru. Penelitian varietas baru yang

lebih unggul dari varietas yang telah beredar di masyarakat merupakan upaya

(18)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur yang terletak

pada ketinggian 190 mdpl dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi

dan Hortikultura, IPB. Penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai Agustus 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang diuji terdiri dari 7 genotipe potensial, yaitu B0, M0, P0,

SMO64, R0, P, NP dan 2 pembanding EF1 dan PrmT. Alat yang digunakan dalam

penelitian meliputi ajir, meteran, tray, alat tulis, kamera, penetrometer,

handrefractometer dan alat-alat pertanian umum. Pupuk yang digunakan adalah

pupuk kandang, Urea, NPK mutiara, SP-36 dan KCl. Untuk melindungi tanaman

dari serangan hama dan penyakit digunakan, pestisida nabati, furadan 3G,

Curacron, Antracol, Kelthane.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)

satu faktor dengan 7 genotipe potensial tomat dan 2 pembanding sebagai

perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Setiap satuan

percobaan terdapat 25 tanaman dengan 10 tanaman contoh, jarak tanam 60 cm x

60 cm. Secara statistik model rancangan yang digunakan adalah :

Yij = µ + τi + βj + εij

Keterangan:

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan genotipe ke-i βj = Pengaruh ulangan ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i dan ulangan ke-j i = 1,2,3,..9

j = 1,2,3

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-F dan apabila hasil

yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan uji nilai tengah dengan

(19)

Pelaksanaan

Persemaian dan Penanaman

Benih dikecambahkan dalam bak semai menggunakan media tanam bokasi

yang telah disterilkan. Setelah berumur tiga minggu tanaman dipindahkan ke

bumbungan selama tiga minggu. Lokasi persemaian berada di dalam nethouse.

Perawatan persemaian berupa penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari.

Sebelum penanaman, lahan dibersihkan dari gulma dan diolah dengan

menggunakan cangkul dan kored, lalu lahan dibiarkan terjemur matahari selama

dua minggu. Setelah 2 minggu pupuk kandang dan pupuk dasar yaitu SP-36

dicampur merata dengan tanah kemudian dilakukan pembuatan bedengan. Bibit

tomat ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm dan setiap bedengan ditanami 2

baris tomat. Penanaman dilakukan dengan cara transplanting dan setelah itu

dilakukan penyiraman. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl diberikan dengan cara

melingkar.

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiangan, penyiraman, pengajiran, pemangkasan,

perempelan, pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Penyiangan dilakukan pada gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman.

Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari.

Pengajiran dilakukan untuk membantu tanaman agar kokoh,

mengoptimalkan sinar matahari ke tanaman, membantu penyebaran tunas, daun,

ranting tomat supaya teratur dan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2 MST.

Ajir dipasang tegak di setiap tanaman tomat dengan jarak 10 cm, tanaman

diikatkan ke ajir dengan menggunakan tali rafia dengan membentuk angka 8.

Pengajiran dilakukan kepada semua tanaman baik tomat determinate maupun

indeterminate.

Pemupukan dilakukan seminggu sekali. Pemupukan dilakukan

menggunakan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 8 g/L air. Penyemprotan

(20)

Pengamatan

Pengamatan dilakukan tiap minggu. Beberapa peubah yang diamati pada

penelitian ini adalah peubah fisik dan kimia. Pengamatan yang diamati meliputi:

1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tanaman

setelah panen kedua.

2. Jumlah daun majemuk, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe.

3. Umur berbunga, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe.

4. Umur panen, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe.

5. Jumlah fruitset, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe.

6. Ukuran buah, meliputi diameter buah dari 10 buah setiap genotipe di

setiap ulangan.

7. Bobot per buah, diamati dari 10 buah tiap genotipe di setiap ulangan.

8. Bobot buah per tanaman, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe.

9. Kekerasan pada buah diukur dengan menggunakan alat penetrometer.

10.Kandungan padatan terlarut total diukur dengan menggunakan

handrefractometer.

(21)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Agustus 2011. Penyemaian

dilakukan di kebun IPB Tajur, benih yang berkecambah mengalami etiolasi

karena kekurangan cahaya matahari saat disemai beberapa saat sebelum

penanaman bibit atau transplanting.

Penanaman bibit dilakukan saat bibit berumur 42 hari, seharusnya

penanaman bibit dilakukan ketika bibit berumur 25-35 hari, kondisi ini

disebabkan terlambat dalam melakukan pembumbunan. Disamping itu kondisi

ruang semai yang kurang pencahayaan serta kelembaban relatif tinggi, beberapa

bibit yang telah dibumbun terserang jamur. Penanaman bibit dilakukan pada pagi

hari agar tanaman tidak mengalami stres. Berdasarkan data Stasiun Meteorologi

dan Geofisika, Bogor (2008), pada bulan April hingga Agustus, di kebun

percobaan IPB Tajur curah hujan rata-rata 188,34 mm/bulan, suhu 25,54°C dan

kelembaban 82,1%.

Menurut Sutarya et al (1995) waktu tanam tomat yang baik adalah ditanam

sebelum musim hujan berakhir yakni bulan April-Mei, sehingga curah hujan tidak

menyebabkan kerusakan batang tanaman dan meningkatnya serangan OPT

(Organisme Pengganggu Tanaman).

Penanaman dilakukan pada bulan April, namun karena perubahan iklim

global menyebabkan hingga bulan Juni hujan masih sering turun, hal ini

mengakibatkan beberapa tangkai tomat patah dan akibat kondisi lembab disertai

suhu yang tinggi beberapa tanaman tomat terserang OPT.

