• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan dimulai bulan Mei - Juni 2014.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Pelepah kelapa sawit, urea, Biomol, molases, larutan McDougall temperatur 390C dengan pH 6,5 – 6,9 (pH di turunkan dengan cara memasukkan gas CO2), cairan rumen segar dengan suhu 390C, larutan pepsin HCl 0,2%, aquadest, larutan HgCl2 jenuh, larutan NaCO3 jenuh, larutan H2SO4 0,005 N, asam borat berindikator, lartan HCl 0,5 N, lrutan H2SO4 15%, larutan NaOH 0,5 N, larutan indikator PP (Phenol Phtalein 0,1%).

Alat

Mesin chopper, timbangan analitik, tabung kaca pyrex volume 100 ml dan tutup karet berventilasi, shakerbath suhu air 39 – 400 C, pipet serologi volume 25 ml, sentrifuge, gas CO2, vortex, cawan porselin, pompa vakum, kertas saring Whatman no. 41, gegep, eksikator, oven 105oC, tanur listrik, cawan Conway, pipet automatic 10-1000µl, finnpippet 1ml, mikroburet 10 ml, stirrer, seperangkat alat destilasi, erlenmeyer, kompor gas, panci press cooker, bulp, pipet volumetrik

5 ml, pipet serologi 5 ml, pipet serologi 1 ml, buret 50 ml, magnetic stirrer, pH meter, buku, kalkulator dan alat tulis.

Metode Penelitian

Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan.

Perlakuan yang diteliti adalah:

P0 = Pelepah kelapa sawit yang diolah secara fisik

P1 = Pelepah kelapa sawit yang diolah secara fisik dan kimia P2 = Pelepah kelapa sawit yang diolah secara fisik dan biologis P3 = Pelepah kelapa sawit yang diolah secara fisik, kimia dan biologis

Model matematik RAL yang digunakan sebagai berikut:

Yij = µ + ƿi + ∑ij

Dimana :

Yij = Nilai pengamatan yang diperoleh dari satuan percobaan yang diberi perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

i = 1,2,3,4,...,t = perlakuan j = 1,2,3,4,...,r = ulangan µ = nilai tengan umum ∑ij = pengaruh galat

Banyak ulangan menurut rumus : t (n – 1) ≥ 15 4 (n – 1) ≥ 15 4n – 4 ≥ 15 4n ≥ 19 n ≥ 4,75 n = 5

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik (Sutardi, 1980), Konsentrasi NH3 (Satter dan Slyter, 1974), Konsentrasi VFA (Bachruddin, 1996).

Koefisien Cerna Bahan Kering

KcBK (%) = BK Sampel (g) – BK Residu akhir (g) – BK Blanko (g) x 100% BK sampel (g)

Koefisien Cerna Bahan Organik

KcBO (%) = BO Sampel (g) – BO Residu akhir (g) – BO Blanko (g) x 100% BO sampel (g)

Produksi NH3Total

NH3 (mM) = ml H2SO4 x N-H2SO4 x 1000 mM Sampel (g) x BK sampel

Produksi VFA Total

VFA Total (mM) = (a-b) x N-HCl x 1000/5 ml Sampel (g) x BK sampel Dimana : a = Volume titrasi blanko (ml)

b = Volume titrasi sampel (ml)

Pelaksanaan Penelitian

Prosedur Pengolahan Bahan Pakan

a. Perlakuan fisik

Pada proses ini pelepah kelapa sawit di cacah dengan menggunakan chopper. b. Perlakuan kimia (amoniasi)

Pada proses ini, pelepah kelapa sawit yang telah dicacah, diamoniasi dengan menggunakan urea. Cacahan sebanyak 1 kg diperciki secara merata dengan larutan urea 3%. Cacahan kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan secara perlahan-lahan dipadatkan agar plastik tidak rusak. Kantong plastik diikat

agar kedap udara dan disimpan. Setelah 14 hari kantong plastik dibuka, diangin-anginkan selama 2 jam.

c. Perlakuan biologis (fermentasi)

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembuatan silase pelepah kelapa sawit yang difermentasi dengan Biomol: pelepah kelapa sawit yang telah dicacah dengan menggunakan chopper dimasukkan ke dalam plastik, lalu disiram dengan molases yang telah dicampur dengan air. Taburkan Biomol dan tambahkan cacahan pelepah kelapa sawit. Lakukan hal yang sama sampai lapisan keempat. Dipadatkan hingga anaerob dan tutup plastik dengan rapat. Diamkan selama 7 hari.

Pembuatan Cairan Saliva Tiruan McDougall

Untuk membuat 6 liter cairan (Reksohadiprodjo, 1988).

- Masukkan 5 liter aquadest ke dalam labu kapasitas 6 liter, kemudian berturut- turut dimasukkan ke dalamnya : NaHCO3 58,80 g; NaHPO4. 7H2O 42,00 g; KCL 3,42 g; NaCl 2,82 g; MgSO4. 7H2O 0,72 g dan CaCl2 0,24 g.

- Bilas/basuh leher labu dengan aquadest sampai volume 6 liter. - Hembuskan CO2 perlahan-lahan ke dalam campuran sampai pH 6,8.

- Check pH, bila belum tercapai 6,8, hembuskan CO2 ulang sampai pH 6,8, pekerjaan ini mudah dikerjakan bila temperatur kurang dari 37o C.

