• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2009 hingga Juni 2010. Penanaman di lapang dilakukan di Kebun Percobaan IPB, Leuwikopo, Darmaga. Lokasi penanaman berada pada ketinggian 250 meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan jenis tanah latosol. Pengamatan pascapanen dilakukan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan berupa benih tetua genotipe IPB C120, IPB C5, dan benih F2 hasil persilangan genotipe IPB C120 dengan IPB C5. Pupuk yang digunakan meliputi Urea 150 kg/ha, SP-18 300 kg/ha, KCI 200 kg/ha, pupuk kandang 15 ton/ha, dan kapur pertanian 3 ton/ha. Selain itu digunakan pula pupuk NPK mutiara, pupuk daun, dan pestisida. Peralatan yang digunakan meliputi alat tanam, tray, mulsa plastik hitam perak, plastik, label, jangka sorong, meteran, timbangan digital, alat tulis, dan kamera digital.

Metode Penelitian

Populasi yang ditanam terdiri atas P1 (IPB C120) sebanyak 20 tanaman, P2 (IPB C5) sebanyak 20 tanaman, dan F2 (IPB C120 x IPB C5) sebanyak 280 tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap semua tanaman dalam populasi tersebut. Luas lahan yang digunakan adalah 100 m2 dengan 16 bedeng. Masing-masing bedeng berukuran 1 m x 5 m dengan jarak antar bedeng 0.5 m dan jarak tanam 0.5 m x 0.5 m.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan awal meliputi persiapan benih, penyemaian, dan persiapan lahan. Benih yang digunakan merupakan benih yang sehat dan diambil dari buah yang matang penuh. Media persemaian berupa kompos yang telah disterilisasi dalam oven dengan suhu 150 0C selama tiga jam. Media diisi ke dalam tray hingga 2/3

bagian. Selanjutnya benih ditanam dalam tray sebanyak satu benih/lubang dan ditutup kembali dengan media hingga penuh. Selama dipersemaian dilakukan penyiraman setiap hari agar memudahkan benih berkecambah dan tumbuh dengan baik. Dua minggu setelah persemaian dilakukan pemupukan dengan NPK mutiara dan Gandasil D masing-masing dosis 5 g/l dan 1 g/l setiap minggu hingga pindah lapang. Pengendalian hama dan penyakit di persemaian dilakukan dengan penyemprotan pestisida Antracol dan Curacon dengan dosis 0.5 g/l dan 1 ml/l. Bibit dipersemaian dipindahkan ke lapang pada tujuh minggu setelah semai.

Persiapan lahan dilakukan dengan pengolahan lahan dan pembuatan bedeng dengan tinggi 0.2 m, lebar 1 m, dan panjang 5 m tiap bedeng, serta jarak antar bedeng 0.5 m. Bedeng yang telah diolah ditambahkan pupuk kandang dan kapur pertanian dua minggu sebelum penanaman dilakukan. Bedengan ditutup dengan mulsa hitam perak empat hari sebelum penanaman. Penanaman dilakukan satu tanaman/lubang dengan jarak 0.5 m x 0.5 m. Setiap tanaman diikat tali rafia pada ajir agar kokoh dan menghindari kerobohan.

Pemeliharaan tanaman berupa penyiraman, pemupukan, penyemprotan pestisida, dan pewiwilan. Penyiraman dilakukan setiap hari jika tidak terjadi hujan. Pemupukan awal dilakukan pada saat pindah tanam dan setiap minggu menggunakan pupuk NPK mutiara dan Gandasil D dengan dosis masing-masing 10 g/l dan 2 g/l air. Pupuk dicampur, dilarutkan, dan disiramkan sebanyak 250 ml/tanaman. Pemupukan NPK dan Gandasil D bertujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman dan diberikan sampai tanaman mulai muncul buah. Penyemprotan pestisida dilakukan setiap minggu untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. Pestisida yang digunakan meliputi Curacon 2 ml/l, Kelthane 1 ml/l, Antracol 2 g/l, dan Dithane 6 g/l.

Pewiwilan dilakukan dengan membuang tunas yang tumbuh pada batang utama di bawah dikotomus. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan vegetatif tanaman dan menghindari munculnya serangan penyakit secara serentak. Menurut Widodo (2002) pewiwilan harus sudah selesai saat panen pertama. Keuntungan dari pewiwilan adalah untuk menjaga kelembaban, memperbaiki warna dan kualitas buah, serta meningkatkan produksi.

Pemanenan dilakukan dengan cara memetik seluruh buah yang sudah masak (75 % permukaan buah telah berwarna merah). Pemanenan dilakukan setiap minggu hingga minggu ke delapan. Panen pada pagi hari lebih baik untuk mendapatkan bobot buah yang optimal dan menjaga kesegaran buah.

Pengamatan

Pengamatan terdiri atas karakter kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan berdasarkan deskriptor cabai (IPGRI, 1995).

Karakter kualitatif terdiri atas:

1. Habitus tanaman (plant growth habit): diamati saat tanaman mulai berbuah.

2. Bentuk daun (leaf shape): diamati saat buah pertama mulai masak.

3. Bentuk batang (stem shape): cylindrical, angled, dan flattened. Diamati saat tanaman dewasa.

4. Warna batang (stem color): hijau, hijau garis ungu, dan ungu. Diamati saat tanaman dewasa.

Gambar 1. Bentuk Habitus Tanaman:3) prostrate, 5) intermediate (compact),7) erect

5. Warna buku (nodal anthocyanin): hijau, ungu terang, ungu, dan ungu gelap. Diamati saat tanaman dewasa.

6. Warna mahkota bunga (corolla colour): putih, kuning terang, kuning, kuning hijau, ungu dengan dasar putih, putih dengan dasar ungu, dan ungu. Diamati saat bunga mekar.