(22)

Beberapa hama yang menyerang tomat selama penelitan adalah ulat buah

tomat (Helicoverpa armigera Hubn.) dan ulat grayak (Spodoptera litura F.).

Serangan hama tersebut tidak menurunkan kuantitas hasil panen, namun

menurunkan kualitas hasil atau penampilan buah.

Gambar 2. Tomat yang terserang hama (A) ulat buah tomat (Helicoverpa armigera Hubn.) (B) ulat grayak (Spodoptera litura F.).

Penyakit yang menyerang tanaman tomat antara lain: penyakit rebah

kecambah yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani Kuhn. yang menyerang bibit

semai tomat di persemaian, penyakit antraknos (Colletotrichum coccodes) dengan

serangan tidak parah, penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum) yang

menyerang beberapa tanaman contoh, serta penyakit virus kuning dan daun

menggulung yang menyebabkan tanaman menjadi kerdil.

(23)

Rekapitulasi Uji F Berbagai Peubah

Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap

karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi sidik ragam pada berbagai

peubah yang diamati menunjukkan bahwa perlakuan genotipe berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman, jumlah daun majemuk, jumlah fruit set, umur berbunga,

umur panen, panjang buah, diameter buah, diameter tinggi buah, kekerasan

pangkal buah, kekerasan tengah buah, kekerasan ujung buah, PTT, TAT, jumlah

buah per tanaman, bobot buah per tanaman, dan bobot per buah. Perlakuan

genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya (Tabel 2).

Tabel 2. Rekapitulasi Uji F Berbagai Peubah

Peubah KT F hit KK (%)

Tinggi Tanaman 728.066615** <.0001 6.31

Jumlah Daun Majemuk 145.839583** <.0001 6.67

Jumlah Fruit Set 80.2190972** <.0001 14.61

Umur Berbunga 11.94270833** <.0001 2.49

Umur Panen 76.65277778** 0.0005 1.31

Panjang Buah 47.8583384tn 0.1130 9.79

Diameter Buah 63.3719045* 0.0113 10.51

Diameter Tinggi Buah 89.6179259** 0.0036 6.97

Kekerasan Pangkal Buah 143.852057* 0.0157 17.50

Kekerasan Tengah Buah 197.268924* 0.0321 16.53

Kekerasan Ujung Buah 258.767999* 0.0270 20.62

PTT 0.29220677tn 0.398 6.75

TAT 0.01220816** 0.0098 12.96

Jumlah Buah per Tanaman 493.574670** 0.0008 20.44

Bobot Buah per Tanaman 695284.345* 0.0219 23.81

Bobot per Buah 329.761648* 0.0107 16.52

Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5%

** berpengaruh nyata pada taraf 1%

tn

tidak berpengaruh nyata

Hasil di atas juga menunjukkan bahwa terdapat berbagai nilai koefisien

keragaman (KK) pada sejumlah peubah yang diamati. Nilai KK tertinggi

(24)

dimiliki oleh peubah umur panen. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan

memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap peubah yang diamati. Nilai KK

menunjukkan tingkat ketepatan perlakuan dan menunjukkan pengaruh lingkungan

dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan oleh suatu percobaan (Gomez dan

Gomez, 1995).

Peubah Vegetatif

Dari ke-9 genotipe dan varietas yang diuji, tiga diantaranya memiliki tipe

pertumbuhan determinate (R0, NP dan EF1) dan enam lainnya memiliki tipe

pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt). Peubah yang

diamati saat fase vegetatif adalah tinggi tanaman dan jumlah daun majemuk.

Tinggi Tanaman

Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan determinate pada

ujung tanaman terdapat tandan bunga dan pada setiap ruas batang, sehingga tinggi

tanaman setelah fase generatif muncul cenderung stabil (Jaya, 1997), seperti pada

genotipe R0, NP dan varietas EF1. Sedangkan tanaman yang memiliki tipe

pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt) memiliki

percabangan yang rimbun dan tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang

dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda.

Kedua tipe pertumbuhan tersebut mempunyai karakter yang

menguntungkan dan merugikan. Menurut Harjadi (1989) tanaman tomat dengan

tipe indeterminate pematangan buahnya tidak serempak sehingga dapat dipanen

berkali-kali. Oleh sebab itu tomat jenis ini sangat cocok untuk tujuan konsumsi

segar. Kerugiannya menurut Villareal (1980) tomat jenis ini memerlukan

budidaya yang sangat intensif karena memerlukan penopang ajir dan tenaga kerja

yang lebih banyak.

Pada awal pertumbuhan tinggi tanaman masih terlihat seragam, belum

terlihat perbedaan antara varietas yang bersifat determinate dan indeterminate.

Pada awal pertumbuhan tinggi tanaman pada sembilan genotipe dan varietas tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata pada umur 1 MST hingga 5 MST. Tinggi

(25)

Tabel 3 menunjukkan tinggi tanaman genotipe B0, P0, dan P lebih tinggi

dibandingkan dengan varietas EF1 tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas

Prmt. Genotipe R0 memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan dua

varietas pembanding. Sedangkan genotipe M0, SMO64 dan NP tidak berbeda

nyata dengan dua varietas pembanding.

Tabel 3. Nilai Tengah Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Majemuk 7

Genotipe dan 2 Varietas Pembanding.

Genotipe Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun

Majemuk

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Jumlah Daun

Pada tanaman bertipe indeterminate yang memiliki percabangan rimbun,

mempunyai jumlah daun yang lebih banyak dibanding tanaman dengan tipe

pertumbuhan determinate. Jumlah daun pada sembilan genotipe dan varietas tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata dari 1 MST hingga 6 MST.

