• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kailan (Brassica Oleraceae L.) Pada Pemberian Pupuk Anorganik Dan Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Paitan (Tithonia Diversifolia (Hemsl.) Gray)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kailan (Brassica Oleraceae L.) Pada Pemberian Pupuk Anorganik Dan Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Paitan (Tithonia Diversifolia (Hemsl.) Gray)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae L.) PADA PEMBERIAN PUPUK ANORGANIK DAN

BERBAGAI DOSIS PUPUK

ORGANIK CAIR PAITAN (Tithonia diversifolia (Hemsl.) Gray)

SKRIPSI

Oleh :

POSMA SINAGA 090301113

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae L.) PADA PEMBERIAN PUPUK ANORGANIK DAN

BERBAGAI DOSIS PUPUK

ORGANIK CAIR PAITAN (Tithonia diversifolia (Hemsl.) Gray)

SKRIPSI

Oleh:

POSMA SINAGA / 090301113

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul : Respon pertumbuhan dan produksi kailan (Brassica oleraceae L.) pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) Gray)

Nama : Posma Sinaga

NIM : 090301113

Departemen : Agroekoteknologi

Program studi : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Ir.Meiriani, MP Ir.Yaya Hasanah, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

POSMA SINAGA : Respon Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae

L.) Pada Pemberian Pupuk Anorganik dan Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Paitan (Tithonia diversifolia) dibimbing oleh MEIRIANI dan YAYA HASANAH.

Pada umumnya paitan kurang dikenal dan dimanfaatkan, karena dianggap gulma dan biasanya hanya digunakan sebagai kompos padat. Paitan memiliki potensi sebagai penambah unsur hara bagi tanaman karena cepat terdekomposisi. Oleh karena itu, pemberian pupuk organik cair paitan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kailan. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada September 2013-Januari 2014, menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial dengan faktor perlakuan yaitu pupuk anorganik, pupuk organik cair (4, 8, 12, 7, 14 dan 21ml/tanaman/aplikasi). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun klorofil daun, total luas daun, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, produksi tanaman sampel dan produksi per plot.

Hasil penelitian menunjukkan pemberian berbagai dosis pupuk organik cair paitan belum nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kailan. Pemberian pupuk anorganik lengkap nyata meningkatkan tinggi tanaman 31 HSPT, bobot segar 30 s/d 40 HSPT, luas daun 40 HSPT, bobot kering 40 HSPT, laju pertumbuhan relatif, produksi per plot dan produksi sampel.

(5)

ABSTRACT

POSMA SINAGA :The Application of anorganic fertilizer and some dossages of Liquid Organic Fertilizer of paitan (Tithonia diversifolia) on the Growth and Yield of Mustard (Brassica oleraceae L.), supervised by dan MEIRIANI and YAYA HASANAH.

Generally, paitan is not used, known as weeds and just used as animal feed and it rest just become waste. Paitan has potential as the nutrition adder for plant. Therefore, the application of liquid organic fertilizer from paitan is hoped can increase the growth and yield of mustard. This research had been conducted in Kasa House, Agricultural Faculty, University of Sumatera Utara, Medan on September 2013 until January 2014. The research used non-factorial randomized block design with 7 treatment: liquid organic fertilizer (4, 8,12,7, 14 and 21 ml/plant/aplication). Variable observed were plant height, leaves number, the number of leaf clorofil, total of leaf area, wet weight of plant, dry weight of plant, rate of clean asimilation, rate of relative growth, plant yield per sample and yield per plot.

The result showed that the application of liquid organic fertilizer from Tithonia diversifolia significantly did not effect the growth and production of mustard. The application of anorganic fertilizer significantly increase the height of plant on 31 HSPT, wet weight of plant on 30 HSPT until 40 HSPT, dry weight of plant on 40 HSPT, the total of leaf area on 40 HSPT, the rate of relative growth, plant yield per sample and yield per plot.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Posma Sinaga dilahirkan di Tebing Tinggi 9 September 1991 dari

pasangan Bapak Alm E. Sinaga dan Ibu A. Pangaribuan. Penulis merupakan anak

ketiga dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain :

tahun 1997-2003 menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 163089 di Tebing

Tinggi; tahun 2003-2006 menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi;

tahun 2006-2009 menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi; tahun

2009 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB. Penulis

memilih program studi BPP (Budidaya Pertanian dan Perkebunan) Departemen

Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi

kemahasiswaan diantaranya anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian

Mahasiswa Kristen (UKM KMK) FP USU 2009/2014, anggota Himpunan

Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK), menjadi Asisten Laboratorium

Tanaman Pangan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis telah melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di PPKS Marihat, Pematang Siantar, pada bulan Juli - Agustus

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae L.) pada Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Paitan (Tithonia diversifolia) .

