• Tidak ada hasil yang ditemukan

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret—Mei 2012. Sampel Salvinia molesta diambil dari Waduk Batu Tegi Tanggamus. Analisis sampel dilakukan di Laboraturium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboraturium Nutrisi Ternak Perah Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

B Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman kiambang (Salvinia molesta). Salvinia molesta diambil dari Waduk Batu Tegi Tanggamus secara sampling seberat 2,5 kg. Bahan kemudian dicacah dan dijemur.

Gambar 6. Penjemuran kiambang

Analisis mineral menggunakan alat sebagai berikut: neraca analitik, Labu Kjeldahl volume 50 ml, Tabung dan Block digestor Kjeldahl therm, Labu takar volume 50 ml, Tabung kimia volume 20 ml, Vortex mixer, Dilutor skala 0—10 ml/pipet ukur volume 10 ml, Dispenser skala 0—10 ml/pipet volume 1 ml,

Spectrophotometer visible, Spectrometer serapan atom.

Analisis mineral membutuhkan pereaksi sebagai berikut:  HNO3 pa 65%

 HClO4 pa 70%

 Larutan standar induk K, Na, masing-masing 1.000 ppm dalam air bebas ion  Larutan standar induk 500 ppm PO4, 500ppm S, dan 100 ppm B dalam air

bebas ion.

 Larutan LaCl3 25.000 ppm (67 g LaCl3 + 15 ml HCl 25% dalam 1.000 ml air bebas ion)

 Deret standar campuran 1 mengandung: K, Na, dalam ekstrak yang sama dengan ekstrak contoh dengan kepekatan:

o 0; 2; 4; 8; 12; 16; dan 20 ppm K

 Deret srandar campuran III mengandung: S dan B dalam ekstrak yang sama dengan ekstrak contoh dengan kepekatan sbb:

o 0; 5; 10; 20; 30; 40; dan 50 ppm S

o 0; 0,2; 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; dan 2 ppm B

Pereaksi untuk pengukuran S

Asam campur : 125 ml asam asetat glasial + 50 ml HCl + 50 ml asam fosfat dijadikan 500 ml (untuk pemakaian diencerkan 5 x dengan H2O).

BaCl2-Tween: 3 g BaCl2 + 4 ml Tween – 80 dijadikan 100 ml dengan air bebas ion.

Pereaksi penetapan B

Larutan Buffer: 100 g NH4-asetat + 10 g Titriplex II + 4 g Titriples I + 50 ml asam asetat glasial dijadikan 200 ml ml dengan air bebas ion.

Azomethine-H: 0, 53 g azomethine-H + 1 g asam askorbat dilarutkan dengan 50 ml dengan air bebas ion (bila perlu dipanaskan).

Bahan sampel dianalisis dengan menggunakan Metode Atomic Absorption Spektrofotometer (AAS) untuk mineral Na dan K. Mineral S diukur dengan menggunakan Spektrofotometer visible (Balai Penelitian Tanah, 2009), sedangkan mineral Cl diukur dengan menggunakan Metode Mohr. Prinsip Metode Mohr yaitu abu sampel hasil pengabuan langsung dititrasi dengan perak nitrat. Ion-ion perak mengendap sebagai perak klorida sampai ion klorida habis dan kelebihan perak diukur dengan potassium kromat. (Muchtadi,1989)

Gambar 7. Spektrofotometri

C Cara Kerja

1. Pengambilan sampel

Membuat plot sampel sebesar 1x1 m. Plot dilempar secara acak ke permukaan Waduk Batu Tegi sebanyak 5 kali. Salvinia molesta yang diambil dari kelima tempat tersebut kemudian ditiriskan dan

dihomogenkan. Salvinia molesta yang telah homogen kemudian diambil 2,5 kg untuk dijadikan sampel. Sampel kemudian dibagi menjadi 5 bagian yaitu tanaman utuh, daun muda, daun tua, akar muda, dan akar tua. Syarat pembagian tanaman yang dijadiakan sampel didasarkan pada

keadaan tanaman yaitu daun muda memiliki warna hijau muda dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Daun dan akar muda

Daun tua memiliki warna hijau tua kekuningan sampai cokelat yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Daun dan akar tua

Bagian akar mengikuti keadaan daun di atasnya serta untuk tanaman utuh adalah seluruh bagian dari kiambang tua maupun muda.