Pengamatan menunjukkan (Tabel 3) semua genotipe tidak berbeda nyata

dengan varietas pembanding. Genotipe P0 memiliki jumlah daun majemuk lebih

rendah dibandingkan varietas Prmt. Jumlah daun majemuk genotipe R0 dan NP

lebih sedikit dari pada dua varietas EF1 dan Prmt, dikarenakan tanaman

(26)

Peubah Generatif

Penelitan ini mengamati karakter kuantitatif pada fase generatif seperti

pengamatan pada umur berbunga, umur panen dan jumlah fruit set tanaman tomat

yang diteliti. Pengamatan umur berbunga dan umur panen ditentukan dari jumlah

hari setelah transplanting hingga 75% bunga mekar (umur berbunga) atau buah

masak (umur panen).

Gambar 4. Penampilan fruitset beberapa genotipe penelitian (A) Genotipe P0 (B) Genotipe M0 (C) Genotipe SMO64.

Tabel 4. Nilai Tengah Umur Berbunga, Umur Panen, dan Jumlah Fruit Set 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding.

Genotipe

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

(27)

Berdasarkan Tabel 4, pada peubah umur berbunga, genotipe B0 lebih

cepat dibandingkan varietas EF1, namun lebih lambat dibandingkan dengan

varietas Prmt. Umur berbunga genotipe P0, SMO64 dan P lebih lama

dibandingkan dengan varietas Prmt. Sedangkan umur berbunga genotipe R0 dan

NP lebih lama dibandingkan dua varietas pembanding.

Umur panen genotipe B0 dan M0 tidak berbeda nyata dengan varietas

dijumlahkan dari panen pertama hingga panen ke-5. Tabel 5 menunjukkan bahwa

genotipe SMO64, R0 dan NP memiliki jumlah buah pertanaman lebih rendah

dibandingkan dua varietas pembanding EF1 dan Prmt.

Tabel 5. Nilai Tengah Produksi 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding

Genotipe Jumlah Buah

(28)

Sedangkan jumlah buah pertanaman genotipe B0, M0, P0, dan P tidak

berbeda nyata dibandingkan dengan dua varietas pembanding. Jumlah buah

pertanaman genotipe yang diamati berkisar antara 9.6-48.9 buah, sedangkan

jumlah buah pada varietas yang menjadi pembanding berkisar 50.7-53.3 buah

(Tabel 5).

Bobot Buah per Tanaman

Bobot buah pertanaman dari suatu genotipe yang diuji berkisar antara

952.7-2411.8 gram, untuk varietas pembanding berkisar 2310.4-2497.5 gram

(Tabel 5). Pada data terlihat bahwa genotipe B0, M0, P0, SMO64 dan NP memilki

bobot buah pertanaman tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding.

Bobot buah pertanaman genotipe P menghasilkan nilai yang lebih rendah

dibandingkan varietas EF1. Bobot buah pertanaman genotipe R0 lebih rendah

dibandingkan kedua varietas pembanding.

Produktivitas suatu genotipe yang diuji berkisar 12,74-38,01 ton/ha,

sedangkan varietas pembanding berkisar 42,58-44,95 ton/ha (Tabel 5). Genotipe

B0 memiliki produktivitas paling besar dibandingkan genotipe yang lain berkisar

38,01 ton/ha, menyusul genotipe M0 (34,00 ton/ha) dan SMO64 (32,38 ton/ha).

Terendah R0 hanya berkisar 12,74 ton/ha.

Bobot Rata-rata Buah

Dalam budidaya tomat, perlu mengetahui tujuan pemasarannya. Tomat

memiliki ukuran yang beragam, diameter buah juga berkorelasi dengan bobot

buah, walaupun tidak ada pengaruh antara bobot buah dengan tipe buah (Jones,

2008). Bobot rata-rata buah merupakan hasil bagi antara bobot buah per tanaman

dengan jumlah buah.

Pada panen pertama dan kedua genotipe dan varietas pembanding

memiliki bobot rata-rata buah lebih tinggi dibanding bobot rata-rata akhir, hal ini

disebabkan pada panen akhir terdapat jumlah buah yang banyak namun bobotnya

relatif kecil, sehingga mempengaruhi bobot rata-rata buah akhir. Bobot rata-rata

buah dari genotipe yang diuji berkisar 38.89-73.94 gr/buah. Sedangkan varietas

(29)

berbeda nyata dengan varietas E F1 dan Prmt, sedangkan bobot perbuah genotipe

SMO64 lebih tinggi dibandingkan dua varietas pembanding.

Gambar 5. Keragaan Tujuh Genotipe dan Dua Varietas Pembanding Tomat

Peubah Kualitatif

Pada pengamatan dimensi buah dilakukan tiga pengukuran panjang (lingkar

buah), lebar (bentuk ujung buah) dan tinggi buah. Hal ini guna memperoleh

gambaran rata-rata bentuk dasar buah tomat, sehingga dapat dikategorikan

kedalam buah bulat pipih, bulat, bulat persegi, silinder dan pear (Jaya, 1997).

Pada peubah diameter buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua

varietas pembanding, kecuali diameter lebar buah genotipe SMO64 lebih besar

dibandingkan varietas EF1 dan Prmt. Pada peubah diameter tinggi buah (DTB),

semua genotipe tidak berbeda nyata dengan pembanding, kecuali DTB genotipe

R0 lebih kecil dibandingkan varietas EF1. DTB genotipe P0 dan P lebih tinggi

dibandingkan varietas Prmt (Tabel 6).

