UJI DAYA HASIL 9 GENOTIPE TOMAT
(
Lycopersicum esculentum
Mill.) PADA BUDIDAYA DATARAN
RENDAH (TAJUR, BOGOR)
ACHMAD DIMYATI
A24070174
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
ACHMAD DIMYATI. Uji Daya Hasil 9 Genotipe Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) pada Budidaya Dataran Rendah (Tajur, Bogor). (Dibimbing oleh SOBIR).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil dan kualitas 9 genotipe
potensial tomat yang ditanam di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di Kebun
Percobaan IPB Tajur yang terletak pada ketinggian 190 mdpl dan Laboratorium
Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Penelitian dimulai
bulan Maret sampai Agustus 2011. Bahan yang diuji terdiri atas 7 genotipe
potensial, yaitu B0, M0, P0, SMO64, R0, P, NP dan 2 pembanding EF1(EMS)
dan PrmT (Permata).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) satu faktor dengan 7 genotipe potensial tomat dan 2 pembanding sebagai
perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan.
Dari semua genotipe dan varietas yang diuji, tiga diantaranya memiliki
tipe pertumbuhan determinate (P, R0 dan EF1) dan enam memiliki tipe
pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt). Dari hasil
penelitian, dapat dilihat bahwa pertumbuhan genotipe yang diuji cukup baik, tiga
genotipe (B0, M0 dan SMO64) yang diuji memiliki potensi produktivitas diatas
30 ton/ha, walaupun dari segi produktivitas masih di bawah varietas pembanding.
Dari keseluruhan peubah yang diamati genotipe B0 memiliki tinggi
tanaman tertinggi, varietas Prmt memiliki jumlah daun dan jumlah buah
terbanyak, varietas E F1 menghasilkan bobot terbesar, genotipe SMO64 memiliki
ukuran buah serta bobot rata-rata buah paling tinggi.
Karakter semua peubah yang diamati terbukti memiliki heritabilitas yang
tinggi (h² bs = 70.55-96.52%). Hal ini menunjukkan bahwa penampilan lebih
ditentukan oleh faktor genetik. Karakter demikian lebih mudah diwariskan pada
UJI DAYA HASIL 9 GENOTIPE TOMAT
(
Lycopersicum esculentum
Mill.) PADA BUDIDAYA DATARAN
RENDAH (TAJUR, BOGOR)
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
ACHMAD DIMYATI
A24070174
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
JUDUL
: UJI DAYA HASIL 9 GENOTIPE TOMAT
(
Lycopersicum esculentum
Mill.) PADA BUDIDAYA
DATARAN RENDAH (TAJUR, BOGOR)
NAMA : ACHMAD DIMYATI
NIM
: A24070174
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sobir, MSi NIP: 19640512 198903 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen
Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP: 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Leuwidinding, Kabupaten Cirebon, Provinsi
Jawa Barat pada tanggal 28 Januari 1989. Penulis merupakan anak kedua dari
delapan bersaudara dari Bapak Djafar dan Ibu Anah.
Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri Harapan Baru V, kemudian pada
tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan SLTP Negeri 1 Bekasi. Penulis
menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Bekasi pada tahun 2007. Tahun 2007
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi
dan kepanitiaan. Penulis tergabung dalam pengurus Bimbingan Remaja dan
Anak-anak (BIRENA) pada tahun 2007. Penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Tingkat Persiapan Bersama pada tahun 2008 dan menjadi koordinator
acara TPB SEHAT. Penulis menjabat sebagai Kepala Divisi Infokom Forum
Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) Fakultas Pertanian tahun 2008-2009.
Pada program Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada tahun 2010, penulis menjadi
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curah kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi kita semua. Alhamdulillah penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Uji Daya Hasil 9
Genotipe Tomat (Lycopersicum esculentum MILL.) pada Budidaya Dataran
Rendah (Tajur, Bogor) ”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr. Ir. Sobir, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Rahmi Yunianti, SP. MSi dan Dr. Ir. Memen Surachman, MSc.Agr
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam
penulisan skripsi.
3. Ir. Jan Barlian selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
motivasi dalam menjalankan studi di AGH.
4. Orang tua beserta seluruh keluarga besar yang telah memberikan cinta dan
kasih sayang serta selalu mendukung dalam segala aktivitas.
5. Bapak Endang, Mas Awang serta seluruh pegawai Kebun Percobaan
PKBT Tajur yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung.
6. Segenap jajaran Dosen dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura
IPB yang telah memberikan ilmu dan pelayanan terbaik selama kuliah.
7. Warga Guinevere City : Away, Sidik, Akhir, Bowo, Joko, Rahmat,
Mukhlis, Fikri, Enal, Zae, Ayu, Ipeh, Ufa, Cizzipy, dan Sakuranisa.
8. Teman-teman Laskar Petani AGH 44 yang telah memberikan warna dan
kenangan bagi penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan serta memajukan pertanian Indonesia.
Bogor, Juni 2012
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Ukuran buah tomat dalam beberapa kategori ……… 6
2. Rekapitulasi uji F berbagai peubah ……… 13
3. Nilai tengah tinggi tanaman dan jumlah daun majemuk 7 genotipe
dan 2 varietas pembanding ……… 15
4. Nilai tengah umur berbunga, umur panen dan jumlah fruitset 7
genotipe dan 2 varietas pembanding ………. 16
5. Nilai tengah produksi 7 genotipe dan 2 varietas pembanding ……... 17
6. Nilai tengah dimensi buah, kekerasan buah dan TAT 7 genotipe
dan 2 varietas pembanding ……… 20
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Penampilan tanaman penelitian di Kebun Percobaan IPB Tajur ….. 11
2. Penampilan tomat yang terserang hama ……… 12
3. Penampilan tomat yang terserang penyakit ……….. 12
4. Penampilan fruitset beberapa genotipe penelitian ……… 16
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Gambar dokumentasi penelitian ……… 27
2. Tabel 1. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman ……… 28
3. Tabel 2. Sidik Ragam Karakter Jumlah Daun Majemuk ……….. 28
4. Tabel 3. Sidik Ragam Karakter Jumlah Fruitset ………. 28
5. Tabel 4. Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga ……….. 29
6. Tabel 5. Sidik Ragam Karakter Umur Panen ……… 29
7. Tabel 6. Sidik Ragam Karakter Diameter Buah ……… 29
8. Tabel 7. Sidik Ragam Karakter Panjang Buah ……….. 30
9. Tabel 8. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Pangkal Buah ……… 30
10. Tabel 9. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Tengah Buah ………. 30
11. Tabel 10. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Ujung Buah ………. 31
12. Tabel 11. Sidik Ragam Karakter Total Asam Tertitrasi ……... 31
13. Tabel 12. Sidik Ragam Karakter Jumlah Buah per Tanaman …… 31
14. Tabel 13. Sidik Ragam Karakter Bobot Buah per Tanaman ……. 32
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) merupakan salah satu jenis
sayuran yang sudah dikenal luas masyarakat. Rasa buah tomat adalah manis segar
yang dapat memberikan kesegaran pada tubuh. Tomat sebagai komoditas sayuran
berperan pula dalam penyediaan bahan baku industri makanan.
Tomat mengandung zat lycopen yang tinggi. Lycopen ini merupakan
pigmen yang menyebabkan tomat berwarna merah. Seperti halnya betakaroten,
lycopen termasuk ke dalam golongan karotenoid. Zat lycopen berkhasiat untuk
mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit seperti kanker paru-paru,
kanker prostat, kanker rahim, tumor pankreas dan tumor tenggorokan (Cahyono,
2008). Karena cita rasa dan manfaat tomat inilah, konsumsi akan komoditas tomat
sangat tinggi dan menjadi komoditas perdagangan internasional.