Kemudian sampel dicacah untuk memperkecil partikel. Sampel yang telah dicacah kemudian dijemur sampai kering. Sampel yang telah kering kemudian ditimbang. Sampel kemudian digiling. Sampel yang sudah digiling, dapat dianalisis kadar mineral Na, K, Cl, S.

2. Analisis Mineral Natrium (Na) dan Kalium (K)

Menimbang teliti 0,5 g sampel yang telah dihaluskan ke dalam labu digestion/labu Kjeldahl. Menambahkan 5 ml HNO3 dan 0,5 ml HClO4, kocok-kocok dan biarkan semalam. Memanaskan pada block digestor mulai dengan suhu 100˚C, setelah uap kuning habis suhu dinaikkan hingga 200˚C. Destuksi diakhiri bila sudah keluar uap putih dan cairan dalam labu tersisa 0,5 ml. Mendinginkan dan mengencerkan dengan H2O dan volume ditepatkan menjadi 50 ml, mengocok hingga homogen, dibiarkan semalam atau disaring dengan kertas saring W-41 agar didapat ekstrak jernih

(Ekstrak A). Memipet 1 ml ekstrak A ke dalam tabung kimia volume 20 ml, menambahkan 9 ml air bebas ion (dapat menggunakan dilutor), mengocok dengan Vortex mixer sampai homogen. Ekstrak ini hasil pengeceran 10x (ekstrak B). Mengukur K dan Na dalam ekstrak B

menggunakan Atomic Absorption Spektrofotometer (AAS) dengan standar campuran I sebagai pembanding, dicatat emisi/absorbansi baik standar maupun contoh.

Perhitungan

Kadar K (%) = ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml 100/ mg contoh x fp x fk Kadar Na (%) = ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml 100/ mg contoh x fp x fk

Keterangan

Ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva regresi hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikurangi blanko.

3. Analisis Mineral Sulfur (S)

Menimbang 5,00 g contoh sampel dengan kehalusan <2 mm ke dalam botol kocok atau tabung sentrifusi. Menambahkan 25 ml larutan pengekstrak Ca(H2PO4)2 500 ppm P dan dikocok selama 1 jam dengan mesin kocok. Disaring atau disentrifusi untuk mendapatkan ekstrak jernih. Dipipet 10 ml ekstrak jernih contoh dari deret standar SO4 (0-50 ppm) ke dalam tabung kimia, ditambahkan 2 ml pereaksi BaCl2-Tween, kocok dan biarkan selama 15 menit. Mengukur absorbansi larutan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 494 nm dengan deret standar sebagai pembanding.

Perhitungan

Kadar sulfat tersedia (ppm S)

= ppm kurva x ml ekstrak/1000 ml x 1000 g/g contoh x fp x 142/190 x fk

Keterangan

ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.

fp = faktor pengencer (bila ada)

4. Analisis Mineral Klorida (Cl)

Menimbang teliti 1,000 g contoh ke dalam labu takar volume 100 ml, menambahkan 50 ml air bebas ion. Mengocok dengan mesin kocok selama 30 menit dengan kecepatan 200 goyangan/menit. Menepatkan volume hingga tanda tera 100 ml dengan air bebas ion, kocok bolak balik. Disaring dengan kertas saring agar mendapat ekstrak jernih.

Memipet 10 ml ekstrak (filtrat) ke dalam Erlenmeyer dan menambahkan 0,5—1 ml indikator K2CrO4 5%. Menitar dengan larutan AgNO3 0,01 N hingga titik akhir titrasi yang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat, catat volume titran yang diperlukan (Vc). Sebagai penetapan blanko dipipet 10 ml air bebas ion dan ditetapkan seperti contoh, catat volume titran yang diperlukan (Vb).

Perhitungan

Kadar Cl (%) = (Vb—Vc) x N x 35, 5 x ml ekstrak/ml ekstrak dipipet x 100/mg contoh x fk

Keterangan:

Vb = banyaknya titran untuk penitraan blanko (ml) Vc = banyaknya titran untuk penitraan contoh (ml) N = normalitas larutan AgNO3

35, 5 = berat setara Cl 100 = faktor konversi ke %

D. Metode Penelitian

Perlakuan pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 (lima) ulangan dan 2 (dua) perlakuan, terdiri atas:

P1: tanaman utuh P2: daun tua P3: daun muda P4: akar tua P5: akar muda E. Analisis Data

Data yang dihasilkan dianalisis ragam dengan taraf nyata 5% dan atau 1%. Apabila dari analisis ragam menunjukkan hasil yang nyata pada taraf 5%, maka analisis dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Steel dan Torrie, 1995).

F. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah mineral natrium (Na), kalium (K), klorida (Cl), dan sulfur (S).

Identifikasi Kandungan Mineral (Na, K, Cl, S) Tanaman Air Kiambang (Salvinia molesta) di Waduk Batu Tegi Kecamatan Air Naningan Kabupaten

Tanggamus

Identification of Mineral Content (Na, K, Cl, S) on Salvinia molesta in Reservoir Batu Tegi sub-District Air Naningan Regency Tanggamus

Irma(1), Farida Fathul2), dan Yusuf Widodo2)

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Lampung--35145

INTI SARI

Salvinia molesta merupakan limbah Waduk Batu Tegi yang berpotensi sebagai sumber pakan ternak nonkonvensional. Informasi tentang kandungan mineral dan pemanfaatannya belum banyak diketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan mineral natrium (Na), kalium (K), klorida (Cl), dan sulfur (S) pada akar tua, akar muda, daun tua, daun muda, dan seluruh tanaman Salvinia molesta. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil. Peubah yang diamati adalah kandungan mineral Na, K, Cl, dan S. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan mineral Na dan K yang terdapat di semua bagian tanaman Salvinia molesta berbeda sangat nyata (P<0,01), sedangkan kandungan mineral Cl pada bagian akar muda, akar tua, daun tua dan tanaman utuh berbeda tidak nyata (P>0,05). Kandungan mineral S pada bagian daun muda, akar tua, daun tua dan tanaman utuh tidak berbeda nyata (P>0,05).

Kata kunci: mineral, Salvinia molesta, Waduk Batu Tegi

ABSTRAK

Salvinia molesta is a weed reservoir Batu Tegi potential as a source of non-conventional fodder. Information on the mineral content and its use has not been known. This research was aimed to identification the mineral content of sodium (Na), potassium (K), chloride (Cl), and sulfur (S) to the old roots, young roots, old leaves, young leaves, and whole plant Salvinia molesta. Data were analyzed by Analysis of Variance completely randomized designed and the differences among treatments were tested by Least Significant Difference. The results showed that in the mineral content of Na and K was present in all parts of the plant Salvinia molesta there were highly significant differences (P <0.01) while mineral Cl content on the young roots, root old, old leaves and whole plants there was no significant difference (P> 0.05). Mineral S content on the young leaves, old roots, old leaves and whole plants was not significantly different (P> 0.05).

Keyword: mineral, Salvinia molesta, Reservoir Batu Tegi.

1)

Mahasiswa Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

2)

dapat dimakan, dicerna, dan digunakan oleh hewan. Pakan digunakan ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia terbagi atas dua, yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan berperan penting sebagai zat pengenyang dan sumber nutrisi bagi mikroba rumen yang menghasilkan zat-zat makanan bagi ruminansia (Aksi Agraris Kanisius, 1983). Saat ini produksi hijauan makanan ternak menurun disebabkan oleh alih fungsi lahan tanam menjadi permukiman dan perkantoran.

Mineral essensial bagi ternak karena dibutuhkan untuk metabolisme dalam tubuh, namun tubuh ternak tidak dapat menghasilkan mineral sendiri. Salah satu sumber mineral itu terdapat pada pakan yang dikonsumsi yang diperoleh dari hijauan. Kandungan mineral dalam hijauan dipengaruhi oleh kandungan mineral dalam air, tanah, dan udara di sekitar tempat tumbuhnya hijauan tersebut.

Waduk Batu Tegi Tanggamus banyak ditumbuhi tanaman kiambang (Salvinia molesta) yang merupakan salah satu gulma dan tanaman ini mengganggu sarana yang ada di waduk tersebut. Tanaman kiambang (Salvinia molesta) telah menutupi permukaan Waduk Batu Tegi lebih dari 70% (Kompas, 2009). Produksi kiambang yang berlimpah ini kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan mineral Na, K, Cl, dan S pada akar tua, akar muda, daun tua, daun muda, dan seluruh tanaman kiambang (Salvinia molesta).