Kekerasan Buah

Nilai kekerasan buah diukur dengan penetrometer, kekerasan buah makin

tinggi bila nilai pada penetrometer makin kecil. Berdasarkan Tabel 5 pada peubah

kekerasan pangkal buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas

pembanding, kecuali kekerasan pangkal buah genotipe R0 lebih tinggi

dibandingkan varietas EF1. Pada peubah kekerasan tengah buah semua genotipe

(30)

dibandingkan dua varietas pembanding yaitu EF1 dan Prmt. Pada peubah

kekerasan ujung buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas

pembanding. Kekerasan ujung buah genotipe R0 lebih tinggi dibandingkan

varietas EF1 dan Prmt.

Kandungan total asam tertitrasi dipengaruhi oleh faktor asam-asam organik

pada buah. Asam-asam organik ini digunakan sebagai substrat dalam proses reaksi

metabolisme sebagai cadangan makanan yang nantinya akan diubah menjadi gula

atau direspirasikan (Santoso dan Purwoko, 1995).

Tabel 6. Nilai Tengah Dimensi Buah, Kekerasan Buah, dan TAT 7 Genotipe

(31)

Heritabilitas

Nilai heritabilitas berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0

berarti bahwa variabilitas fenotipe terutama disebabkan oleh faktor lingkungan,

sedangkan variabilitas dengan nilai 1 berarti variabilitas fenotipe terutama

disebabkan oleh genotipe. Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin

tinggi, sebaliknya makin mendekati 0 heritabilitasnya makin rendah. Heritabilitas

dalam arti luas digunakan untuk menduga nilai proporsi pengaruh genetik

terhadap penampilan fenotipe. Tabel 7 menunjukkan nilai duga heritabilitas yang

diamati dengan kisaran 70.55-96.52%.

Tabel 7. Nilai Duga Heritabilitas dalam Arti Luas

No Peubah h² bs (%)

1 Tinggi Tanaman 93.55 (tinggi)

2 Jumlah Daun Majemuk 95.44 (tinggi)

3 Jumlah Fruit Set 94.49 (tinggi)

4 Umur Berbunga 96.52 (tinggi)

5 Umur Panen 89.66 (tinggi)

6 Diameter Buah 78.20 (tinggi)

7 Diameter Tinggi Buah 83.82 (tinggi)

8 Kekerasan Pangkal Buah 76.13 (tinggi)

9 Kekerasan Tengah Buah 70.55 (tinggi)

10 Kekerasan Ujung Buah 72.06 (tinggi)

11 TAT 79.03 (tinggi)

12 Jumlah Buah per Tanaman 88.67 (tinggi)

13 Bobot Buah per Tanaman 73.76 (tinggi)

14 Bobot per Buah 78.56 (tinggi)

Pendugaan nilai karakter dengan nilai duga heritabilitas tinggi

menunjukkan karakter yang muncul terutama lebih banyak dikendalikan oleh

faktor genetik dan sedikit dipengaruhi lingkungan. Suatu populasi yang secara

genetik berbeda yang hidup pada lingkungan yang sama kemungkinan besar dapat

memperlihatkan nilai duga heritabilitas yang berbeda untuk suatu karakter yang

(32)

faktor karakteristik populasi, sampel genotipe yang dievaluasi serta metode

perhitungan (Fehr, 1987).

Menurut Syukur et al. (2009) tinggi rendahnya nilai heritabilitas

digolongkan berdasarkan tiga kategori : a). Rendah (H2bs< 0.2), b). Sedang (0.2 ≤

H2bs≤ 0.5), c). Tinggi (H2bs> 0.5). Karakter 14 peubah yang diamati terbukti

memiliki heritabilitas yang tinggi (h² bs = 70.55-96.52%, Tabel 6). Hal ini

(33)

KESIMPULAN DAN SARAN

nyata dengan varietas pembanding. Genotipe M0 dan SMO64 memiliki nilai

fruitset yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding.

Tiga genotipe (B0, M0 dan SMO64) yang diuji menunjukkan

produktivitas diatas 30 ton/ha, walaupun dari segi produktivitas masih di bawah

varietas pembanding. Genotipe EF1 menghasilkan bobot total terbesar, genotipe

SMO64 memiliki ukuran buah serta bobot rata-rata buah paling tinggi, pada

peubah kualitatif secara umum semua genotipe tidak berbeda nyata dengan

varietas pembanding, kecuali genotipe R0.

Karakter 14 peubah yang diamati terbukti memiliki heritabilitas yang

tinggi (h² bs = 70.55-96.52%). Hal ini menunjukkan bahwa penampilan lebih

ditentukan oleh faktor genetik. Karakter tersebut lebih mudah diwariskan pada

generasi berikutnya, sehingga seleksinya dapat dilakukan pada generasi awal.

Saran

Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti dalam pengujian

genotipe-genotipe introduksi, maka diperlukan pengujian lebih lanjut dengan

mengelompokkan ke dalam kategori yang tingkat potensinya tidak terlalu

berbeda. Perlu dilakukan kegiatan pemuliaan untuk genotipe dengan jumlah buah

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2008. Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Csizinsky A.A, D.J Schuster, Jones J.B, V.J.C Lenteren 2005. Crop Protection. P: 201-209, in Heuvelink, E. (ed). Tomatoes. CABI Publishing. Massachusetts.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1990. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bharata. Jakarta.

Fehr, W.R. 1987. Principles of Cultivar Development, Vol.1: Theory and Technique. Iowa State University. MacMillan Publ. Co. New York.

Gomez, K.A. and A.A Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hal.

Harjadi, S. S., dan H. Sunarjono. 1989. Budidaya Tomat. Hal: 244-269. Dalam Harjadi, S.S. (ed), Dasar-dasar Hortikultura. Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, IPB. Bogor.

Jaya, B. 1997. Botani Tanaman Tomat. Teknologi Produksi Tomat: 25-37. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.