7. Posisi bunga (flower position): diamati saat antesis.

Gambar 3. Posisi Bunga: 3) pendant, 5) intermediate, 7) erect

8. Warna anter (anther colour): putih, kuning, biru pucat, biru, dan ungu. Diamati saat mekar sebelum antesis.

9. Warna filament (filament colour): putih, kuning, hijau, biru, ungu terang, dan ungu. Diamati saat antesis.

10. Bentuk pelekatan kelopak pada pangkal buah (fruit shape at pedicel attachment): diamati saat buah masak pada panen kedua.

11. Bentuk tepi kelopak buah (calyx margin): diamati saat buah masak pada panen kedua.

12. Bentuk buah (fruit shape ): diamati saat buah masak pada panen kedua. Gambar 4. Bentuk Pelekatan Kelopak pada Pangkal Buah: 1) acute,

2) obtuse, 3) truncate, 4) cordate, 5) lobate

Gambar 5. Bentuk Tepi Kelopak Buah: 3) entire, 5), intermediate, 7) dentate

13. Bentuk ujung buah (fruit shape at blossom end): diamati saat buah masak pada panen kedua.

14. Warna buah muda: putih, kuning, hijau, orange, ungu, dan ungu tua. 15. Warna buah masak: putih, kuning, orange, merah, ungu, coklat, dan hitam. 16. Permukaan kulit (fruit surface): lurus, keriting, semi-keriting. Diamati saat

buah masak pada panen kedua. Pengamatan kuantitatif meliputi:

1. Tinggi tanaman (plant height): diukur dari permukaan tanah hingga ujung titik tumbuh tertinggi setelah panen kedua (cm).

2. Tinggi dikotomus (stem length): diukur dari permukaan tanah hingga percabangan pertama setelah panen kedua (cm).

3. Diameter batang (stem diameter): diukur pada pertengahan jarak antara permukaan tanah hingga percabangan pertama setelah panen kedua (cm). 4. Lebar kanopi (plant canopy width): diukur setelah panen pertama pada bagian

yang terlebar.

Gambar 6. Bentuk Buah: 1) elongate, 2) almost round, 3) triangular, 4) campanulate, 5) blocky.

Gambar 7. Bentuk Ujung Buah: 1) pointed, 2) blunt, 3) sunken,4) sunken dan pointed

5. Umur berbunga (hari setelah tanam/HST): diamati saat bunga pertama muncul.

6. Umur panen (HST): diamati saat panen pertama.

7. Panjang buah (fruit length): diukur dari ujung hingga pangkal buah (cm). 8. Lebar buah (fruit width): terdiri atas diameter bagian pangkal, tengah, dan

ujung buah (cm).

9. Panjang petiol buah (fruit petiol length): diukur dari ujung petiol hingga pangkal yang merupakan perlekatan dengan pangkal buah (cm).

10. Bobot per buah (g).

11. Bobot buah per tanaman (g). 12. Jumlah buah per tanaman.

Analisis Data

Analisis data kualitatif pada populasi F2 dilakukan dengan menggunakan uji khi-kuadrat berdasarkan hukum Mendel dan penyimpangannya. Analisis data kuantitatif dilakukan menggunakan software Microsoft Excel dan SAS System9.1. 1. Uji khi-kuadrat (Crowder, 2006)

Keterangan:

X2 = nilai khi-kuadrat hitung Oi = nilai pengamatan fenotipe ke-i Ei = nilai harapan fenotipe ke-i 2. Heritabilitas(Nasir, 2001)

Keterangan :

h2bs = heritabilitas arti luas

2

P = ragam fenotipe populasi P1

2

P2 = ragam fenotipe populasi P2

2

3. Kemajuan seleksi (Falconer, 1981)

Keterangan:

KS = kemajuan seleksi

S = selisih nilai tengah tanaman tepilih terhadap nilai tengah populasi F2 h2 = heritabilitas arti luas

4. Persentase Kemajuan Genetik Harapan(Nasir, 2001)

Keterangan:

KGH = persentase kemajuan genetik harapan KS = kemajuan seleksi

 = nilai tengah populasi F2 5. Korelasi (Walpole, 1992)

Keterangan:

r = koefisien korelasi n = jumlah pengamatan

x dan y masing-masing berupa peubah bebas 6. Sidik lintas (Singh dan Chaudhary, 1979)

Vektor A merupakan korelasi antara karakter xi dengan (y)(riy). Unsur Matrik B terdiri dari korelasi peubah xi (rij).

Vektor C adalah unsur-unsur pengaruh langsung peubah xi terhadap y(Pij). Koefisien Residu (Cs) :

7. Indeks seleksi (Falconer, 1981) I = b1P1 + b2P2+ ………. + bnPn Keterangan:

I = indeks seleksi

bn = bobot dari karakter ke-n

Pn = nilai fenotipe tiap genotipe yang telah distandarisasi untuk karakter ke n 8. Standarisasi (Walpole, 1992) Keterangan: z = satuan baku x = nilai pengamatan µ = nilai tengah σ = simpangan baku

Dokumen terkait