Materi dan Metode

Penelitian ini menggunakan sampel kiambang (Salvinia molesta) yang diambil secara acak di lima tempat pada Waduk Batu Tegi Tanggamus Lampung. Kemudian, dipilah menjadi 5 bagian, yaitu tanaman utuh, daun muda, daun tua, akar muda, dan akar tua. Selanjutnya, dijemur sampai kering dan digiling menjadi tepung lolos saring 40 mesh.

Analisis mineral Na dan K menggunakan metode

Atomic Absorption Spektrofotometer (AAS). Mineral S diukur dengan menggunakan

Spektrofotometer visible (Balai Penelitian Tanah, 2009), sedangkan mineral Cl diukur dengan menggunakan Metode Mohr (Muchtadi,1989).

5% dan atau 1% kemudian dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) (Steel and Torrie, 1995).

Hasil dan Pembahasan

Profil Waduk Batu Tegi

Waduk Batu Tegi dibangun pada tahun 1995 sampai dengan 2002 untuk membendung air dari tiga aliran sungai, yaitu Way Sangarus, Way Sekampung, dan Way Rilau. Waduk Batu Tegi berada pada ketinggian antara 175—1.775 m di atas permukaan laut dengan kelembapan 83,21% dan temperatur 25,23º C serta curah hujan sebesar 2.500 mm per tahun. Pembangunan Waduk Batu Tegi bertujuan untuk pengembangan irigasi Way Sekampung, pembangkit tenaga listrik, air minum, pariwisata, pengendalian banjir, dan perikanan. Waduk Batu Tegi memiliki area tangkapan air seluas 424 km2 dan dapat menampung air sebanyak 860 x 106 m3 dengan luas permukaan normal sebanyak 25,00 km2.

Produksi Salvinia molesta di Waduk Batu Tegi

Salvinia molesta adalah tanaman pakuan air dari genus Salvinia yang hidup di daerah persawahan, waduk, rawa, dan danau (Wikipedia, 2011). Waduk Batu Tegi ditumbuhi Salvinia molesta yang menutupi permukaan waduk mencapai 75% (11.652,75 km2). Produksi Salvinia molesta segar dalam setahun dapat dihasilkan sekitar 12.600 ton.

Kandungan Mineral pada Air Waduk Batu Tegi

Air merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan hampir 90% sel tanaman terdiri dari air. Sebagian besar ketersediaan dan penyerapan hara oleh tanaman dimediasi oleh air, termasuk unsur-unsur mineral (Hanafiah, 2007). Kandungan mineral dalam air Waduk Batu Tegi mempengaruhi kandungan mineral pada Salvinia molesta yang tumbuh di permukaannya.

Tabel 1. Kandungan mineral air Waduk Batu Tegi

Kandungan mineral air (ppm)

Na K Cl S Ca P Mg Zn 3,07 2,32 161,05 0,31 1,27 6,16 6,05 0,04 Keterangan: Hasil Analisis di Lab. Nutrisi Ternak Perah IPB,

2012

Menurut Parakkasi (1990) jumlah mineral yang ada di dalam suatu tanaman makanan ternak banyak

Salvinia molesta kemungkinan berpotensi menjadi hijauan makanan ternak karena mengandung

zat-Mineral makro esensial yang terdapat pada Salvinia molesta antara lain Na, K, Cl, dan S.

Tabel 2. Kandungan Mineral Salvinia molesta

Mineral Tanaman utuh Daun muda Daun tua Akar muda Akar tua ---%--- Na 0,93 ± 0,004c 1,20 ± 0,003e 1,14 ± 0,002d 0,82 ± 0,001b 0,64 ± 0,004a K 1,25 ± 0,002c 2,11 ± 0,013e 0,88 ± 0,001a 1,54 ± 0,007d 1,01 ± 0,004b Cl 1,21 ± 0,10b 2,14 ± 0,10c 1,42 ± 0,12b 0,20 ± 0,09a 0,23 ± 0,05a S 0,57 ± 0,05b 0,08 ± 0,03a 0,53 ± 0,03b 0,06 ± 0,01a 1,52 ± 0,02c

Keterangan: Hasil Analisis di Lab. Nutrisi Ternak Perah IPB, 2012. Rataan dengan superskrip huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda (P<0,01).