Jones, B Jr. 2008. Tomato Plant Culture. In the field, Greenhouse and Home Garden. CRC Press. New York. 399 p.

Kader, A. A. 1985. Post Harvest Technology of Horticulture Crops. Div. Of Agriculture. University of California. USA.

Kementerian Pertanian Indonesia. 2010. Budidaya Tomat Dataran Rendah. http://www. Epetani/elektronik petani/budidaya-tomat-dataran-rendah-1483.htm.[18Februari 2011].

Purwati, E. 1997. Pemuliaan Tanaman Tomat. Teknologi Produksi Tomat: 42-58. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.

Purwati, E. 2008. Hubungan antara karakteristik fenotipik buah tomat dengan jumlah biji. Jur. Agrigor 7(3): 222-229.

Purwati, E. 2009. Daya hasil tomat F1 (Hibrida) di dataran medium. Jur. Hortikultura 19(2): 125-130.

(35)

Sutarya, R., G. J. H. Grubben, dan H. Sutarno. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gajah Mada University Press, bekerjasama dengan Prosea indonesia dan Balithort Lembang.

Syukur,M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 300 hal.

Tugiyono, H. 2007. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Villareal, R.L. 1979. Tomato production in the tropics-problem and progress. P: 6-10, in Cowell, R. (ed). 1st International Symposium on Tropical Tomato. AVRD Publication. Taiwan.

(36)
(37)

Lampiran 1. Gambar Dokumentasi Penelitian

Penyiraman bibit tomat Populasi tiap bedeng

Penampilan fruitset

Buah yang terserang ulat grayak

Batang patah akibat deraan hujan Keragaan buah tomat

(38)

Tabel 1. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 633.598.389 316.799.194 5.77 0.0193

Varietas 8 1.294.080.250 728.066615 2.95 <.0001

Galat 11 604.044.278 54.913.116

Corrected Total 21 2.653.423.500

KK(%) 6.31

Tabel 2. Sidik Ragam Karakter Jumlah Daun Majemuk

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 16.227500 8.113750 1.04 0.3926

Varietas 8 1167.224167 145.839583 18.68 <.0001

Galat 11 70.280833 7.808981

Corrected Total 21 1291.069500

KK (%) 6.67

Tabel 3. Sidik Ragam Karakter Jumlah Fruitset

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 6870.100556 3435.050278 4.68 0.0339

Varietas 8 1976.215278 80.2190972 0.34 <.0001

Galat 11 8078.23444 734.38495

Corrected Total 21 18670.12000

(39)

Tabel 4. Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 133.4288889 66.7144444 7.40 0.0092

Varietas 8 267.8675000 11.94270833 3.71 <.0001

Galat 11 99.1711111 9.0155556

Corrected Total 21 536.4095455

KK (%) 2.49

Tabel 5. Sidik Ragam Karakter Umur Panen

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 2769.201667 1384.600833 5.50 0.0221

Varietas 8 1101.335833 76.65277778 0.55 0.0005

Galat 11 2769.471667 251.770152

Corrected Total 21 7411.445909

KK (%) 1.31

Tabel 6. Sidik Ragam Karakter Diameter Buah

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 1227.337622 613.668811 5.01 0.0284

Varietas 8 1101.454328 63.3719045 1.12 0.0113

Galat 11 1347.110261 122.464569

Corrected Total 21 3877.385786

(40)

Tabel 7. Sidik Ragam Karakter Panjang Buah

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 40.9209764 20.4604882 2.43 0.1337

Varietas 8 861.0803986 89.6179259 12.78 0.0036

Galat 11 92.651690 8.422881

Corrected Total 21 1029.787986

KK (%) 6.97

Tabel 8. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Pangkal Buah

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 29.9298264 14.9649132 0.16 0.8511

Varietas 8 766.0298653 143.852057 1.05 0.0157

Galat 11 1005.948257 91.449842

Corrected Total 21 1787.437345

KK (%) 17.50

Tabel 9. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Tengah Buah

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 44.286210 22.143105 0.24 0.7870

Varietas 8 1454.178996 197.268924 2.01 0.0321

Galat 11 994.850724 90.440975

Corrected Total 21 2489.678109

(41)

Tabel 10. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Ujung Buah

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 456.278593 228.139297 1.70 0.2275

Varietas 8 1368.344940 258.767999 1.27 0.0270

Galat 11 1477.061024 134.278275

Corrected Total 21 3028.504186

KK (%) 20.62

Tabel 11. Sidik Ragam Karakter Total Asam Tertitrasi

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 818.3008222 409.1504111 5.05 0.0278

Varietas 8 446.1340278 0.01220816 0.69 0.0098

Galat 11 891.247694 81.022518

Corrected Total 21 2345.517550

KK (%) 12.96

Tabel 12. Sidik Ragam Karakter Jumlah Buah per Tanaman

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 389.039289 194.519644 2.36 0.1401

Varietas 8 4674.793744 493.574670 7.10 0.0008

Galat 11 905.626044 82.329640

Corrected Total 21 6178.296436

(42)

Tabel 13. Sidik Ragam Karakter Bobot Buah per Tanaman

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 656422.261 328211.131 0.95 0.4148

Varietas 8 9583844.021 695284.345 3.48 0.0219

Galat 11 3783918.43 343992.58

Corrected Total 21 14746209.65

KK (%) 23.81

Tabel 14. Sidik Ragam Karakter Bobot per Buah

Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F

Ulangan 2 573.600350 286.800175 2.13 0.1649

Varietas 8 1511.622950 329.761648 1.41 0.0107

Galat 11 1479.039750 134.458159

Corrected Total 21 3934.136727

(43)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) merupakan salah satu jenis

sayuran yang sudah dikenal luas masyarakat. Rasa buah tomat adalah manis segar

yang dapat memberikan kesegaran pada tubuh. Tomat sebagai komoditas sayuran

berperan pula dalam penyediaan bahan baku industri makanan.