Komoditas tomat yang beradaptasi luas akan lebih mudah
pengembangannya dibanding komoditas sayuran yang menghendaki kondisi
lingkungan tertentu. Keterbatasan areal budidaya tanaman tomat di dataran tinggi
dan sangat beresiko terjadinya degradasi lingkungan. Hal ini jelas merupakan
ancaman bagi kelangsungan sistem pertanian dan tantangan bagi upaya
konservasinya.
Upaya pengembangan tomat dari tahun ke tahun terus meningkat (Hadi,
1994 dan BPS, 2010). Hal ini memberikan indikasi bahwa potensi pengembangan
tomat di dataran rendah sangat prospektif. Namun masih terdapat berbagai
kendala dalam budidaya tomat di dataran rendah, antara lain : (i) Kesesuaian
iklim. Tomat tumbuh baik pada temperatur antara 65°F-90°F (18,3°C-32,2°C)
dengan kelembaban udara sekitar 95% (Jones, 2008), (ii) Produktivitas. Perlu
adanya peningkatan produktivitas tomat dataran rendah. Saat ini tanaman tomat
dataran rendah memiliki produktivitas lebih rendah dibandingkan dengan tomat
yang dibudidayakan di dataran tinggi, (iii) Kualitas Buah. Tomat yang ideal
memiliki ukuran yang seragam, warna buah merata, berdaging buah tebal dan
dan penyakit. Tanaman tomat dataran rendah rentan terhadap penyakit, curah
hujan tinggi disertai temperatur tinggi mudah terserang Pseudomonas
solanacearum (penyakit layu bakteri), sehingga hasil buahnya akan rendah
(Villareal, 1980).
Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan
Hortikultura IPB perlu melakukan perakitan varietas unggul baru. Upaya tersebut
diharapkan dapat mencari varietas tomat unggul. Varietas-varietas tersebut
diharapkan dapat dibudidayakan dengan baik pada dataran rendah, dengan
produktivitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, yang penting pula
memiliki tekstur kulit yang lebih tebal sehingga saat proses pengangkutan, buah
tidak mudah rusak. Masalah yang dihadapi dalam penggunaan galur-galur
potensial adalah fenomena perbedaan hasil bila ditanam pada lingkungan yang
berbeda. Untuk itu diperlukan pengujian untuk mengetahui daya hasil dan kualitas
varietas tersebut dengan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kondisi tempat
suatu varietas akan dibudidayakan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji serta membandingkan daya hasil
dan kualitas 9 genotipe potensial tomat yang ditanam di dataran rendah.
Hipotesis
Terdapat genotipe yang memiliki daya hasil dan kualitas lebih baik
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Tomat
Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis
Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali
berasal dari Amerika Latin yang dibawa oleh orang Spanyol dan Portugis pada
abah ke-16. Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh
dengan baik pada iklim yang berbeda dari daerah asalnya (Villareal, 1979).
Klasifikasi botani tomat memiliki sejarah yang menarik, pertama kali
tomat ditempatkan pada genus Solanum, bersama dengan kentang, dan
diidentifikasikan sebagai Solanum lycopersicon. Walaupun telah diubah menjadi
Lycopersicum esculentum, hal ini memiliki arti sederhana “dapat dimakan”.
Walau terdapat persamaan karakteristik antara kentang dengan tomat, warna
bunga terutama pada bentuk dan struktur tepung sari yang membedakan kedua
tanaman tersebut.
Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk famili Solaneceae.
Secara lengkap para ilmuwan mengklasifikasikan tanaman tomat dengan
sistematik sebagai berikut. Kingdom Plantae, Subkingdom Tracheobionia,
Division Magnoliophyta, Class Magnoliopsida, Subclass Asteridae, Ordo
Solanales, Family Solaneceae, Genus Solanum, Spesies Lycopersicum esculentum
(Jones, 2008).
Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum MILL.) adalah tanaman
semusim, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman
berbunga (Angiospermae). Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stippelae
(daun penumpu). Jumlah daunnya ganjil, antara 5-7 helai. Di sela-sela pasangan
daun terdapat 1-2 pasang daun kecil yang berbentuk delta (Tugiyono, 2007).
Tanaman tomat termasuk tanaman semusim (berumur pendek). Artinya
tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat
berbentuk perdu yang tingginya dapat mencapai ± 2 meter. Oleh karena itu
tanaman tomat perlu diberi penopang atau ajir agar tidak roboh di tanah tetapi
Untuk dapat berproduksi dengan baik diperlukan perkembangan organ
yang baik. Organ-organ penting tersebut antara lain sebagai berikut :
Akar. Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke
dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah samping tetapi
dangkal. Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan tumbuh dengan
baik bila ditanam pada lahan yang gembur atau porous. Ketersediaan air dan
nutrisi merupakan dua faktor penting pada lingkungan perakaran, memiliki
dampak pada perkembangan tanaman.
Batang. Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga bulat,
berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara
bulu-bulu tersebut terdapat rambut kelenjar. Batangnya berwarna hijau, pada ruas-ruas
batang mengalami penebalan, dan pada ruas-ruas bawah tumbuh akar pendek.
Selain itu batang tomat dapat bercabang dan apabila tidak dilakukan pemangkasan
akan bercabang banyak yang menyebar secara merata.
Daun. Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan membentuk celah-celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun berwarna
hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7. Ukuran daun
sekitar (15-30) cm x (10-25) cm dengan panjang tangkai sekitar 3-6 cm. Diantara
daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil. Daun
majemuk pada tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral mengelilingi
batang tanaman.
Bunga. Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm
dan berwarna kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna
hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lainnya adalah
mahkota bunga, berjumlah 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. Bunga tomat
merupakan bunga sempurna, karena benang sari dan kepala putik terletak pada
bungan yang sama. Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik
berwarna kekuningan.
Buah. Buah tomat memiliki bentuk yang bervariasi, bergantung pada
jenisnya. Ada buah tomat yang berbentuk bulat, oval, dan bulat persegi. Ukuran
nya sangat bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki bobot 8 gram dan
berwarna hijau-muda, bila sudah matang berubah menjadi merah. Buah tomat
muda memiliki rasa getir dan beraroma tidak sedap, sebab masih mengandung zat
lycopersicin yang berbentuk lendir.
Aroma yang tidak sedap itu akan hilang dengan sendirinya pada saat buah
memasuki fase pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah menjadi
manis agak masam yang mencirikan rasa buah tomat. Buah tomat terdiri dari 2
hingga 12 lokul yang mengandung banyak biji (Jones, 2008).
Agriklimat
Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah
gembur dengan pH antara 5-6. Temperatur udara yang terbaik bagi pertumbuhan
tomat adalah 23°C pada siang hari dan 17°C pada malam hari. Selisihnya adalah
6°C. Suhu yang tinggi diikuti kelembaban yang relatif tinggi menyebabkan
penyakit daun berkembang, sedangkan kelembaban yang relatif rendah dapat
mengganggu pembentukan buah. Untuk tanaman tomat yang masih muda,
kelembaban relatif tinggi (95%) akan merangsang pertumbuhan, karena asimilasi
menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak.
Mutu Buah Tomat
Buah tomat sangat mudah berubah, baik dari segi fisik maupun
karakteristik kimia. Ada dua penggunaan utama komoditas tomat : pengolahan
dan konsumsi pasar segar.
Komponen kualitas buah tomat untuk tipe olahan memiliki komponen
kualitas yaitu warna, pH, total keasaman dan total padatan terlarut. Sedangkan
komponen kualitas buah tomat untuk konsumsi segar meliputi ukuran, bentuk,
kekerasan dan permukaan kulit yang bebas dari cacat dan serangan hama
penyakit.
Bentuk fisik dari buah tomat dipengaruhi oleh varietasnya, apakah bundar,
oxheart, menyerupai plum. Ada beberapa kelainan buah yang akan mengubah
bentuk buah. Salah satu kasus umum kesalahan bentuk disebabkan karena
lebih lokul tidak mengandung jumlah biji yang dibutuhkan untuk mengisi ruang
tersebut.
