• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan Oktober 2013 sampai Januari 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih tanaman kailan (Brassica oleraceae Var. Tropica sensation) media tanam yaitu top soil, pasir dan

kompos dengan perbandingan 3:1:1, pestisida organik, EM4, daun Tithonia

diversifolia, polibeg berukuran 5 kg, dan bahan-bahan lain yang mendukung

penelitian ini.

Alat yang digunakan pada penelitian adalah cangkul, meteran, gembor, jangka sorong, timbangan analitik, handsprayer, gelas ukur, leaf area meter, oven, kalkulator, pacak sampel, alat tulis, SPAD klorofilmeter dan alat lain yang membantu dalam penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) nonfaktorial, yaitu dosis pupuk organik cair titonia :

K1 = anorganik lengkap (Urea 4,8 gr/tanaman, SP-36 2,4 gr/tanaman,dan KCl 2,4 gr/tanaman dengan 2x aplikasi)

K2 = 4 ml/tanaman/aplikasi (667 L/ha) (5x aplikasi) K3 = 8 ml/tanaman/aplikasi (1333 L/ha) (5x aplikasi) K4 = 12 ml/tanaman/aplikasi (2000 L/ha) (5x aplikasi) K5 = 7ml/tanaman/aplikasi (1166 L/ha) (3x aplikasi)

K6 = 14 ml/tanaman/aplikasi (2333 L/ha) (3x aplikasi) K7 = 21 ml/tanaman/aplikasi (3499 L/ha) (3x aplikasi) Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 21 plot

Panjang plot : 100 cm

Lebar plot : 100 cm

Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar blok : 50 cm Jumlah polibeg/plot : 6 polibeg Jumlah tanaman/polibeg : 1 tanaman Jumlah tanaman/plot : 6 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 126 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear sebagai berikut :

Yijk = µ + ρij + εijk

i = 1,2,3 j = 1,2,3,4,5,6,7 Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat pemberian berbagai dosis pupuk organik cair paitan pada taraf ke -j

µ : Nilai tengah

ρi : Pengaruhpupuk organik cair paitan pada taraf ke i

αj : Efek pemberian berbagai dosis pupuk organik cair paitan pada taraf ke-j εijk : Galat dari blok ke-i dan dosis pupuk organik cair paitan ke-j

yang berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati adalah uji Anova (uji F) pada taraf 5 % . Untuk membandingkan antar perlakuan yang diujikan maka dilakukan uji lanjutan dengan uji kontras (Hanafiah, 1991).

Peubah amatan Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah (patok standar) sampai daun tertinggi yaitu yang tegak alami. Pengukuran dilakukan pada 2 tanaman sampel mulai saat tanaman berumur 7 – 40 HSPT dengan interval 4 hari.

Jumlah daun (helai)

Penghitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang sudah berkembang sempurna minimal 2/3 dari daun normal. Penghitungan dilakukan pada 2 sampel tanaman yang sama dengan pengukuran tinggi tanaman dan dimulai pada saat tanaman berumur 7 – 40 HSPT dengan interval 4 hari.

Luas daun (cm2)/tanaman

Pengukuran luas daun dilakukan dengan metode konstanta (p.l.k) pada setiap daun dari 2 tanaman sampel destruksi pada tanaman berumur 30 dan 40 HSPT (Samiati dkk, 2012).

Bobot segar tanaman (g)

Penimbangan bobot segar tanaman dilakukan pada 2 tanaman sampel destruksi dari tiap plot dengan menggunakan timbangan analitik dan ditimbang secara terpisah bagian atas tanaman (batang dan daun) dan bagian bawah tanaman (akar). Sebelum ditimbang tanaman dibersihkan dengan air dan dikeringanginkan. Pengukuran dilakukan saat tanaman berumur 30 dan 40 HSPT.

Bobot kering tanaman (g)

Bobot kering ditimbang secara terpisah bagian atas (batang dan daun) dan bawah (akar) tanaman. Bahan dimasukkan ke dalam amplop dan diberi label sesuai perlakukan, lalu dikeringovenkan pada suhu 700 C selama 24 jam, setelah itu sampel dikeluarkan dari lemari pengering dan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang, pengeringan diulang hingga bobot tetap. Penimbangan dilakukan saat tanaman berumur 30 dan 40 HSPT.

Kehijauan daun (unit / 6 mm 2)

Salah satu pendekatan untuk mengetahui jumlah klorofil daun adalah dengan mengukur tingkat kehijauan daun. Daun yang lebih hijau diduga memiliki kandungan klorofil yang tinggi. Pengukuran kehijauan daun diukur dengan alat SPAD klorofilmeter pada daun sampel pada saat panen. Spad klorofilmeter merupakan alat untuk mengukur kandungan klorofil daun tanpa destruksi. Klorofilmeter ini bekerja pada 2 panjang gelombang yaitu 940 nm dan 650 nm (Knighton, N and Bruce Bugbee, 2005).

Laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1)

Nilai laju assimilasi bersih merupakan pertambahan material tanaman dari asimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung pada umur 30,dan 40 HSPT, dengan persamaan sebagai berikut :

LAB = (W2 – W1)x (ln A2 – ln A1) (T2 – T1) (A2 – A1)

Dimana :

W1 dan W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2 (g)

A1 dan A2 = Luas daun tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2 (cm2) T1 dan T2 = Waktu Pengamatan ke-1 dan ke-2 (hari)

Laju pertumbuhan relatif (g.hari-1)

Laju pertumbuhan relatif merupakan penambahan berat kering dalam interval waktu terhadap berat permukaan (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung pada umur 30 dan 40 HSPT, dengan persamaan sebagai berikut:

(ln W2-ln W1) LTR =

(T2-T1)

Dimana: W1 = Berat kering tanaman pengamatan ke-1 (g)

W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke-2 (g) T1 = Waktu pengamatan 1 (hari)

T2 = Waktu pengamatan 2 (hari)

Produksi per tanaman (g)

Diambil dari tanaman umur 40 hari, ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

Produksi per plot (g)

Untuk pengukuran produksi per plot diambil dengan menambahkan seluruh bobot segar tanaman dalam satu plot.

Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan Pupuk Organik Cair Paitan Tithonia diversifolia

Setelah dilakukan percobaan awal, diperoleh kandungan N paling tinggi adalah 1,46% pada 9 hari fermentasi (Tabel 1), sehingga ditetapkan lamanya fermentasi pupuk organik cair titonia adalah 9 hari. Bahan berupa titonia sebanyak 2kg terlebih dahulu dicincang kemudian ditambahkan 3 liter air dan diblender hingga halus. Lalu dimasukkan dalam ember, dicampur dengan EM4 100 ml dan air kelapa 1 L. Semua bahan dimasukkan dalam tong yang ditutup atasnya dengan

terpal dan ditengah penutup diberi lubang untuk masuknya batang pengaduk. Pupuk cair diaduk setiap hari selama 9 hari. Setelah itu kemudian disaring sehingga yang digunakan adalah air hasil saringan (Nugroho, 2013).

Persemaian

Tempat persemaian benih dibuat dengan ukuran plot 1 x 2 m. Media tanam berupa campuran top soil, pasir dan kompos dengan perbandingan 3:1:1. Naungan terbuat dari bambu sebagai tiang dan pelepah kelapa sebagai atap dengan ketinggian 1,5 m arah timur dan 1 m arah barat, panjang naungan 2,5 m dan lebarnya 1,5 m yang memanjang arah utara- selatan.

Penyemaian benih

Media semai atau tempat persemaian sebelum ditanam benih disiram air terlebih dahulu hingga lembab dan dibuat larikan. Jarak antar larikan adalah 5 cm, setelah itu benih disebar pada larikan secara merata pada permukaan media sebanyak 100 benih tiap larikan kemudian ditutup tanah.

Pengolahan tanah

Pengolahan tanah diawali dengan membersihkan areal dari gulma dan sampah. Kemudian tanah diolah dengan cara mencangkul kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 100 x 100 cm dan jarak antar blok 50 cm.

Penanaman

Sebelum bibit ditanam, tanah pada masing-masing polibeg disusun terlebih dahulu diatas susunan batu bata disetiap plot perlakuan dengan jarak setiap polibeg adalah 20 cm, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm. Setelah itu bibit dicabut dari persemaian dan ditanam pada lubang tanam yang

dipersiapkan. Pindah tanam dilakukan pada 9 hst (hari setelah tabur) dengan kriteria tanaman seragam.

Pemupukan

Pengaplikasian pupuk anorganik dilakukan 2 kali, yaitu pada saat pindah tanam dan pada saat tanaman berumur 20 hari setelah pindah tanam (HSPT). Untuk pemberian pupuk organik cair dilakukan tujuh hari setelah pindah tanam dan dilakukan seminggu sekali untuk perlakuan K2, K3 dan K4 sedangkan untuk perlakuan K5,K6 dan K7 dilakukan dua minggu sekali. Pengaplikasian dilakukan dengan cara disiram ke tanah sampai tanah menjadi lembab.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi pada pukul 08.00-09.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00-17.00 WIB secara merata pada seluruh tanaman dengan menggunakan gembor dan air bersih dan disesuaikan dengan kondisi dilapangan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan guna mengganti tanaman yang rusak akibat hama, penyakit ataupun kerusakan mekanis lainnya. Penyulaman dilakukan paling lama 12 HSPT.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang tumbuh di tanah.

Pencegahan hama dan penyakit

pestisida organik yang terbuat dari ekstrak bawang putih yang berbahan aktif Tanin < 1%, minyak atsiri, dialilsulfida, aliin, alisin, enzim alinase, vitamin A, B, C (Soenandar, M. Aeni, M.N. dan Raharjo, A. 2010 ).

Panen

Dokumen terkait