Tomat mengandung zat lycopen yang tinggi. Lycopen ini merupakan

pigmen yang menyebabkan tomat berwarna merah. Seperti halnya betakaroten,

lycopen termasuk ke dalam golongan karotenoid. Zat lycopen berkhasiat untuk

mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit seperti kanker paru-paru,

kanker prostat, kanker rahim, tumor pankreas dan tumor tenggorokan (Cahyono,

2008). Karena cita rasa dan manfaat tomat inilah, konsumsi akan komoditas tomat

sangat tinggi dan menjadi komoditas perdagangan internasional.

Komoditas tomat yang beradaptasi luas akan lebih mudah

pengembangannya dibanding komoditas sayuran yang menghendaki kondisi

lingkungan tertentu. Keterbatasan areal budidaya tanaman tomat di dataran tinggi

dan sangat beresiko terjadinya degradasi lingkungan. Hal ini jelas merupakan

ancaman bagi kelangsungan sistem pertanian dan tantangan bagi upaya

konservasinya.

Upaya pengembangan tomat dari tahun ke tahun terus meningkat (Hadi,

1994 dan BPS, 2010). Hal ini memberikan indikasi bahwa potensi pengembangan

tomat di dataran rendah sangat prospektif. Namun masih terdapat berbagai

kendala dalam budidaya tomat di dataran rendah, antara lain : (i) Kesesuaian

iklim. Tomat tumbuh baik pada temperatur antara 65°F-90°F (18,3°C-32,2°C)

dengan kelembaban udara sekitar 95% (Jones, 2008), (ii) Produktivitas. Perlu

adanya peningkatan produktivitas tomat dataran rendah. Saat ini tanaman tomat

dataran rendah memiliki produktivitas lebih rendah dibandingkan dengan tomat

yang dibudidayakan di dataran tinggi, (iii) Kualitas Buah. Tomat yang ideal

memiliki ukuran yang seragam, warna buah merata, berdaging buah tebal dan

(44)

dan penyakit. Tanaman tomat dataran rendah rentan terhadap penyakit, curah

hujan tinggi disertai temperatur tinggi mudah terserang Pseudomonas

solanacearum (penyakit layu bakteri), sehingga hasil buahnya akan rendah

(Villareal, 1980).

Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan

Hortikultura IPB perlu melakukan perakitan varietas unggul baru. Upaya tersebut

diharapkan dapat mencari varietas tomat unggul. Varietas-varietas tersebut

diharapkan dapat dibudidayakan dengan baik pada dataran rendah, dengan

produktivitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, yang penting pula

memiliki tekstur kulit yang lebih tebal sehingga saat proses pengangkutan, buah

tidak mudah rusak. Masalah yang dihadapi dalam penggunaan galur-galur

potensial adalah fenomena perbedaan hasil bila ditanam pada lingkungan yang

berbeda. Untuk itu diperlukan pengujian untuk mengetahui daya hasil dan kualitas

varietas tersebut dengan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kondisi tempat

suatu varietas akan dibudidayakan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji serta membandingkan daya hasil

dan kualitas 9 genotipe potensial tomat yang ditanam di dataran rendah.

Hipotesis

Terdapat genotipe yang memiliki daya hasil dan kualitas lebih baik

(45)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tomat

Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis

Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali

berasal dari Amerika Latin yang dibawa oleh orang Spanyol dan Portugis pada

abah ke-16. Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh

dengan baik pada iklim yang berbeda dari daerah asalnya (Villareal, 1979).

Klasifikasi botani tomat memiliki sejarah yang menarik, pertama kali

tomat ditempatkan pada genus Solanum, bersama dengan kentang, dan

diidentifikasikan sebagai Solanum lycopersicon. Walaupun telah diubah menjadi

Lycopersicum esculentum, hal ini memiliki arti sederhana “dapat dimakan”.

Walau terdapat persamaan karakteristik antara kentang dengan tomat, warna

bunga terutama pada bentuk dan struktur tepung sari yang membedakan kedua

tanaman tersebut.

Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk famili Solaneceae.

Secara lengkap para ilmuwan mengklasifikasikan tanaman tomat dengan

sistematik sebagai berikut. Kingdom Plantae, Subkingdom Tracheobionia,

Division Magnoliophyta, Class Magnoliopsida, Subclass Asteridae, Ordo

Solanales, Family Solaneceae, Genus Solanum, Spesies Lycopersicum esculentum

(Jones, 2008).

Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum MILL.) adalah tanaman

semusim, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman

berbunga (Angiospermae). Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stippelae

(daun penumpu). Jumlah daunnya ganjil, antara 5-7 helai. Di sela-sela pasangan

daun terdapat 1-2 pasang daun kecil yang berbentuk delta (Tugiyono, 2007).

Tanaman tomat termasuk tanaman semusim (berumur pendek). Artinya

tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat

berbentuk perdu yang tingginya dapat mencapai ± 2 meter. Oleh karena itu

tanaman tomat perlu diberi penopang atau ajir agar tidak roboh di tanah tetapi

(46)

Untuk dapat berproduksi dengan baik diperlukan perkembangan organ

yang baik. Organ-organ penting tersebut antara lain sebagai berikut :

Akar. Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke

dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah samping tetapi

dangkal. Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan tumbuh dengan

baik bila ditanam pada lahan yang gembur atau porous. Ketersediaan air dan

nutrisi merupakan dua faktor penting pada lingkungan perakaran, memiliki

dampak pada perkembangan tanaman.