Kekerasan kulit buah ditentukan oleh beberapa faktor. Umumnya
penanganan dan penyimpanan buah dari waktu panen hingga waktu pengiriman
ke pasar akan berpengaruh signifikan terhadap bagaimana buah tersebut
dikomsumsi oleh konsumen. Faktor tersebut terkait oleh penyimpanan yang sesuai
dan penanganan yang tepat. Faktor lain adalah hara kalium dan nitrogen, tanaman
yang mendapat cukup kalium akan secara normal menghasilkan buah yang keras,
tanaman yang tidak mendapatkan asupan hara kalium dan nitrogen yang seimbang
akan menghasilkan kulit buah yang tipis.
Tabel 1. Ukuran Buah Tomat dalam Beberapa Kategori
Ukuran buah Diameter (mm)
Klasifikasi Warna. Berikut ini adalah indikator dari tahap-tahap
kematangan untuk beberapa macam kemasakan buah :
Hijau: permukaan kulit tomat sepenuhnya berwarna hijau. Corak warna hijau
dapat dibedakan antara cerah dan gelap. Semburat Kuning : ada batas antara
warna hijau dengan kuning pucat, merah muda, merah tidak lebih dari 10% dari
keseluruhan kulit buah. Turning: lebih dari 10%, tetapi tidak lebih dari 30% pada
agregat kulit buah. Ada kombinasi warna antara hijau, kuning, merah muda,
hingga merah pucat. Merah muda : lebih dari 30%, tetapi tidak lebih dari 60%,
pada permukaan terlihat merah pucat dan merah. Merah cerah : lebih dari 60%,
tetapi tidak lebih dari 90% dari keseluruhan permukaan terlihat merah cerah
hingga merah. Merah : lebih dari 90% dari keseluruhan permukaan terlihat merah
Pemuliaan Tanaman
Pemuliaan tanaman adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan potensi genetik tanaman, sehingga diperoleh
varietas baru dengan hasil dan kualitas yang lebih baik. Umumnya perbaikan sifat
genetik tersebut dapat dicapai melalui tiga cara yaitu : (1) dengan penggabungan
sifat-sifat baik yang berasal dari dua atau lebih tetua, yang kemudian dilakukan
seleksi, (2) dengan seleksi sifat-sifat baik yang telah tersedia dalam suatu populasi
alam yang heterogen, (3) dengan manipulasi atau perubahan susunan genom dan
gen secara mutasi (Purwati, 1997).
Pada umumnya tujuan pemuliaan tanaman tomat adalah untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas, perbaikan ketahanan terhadap hama dan
penyakit tertentu, perbaikan sifat-sifat hortikultura, dan meningkatkan sifat untuk
mengatasi cekaman terhadap lingkungan tertentu, sehingga diperolehlah suatu
varietas unggul.
Untuk mendapatkan varietas baru dapat diperoleh dari sumber genetik
(plasma nutfah) atau dari hasil persilangan. Melalui serangkaian percobaan yang
dilakukan dari sumber genetik (plasma nutfah) maka dilakukan evaluasi. Apabila
hasil evaluasi tersebut baik bisa didapat varietas baru, namun bila belum
mendapatkan varietas unggul perlu dilakukan perakitan. Dalam penelitian ini
hanya sampai pada tahap evaluasi pertama setelah pemilihan plasma nutfah.
Setelah proses perakitan tersebut dilakukan evaluasi tahap dua. Galur yang
beradaptasi baik dapat dilepas sebagai varietas baru. Penelitian varietas baru yang
lebih unggul dari varietas yang telah beredar di masyarakat merupakan upaya
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur yang terletak
pada ketinggian 190 mdpl dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi
dan Hortikultura, IPB. Penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai Agustus 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang diuji terdiri dari 7 genotipe potensial, yaitu B0, M0, P0,
SMO64, R0, P, NP dan 2 pembanding EF1 dan PrmT. Alat yang digunakan dalam
penelitian meliputi ajir, meteran, tray, alat tulis, kamera, penetrometer,
handrefractometer dan alat-alat pertanian umum. Pupuk yang digunakan adalah
pupuk kandang, Urea, NPK mutiara, SP-36 dan KCl. Untuk melindungi tanaman
dari serangan hama dan penyakit digunakan, pestisida nabati, furadan 3G,
Curacron, Antracol, Kelthane.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
satu faktor dengan 7 genotipe potensial tomat dan 2 pembanding sebagai
perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Setiap satuan
percobaan terdapat 25 tanaman dengan 10 tanaman contoh, jarak tanam 60 cm x
60 cm. Secara statistik model rancangan yang digunakan adalah :
Yij = µ + τi + βj + εij
Keterangan:
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan genotipe ke-i βj = Pengaruh ulangan ke-j
εij = Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i dan ulangan ke-j i = 1,2,3,..9
j = 1,2,3
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-F dan apabila hasil
yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan uji nilai tengah dengan
Pelaksanaan
Persemaian dan Penanaman
Benih dikecambahkan dalam bak semai menggunakan media tanam bokasi
yang telah disterilkan. Setelah berumur tiga minggu tanaman dipindahkan ke
bumbungan selama tiga minggu. Lokasi persemaian berada di dalam nethouse.
Perawatan persemaian berupa penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari.
Sebelum penanaman, lahan dibersihkan dari gulma dan diolah dengan
menggunakan cangkul dan kored, lalu lahan dibiarkan terjemur matahari selama
dua minggu. Setelah 2 minggu pupuk kandang dan pupuk dasar yaitu SP-36
dicampur merata dengan tanah kemudian dilakukan pembuatan bedengan. Bibit
tomat ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm dan setiap bedengan ditanami 2
baris tomat. Penanaman dilakukan dengan cara transplanting dan setelah itu
dilakukan penyiraman. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl diberikan dengan cara
melingkar.
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiangan, penyiraman, pengajiran, pemangkasan,
perempelan, pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Penyiangan dilakukan pada gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman.
Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari.
Pengajiran dilakukan untuk membantu tanaman agar kokoh,
mengoptimalkan sinar matahari ke tanaman, membantu penyebaran tunas, daun,
ranting tomat supaya teratur dan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2 MST.
Ajir dipasang tegak di setiap tanaman tomat dengan jarak 10 cm, tanaman
diikatkan ke ajir dengan menggunakan tali rafia dengan membentuk angka 8.
Pengajiran dilakukan kepada semua tanaman baik tomat determinate maupun
indeterminate.
Pemupukan dilakukan seminggu sekali. Pemupukan dilakukan
menggunakan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 8 g/L air. Penyemprotan
Pengamatan
Pengamatan dilakukan tiap minggu. Beberapa peubah yang diamati pada
penelitian ini adalah peubah fisik dan kimia. Pengamatan yang diamati meliputi:
1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tanaman
setelah panen kedua.
2. Jumlah daun majemuk, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe.
3. Umur berbunga, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe.
4. Umur panen, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe.
5. Jumlah fruitset, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe.
6. Ukuran buah, meliputi diameter buah dari 10 buah setiap genotipe di
setiap ulangan.
7. Bobot per buah, diamati dari 10 buah tiap genotipe di setiap ulangan.
8. Bobot buah per tanaman, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe.
9. Kekerasan pada buah diukur dengan menggunakan alat penetrometer.
10.Kandungan padatan terlarut total diukur dengan menggunakan
handrefractometer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Agustus 2011. Penyemaian
dilakukan di kebun IPB Tajur, benih yang berkecambah mengalami etiolasi
karena kekurangan cahaya matahari saat disemai beberapa saat sebelum
penanaman bibit atau transplanting.
