• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai merah merupakan jenis cabai yang paling banyak dikonsumsi penduduk Indonesia selain cabai rawit. Kandungan gizi dalam 100 g cabai merah segar adalah 31 kal energi, 1 g protein, 0.3 g lemak, 7.3 g karbohidrat, 29 mg kalsium, 24 mg fosfor, 0.5 mg zat besi , 0.3 g serat, 71 RE vitamin A, 0.05 mg vitamin B1, 0.03 mg vitamin B2, 18 mg vitamin C, 0.2 niacin, dan 90.9 g air (Wirakusumah dalam Prajnanta, 2007).

Budidaya cabai merah ditingkat petani cukup dominan dari segi luas areal dibandingkan jenis sayuran lain. Menurut data Direktorat Jenderal Hortikultura (2009) luas panen cabai besar di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 103 837 ha dengan produktivitas 6.44 ton/ha. Konsumsi cabai nasional cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2006 konsumsi cabai merah dapat mencapai 1.38 kg/kapita/th, sedangkan tahun 2007 meningkat menjadi1.47 kg/kapita/th. Akan tetapi, peningkatan konsumsi tidak diikuti oleh peningkatan produksi. Tahun 2006 produksi cabai nasional mencapai 736 019 ton dan terjadi penurunan produksi tahun 2007 menjadi 676 828 ton. Tahun 2008 terjadi peningkatan, tetapi tidak sebesar penurunannya, yaitu mencapai 695 707 ton.

Pengembangan tanaman cabai di Indonesia masih mengalami beberapa kendala, yaitu berkaitan dengan kualitas benih, teknik budidaya, serangan hama dan penyakit, serta penggunaan varietas cabai yang memiliki daya hasil tinggi masih sulit diperoleh karena harga benihnya yang mahal. Menurut Kirana (2006) petani lebih banyak menggunakan varietas cabai bersari bebas yang hasilnya lebih rendah dibandingkan hibrida. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan pemuliaan untuk meningkatkan daya hasil pada cabai merah bersari bebas. Menurut Kusandriani dan Permadi (1996) daya hasil merupakan sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen. Hal ini menyebabkan upaya perbaikan daya hasil dan sifat-sifat kuantitatif lain membutuhkan waktu yang lama dari beberapa generasi.

Seleksi pada genotipe-genotipe yang menguntungkan merupakan langkah awal dalam kegiatan pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul yang dikehendaki masyarakat. Salah satu metode seleksi yang dapat diterapkan pada tanaman cabai adalah melalui seleksi silsilah (pedigree). Menurut Nasir (2001) seleksi silsilah untuk karakter kuantitatif biasanya dilaksanakan secara tidak langsung, sehingga seleksi dilakukan melalui karakter lain yang berkorelasi positif, berkaitan erat dengan hasil, dan memiliki nilai heritabilitas tinggi.

Genotipe cabai IPB C120 dan IPB C5 merupakan salah satu koleksi Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB. Genotipe IPB C120 merupakan varietas komersil cabai keriting dengan namaKopay yang berasal dari Kota Payakumbuh, Sumatra Barat. Diameter buahnya berkisar antara 1 – 1.2 cm dan panjang 28 – 33 cm. Bobot per buah dapat mencapai 8 – 10 g dengan bobot buah per tanaman sekitar 1 – 1.5 kg (Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, 2009). Genotipe IPB C5 merupakan cabai besar dengan nama genotipe Perbani IPB yang berasal dari Jawa Timur. Diameter buahnya 2.38 cm, panjang buah 10.67 cm, bobot per buah 17.89 g, dan bobot buah per tanaman 0.70 kg (Syukur dan Yunianti, 2010).

Persilangan IPB C120 dengan IPB C5 diharapkan akan mampu mendukung perakitan varietas cabai yang berdaya hasil tinggi. Karakter-karakter yang berkorelasi langsung secara positif terhadap karakter daya hasil dapat dijadikan sebagai karakter seleksi pada tanaman yang dikehendaki.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menduga nilai heritabilitas dan kemajuan seleksi, mendapatkan karakter-karakter yang dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi, dan memperoleh genotipe yang berpotensi memiliki daya hasil tinggi dari populasi F2 cabai hasil persilangan IPB C120 dengan IPB C5.