Batang. Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga bulat,

berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara

bulu-bulu tersebut terdapat rambut kelenjar. Batangnya berwarna hijau, pada ruas-ruas

batang mengalami penebalan, dan pada ruas-ruas bawah tumbuh akar pendek.

Selain itu batang tomat dapat bercabang dan apabila tidak dilakukan pemangkasan

akan bercabang banyak yang menyebar secara merata.

Daun. Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan membentuk celah-celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun berwarna

hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7. Ukuran daun

sekitar (15-30) cm x (10-25) cm dengan panjang tangkai sekitar 3-6 cm. Diantara

daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil. Daun

majemuk pada tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral mengelilingi

batang tanaman.

Bunga. Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm

dan berwarna kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna

hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lainnya adalah

mahkota bunga, berjumlah 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. Bunga tomat

merupakan bunga sempurna, karena benang sari dan kepala putik terletak pada

bungan yang sama. Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik

berwarna kekuningan.

Buah. Buah tomat memiliki bentuk yang bervariasi, bergantung pada

jenisnya. Ada buah tomat yang berbentuk bulat, oval, dan bulat persegi. Ukuran

nya sangat bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki bobot 8 gram dan

(47)

berwarna hijau-muda, bila sudah matang berubah menjadi merah. Buah tomat

muda memiliki rasa getir dan beraroma tidak sedap, sebab masih mengandung zat

lycopersicin yang berbentuk lendir.

Aroma yang tidak sedap itu akan hilang dengan sendirinya pada saat buah

memasuki fase pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah menjadi

manis agak masam yang mencirikan rasa buah tomat. Buah tomat terdiri dari 2

hingga 12 lokul yang mengandung banyak biji (Jones, 2008).

Agriklimat

Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah

gembur dengan pH antara 5-6. Temperatur udara yang terbaik bagi pertumbuhan

tomat adalah 23°C pada siang hari dan 17°C pada malam hari. Selisihnya adalah

6°C. Suhu yang tinggi diikuti kelembaban yang relatif tinggi menyebabkan

penyakit daun berkembang, sedangkan kelembaban yang relatif rendah dapat

mengganggu pembentukan buah. Untuk tanaman tomat yang masih muda,

kelembaban relatif tinggi (95%) akan merangsang pertumbuhan, karena asimilasi

menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak.

Mutu Buah Tomat

Buah tomat sangat mudah berubah, baik dari segi fisik maupun

karakteristik kimia. Ada dua penggunaan utama komoditas tomat : pengolahan

dan konsumsi pasar segar.

Komponen kualitas buah tomat untuk tipe olahan memiliki komponen

kualitas yaitu warna, pH, total keasaman dan total padatan terlarut. Sedangkan

komponen kualitas buah tomat untuk konsumsi segar meliputi ukuran, bentuk,

kekerasan dan permukaan kulit yang bebas dari cacat dan serangan hama

penyakit.

Bentuk fisik dari buah tomat dipengaruhi oleh varietasnya, apakah bundar,

oxheart, menyerupai plum. Ada beberapa kelainan buah yang akan mengubah

bentuk buah. Salah satu kasus umum kesalahan bentuk disebabkan karena

(48)

lebih lokul tidak mengandung jumlah biji yang dibutuhkan untuk mengisi ruang

tersebut.

Kekerasan kulit buah ditentukan oleh beberapa faktor. Umumnya

penanganan dan penyimpanan buah dari waktu panen hingga waktu pengiriman

ke pasar akan berpengaruh signifikan terhadap bagaimana buah tersebut

dikomsumsi oleh konsumen. Faktor tersebut terkait oleh penyimpanan yang sesuai

dan penanganan yang tepat. Faktor lain adalah hara kalium dan nitrogen, tanaman

yang mendapat cukup kalium akan secara normal menghasilkan buah yang keras,

tanaman yang tidak mendapatkan asupan hara kalium dan nitrogen yang seimbang

akan menghasilkan kulit buah yang tipis.

Tabel 1. Ukuran Buah Tomat dalam Beberapa Kategori

Ukuran buah Diameter (mm)

Klasifikasi Warna. Berikut ini adalah indikator dari tahap-tahap

kematangan untuk beberapa macam kemasakan buah :

Hijau: permukaan kulit tomat sepenuhnya berwarna hijau. Corak warna hijau

dapat dibedakan antara cerah dan gelap. Semburat Kuning : ada batas antara

warna hijau dengan kuning pucat, merah muda, merah tidak lebih dari 10% dari

keseluruhan kulit buah. Turning: lebih dari 10%, tetapi tidak lebih dari 30% pada

agregat kulit buah. Ada kombinasi warna antara hijau, kuning, merah muda,

hingga merah pucat. Merah muda : lebih dari 30%, tetapi tidak lebih dari 60%,

pada permukaan terlihat merah pucat dan merah. Merah cerah : lebih dari 60%,

tetapi tidak lebih dari 90% dari keseluruhan permukaan terlihat merah cerah

hingga merah. Merah : lebih dari 90% dari keseluruhan permukaan terlihat merah

(49)

Pemuliaan Tanaman

Pemuliaan tanaman adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk

memperbaiki atau meningkatkan potensi genetik tanaman, sehingga diperoleh

varietas baru dengan hasil dan kualitas yang lebih baik. Umumnya perbaikan sifat

genetik tersebut dapat dicapai melalui tiga cara yaitu : (1) dengan penggabungan

sifat-sifat baik yang berasal dari dua atau lebih tetua, yang kemudian dilakukan

seleksi, (2) dengan seleksi sifat-sifat baik yang telah tersedia dalam suatu populasi

alam yang heterogen, (3) dengan manipulasi atau perubahan susunan genom dan

gen secara mutasi (Purwati, 1997).