Penanaman bibit dilakukan saat bibit berumur 42 hari, seharusnya
penanaman bibit dilakukan ketika bibit berumur 25-35 hari, kondisi ini
disebabkan terlambat dalam melakukan pembumbunan. Disamping itu kondisi
ruang semai yang kurang pencahayaan serta kelembaban relatif tinggi, beberapa
bibit yang telah dibumbun terserang jamur. Penanaman bibit dilakukan pada pagi
hari agar tanaman tidak mengalami stres. Berdasarkan data Stasiun Meteorologi
dan Geofisika, Bogor (2008), pada bulan April hingga Agustus, di kebun
percobaan IPB Tajur curah hujan rata-rata 188,34 mm/bulan, suhu 25,54°C dan
kelembaban 82,1%.
Menurut Sutarya et al (1995) waktu tanam tomat yang baik adalah ditanam
sebelum musim hujan berakhir yakni bulan April-Mei, sehingga curah hujan tidak
menyebabkan kerusakan batang tanaman dan meningkatnya serangan OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman).
Penanaman dilakukan pada bulan April, namun karena perubahan iklim
global menyebabkan hingga bulan Juni hujan masih sering turun, hal ini
mengakibatkan beberapa tangkai tomat patah dan akibat kondisi lembab disertai
suhu yang tinggi beberapa tanaman tomat terserang OPT.
Beberapa hama yang menyerang tomat selama penelitan adalah ulat buah
tomat (Helicoverpa armigera Hubn.) dan ulat grayak (Spodoptera litura F.).
Serangan hama tersebut tidak menurunkan kuantitas hasil panen, namun
menurunkan kualitas hasil atau penampilan buah.
Gambar 2. Tomat yang terserang hama (A) ulat buah tomat (Helicoverpa armigera Hubn.) (B) ulat grayak (Spodoptera litura F.).
Penyakit yang menyerang tanaman tomat antara lain: penyakit rebah
kecambah yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani Kuhn. yang menyerang bibit
semai tomat di persemaian, penyakit antraknos (Colletotrichum coccodes) dengan
serangan tidak parah, penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum) yang
menyerang beberapa tanaman contoh, serta penyakit virus kuning dan daun
menggulung yang menyebabkan tanaman menjadi kerdil.
Rekapitulasi Uji F Berbagai Peubah
Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi sidik ragam pada berbagai
peubah yang diamati menunjukkan bahwa perlakuan genotipe berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun majemuk, jumlah fruit set, umur berbunga,
umur panen, panjang buah, diameter buah, diameter tinggi buah, kekerasan
pangkal buah, kekerasan tengah buah, kekerasan ujung buah, PTT, TAT, jumlah
buah per tanaman, bobot buah per tanaman, dan bobot per buah. Perlakuan
genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya (Tabel 2).
Tabel 2. Rekapitulasi Uji F Berbagai Peubah
Peubah KT F hit KK (%)
Tinggi Tanaman 728.066615** <.0001 6.31
Jumlah Daun Majemuk 145.839583** <.0001 6.67
Jumlah Fruit Set 80.2190972** <.0001 14.61
Umur Berbunga 11.94270833** <.0001 2.49
Umur Panen 76.65277778** 0.0005 1.31
Panjang Buah 47.8583384tn 0.1130 9.79
Diameter Buah 63.3719045* 0.0113 10.51
Diameter Tinggi Buah 89.6179259** 0.0036 6.97
Kekerasan Pangkal Buah 143.852057* 0.0157 17.50
Kekerasan Tengah Buah 197.268924* 0.0321 16.53
Kekerasan Ujung Buah 258.767999* 0.0270 20.62
PTT 0.29220677tn 0.398 6.75
TAT 0.01220816** 0.0098 12.96
Jumlah Buah per Tanaman 493.574670** 0.0008 20.44
Bobot Buah per Tanaman 695284.345* 0.0219 23.81
Bobot per Buah 329.761648* 0.0107 16.52
Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5%
** berpengaruh nyata pada taraf 1%
tn
tidak berpengaruh nyata
Hasil di atas juga menunjukkan bahwa terdapat berbagai nilai koefisien
keragaman (KK) pada sejumlah peubah yang diamati. Nilai KK tertinggi
dimiliki oleh peubah umur panen. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan
memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap peubah yang diamati. Nilai KK
menunjukkan tingkat ketepatan perlakuan dan menunjukkan pengaruh lingkungan
dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan oleh suatu percobaan (Gomez dan
Gomez, 1995).
Peubah Vegetatif
Dari ke-9 genotipe dan varietas yang diuji, tiga diantaranya memiliki tipe
pertumbuhan determinate (R0, NP dan EF1) dan enam lainnya memiliki tipe
pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt). Peubah yang
diamati saat fase vegetatif adalah tinggi tanaman dan jumlah daun majemuk.
Tinggi Tanaman
Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan determinate pada
ujung tanaman terdapat tandan bunga dan pada setiap ruas batang, sehingga tinggi
tanaman setelah fase generatif muncul cenderung stabil (Jaya, 1997), seperti pada
genotipe R0, NP dan varietas EF1. Sedangkan tanaman yang memiliki tipe
pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt) memiliki
percabangan yang rimbun dan tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang
dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda.
Kedua tipe pertumbuhan tersebut mempunyai karakter yang
menguntungkan dan merugikan. Menurut Harjadi (1989) tanaman tomat dengan
tipe indeterminate pematangan buahnya tidak serempak sehingga dapat dipanen
berkali-kali. Oleh sebab itu tomat jenis ini sangat cocok untuk tujuan konsumsi
segar. Kerugiannya menurut Villareal (1980) tomat jenis ini memerlukan
budidaya yang sangat intensif karena memerlukan penopang ajir dan tenaga kerja
yang lebih banyak.
Pada awal pertumbuhan tinggi tanaman masih terlihat seragam, belum
terlihat perbedaan antara varietas yang bersifat determinate dan indeterminate.
Pada awal pertumbuhan tinggi tanaman pada sembilan genotipe dan varietas tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata pada umur 1 MST hingga 5 MST. Tinggi
Tabel 3 menunjukkan tinggi tanaman genotipe B0, P0, dan P lebih tinggi
dibandingkan dengan varietas EF1 tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas
Prmt. Genotipe R0 memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan dua
varietas pembanding. Sedangkan genotipe M0, SMO64 dan NP tidak berbeda
nyata dengan dua varietas pembanding.
Tabel 3. Nilai Tengah Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Majemuk 7
Genotipe dan 2 Varietas Pembanding.
Genotipe Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun
Majemuk
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.
Jumlah Daun
Pada tanaman bertipe indeterminate yang memiliki percabangan rimbun,
mempunyai jumlah daun yang lebih banyak dibanding tanaman dengan tipe
pertumbuhan determinate. Jumlah daun pada sembilan genotipe dan varietas tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata dari 1 MST hingga 6 MST.
Pengamatan menunjukkan (Tabel 3) semua genotipe tidak berbeda nyata
dengan varietas pembanding. Genotipe P0 memiliki jumlah daun majemuk lebih
rendah dibandingkan varietas Prmt. Jumlah daun majemuk genotipe R0 dan NP
lebih sedikit dari pada dua varietas EF1 dan Prmt, dikarenakan tanaman
Peubah Generatif
Penelitan ini mengamati karakter kuantitatif pada fase generatif seperti
pengamatan pada umur berbunga, umur panen dan jumlah fruit set tanaman tomat
yang diteliti. Pengamatan umur berbunga dan umur panen ditentukan dari jumlah
hari setelah transplanting hingga 75% bunga mekar (umur berbunga) atau buah
masak (umur panen).
Gambar 4. Penampilan fruitset beberapa genotipe penelitian (A) Genotipe P0 (B) Genotipe M0 (C) Genotipe SMO64.
Tabel 4. Nilai Tengah Umur Berbunga, Umur Panen, dan Jumlah Fruit Set 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding.
