• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, berada pada ketinggian 25 m dari permukaan laut. Penelitian berlangsung selama 6 minggu dimulai dari bulan Juni 2007 sampai dengan Agustus 2007.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

• Burung puyuh umur satu hari (DOQ) sebanyak 140 ekor dengan bobot badan x = 9,98125 ± 2 (0,39607) gram = 9,18 gram sampai dengan 10,77 gram.

• Air minum

• Vaksin New Castle Disease (NCD)

• Vitamin seperti puyuhvit

• Desinfektan seperti rodalon

• Kalium permanganat dan formalin sebagai bahan fumigasi

• Na2C03, CaC03, (NH4)3P04, NH4Cl sebagai bahan mineral yang akan diteliti

• Ransum burung puyuh disusun menurut perlakuan, kecuali kontrol dipakai produksi P.T. Charoen Pokphand Indonesia

Alat

• Kandang sebanyak 20 plot dengan ukuran masing-masing plot panjang x lebar x tinggi = 60 x 40 x 20 cm / unit

• Tempat pakan dan air minum

• Lampu 40 watt sebagai penerangan

• Timbangan salter kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram.

• Alat – alat pembersih kandang

• Alat tulis dan kalkulator

Metode Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari 7 ekor per plot, jumlah seluruhnya 140 ekor.

Perlakuan yang diteliti sebagai berikut : R0 : Kontrol (pakan produksi C.P.I) R1 : Kontrol + 37,5 g Ca + 0.00035 g Na R2 : Kontrol + 75 g Ca + 0.0007 g Na R3 : Kontrol + 10 g P + 0,00015 g Cl R4 : Kontrol + 20 g P + 0,0003 g Cl

Banyaknya ulangan disesuaikan dengan rumus : t ( n – 1 ) > 15

5 ( n – 1 ) > 15 5n > 20 n > 4

Model linier yang digunakan untuk rancangan acak lengkap ( RAL ) adalah :

Yij = µ + i+ ∑ij Dimana : i = 1,2,3,...r (ulangan)

Yij = Hasil pengamatan pada ulangan ke- i dan perlakuan ke – j µ = Nilai rerata (mean) harapan

i = Pengaruh faktor perlakuan

∑ij = Pengaruh galat (experimental error) (Hanafiah, 2003)

Denah pemeliharaan yang akan dilaksanakan sebagai berikut : R23 R34 R14 R43 R02 R13 R01 R32 R22 R44 R11 R42 R21 R04 R24 R33 R12 R41 R03 R31 Parameter penelitian Konsumsi Ransum (g)

Data konsumsi ransum diperoleh dengan cara melakukan penimbangan ransum yang diberikan selama satu minggu, kemudian dikurangi dengan penimbangan sisa ransum selama satu minggu.

Pertambahan Bobot Badan (g)

Data pertambahan bobot badan diperoleh dengan cara penimbangan setiap minggu yang merupakan selisih antara penimbangan bobot badan akhir dengan penimbangan bobot badan awal per satuan waktu (gram/minggu).

Konversi Ransum

Data konversi ransum dihitung setiap minggu dengan cara membandingkan jumlah ransum (gram) yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan (gram) setiap minggu.

Income Over Feed Cost

Income Over Feed Cost (IOFC) dihitung berdasarkan selisih dari total pendapatan dengan biaya ransum selama penelitian. IOFC dapat dihitung setelah penelitian.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang

Kandang terlebih dahulu didesinfektan dengan menggunakan rodalon dan dibiarkan selama 3 hari. Peralatan kandang dibersihkan dan didesinfektan sebelum digunakan.

Random Puyuh

Sebelum DOQ dimasukkan kedalam unit percobaan, dilakukan seleksi dan penimbangan bobot awal badan. DOQ dihomogenkan berat badannya dengan menggunakan rumus x = 9,98125 ± 2 (0,39607) untuk ditempatkan ke masing – masing unit kandang sebanyak 7 ekor / plot.

Penyusunan Ransum

Ransum disusun sesuai dengan perlakuan yang akan diteliti. Penyusunan ransum dilakukan satu kali seminggu dengan tujuan untuk menjaga dari ketengikan ransum. Suplementasi mineral diberikan pada saat menyusun ransum. Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum. Obat-obatan diberikan sesuai kebutuhan.