Prosedur Penentuan Kecernaan In Vitro

Prosedur kerja fermentasi in vitro menggunakan modifikasi metode dua tingkat. Teknik ini menggunakan rumen tiruan berupa tabung fermentor 100 ml,

larutan McDougall sebagai pengganti cairan saliva dan cairan rumen segar sapi yang diambil dari Rumah Potong Hewan (RPH) sebagai inokulum.

Gambar 4. Skema pengolahan sampel untuk mendapatkan nilai parameter

Pencernaan Fermentatif

Sebanyak 0,5 gram masing-masing sampel dimasukkan ke dalam tabung

fermentor, kemudian ditambahkan larutan McDougall 40 ml dan cairan rumen 10 ml. Ke dalam tabung ditambahkan CO2 selama 30 detik untuk menciptakan

kondisi anaerob dan disumbat dengan tutup karet yang berventilasi. Selanjutnya tabung dimasukkan ke dalam shakerbath dan difermentasi selama 4 jam. Sumbat karet dibuka dan ditambahkan 2 tetes HgCl2 jenuh untuk membunuh mikroba di dalam tabung sehingga fermentasi terhenti. Kemudian tabung disentrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan supernatan diambil untuk dianalisis VFA dan NH3. (Lampiran 4).

Analisa Koefisien Cerna Bahan Kering dan Bahan Organik

Tabung fermentor yang telah di isi dengan 0.5 g sampel, di tambahkan 40 mL larutan Mc Dougall. Tabung di masukan ke dalam shaker bath dengan suhu 39oC, kemudian diisi cairan rumen 10 mL, tabung di kocok dengan di aliri

SAMPEL PROSES IN VITRO SUPERNATAN SUBSTRAT PROSEDUR NH3 PROSEDUR VFA PROSEDUR KCBK dan KCBO NH3 VFA KCBK KCBO

CO2 selama 30 detik, cek pH (6,5 – 6,9) dan kemudian di tutup dengan karet berventilasi, dan di fermentasi selama 48 jam. Setelah 48 jam, buka tutup karet tabung fermentor, teteskan 2 -3 tetes HgCl2 untuk membunuh mikroba. Masukan tabung fermentor ke dalam centrifuge, lakukan centrifuge dengan kecepatan 5.000 rpm selama 15 menit. Substrat akan terpisah menjadi endapan di bagian bawah dan supernatant yang bening berada di bagian atas. Supernatan dibuang dan endapan hasil centrifuge pada kecepatan 5.000 rpm selama 15 menit di tambahkan 50 mL larutan pepsin-HCl 0.2%. Campuran ini lalu di inkubasi kembali selama 48 jam tanpa tutup karet. Sisa pencernaan di saring dengan kertas saring whatman no 41 (yang sudah diketahui bobotnya) dengan bantuan pompa vacum. Kadar bahan kering dan bahan organiknya dianalisis. Sebagai blanko di pakai residu asal fermentasi tanpa bahan pakan (Lampiran 7).

Kadar NH3 Total

Analisa NH3 dilakukan dengan metode mikrodifusi Conway. Bibir cawan Conway dan tutup di olesi dengan vaselin. Supernatan yang berasal dari proses fermentasi di ambil 1.0 mL kemudian di tempatkan pada salah satu ujung alur cawan Conway. Larutan Na2CO3 jenuh sebanyak 1.0 mL di tempatkan pada salah satu ujung cawan Conway bersebelahan dengan supernatant (tidak boleh campur) Larutan asam borat berindikator sebanyak 1.0 mL di tempatkan dalam cawan kecil yang terletak di tengah cawan Conway. Cawan Conway yang sudah di olesi vaselin di tutup rapat hingga kedap udara, larutan Na2CO3 di campur dengan supernatant hingga merata dengan cara menggoyang – goyangkan dan memiringkan cawan tersebut. Setelah itu di biarkan selama 24 jam dalam suhu kamar. Setelah 24 jam suhu kamar di buka, asam borat berindikator di titrasi

dengan H2SO4 0.005 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah (Lampiran 5).

Analisa VFA Total

Konsentrasi total Volatil Fatty Acid (VFA) ditentukan dengan metode

Steam destilation” (General laboratory Procedure, 1996). Supernatant yang sama

dengan analisa NH3 di ambil sebanyak 5 mL di masukan kedalam tabung destilasi. Tempatkan Erlenmeyer yang berisi 5 mL NaOH 0.5 N dibawah selang tampungan. Sebanyak 1 mL H2SO4 15% di tambahkan ke tabung destilasi yang sudah ada larutan sampel, kemudian segera tutup penutup kacanya. Bilas dengan aquadest secukupnya. Uap air panas akan mendesak VFA dan akan terkondensasi dalam pendingin. Air yang terbentuk di tampung labu Erlenmeyer yang berisi 5 mL NaOH 0,5N sampai mencapai 300 ml. Indikator PP ( Phenol Pthalin ) di tambah sebanyak 2 – 3 tetes dan di titrasi dengan HCl 0,5N sampai warna titrat berubah dari merah menjadi merah muda seulas (Lampiran 6).

Analisis Data

Data pengamatan hasil uji in vitro dianalisis. Hasil analisis setiap perlakuan dengan menggunakan rumus daya cerna secara in vitro dilakukan perhitungan untuk mengukur besar daya cerna masing-masing perlakuan. Data ditabulasikan dan dilanjutkan dengan analisis ragam (Anova). Kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk melihat perbedaan diantara perlakuan.

Dokumen terkait