Genotipe
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.
Berdasarkan Tabel 4, pada peubah umur berbunga, genotipe B0 lebih
cepat dibandingkan varietas EF1, namun lebih lambat dibandingkan dengan
varietas Prmt. Umur berbunga genotipe P0, SMO64 dan P lebih lama
dibandingkan dengan varietas Prmt. Sedangkan umur berbunga genotipe R0 dan
NP lebih lama dibandingkan dua varietas pembanding.
Umur panen genotipe B0 dan M0 tidak berbeda nyata dengan varietas
dijumlahkan dari panen pertama hingga panen ke-5. Tabel 5 menunjukkan bahwa
genotipe SMO64, R0 dan NP memiliki jumlah buah pertanaman lebih rendah
dibandingkan dua varietas pembanding EF1 dan Prmt.
Tabel 5. Nilai Tengah Produksi 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding
Genotipe Jumlah Buah
Sedangkan jumlah buah pertanaman genotipe B0, M0, P0, dan P tidak
berbeda nyata dibandingkan dengan dua varietas pembanding. Jumlah buah
pertanaman genotipe yang diamati berkisar antara 9.6-48.9 buah, sedangkan
jumlah buah pada varietas yang menjadi pembanding berkisar 50.7-53.3 buah
(Tabel 5).
Bobot Buah per Tanaman
Bobot buah pertanaman dari suatu genotipe yang diuji berkisar antara
952.7-2411.8 gram, untuk varietas pembanding berkisar 2310.4-2497.5 gram
(Tabel 5). Pada data terlihat bahwa genotipe B0, M0, P0, SMO64 dan NP memilki
bobot buah pertanaman tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding.
Bobot buah pertanaman genotipe P menghasilkan nilai yang lebih rendah
dibandingkan varietas EF1. Bobot buah pertanaman genotipe R0 lebih rendah
dibandingkan kedua varietas pembanding.
Produktivitas suatu genotipe yang diuji berkisar 12,74-38,01 ton/ha,
sedangkan varietas pembanding berkisar 42,58-44,95 ton/ha (Tabel 5). Genotipe
B0 memiliki produktivitas paling besar dibandingkan genotipe yang lain berkisar
38,01 ton/ha, menyusul genotipe M0 (34,00 ton/ha) dan SMO64 (32,38 ton/ha).
Terendah R0 hanya berkisar 12,74 ton/ha.
Bobot Rata-rata Buah
Dalam budidaya tomat, perlu mengetahui tujuan pemasarannya. Tomat
memiliki ukuran yang beragam, diameter buah juga berkorelasi dengan bobot
buah, walaupun tidak ada pengaruh antara bobot buah dengan tipe buah (Jones,
2008). Bobot rata-rata buah merupakan hasil bagi antara bobot buah per tanaman
dengan jumlah buah.
Pada panen pertama dan kedua genotipe dan varietas pembanding
memiliki bobot rata-rata buah lebih tinggi dibanding bobot rata-rata akhir, hal ini
disebabkan pada panen akhir terdapat jumlah buah yang banyak namun bobotnya
relatif kecil, sehingga mempengaruhi bobot rata-rata buah akhir. Bobot rata-rata
buah dari genotipe yang diuji berkisar 38.89-73.94 gr/buah. Sedangkan varietas
berbeda nyata dengan varietas E F1 dan Prmt, sedangkan bobot perbuah genotipe
SMO64 lebih tinggi dibandingkan dua varietas pembanding.
Gambar 5. Keragaan Tujuh Genotipe dan Dua Varietas Pembanding Tomat
Peubah Kualitatif
Pada pengamatan dimensi buah dilakukan tiga pengukuran panjang (lingkar
buah), lebar (bentuk ujung buah) dan tinggi buah. Hal ini guna memperoleh
gambaran rata-rata bentuk dasar buah tomat, sehingga dapat dikategorikan
kedalam buah bulat pipih, bulat, bulat persegi, silinder dan pear (Jaya, 1997).
Pada peubah diameter buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua
varietas pembanding, kecuali diameter lebar buah genotipe SMO64 lebih besar
dibandingkan varietas EF1 dan Prmt. Pada peubah diameter tinggi buah (DTB),
semua genotipe tidak berbeda nyata dengan pembanding, kecuali DTB genotipe
R0 lebih kecil dibandingkan varietas EF1. DTB genotipe P0 dan P lebih tinggi
dibandingkan varietas Prmt (Tabel 6).
Kekerasan Buah
Nilai kekerasan buah diukur dengan penetrometer, kekerasan buah makin
tinggi bila nilai pada penetrometer makin kecil. Berdasarkan Tabel 5 pada peubah
kekerasan pangkal buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas
pembanding, kecuali kekerasan pangkal buah genotipe R0 lebih tinggi
dibandingkan varietas EF1. Pada peubah kekerasan tengah buah semua genotipe
dibandingkan dua varietas pembanding yaitu EF1 dan Prmt. Pada peubah
kekerasan ujung buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas
pembanding. Kekerasan ujung buah genotipe R0 lebih tinggi dibandingkan
varietas EF1 dan Prmt.
Kandungan total asam tertitrasi dipengaruhi oleh faktor asam-asam organik
pada buah. Asam-asam organik ini digunakan sebagai substrat dalam proses reaksi
metabolisme sebagai cadangan makanan yang nantinya akan diubah menjadi gula
atau direspirasikan (Santoso dan Purwoko, 1995).
Tabel 6. Nilai Tengah Dimensi Buah, Kekerasan Buah, dan TAT 7 Genotipe
Heritabilitas
Nilai heritabilitas berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0
berarti bahwa variabilitas fenotipe terutama disebabkan oleh faktor lingkungan,
sedangkan variabilitas dengan nilai 1 berarti variabilitas fenotipe terutama
disebabkan oleh genotipe. Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin
tinggi, sebaliknya makin mendekati 0 heritabilitasnya makin rendah. Heritabilitas
dalam arti luas digunakan untuk menduga nilai proporsi pengaruh genetik
terhadap penampilan fenotipe. Tabel 7 menunjukkan nilai duga heritabilitas yang
diamati dengan kisaran 70.55-96.52%.
Tabel 7. Nilai Duga Heritabilitas dalam Arti Luas
No Peubah h² bs (%)
1 Tinggi Tanaman 93.55 (tinggi)
2 Jumlah Daun Majemuk 95.44 (tinggi)
3 Jumlah Fruit Set 94.49 (tinggi)
4 Umur Berbunga 96.52 (tinggi)
5 Umur Panen 89.66 (tinggi)
6 Diameter Buah 78.20 (tinggi)
7 Diameter Tinggi Buah 83.82 (tinggi)
8 Kekerasan Pangkal Buah 76.13 (tinggi)
9 Kekerasan Tengah Buah 70.55 (tinggi)
10 Kekerasan Ujung Buah 72.06 (tinggi)
11 TAT 79.03 (tinggi)
12 Jumlah Buah per Tanaman 88.67 (tinggi)
13 Bobot Buah per Tanaman 73.76 (tinggi)
14 Bobot per Buah 78.56 (tinggi)
Pendugaan nilai karakter dengan nilai duga heritabilitas tinggi
menunjukkan karakter yang muncul terutama lebih banyak dikendalikan oleh
faktor genetik dan sedikit dipengaruhi lingkungan. Suatu populasi yang secara
genetik berbeda yang hidup pada lingkungan yang sama kemungkinan besar dapat
memperlihatkan nilai duga heritabilitas yang berbeda untuk suatu karakter yang
faktor karakteristik populasi, sampel genotipe yang dievaluasi serta metode
perhitungan (Fehr, 1987).