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

orangtua yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga

berterimakasih kepada Ibu Ir. Meiriani, MP. selaku ketua komisi pembimbing dan

Ibu Ir. Yaya Hasanah, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah

membimbing dan memberi masukan berharga kepada penulis.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, kepada teman-teman

Agroekoteknologi 2009 yang telah membantu selama penelitian berlangsung, dan

pihak-pihak lain yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2014

(8)

DAFTAR ISI

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian ... 13

Pembuatan pupuk organik cair paitan ... 17

(9)

Penyiraman ... 19

Penyulaman ... 19

Penyiangan ... 19

Pengendalian hama penyakit ... 19

Panen ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Pembahasan ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Hasil analisis fermentasi Tithonia diversifolia ... 13

2. Tinggi tanaman kailan umur 7 HSPT s/d 31 HSPT (cm) pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan ... 21

3. Jumlah daun tanaman kailan umur 7 HSPT s/d 31 HSPT (helai) pada pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan ... 23

4. Jumlah klorofil (jumlah klorofil/6 mm²) tanaman kailan pada pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik

cair paitan ... 24

5. Bobot segar tanaman kailan umur 30 HSPT s/d 40 HSPT (g) pada pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organic

cair paitan ... 25

6. Bobot kering tanaman kailan umur 30 HSPT s/d 40 HSPT (g) pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organic

cair paitan ... 27

7. Total luas daun tanaman kailan umur 30 HSPT s/d 40 HSPT (cm²) pada pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk

organik cair paitan ... 29

8. Laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) tanaman kailan pada pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan ... 31

9. Laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) tanaman kailan pada pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik

cair paitan ... 31

10. Produksi sampel tanaman kailan (g) pada pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan ... 33

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Perkembangan tinggi tanaman kailan umur 7-31 HSPT pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan ... 22

2. Perkembangan jumlah daun tanaman kailan umur 7-31 HSPT pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan ... 24

3. Histogram bobot segar tanaman kailan umur 40 HSPT pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan ... 26

4. Histogram bobot kering tanaman kailan umur 40 HSPT pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan ... 28

5. Histogram total luas daun tanaman kailan umur 40 HSPT pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan ... 30

6. Histogram   laju pertumbuhan relatif tanaman kailan pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan ... 32

7. Histogram produksi tanaman per sampel pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan ... 34

8. Histogram produksi tanaman per plot pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan ... 36

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Deskripsi kailan varietas tropica sensation ... 48

2. Kebutuhan pupuk tanaman kailan ... 49

3. Bagan lahan penelitian ... 50

4. Bagan letak tanaman pada plot ... 51

5. Jadwal kegiatan penelitian ... 52

6. Data tinggi tanaman 7 HSPT (cm) ... 53

7. Sidik ragam tinggi tanaman 7 HSPT ... 53

8. Data tinggi tanaman 11 HSPT (cm) ... 54

9. Sidik ragam tinggi tanaman 11 HSPT ... 54

10. Data tinggi tanaman 15 HSPT (cm) ... 55

11. Sidik ragam tinggi tanaman 15 HSPT ... 55

12. Data tinggi tanaman 19 HSPT (cm) ... 56

13. Sidik ragam tinggi tanaman 19 HSPT ... 56

14. Data tinggi tanaman 23 HSPT (cm) ... 57

15. Sidik ragam tinggi tanaman 23 hspt ... 57

16. data tinggi tanaman 27 HSPT (cm) ... 58

17. Sidik ragam tinggi tanaman 27 HSPT ... 58

18. Data tinggi tanaman 31 HSPT (cm) ... 59

19. Uji kontras tinggi tanaman 31 HSPT ... 59

20. Data jumlah daun 7 HSPT (helai) ... 60

21. Sidik ragam jumlah daun 7 HSPT ... 60

22. Data jumlah daun 11 HSPT (helai) ... 61

23. Sidik ragam jumlah daun 11 HSPT ... 61

24. Data jumlah daun 15 HSPT (helai) ... 62

25. Sidik ragam jumlah daun 15 HSPT ... 62

26. Data jumlah daun 19 HSPT (helai) ... 63

27. Sidik ragam jumlah daun 19 HSPT ... 63

28. Data jumlah daun 23 HSPT (helai) ... 64

(13)