Pengambilan Data

Pengambilan data untuk konsumsi ransum dilakukan setiap hari dengan menghitung sisa ransum dan yang tumpah tetapi perhitungannya dilakukan sekali seminggu, sedangkan untuk pertambahan bobot badan dilakukan sekali seminggu

(selama 6 minggu). Untuk penghitungan konversi dilakukan setelah didapat kedua data tersebut. IOFC dihitung dari hasil penjualan dikurang dengan biaya ransum. Bila diperoleh hasil nyata atau sangat nyata maka diteruskan dengan uji lanjut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum dapat dihitung dengan pengurangan jumlah ransum yang diberikan dengan sisa dan ransum yang terbuang. Rataan konsumsi ransum dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Rataan konsumsi ransum burung puyuh selama 6 minggu (g/ekor/minggu)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 R0 68,74 68,65 67,63 69,67 274,69 68,67 R1 71,95 76,83 70,41 78,96 298,15 74,54 R2 80,68 69,19 76,09 83,40 309,37 77,34 R3 74,12 67,79 71,29 66,09 279,30 69,82 R4 65,50 76,47 70,98 75,80 288,75 72,19 Total 361,00 358,94 356,40 373,91 1450,25 362,56 Rataan 72,20 71,79 71,28 74,78 290,05 72,51

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum burung puyuh selama penelitian adalah 72,51 g/ekor/minggu dengan kisaran 68,67

gram/ekor/minggu sampai dengan 77,34 g/ekor/minggu. Konsumsi ransum terendah terdapat pada perlakuan R0 (ransum tanpa perlakuan) yaitu sebesar 68,67 gram/ekor/minggu, sedangkan konsumsi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan R2(ransum dengan suplementasi 75 g Ca + 0,0007 g Na) yaitu sebesar 77,34 gram/ekor/minggu.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan dihitung setiap minggu berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal per satuan waktu dalam satuan

gram/ekor/minggu. Rataan pertambahan bobot badan burung puyuh yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan pertambahan bobot badan burung puyuh selama 6 minggu (g/ekor/minggu)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 R0 21,25 21,67 23,45 23,45 89,82 22,46 R1 20,01 18,33 20,36 21,54 80,24 20,06 R2 19,30 20,24 18,45 18,81 76,80 19,20 R3 18,83 20,62 21,82 20,89 82,17 20,54 R4 20,60 19,46 24,07 17,26 81,39 20,35 Total 99,99 100,32 108,15 101,95 410,42 102,60 Rataan 20,00 20,06 21,63 20,39 82,08 20,52

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan burung puyuh selama penelitian adalah 20,52 gram/ekor/minggu dengan kisaran 19,20 g/ekor/minggu sampai dengan 22,46 gram/ekor/minggu. Pertambahan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan R2 (ransum dengan suplementasi 75 g Ca + 0,0007 g Na) yaitu sebesar 19,20 gram/ekor/minggu, sedangkan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum tanpa suplementasi mineral) yaitu sebesar 22,46 gram/ekor/minggu.

Konversi Ransum

Konversi ransum dihitung dengan membandingkan jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang didapat setiap minggunya. Rataan konversi ransum burung puyuh yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan konversi ransum burung puyuh selama 6 minggu

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 R0 3,41 2,82 3,29 2,98 12,51 3,13 R1 3,63 4,14 3,22 3,58 14,57 3,64 R2 4,50 3,52 4,20 4,94 17,17 4,29 R3 4,31 3,38 3,29 3,38 14,37 3,59 R4 3,54 4,16 2,84 4,95 15,50 3,87 Total 19,40 18,02 16,85 19,84 74,10 18,53

Rataan 3,88 3,60 3,37 3,97 14,82 3,71 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan konversi ransum badan burung puyuh selama penelitian adalah 3,71, dengan kisaran 3,13 sampai dengan 4,29. Konversi ransum terendah terdapat pada perlakuan R0 (ransum tanpa suplementasi mineral) yaitu sebesar 3,13, sedangkan konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan R2 (ransum dengan suplementasi 75 g Ca + 0,0007 g Na) yaitu sebesar 4,29.

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income over feed cost adalah selisih antara pendapatan usaha peternakan terhadap biaya pakan. Pendapatan ini merupakan perkalian antara produksi

peternakan dengan harga jual. Rataan IOFC ransum burung puyuh yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 .

Tabel 6. Rataan Income Over Feed Cost burung puyuh selama 6 minggu

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 R0 5793,8 5794,1 5797,1 5791,0 23175,9 5794,0 R1 5778,6 5763,6 5783,3 5757,0 23082,6 5770,6 R2 5747,4 5783,4 5761,8 5739,0 23031,6 5757,9 R3 -551,4 8,4 -301,5 158,3 -686,1 -171,5 R4 -4306,5 -6032,6 -5167,8 -5925,8 -21432,8 -5358,2 Total 12461,9 11316,8 11873,0 11519,5 47171,3 11792,8 Rataan 2492,4 2263,4 2374,6 2303,9 9434,3 2358,6

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan IOFC burung puyuh selama penelitian adalah 2358,6 kisaran Rp -5358/ekor sampai dengan Rp 5794/ekor. IOFC terendah terdapat pada perlakuan R4 yaitu sebesar Rp -5382/ekor

Pembahasan

Konsumsi Ransum

Untuk mengetahui pengaruh suplementasi mineral dalam ransum terhadap konsumsi ransum burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 7.