Menurut Syukur et al. (2009) tinggi rendahnya nilai heritabilitas
digolongkan berdasarkan tiga kategori : a). Rendah (H2bs< 0.2), b). Sedang (0.2 ≤
H2bs≤ 0.5), c). Tinggi (H2bs> 0.5). Karakter 14 peubah yang diamati terbukti
memiliki heritabilitas yang tinggi (h² bs = 70.55-96.52%, Tabel 6). Hal ini
KESIMPULAN DAN SARAN
nyata dengan varietas pembanding. Genotipe M0 dan SMO64 memiliki nilai
fruitset yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding.
Tiga genotipe (B0, M0 dan SMO64) yang diuji menunjukkan
produktivitas diatas 30 ton/ha, walaupun dari segi produktivitas masih di bawah
varietas pembanding. Genotipe EF1 menghasilkan bobot total terbesar, genotipe
SMO64 memiliki ukuran buah serta bobot rata-rata buah paling tinggi, pada
peubah kualitatif secara umum semua genotipe tidak berbeda nyata dengan
varietas pembanding, kecuali genotipe R0.
Karakter 14 peubah yang diamati terbukti memiliki heritabilitas yang
tinggi (h² bs = 70.55-96.52%). Hal ini menunjukkan bahwa penampilan lebih
ditentukan oleh faktor genetik. Karakter tersebut lebih mudah diwariskan pada
generasi berikutnya, sehingga seleksinya dapat dilakukan pada generasi awal.
Saran
Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti dalam pengujian
genotipe-genotipe introduksi, maka diperlukan pengujian lebih lanjut dengan
mengelompokkan ke dalam kategori yang tingkat potensinya tidak terlalu
berbeda. Perlu dilakukan kegiatan pemuliaan untuk genotipe dengan jumlah buah
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2008. Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Csizinsky A.A, D.J Schuster, Jones J.B, V.J.C Lenteren 2005. Crop Protection. P: 201-209, in Heuvelink, E. (ed). Tomatoes. CABI Publishing. Massachusetts.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1990. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bharata. Jakarta.
Fehr, W.R. 1987. Principles of Cultivar Development, Vol.1: Theory and Technique. Iowa State University. MacMillan Publ. Co. New York.
Gomez, K.A. and A.A Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hal.
Harjadi, S. S., dan H. Sunarjono. 1989. Budidaya Tomat. Hal: 244-269. Dalam Harjadi, S.S. (ed), Dasar-dasar Hortikultura. Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, IPB. Bogor.
Jaya, B. 1997. Botani Tanaman Tomat. Teknologi Produksi Tomat: 25-37. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
Jones, B Jr. 2008. Tomato Plant Culture. In the field, Greenhouse and Home Garden. CRC Press. New York. 399 p.
Kader, A. A. 1985. Post Harvest Technology of Horticulture Crops. Div. Of Agriculture. University of California. USA.
Kementerian Pertanian Indonesia. 2010. Budidaya Tomat Dataran Rendah. http://www. Epetani/elektronik petani/budidaya-tomat-dataran-rendah-1483.htm.[18Februari 2011].
Purwati, E. 1997. Pemuliaan Tanaman Tomat. Teknologi Produksi Tomat: 42-58. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
Purwati, E. 2008. Hubungan antara karakteristik fenotipik buah tomat dengan jumlah biji. Jur. Agrigor 7(3): 222-229.
Purwati, E. 2009. Daya hasil tomat F1 (Hibrida) di dataran medium. Jur. Hortikultura 19(2): 125-130.
Sutarya, R., G. J. H. Grubben, dan H. Sutarno. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gajah Mada University Press, bekerjasama dengan Prosea indonesia dan Balithort Lembang.
Syukur,M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 300 hal.
Tugiyono, H. 2007. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Villareal, R.L. 1979. Tomato production in the tropics-problem and progress. P: 6-10, in Cowell, R. (ed). 1st International Symposium on Tropical Tomato. AVRD Publication. Taiwan.
Lampiran 1. Gambar Dokumentasi Penelitian
Penyiraman bibit tomat Populasi tiap bedeng
Penampilan fruitset
Buah yang terserang ulat grayak
Batang patah akibat deraan hujan Keragaan buah tomat
Tabel 1. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 633.598.389 316.799.194 5.77 0.0193
Varietas 8 1.294.080.250 728.066615 2.95 <.0001
Galat 11 604.044.278 54.913.116
Corrected Total 21 2.653.423.500
KK(%) 6.31
Tabel 2. Sidik Ragam Karakter Jumlah Daun Majemuk
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 16.227500 8.113750 1.04 0.3926
Varietas 8 1167.224167 145.839583 18.68 <.0001
Galat 11 70.280833 7.808981
Corrected Total 21 1291.069500
KK (%) 6.67
Tabel 3. Sidik Ragam Karakter Jumlah Fruitset
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 6870.100556 3435.050278 4.68 0.0339
Varietas 8 1976.215278 80.2190972 0.34 <.0001
Galat 11 8078.23444 734.38495
Corrected Total 21 18670.12000
Tabel 4. Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 133.4288889 66.7144444 7.40 0.0092
Varietas 8 267.8675000 11.94270833 3.71 <.0001
Galat 11 99.1711111 9.0155556
Corrected Total 21 536.4095455
KK (%) 2.49
Tabel 5. Sidik Ragam Karakter Umur Panen
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 2769.201667 1384.600833 5.50 0.0221
Varietas 8 1101.335833 76.65277778 0.55 0.0005
Galat 11 2769.471667 251.770152
Corrected Total 21 7411.445909
KK (%) 1.31
Tabel 6. Sidik Ragam Karakter Diameter Buah
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 1227.337622 613.668811 5.01 0.0284
Varietas 8 1101.454328 63.3719045 1.12 0.0113
Galat 11 1347.110261 122.464569
Corrected Total 21 3877.385786
Tabel 7. Sidik Ragam Karakter Panjang Buah
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 40.9209764 20.4604882 2.43 0.1337
Varietas 8 861.0803986 89.6179259 12.78 0.0036
Galat 11 92.651690 8.422881
Corrected Total 21 1029.787986
KK (%) 6.97
Tabel 8. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Pangkal Buah
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 29.9298264 14.9649132 0.16 0.8511
Varietas 8 766.0298653 143.852057 1.05 0.0157
Galat 11 1005.948257 91.449842
Corrected Total 21 1787.437345
KK (%) 17.50
Tabel 9. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Tengah Buah
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 44.286210 22.143105 0.24 0.7870
Varietas 8 1454.178996 197.268924 2.01 0.0321
Galat 11 994.850724 90.440975
Corrected Total 21 2489.678109
Tabel 10. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Ujung Buah
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 456.278593 228.139297 1.70 0.2275
Varietas 8 1368.344940 258.767999 1.27 0.0270
Galat 11 1477.061024 134.278275
Corrected Total 21 3028.504186
KK (%) 20.62
Tabel 11. Sidik Ragam Karakter Total Asam Tertitrasi
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 818.3008222 409.1504111 5.05 0.0278
Varietas 8 446.1340278 0.01220816 0.69 0.0098
Galat 11 891.247694 81.022518
Corrected Total 21 2345.517550
KK (%) 12.96
Tabel 12. Sidik Ragam Karakter Jumlah Buah per Tanaman
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 389.039289 194.519644 2.36 0.1401
Varietas 8 4674.793744 493.574670 7.10 0.0008
Galat 11 905.626044 82.329640
Corrected Total 21 6178.296436
Tabel 13. Sidik Ragam Karakter Bobot Buah per Tanaman
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 656422.261 328211.131 0.95 0.4148
Varietas 8 9583844.021 695284.345 3.48 0.0219
Galat 11 3783918.43 343992.58
Corrected Total 21 14746209.65
KK (%) 23.81
Tabel 14. Sidik Ragam Karakter Bobot per Buah
Sumber
Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F
Ulangan 2 573.600350 286.800175 2.13 0.1649
Varietas 8 1511.622950 329.761648 1.41 0.0107
Galat 11 1479.039750 134.458159
Corrected Total 21 3934.136727
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) merupakan salah satu jenis
sayuran yang sudah dikenal luas masyarakat. Rasa buah tomat adalah manis segar
yang dapat memberikan kesegaran pada tubuh. Tomat sebagai komoditas sayuran
berperan pula dalam penyediaan bahan baku industri makanan.