30. Data jumlah daun 27 HSPT (helai) ... 65

31. Sidik ragam jumlah daun 27 HSPT ... 65

32. Data jumlah daun 31 HSPT (helai) ... 66

33. Sidik ragam jumlah daun 31 HSPT ... 66

34. Data jumlah klorofil daun 40 HSPT (jumlah klorofil/6 mm²) ... 67

35. Sidik ragam klorofil daun 40 HSPT ... 67

36. Data bobot segar kailan 30 HSPT (g) ... 68

37. Uji kontras bobot segar kailan 30 HSPT ... 68

38. Data bobot segar kailan 40 HSPT (g) ... 69

39. Uji kontras bobot segar kailan 40 HSPT ... 69

40. Data transformasi bobot segar kailan 40 HSPT (g) ... 69

41. Sidik ragam transformasi bobot segar kailan 40 HSPT ... 69

42. Data bobot kering kailan 30 HSPT (g) ... 70

43. Sidik ragam bobot kering kailan 30 HSPT ... 70

44. Data bobot kering kailan 40 HSPT (g) ... 71

45. Uji kontras bobot kering kailan 40 HSPT ... 71

46. Data total luas daun 30 HSPT (cm²) ... 72

47. Sidik ragam total luas daun 30 HSPT ... 72

48. Data total luas daun 40 HSPT (cm²) ... 73

49. Uji kontras total luas daun 40 HSPT ... 73

50. Data laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) ... 74

51. Sidik ragam laju asimilasi bersih ... 74

52. Data laju pertumbuhan relatif (g.hari-1) ... 75

53. Uji kontras laju pertumbuhan relatif ... 75

54. Data produksi tanaman sampel (g) ... 76

55. Uji kontras produksi tanaman sampel ... 76

56. Data transformasi produksi tanaman sampel (g) ... 76

57. Sidik ragam produksi tanaman sampel ... 76

58. Data produksi per plot (g) ... 77

59. Uji kontras produksi tanaman plot ... 77

60. Data transformasi produksi per plot (g) ... 77

(14)

62. Hasil analisis pupuk organik dan tanah ... 78

(15)

ABSTRAK

POSMA SINAGA : Respon Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae

L.) Pada Pemberian Pupuk Anorganik dan Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Paitan (Tithonia diversifolia) dibimbing oleh MEIRIANI dan YAYA HASANAH.

Pada umumnya paitan kurang dikenal dan dimanfaatkan, karena dianggap gulma dan biasanya hanya digunakan sebagai kompos padat. Paitan memiliki potensi sebagai penambah unsur hara bagi tanaman karena cepat terdekomposisi. Oleh karena itu, pemberian pupuk organik cair paitan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kailan. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada September 2013-Januari 2014, menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial dengan faktor perlakuan yaitu pupuk anorganik, pupuk organik cair (4, 8, 12, 7, 14 dan 21ml/tanaman/aplikasi). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun klorofil daun, total luas daun, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, produksi tanaman sampel dan produksi per plot.

Hasil penelitian menunjukkan pemberian berbagai dosis pupuk organik cair paitan belum nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kailan. Pemberian pupuk anorganik lengkap nyata meningkatkan tinggi tanaman 31 HSPT, bobot segar 30 s/d 40 HSPT, luas daun 40 HSPT, bobot kering 40 HSPT, laju pertumbuhan relatif, produksi per plot dan produksi sampel.

(16)

ABSTRACT

POSMA SINAGA :The Application of anorganic fertilizer and some dossages of Liquid Organic Fertilizer of paitan (Tithonia diversifolia) on the Growth and Yield of Mustard (Brassica oleraceae L.), supervised by dan MEIRIANI and YAYA HASANAH.