Tabel 7.Analisis keragaman konsumsi ransum burung puyuh selama 6 minggu

SK DB JK KT F Hit. F Tab. 0,05 0,01 Perlakuan 4 198,0552 49,51379 2,63tn 3,06 4,89 Galat 15 282,6896 18,84597 Total 19 480,7447 KK = 5,99 % Keterangan : * = Nyata ** = Sangat Nyata tn = Tidak Nyata

Hasil analisis keragaman pada Tabel 7 menunjukkan bahwa F Hitung lebih kecil dari F Tabel pada taraf 0,05 yang berati bahwa perlakuan R0, R1, R2, R3 dan R4 pada ransum burung puyuh memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi ransum burung puyuh, walaupun konsumsi ransum burung puyuh yang diperoleh antara perlakuan sedikit berbeda yaitu pada R0 = 68,67 gram/ekor/minggu, R1 = 74,54 gram/ekor/minggu, R2 = 77,34 gram/ekor/minggu, R3 = 69,82 gram/ekor/minggu dan R4 = 72,19 gram/ekor/minggu.

Perlakuan dengan suplementasi mineral di dalam ransum burung puyuh tidak memberikan perbedaan yang nyata pada burung puyuh dalam mengkonsumsi ransum. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan energi dalam ransum tiap perlakuan dapat dikatakan sama dan umumnya mineral sulit untuk dicerna oleh usus sehingga mempengaruhi konsumsi ransum pada ternak. Selain itu diduga pada ransum komersil yang digunakan memiliki kandungan mineral yang cukup meskipun tidak dilakukan analisa pada pakan tersebut.Hal ini sesuai dengan pernyataan (Hardjasasmita, 2002) kebanyakan mineral ditemukan dalam bentuk garam – garam yang sukar larut sehingga sukar diserap dalam usus, kecuali K dan Na. Sehingga umumnya mineral banyak diekskresi melalui tinja. Untuk mineral Ca, P, serta Na dan K mayoritas diekskresi melalui ginjal.

Mineral memberikan pengaruh terhadap metabolisme dalam tubuh ternak, karena mineral merupakan komponen dalam persenyawaan pada proses metabolisme, sebagaimana dikemukan oleh (Suprijatna,dkk,2005) mineral merupakan komponen dari persenyawaan organik jaringan tubuh dan persenyawaan kimiawi lainnya dalam proses metabolisme.

Menurut Widodo (2002), metabolisme yang dipengaruhi mineral adalah metabolisme energi dan metabolisme karbohidrat. Salah satunya yaitu mineral Phosfor yang berfungsi sebagai pembentuk tulang, persenyawaan organik, dan sebagian besar metabolisme energi, karbohidrat, asam amino dan lemak, transportasi asam lemak dan bagian koenzim.

Untuk mengetahui pengaruh suplementasi mineral dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 8 .

Tabel 8. Analisis keragaman pertambahan bobot badan burung puyuh selama 6 minggu SK DB JK KT Fhit. Ftab. 0,05 0,01 Perlakuan 4 22,92637 5,731594 2,15 tn 3,06 4,89 Galat 15 40,02682 2,668455 Total 19 62,9532 KK = 7,96 % Keterangan : * = Nyata ** = Sangat Nyata tn = Tidak Nyata

Hasil analisis keragaman pada Tabel 8 menunjukkan bahwa F Hitung lebih kecil dari F Tabel pada taraf 0,05 yang berati bahwa perlakuan R0, R1, R2, R3 dan R4 pada ransum burung puyuh memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan burung puyuh, walaupun pertambahan bobot badan burung puyuh yang diperoleh antara perlakuan sedikit berbeda yaitu pada R0 = 22,46 g/ekor/minggu, R1 = 20,06 g/ekor/minggu, R2 = 19,20 g/ekor/minggu, R3 = 20,54 g/ekor/minggu dan R4 = 20,35 g/ekor/minggu.

Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan burung puyuh antara perlakuan dipengaruhi oleh kandungan nutrisi ransum yang hampir sama pada tiap perlakuan dan tingkat konsumsi ransum yang tidak berbeda nyata pada perlakuan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang

dikemukakan oleh Jull (1982), bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh oleh jenis dan jumlah ransum yang dikonsumsi. Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan burung puyuh antar perlakuan juga

dipengaruhi oleh tipe ternak yang digunakan dimana pada tiap-tiap perlakuan menggunakan tipe ternak yang sama, selain itu kandungan gizi yang terkandung pada ransum tiap-tiap perlakuan hampir sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Suharno dan Nasaruddin (1994), bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis kelamin dan gizi yang ada dalam ransum.

Dokumen terkait