Tomat mengandung zat lycopen yang tinggi. Lycopen ini merupakan
pigmen yang menyebabkan tomat berwarna merah. Seperti halnya betakaroten,
lycopen termasuk ke dalam golongan karotenoid. Zat lycopen berkhasiat untuk
mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit seperti kanker paru-paru,
kanker prostat, kanker rahim, tumor pankreas dan tumor tenggorokan (Cahyono,
2008). Karena cita rasa dan manfaat tomat inilah, konsumsi akan komoditas tomat
sangat tinggi dan menjadi komoditas perdagangan internasional.
Komoditas tomat yang beradaptasi luas akan lebih mudah
pengembangannya dibanding komoditas sayuran yang menghendaki kondisi
lingkungan tertentu. Keterbatasan areal budidaya tanaman tomat di dataran tinggi
dan sangat beresiko terjadinya degradasi lingkungan. Hal ini jelas merupakan
ancaman bagi kelangsungan sistem pertanian dan tantangan bagi upaya
konservasinya.
Upaya pengembangan tomat dari tahun ke tahun terus meningkat (Hadi,
1994 dan BPS, 2010). Hal ini memberikan indikasi bahwa potensi pengembangan
tomat di dataran rendah sangat prospektif. Namun masih terdapat berbagai
kendala dalam budidaya tomat di dataran rendah, antara lain : (i) Kesesuaian
iklim. Tomat tumbuh baik pada temperatur antara 65°F-90°F (18,3°C-32,2°C)
dengan kelembaban udara sekitar 95% (Jones, 2008), (ii) Produktivitas. Perlu
adanya peningkatan produktivitas tomat dataran rendah. Saat ini tanaman tomat
dataran rendah memiliki produktivitas lebih rendah dibandingkan dengan tomat
yang dibudidayakan di dataran tinggi, (iii) Kualitas Buah. Tomat yang ideal
memiliki ukuran yang seragam, warna buah merata, berdaging buah tebal dan
dan penyakit. Tanaman tomat dataran rendah rentan terhadap penyakit, curah
hujan tinggi disertai temperatur tinggi mudah terserang Pseudomonas
solanacearum (penyakit layu bakteri), sehingga hasil buahnya akan rendah
(Villareal, 1980).
Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan
Hortikultura IPB perlu melakukan perakitan varietas unggul baru. Upaya tersebut
diharapkan dapat mencari varietas tomat unggul. Varietas-varietas tersebut
diharapkan dapat dibudidayakan dengan baik pada dataran rendah, dengan
produktivitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, yang penting pula
memiliki tekstur kulit yang lebih tebal sehingga saat proses pengangkutan, buah
tidak mudah rusak. Masalah yang dihadapi dalam penggunaan galur-galur
potensial adalah fenomena perbedaan hasil bila ditanam pada lingkungan yang
berbeda. Untuk itu diperlukan pengujian untuk mengetahui daya hasil dan kualitas
varietas tersebut dengan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kondisi tempat
suatu varietas akan dibudidayakan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji serta membandingkan daya hasil
dan kualitas 9 genotipe potensial tomat yang ditanam di dataran rendah.
Hipotesis
Terdapat genotipe yang memiliki daya hasil dan kualitas lebih baik
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Tomat
Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis
Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali
berasal dari Amerika Latin yang dibawa oleh orang Spanyol dan Portugis pada
abah ke-16. Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh
dengan baik pada iklim yang berbeda dari daerah asalnya (Villareal, 1979).
Klasifikasi botani tomat memiliki sejarah yang menarik, pertama kali
tomat ditempatkan pada genus Solanum, bersama dengan kentang, dan
diidentifikasikan sebagai Solanum lycopersicon. Walaupun telah diubah menjadi
Lycopersicum esculentum, hal ini memiliki arti sederhana “dapat dimakan”.
Walau terdapat persamaan karakteristik antara kentang dengan tomat, warna
bunga terutama pada bentuk dan struktur tepung sari yang membedakan kedua
tanaman tersebut.
Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk famili Solaneceae.
Secara lengkap para ilmuwan mengklasifikasikan tanaman tomat dengan
sistematik sebagai berikut. Kingdom Plantae, Subkingdom Tracheobionia,
Division Magnoliophyta, Class Magnoliopsida, Subclass Asteridae, Ordo
Solanales, Family Solaneceae, Genus Solanum, Spesies Lycopersicum esculentum
(Jones, 2008).
Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum MILL.) adalah tanaman
semusim, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman
berbunga (Angiospermae). Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stippelae
(daun penumpu). Jumlah daunnya ganjil, antara 5-7 helai. Di sela-sela pasangan
daun terdapat 1-2 pasang daun kecil yang berbentuk delta (Tugiyono, 2007).
Tanaman tomat termasuk tanaman semusim (berumur pendek). Artinya
tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat
berbentuk perdu yang tingginya dapat mencapai ± 2 meter. Oleh karena itu
tanaman tomat perlu diberi penopang atau ajir agar tidak roboh di tanah tetapi
Untuk dapat berproduksi dengan baik diperlukan perkembangan organ
yang baik. Organ-organ penting tersebut antara lain sebagai berikut :
Akar. Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke
dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah samping tetapi
dangkal. Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan tumbuh dengan
baik bila ditanam pada lahan yang gembur atau porous. Ketersediaan air dan
nutrisi merupakan dua faktor penting pada lingkungan perakaran, memiliki
dampak pada perkembangan tanaman.
Batang. Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga bulat,
berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara
bulu-bulu tersebut terdapat rambut kelenjar. Batangnya berwarna hijau, pada ruas-ruas
batang mengalami penebalan, dan pada ruas-ruas bawah tumbuh akar pendek.
Selain itu batang tomat dapat bercabang dan apabila tidak dilakukan pemangkasan
akan bercabang banyak yang menyebar secara merata.
Daun. Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan membentuk celah-celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun berwarna
hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7. Ukuran daun
sekitar (15-30) cm x (10-25) cm dengan panjang tangkai sekitar 3-6 cm. Diantara
daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil. Daun
majemuk pada tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral mengelilingi
batang tanaman.
Bunga. Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm
dan berwarna kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna
hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lainnya adalah
mahkota bunga, berjumlah 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. Bunga tomat
merupakan bunga sempurna, karena benang sari dan kepala putik terletak pada
bungan yang sama. Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik
berwarna kekuningan.
Buah. Buah tomat memiliki bentuk yang bervariasi, bergantung pada
jenisnya. Ada buah tomat yang berbentuk bulat, oval, dan bulat persegi. Ukuran
nya sangat bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki bobot 8 gram dan
berwarna hijau-muda, bila sudah matang berubah menjadi merah. Buah tomat
muda memiliki rasa getir dan beraroma tidak sedap, sebab masih mengandung zat
lycopersicin yang berbentuk lendir.
Aroma yang tidak sedap itu akan hilang dengan sendirinya pada saat buah
memasuki fase pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah menjadi
manis agak masam yang mencirikan rasa buah tomat. Buah tomat terdiri dari 2
hingga 12 lokul yang mengandung banyak biji (Jones, 2008).