Generally, paitan is not used, known as weeds and just used as animal feed and it rest just become waste. Paitan has potential as the nutrition adder for plant. Therefore, the application of liquid organic fertilizer from paitan is hoped can increase the growth and yield of mustard. This research had been conducted in Kasa House, Agricultural Faculty, University of Sumatera Utara, Medan on September 2013 until January 2014. The research used non-factorial randomized block design with 7 treatment: liquid organic fertilizer (4, 8,12,7, 14 and 21 ml/plant/aplication). Variable observed were plant height, leaves number, the number of leaf clorofil, total of leaf area, wet weight of plant, dry weight of plant, rate of clean asimilation, rate of relative growth, plant yield per sample and yield per plot.

The result showed that the application of liquid organic fertilizer from Tithonia diversifolia significantly did not effect the growth and production of mustard. The application of anorganic fertilizer significantly increase the height of plant on 31 HSPT, wet weight of plant on 30 HSPT until 40 HSPT, dry weight of plant on 40 HSPT, the total of leaf area on 40 HSPT, the rate of relative growth, plant yield per sample and yield per plot.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (back to nature) telah menjadi tren

baru masyarakat. Hal ini masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan

bahan-bahan kimia tidak alami seperti pupuk kimia, pestisida sintetis serta

hormon pertumbuhan dalam produksi pertanian, ternyata dapat menimbulkan

efek negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (Manuhutu, 2005).

Umumnya residu pestisida pada produk pertanian sangat tinggi, karena masih

banyak petani yang sering menyemprotkan pestisida pada saat panen bahkan

sampai tiga hari menjelang panen. Itu dilakukan untuk menghindari gagal panen

karena serangan hama dan penyakit.

Sayuran merupakan merupakan sumber esensial vitamin dan mineral, di

dalam sayuran mengandung vitamin A,B, C, zat kapur, dan zat besi yang

diperlukan untuk pertumbuhan tulang, gigi dan mempelancar peredaran darah

serta alat pencernaan. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya sayuran

semakin meningkat, untuk itu peningkatan produksi sayuran perlu dilakukan.

Sayuran yang diolah secara organik adalah sayuran yang cukup aman bila

dikonsumsi, mengingat dalam pengolahannya lebih mengandalkan bahan-bahan

alami, seperti menggunakan pupuk organik dan tidak menggunakan pestisida

kimia. Kailan (Brassica oleraceae) merupakan salah satu anggota dari keluarga

kubis-kubisan (Cruciferae). Hampir semua bagian tanaman kailan dapat

dikonsumsi yaitu batang dan daunnya. Dalam 100 gram bagian kailan yang

dikonsumsi mengandung 7540 IU vitamin A, 115 mg vitamin C, dan 62 mg Ca,

(18)

Pupuk organik cair adalah salah satu jenis pupuk organik yang

mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk organik cair dapat melengkapi

dan menambah ketersediaan bahan organik dalam tanah. Bahan organik tersebut

memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro

bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah.

Bahan organik juga dapat meningkatkan porositas, aerase dan komposisi

mikroorganisme tanah, membantu pertumbuhan akar tanaman, meningkatkan

daya serap air yang lebih lama oleh tanah (Murbandono, 2000).

Penelitian mengenai pemanfaatan paitan (Tithonia diversifolia) sebagai

pupuk organik cair belum banyak dilakukan. Penelitian terdahulu kebanyakan

membahas mengenai pemanfaatannya sebagai pupuk hijau dan kompos. Titonia

yang lebih dikenal sebagai tanaman liar yang kurang dimanfaatkan ternyata dapat

berfungsi sebagai pupuk organik cair. Dari hasil analisis fermentasi yang telah

dilakukan diperoleh kandungan N yang cukup tinggi yaitu 1,46 % pada 9 hari

fermentasi, sehingga penulis tertarik melakukan penelitian pengaplikasian pada

tanaman sayuran, yaitu kailan.

Budidaya kailan yang menggunakan pupuk organik diharapkan dapat

memperbaiki sifat fisik tanah,kimia dan biologi tanah, selain itu pupuk organik

juga dapat meningkatkan cita rasa kalian menjadi lebih renyah, serta mampu

menjaga kesehatan manusia yang memakannya. Budidaya kailan organik juga

memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi untuk dikomersilkan di pasaran oleh

petani. Hal ini dapat dilihat dengan harga sayuran kailan organik yaitu sekitar Rp

(19)

Rp.2000/kg sampai dengan Rp.3500/kg. Dari uraian diatas dapat diketahui

banyaknya manfaat budidaya kailan secara organik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi

tanaman kailan (Brassica oleraceae L.) pada pemberian berbagai dosis pupuk

organik cair paitan (Tithonia diversifolia).