Hipotesis

1. Terdapat satu atau beberapa karakter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi. 2. Terdapat satu atau beberapa karakter yang memiliki nilai kemajuan seleksi

tinggi.

3. Terdapat satu atau beberapa karakter yang memiliki korelasi nyata terhadap daya hasil.

4. Terdapat satu atau beberapa karakter yang dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi.

RINGKASAN

SILVIA HERMAWATI. Pendugaan Nilai Genetik dan Seleksi untuk Karakter Daya Hasil Populasi F2 Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Hasil Persilangan IPB C120 dengan IPB C5. (Dibimbing oleh MUHAMAD SYUKUR dan SRIANI SUJIPRIHATI).

Penelitian ini bertujuan untuk menduga nilai heritabilitas dan kemajuan seleksi, mendapatkan karakter-karakter yang dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi, dan memperoleh genotipe yang berpotensi memiliki daya hasil tinggi dari populasi F2 cabai hasil persilangan IPB C120 dengan IPB C5. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat satu atau beberapa karakter yang memiliki nilai heritabilitas dan kemajuan seleksi yang tinggi, terdapat satu atau beberapa karakter yang berkorelasi nyata terhadap daya hasil dan dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi, serta terdapat satu atau beberapa genotipe yang memiliki daya hasil tinggi.

Penelitian dilakukan pada bulan November 2009 hingga Juni 2010 di Kebun Percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga. Bahan tanaman yang digunakan adalah IPB C120, IPB C5, dan F2 hasil persilangan IPB C120 dengan IPB C5. Populasi yang ditanam terdiri atas tetua P1 (IPB C120) sebanyak 20 tanaman, tetua P2 (IPB C5) sebanyak 20 tanaman, dan F2 (IPB C120 x IPB C5) sebanyak 280 tanaman. Pengamatan dilakukan pada seluruh populasi yang ditanam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter kualitatif pada populasi F2 memiliki keragaman yang tinggi. Karakter habitus tanaman, bentuk daun, posisi bunga, dan bentuk ujung buah diduga dikendalikan oleh dua pasang gen yang bersifat epistatis. Karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, umur berbunga, diameter pangkal buah, diameter tengah buah, dan diameter ujung buah memiliki nilai heritabilitas yang tinggi. Karakter lebar kanopi, umur panen, panjang buah, panjang petiol, dan bobot per buah memiliki nilai heritabilitas sedang, sedangkan jumlah buah dan bobot per tanaman memiliki nilai heritabilitas rendah.

Karakter jumlah buah, bobot per buah, dan bobot buah per tanaman memiliki nilai persentase kemajuan genetik harapan (KGH) yang tinggi. Karakter diameter batang, diameter pangkal buah, dan diameter tengah buah memiliki nilai

KGH yang cukup tinggi. Karakter tinggi tanaman, lebar kanopi, umur berbunga, umur panen, panjang buah, dan panjang petiol memiliki nilai KGH yang agak rendah, sedangkan karakter tinggi dikotomus dan diameter ujung buah memiliki nilai KGH yang rendah.

Karakter yang berkorelasi positif sangat nyata terhadap bobot buah per tanaman adalah karakter diameter batang, lebar kanopi, diameter pangkal buah, diameter tengah buah, diameter ujung buah, panjang buah, panjang petiol, jumlah buah, dan bobot per buah. Karakter yang berpengaruh secara langsung terhadap bobot buah per tanaman dan dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi adalah karakter jumlah buah dan bobot per buah. Karakter lebar kanopi, panjang buah, panjang petiol, dan diameter pangkal buah dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi yang berpengaruh tidak langsung. Kegiatan seleksi menghasilkan 18 genotipe terpilih yang berpotensi memiliki daya hasil tinggi. Genotipe terpilih adalah nomor 5, 98, 99, 48, 57, 97, 102, 94, 47, 68, 109, 19, 2, 160, 183, 62, 53, dan 8.

Dokumen terkait