Agriklimat
Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah
gembur dengan pH antara 5-6. Temperatur udara yang terbaik bagi pertumbuhan
tomat adalah 23°C pada siang hari dan 17°C pada malam hari. Selisihnya adalah
6°C. Suhu yang tinggi diikuti kelembaban yang relatif tinggi menyebabkan
penyakit daun berkembang, sedangkan kelembaban yang relatif rendah dapat
mengganggu pembentukan buah. Untuk tanaman tomat yang masih muda,
kelembaban relatif tinggi (95%) akan merangsang pertumbuhan, karena asimilasi
menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak.
Mutu Buah Tomat
Buah tomat sangat mudah berubah, baik dari segi fisik maupun
karakteristik kimia. Ada dua penggunaan utama komoditas tomat : pengolahan
dan konsumsi pasar segar.
Komponen kualitas buah tomat untuk tipe olahan memiliki komponen
kualitas yaitu warna, pH, total keasaman dan total padatan terlarut. Sedangkan
komponen kualitas buah tomat untuk konsumsi segar meliputi ukuran, bentuk,
kekerasan dan permukaan kulit yang bebas dari cacat dan serangan hama
penyakit.
Bentuk fisik dari buah tomat dipengaruhi oleh varietasnya, apakah bundar,
oxheart, menyerupai plum. Ada beberapa kelainan buah yang akan mengubah
bentuk buah. Salah satu kasus umum kesalahan bentuk disebabkan karena
lebih lokul tidak mengandung jumlah biji yang dibutuhkan untuk mengisi ruang
tersebut.
Kekerasan kulit buah ditentukan oleh beberapa faktor. Umumnya
penanganan dan penyimpanan buah dari waktu panen hingga waktu pengiriman
ke pasar akan berpengaruh signifikan terhadap bagaimana buah tersebut
dikomsumsi oleh konsumen. Faktor tersebut terkait oleh penyimpanan yang sesuai
dan penanganan yang tepat. Faktor lain adalah hara kalium dan nitrogen, tanaman
yang mendapat cukup kalium akan secara normal menghasilkan buah yang keras,
tanaman yang tidak mendapatkan asupan hara kalium dan nitrogen yang seimbang
akan menghasilkan kulit buah yang tipis.
Tabel 1. Ukuran Buah Tomat dalam Beberapa Kategori
Ukuran buah Diameter (mm)
Klasifikasi Warna. Berikut ini adalah indikator dari tahap-tahap
kematangan untuk beberapa macam kemasakan buah :
Hijau: permukaan kulit tomat sepenuhnya berwarna hijau. Corak warna hijau
dapat dibedakan antara cerah dan gelap. Semburat Kuning : ada batas antara
warna hijau dengan kuning pucat, merah muda, merah tidak lebih dari 10% dari
keseluruhan kulit buah. Turning: lebih dari 10%, tetapi tidak lebih dari 30% pada
agregat kulit buah. Ada kombinasi warna antara hijau, kuning, merah muda,
hingga merah pucat. Merah muda : lebih dari 30%, tetapi tidak lebih dari 60%,
pada permukaan terlihat merah pucat dan merah. Merah cerah : lebih dari 60%,
tetapi tidak lebih dari 90% dari keseluruhan permukaan terlihat merah cerah
hingga merah. Merah : lebih dari 90% dari keseluruhan permukaan terlihat merah
Pemuliaan Tanaman
Pemuliaan tanaman adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan potensi genetik tanaman, sehingga diperoleh
varietas baru dengan hasil dan kualitas yang lebih baik. Umumnya perbaikan sifat
genetik tersebut dapat dicapai melalui tiga cara yaitu : (1) dengan penggabungan
sifat-sifat baik yang berasal dari dua atau lebih tetua, yang kemudian dilakukan
seleksi, (2) dengan seleksi sifat-sifat baik yang telah tersedia dalam suatu populasi
alam yang heterogen, (3) dengan manipulasi atau perubahan susunan genom dan
gen secara mutasi (Purwati, 1997).
Pada umumnya tujuan pemuliaan tanaman tomat adalah untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas, perbaikan ketahanan terhadap hama dan
penyakit tertentu, perbaikan sifat-sifat hortikultura, dan meningkatkan sifat untuk
mengatasi cekaman terhadap lingkungan tertentu, sehingga diperolehlah suatu
varietas unggul.
Untuk mendapatkan varietas baru dapat diperoleh dari sumber genetik
(plasma nutfah) atau dari hasil persilangan. Melalui serangkaian percobaan yang
dilakukan dari sumber genetik (plasma nutfah) maka dilakukan evaluasi. Apabila
hasil evaluasi tersebut baik bisa didapat varietas baru, namun bila belum
mendapatkan varietas unggul perlu dilakukan perakitan. Dalam penelitian ini
hanya sampai pada tahap evaluasi pertama setelah pemilihan plasma nutfah.
Setelah proses perakitan tersebut dilakukan evaluasi tahap dua. Galur yang
beradaptasi baik dapat dilepas sebagai varietas baru. Penelitian varietas baru yang
lebih unggul dari varietas yang telah beredar di masyarakat merupakan upaya
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur yang terletak
pada ketinggian 190 mdpl dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi
dan Hortikultura, IPB. Penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai Agustus 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang diuji terdiri dari 7 genotipe potensial, yaitu B0, M0, P0,
SMO64, R0, P, NP dan 2 pembanding EF1 dan PrmT. Alat yang digunakan dalam
penelitian meliputi ajir, meteran, tray, alat tulis, kamera, penetrometer,
handrefractometer dan alat-alat pertanian umum. Pupuk yang digunakan adalah
pupuk kandang, Urea, NPK mutiara, SP-36 dan KCl. Untuk melindungi tanaman
dari serangan hama dan penyakit digunakan, pestisida nabati, furadan 3G,
Curacron, Antracol, Kelthane.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
satu faktor dengan 7 genotipe potensial tomat dan 2 pembanding sebagai
perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Setiap satuan
percobaan terdapat 25 tanaman dengan 10 tanaman contoh, jarak tanam 60 cm x
60 cm. Secara statistik model rancangan yang digunakan adalah :
Yij = µ + τi + βj + εij
Keterangan:
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan genotipe ke-i βj = Pengaruh ulangan ke-j
εij = Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i dan ulangan ke-j i = 1,2,3,..9
j = 1,2,3
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-F dan apabila hasil
yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan uji nilai tengah dengan
Pelaksanaan
Persemaian dan Penanaman
Benih dikecambahkan dalam bak semai menggunakan media tanam bokasi
yang telah disterilkan. Setelah berumur tiga minggu tanaman dipindahkan ke
bumbungan selama tiga minggu. Lokasi persemaian berada di dalam nethouse.
Perawatan persemaian berupa penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari.
Sebelum penanaman, lahan dibersihkan dari gulma dan diolah dengan
menggunakan cangkul dan kored, lalu lahan dibiarkan terjemur matahari selama
dua minggu. Setelah 2 minggu pupuk kandang dan pupuk dasar yaitu SP-36
dicampur merata dengan tanah kemudian dilakukan pembuatan bedengan. Bibit
tomat ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm dan setiap bedengan ditanami 2
baris tomat. Penanaman dilakukan dengan cara transplanting dan setelah itu
dilakukan penyiraman. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl diberikan dengan cara
melingkar.
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiangan, penyiraman, pengajiran, pemangkasan,
perempelan, pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Penyiangan dilakukan pada gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman.
Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari.
Pengajiran dilakukan untuk membantu tanaman agar kokoh,
mengoptimalkan sinar matahari ke tanaman, membantu penyebaran tunas, daun,
ranting tomat supaya teratur dan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2 MST.
Ajir dipasang tegak di setiap tanaman tomat dengan jarak 10 cm, tanaman
diikatkan ke ajir dengan menggunakan tali rafia dengan membentuk angka 8.
Pengajiran dilakukan kepada semua tanaman baik tomat determinate maupun
indeterminate.
Pemupukan dilakukan seminggu sekali. Pemupukan dilakukan
menggunakan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 8 g/L air. Penyemprotan