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk organik cair paitan

(Tithonia diversifolia) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kailan

(Brassica oleraceae L.)

Kegunaan Penelitian

Penelitian berguna sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan diharapkan

berguna sebagai bahan informasi budidaya kailan organik dan pemanfaatan

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi tanaman kailan adalah sebagai berikut : Divisio :

Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae, Ordo :

Papavorales, Famili : Cruciferae (Brassicaceae) Genus : Brassica, Spesies :

Brassica oleraceae Var. acephala (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas

dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

cabang-cabang akar yang kokoh. Cabang akar (akar sekunder) tumbuh dan

menghasilkan akar tertier yang akan berfungsi menyerap unsur hara dari

dalam tanah (Darmawan, 2009).

Tanaman kailan mempunyai batang berwarna hijau kebiruan, bersifat

tunggal dan bercabang pada bagian atas. Warna batangnya mirip dengan kembang

kol. Batang kailan dilapisi oleh zat lilin, sehingga tampak mengkilap, pada batang

tersebut akan muncul daun yang letaknya berselang seling (Rubatzky dan

Yamaguchi, 1998).

Tanaman kailan adalah sayuran yang berdaun tebal, datar, mengkilap,

keras, berwarna hijau kebiruan, dan letaknya berselang. Daunnya panjang dan

melebar seperti caisim, sedangkan warna daun mirip dengan kembang kol

berbentuk bujur telur (Widaryanto, Herlina danPutra, 2003).

Bunga kailan terdapat di ujung batang dengan bunga berwarna putih.

Kepala bunga berukuran kecil, mirip dengan bunga pada brokoli. Bunga kailan

(21)

sempurna dengan enam benang sari yang terdapat dalam dua lingkaran. Empat

benang sari dalam lingkaran dalam, sisanya dalam lingkaran luar (Pracaya, 2002).

Buah kailan berbentuk polong, panjang dan ramping berisi biji.

Biji-bijinya bulat kecil berwarna coklat sampai kehitam-hitaman. Biji-biji inilah yang

digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman kailan (Rubatzky dan Yamaguchi,

1998).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman kailan sesuai ditanam di kawasan yang mempunyai suhu

antara 23 – 35 °C . Kelembapan udara yang sesuai bagi pertumbuhan kailan

berkisar antara 80 – 90 % (Pracaya, 2002).

Tanaman kailan memerlukan curah hujan yang berkisar antara 1000 -1500

mm/tahun, keadaan curah hujan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air bagi

tanaman. Kailan termasuk jenis sayuran yang toleran terhadap kekeringan atau

ketersediaan air yang terbatas. Curah hujan terlalu banyak dapat menurunkan

kualitas sayur, karena kerusakan daun yang diakibatkan oleh hujan deras

(Widaryanto, Herlina dan Putra, 2003).

Pada umumnya tanaman kailan baik ditanam di dataran tinggi dengan

ketinggian antara 1.000 - 3.000 meter di atas permukaan laut, seperti halnya kubis

tunas yang hanya baik ditanam pada ketinggian lebih dari 800 m di atas

permukaan laut. Beberapa varietas kubis-kubisan (Brassicaceae) ada yang dapat

ditanam di dataran rendah, seperti kailan mampu beradaptasi dengan baik pada

(22)

Tanah

Tanaman kailan menghendaki keadaan tanah yang gembur dan subur.

Kailan tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan pH berkisar diantara 5.0 -

6.5. Tanah yang memiliki pH di bawah nilai 5.0, perlu dilakukan pengapuran

untuk meningkatkan nilai pH yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kailan

(Hakim dkk, 2002).

Jenis tanah yang baik digunakan untuk membudidayakan kailan adalah

jenis tanah regosol, tanah aluvial, tanah latosol, tanah mediteran ataupun tanah

andosol (Widaryanto, Herlina danPutra, 2003).

Pada tanah-tanah yang masam (pH kurang dari 5,5), pertumbuhan kailan

sering mengalami hambatan, mudah terserang penyakit akar bengkak atau “Club

root” yang disebabkan oleh cendawan Plasmodiophora brassicae Wor.

Sebaliknya pada tanah yang basa atau alkalis (pH lebih besar dari 6,5) tanaman

terserang penyakit kaki hitam (blackleg) akibat cendawan Phoma lingam

(Rukmana, 1995).