Kandungan mineral Na tanaman Salvinia molesta

berkisar antara 0,64±0,004-1,20±0,003%. Kandungan mineral Na tertinggi terdapat pada bagian daun muda (1,20±0,003%), sedangkan terendah pada akar tua (0,64±0,004%). Kandungan Na pada daun muda (1,20±0,003%) lebih besar bila dibandingkan dengan akar tua (0,64±0,004%) karena Na pada tumbuhan berfungsi sebagai pembentuk dinding sel, penguat tangkai daun, dan pembentuk serat tanaman sehingga Na lebih banyak dibutuhkan daun dibandingkan akar (Lakitan, 1993).

Kandungan mineral K pada daun dan akar muda (masing-masing mengandung 2,11±0,013 dan 1,54±0,007%) lebih tinggi (P<0,01) jika dibandingkan dengan bagian daun dan akar tua (masing-masing sebesar 0,88±0,001 dan 1,01±0,004%). Bagian muda lebih banyak menyimpan mineral karena belum banyak organ yang rusak akibat penuaan (Fitter dan Hay, 1992). Dampak dari penuaan bagian tanaman adalah menguningnya daun , kurangnya penyerapan air dan mineral pada akar (Agustriana dan Tripeni, 2006).

Kandungan mineral Cl pada daun muda dan tua (masing-masing mengandung 2,14±0,10 dan 1,42±0,12%) lebih tinggi (P<0,01) jika dibandingkan dengan bagian akar muda dan tua (masing-masing 0,20±0,09 dan 0,23±0,05%). Kandungan mineral Cl dalam daun lebih tinggi jika dibandingkan dengan akar, hal ini disebabkan oleh fungsi dari mineral Cl pada tanaman adalah sebagai salah satu zat penyusun klorofil dan pengikat air pada daun (Campbell et al.,2003).

Kandungan mineral S pada daun dan akar muda (masing-masing mengandung 0,08±0,03 dan 0,06±0,01%) lebih rendah (P<0,01) jika dibandingkan dengan bagian daun dan akar tua (masing-masing sebesar 0,53±0,03 dan 1,52±0,02%). Hal ini terjadi karena tekanan osmosis di sekitar akar tua menyebabkan sel-sel yang mati pada akar tua akan menyerap air yang mengandung mineral dan air yang diserap tersebut tidak dapat dikeluarkan karena selnya telah mati sehingga tidak ada tekanan osmosis dari dalam akar (Lakitan, 1993).

Kesimpulan

Kandungan mineral Na, K, CL, S pada setiap bagian tanaman berbeda. Kandungan mineral (Salvinia molesta) adalah: Na tertinggi pada daun muda (1,20%) sedangkan terendah pada akar tua (0,64%); K tertinggi pada daun muda (2,11%) sedangkan terendah pada daun tua (0,88%); Cl tertinggi pada daun muda (2,14%) sedangkan terendah akar muda (0,20%); S tertinggi pada akar tua (1,52%) sedangkan terendah pada akar muda (0,06%).

Daftar Pustaka

Aksi Agraris Kanisius. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja, dan Perah. Yogyakarta. Kanusius.

Agustriana, Rochmah, dan T. Tripeni. 2006. Fisiologi Tumbuhan I. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor. Balai Penelitian Tanah.

Fitter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Hanafiah, A. K. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Kompas. 2009. Gulma baik bagi Waduk. http://www.kesimpulan.com/2009/09/gulma-kiambang-yang-menutupi-70-persen.html. Diakses tanggal 23 Desember 2011.

Lakitan, B. 1993. Dasar--Dasar Fisiologi

Tumbuhan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Muchtadi, D. 1989. Analisis Pangan. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Parakkasi, A. 1990. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Bandung. Penerbit Angkasa.

Steel, R.D. dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta. Gramedia.

Sunarso, C. 2011. Manajemen Pakan.

http://nutrisi.awardspace.com/download/MAN AJEMEN%20PAKAN.pdf. Diakses tanggal 8 Januari 2012.

Wikipedia. 2011. Salvinia molesta.

http://en.wikipedia.org/wiki/Salvinia_molesta. Diakses tanggal 19 Desember 2011.

Dokumen terkait