Pada umumnya tujuan pemuliaan tanaman tomat adalah untuk

meningkatkan produktivitas dan kualitas, perbaikan ketahanan terhadap hama dan

penyakit tertentu, perbaikan sifat-sifat hortikultura, dan meningkatkan sifat untuk

mengatasi cekaman terhadap lingkungan tertentu, sehingga diperolehlah suatu

varietas unggul.

Untuk mendapatkan varietas baru dapat diperoleh dari sumber genetik

(plasma nutfah) atau dari hasil persilangan. Melalui serangkaian percobaan yang

dilakukan dari sumber genetik (plasma nutfah) maka dilakukan evaluasi. Apabila

hasil evaluasi tersebut baik bisa didapat varietas baru, namun bila belum

mendapatkan varietas unggul perlu dilakukan perakitan. Dalam penelitian ini

hanya sampai pada tahap evaluasi pertama setelah pemilihan plasma nutfah.

Setelah proses perakitan tersebut dilakukan evaluasi tahap dua. Galur yang

beradaptasi baik dapat dilepas sebagai varietas baru. Penelitian varietas baru yang

lebih unggul dari varietas yang telah beredar di masyarakat merupakan upaya

(50)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur yang terletak

pada ketinggian 190 mdpl dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi

dan Hortikultura, IPB. Penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai Agustus 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang diuji terdiri dari 7 genotipe potensial, yaitu B0, M0, P0,

SMO64, R0, P, NP dan 2 pembanding EF1 dan PrmT. Alat yang digunakan dalam

penelitian meliputi ajir, meteran, tray, alat tulis, kamera, penetrometer,

handrefractometer dan alat-alat pertanian umum. Pupuk yang digunakan adalah

pupuk kandang, Urea, NPK mutiara, SP-36 dan KCl. Untuk melindungi tanaman

dari serangan hama dan penyakit digunakan, pestisida nabati, furadan 3G,

Curacron, Antracol, Kelthane.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)

satu faktor dengan 7 genotipe potensial tomat dan 2 pembanding sebagai

perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Setiap satuan

percobaan terdapat 25 tanaman dengan 10 tanaman contoh, jarak tanam 60 cm x

60 cm. Secara statistik model rancangan yang digunakan adalah :

Yij = µ + τi + βj + εij

Keterangan:

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan genotipe ke-i βj = Pengaruh ulangan ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i dan ulangan ke-j i = 1,2,3,..9

j = 1,2,3

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-F dan apabila hasil

yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan uji nilai tengah dengan

(51)

Pelaksanaan

Persemaian dan Penanaman

Benih dikecambahkan dalam bak semai menggunakan media tanam bokasi

yang telah disterilkan. Setelah berumur tiga minggu tanaman dipindahkan ke

bumbungan selama tiga minggu. Lokasi persemaian berada di dalam nethouse.

Perawatan persemaian berupa penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari.

Sebelum penanaman, lahan dibersihkan dari gulma dan diolah dengan

menggunakan cangkul dan kored, lalu lahan dibiarkan terjemur matahari selama

dua minggu. Setelah 2 minggu pupuk kandang dan pupuk dasar yaitu SP-36

dicampur merata dengan tanah kemudian dilakukan pembuatan bedengan. Bibit

tomat ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm dan setiap bedengan ditanami 2

baris tomat. Penanaman dilakukan dengan cara transplanting dan setelah itu

dilakukan penyiraman. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl diberikan dengan cara

melingkar.

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiangan, penyiraman, pengajiran, pemangkasan,

perempelan, pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Penyiangan dilakukan pada gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman.

Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari.

Pengajiran dilakukan untuk membantu tanaman agar kokoh,

mengoptimalkan sinar matahari ke tanaman, membantu penyebaran tunas, daun,

ranting tomat supaya teratur dan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2 MST.

Ajir dipasang tegak di setiap tanaman tomat dengan jarak 10 cm, tanaman

diikatkan ke ajir dengan menggunakan tali rafia dengan membentuk angka 8.

Pengajiran dilakukan kepada semua tanaman baik tomat determinate maupun

indeterminate.

Pemupukan dilakukan seminggu sekali. Pemupukan dilakukan

menggunakan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 8 g/L air. Penyemprotan

Gambar

Tabel 7. Nilai Duga Heritabilitas dalam Arti Luas
Tabel 2. Sidik Ragam Karakter Jumlah Daun Majemuk
Tabel 5. Sidik Ragam Karakter Umur Panen
Tabel 7. Sidik Ragam Karakter Panjang Buah
+7

Referensi

Dokumen terkait

PKP-RI Propinsi Sumatera Barat selama ini telah melakukan beberapa usaha komersil dalam rangka mendapatkan laba atau SHU yang maksimal, diantaranya adalah unit

BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bagian ini, penulis mengemukakan hasil penelitian yang telah dilakukan berupa: meliputi paparan data, analisis nilai-nilai pendidikan akidah akhlak

berulang-ulang dan melihat hasil setelah perlakuan (Sunanto dkk, 2007: 26). Data bersumber pada anak Down syndrome kelas VII melalui observasi langsung kemudian

Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar adalah dengan menerapkan media pembelajaran yang tepat pada anak usia Sekolah Dasar dalam hal ini anak usia kelas

Pengamatan untuk ekstrak metanolik menghambat perkembangan embrio pada perlakuan setelah fertilisasi hanya memperlambat perkembangan embrio bulu babi sedangkan untuk

Dan perkara penyucian hati tersebut ini berlaku pada anakanak harus berterusan sehingga ajal membawanya, karenanya penyucian diri bersifat amali dan bertahap, dan