Pupuk Organik Cair

Pengertian pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi

makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk

organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat

fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik banyak mengandung banyak bahan

organik daripada kadar haranya. Sumber pupuk organik dapat berupa kompos,

pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (brangkasan, jerami, tongkol jagung,

bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan

(23)

adalah pupuk yang sebagian atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang

berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa,

berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai hara tanaman,

memeperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Goenadi, 1995).

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar

di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau

disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro

esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk

organik cair dapat meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas

produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif

pengganti pupuk kandang (Sari, 2008).

Pupuk organik cair lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena

unsur-unsur yang terkandung didalamnya mudah terurai dan tidak dalam jumlah yang

terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pembuatan

pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah

beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman yang sudah siap

dapat digunakan sebagai pupuk cair. Penggunaan pupuk cair dapat memudahkan

dan menghemat tenaga. Adapun keuntungan pupuk cair antara lain: pengerjaan

pemupukan akan lebih cepat dan penggunaannya sekaligus melakukan

penyiraman sehingga dapat menjaga kelembaban tanah (Hanum, 2011).

Pupuk organik mempunyai keunggulan dan kelemahan. Beberapa

keunggulan pupuk organik adalah sebagai berikut: 1) meningkatkan kandungan

bahan organik di dalam tanah; 2) memperbaiki struktur tanah; 3) meningkatkan

(24)

aktivitas kehidupan biologi tanah; 5) meningkatkan kapasitas tukar kation tanah;

6) mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe pada tanah masam dan 7)

meningkatkan ketersedian hara di dalam tanah. Sedangkan kelemahan dari pupuk

organik adalah sebagai berikut: 1) kandungan haranya rendah; 2) relatif sulit

memperolehnya dalam jumlah yang banyak 3) lambat tersedia bagi tanaman dan

4) pengangkutan dan aplikasinya mahal karena dibutuhkan dalam jumlah banyak

(Damanik dkk, 2011).

Nitrogen merupakan salah satu unsur kimia utama yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan produksi tanaman . Nitrogen merupakan komponen klorofil dan

karenanya penting untuk fotosintesis. Tanaman menggunakan nitrogen dengan

menyerap baik ion nitrat atau amonium melalui akar. Sebagian besar nitrogen

digunakan oleh tanaman untuk menghasilkan protein (dalam bentuk enzim) dan

asam nukleat (Agriculture Syllabus, 2009).

Departemen Pertanian (1977) juga menambahkan bahwa peranan unsur N

dalam tanaman yang terpenting adalah sebagai penyusun atau sebagai bahan dasar

protein dan pembentukan klorofil karena itu unsur N mempunyai salah satu fungsi

menambah ukuran daun dan memperbaiki kualitas tanaman.

Aplikasi pupuk-N pada lahan pertanian dengan irigasi akan mengalami

kehilangan N yang akan larut dalam air irigasi atau air permukaan. Pemberian

pupuk nitrogen 200 kg/ha sampai 300 kg/ha memacu peningkatan kadar nitrogen

terutama pada aliran air irigasi. Pada aplikasi pupuk nitrogen tersebut mengalami

kehilangan sekitar 80% yang dilarutkan sebagai aliran air permukaan jika

dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk nitrogen (0 kg/ha). Aplikasi irigasi

(25)

NO3-N pada zona perakaran dalam tanah melalui proses leaching yang bergerak

melalui zona tidak jenuh air. Tingkat kehilangan nitrat (nitrate loss) berhubungan

secara signifikan dengan jumlah aplikasi pupuk nitrogen dan proses infiltrasi air

dalam tanah dan nitrat yang hilang tersebut dihasilkan oleh proses mineralisasi

pada bahan organik Faktor imbuhan air dari curah hujan ataupun aplikasi irigasi

berperan sebagai media pembawa, sehingga proses leaching nitrat semakin cepat

menuju ke zona yang lebih dalam (Apricio et al., 2008).

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu faktor

genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan diartikan sebagai gabungan

semua keadaan dan pengaruh luar yang memengaruhi kehidupan dan

perkembangan suatu organisme. Diantara sekian banyak faktor lingkungan yang

mempengaruhi kehidupan dan perkembangan tanaman antara lain: 1) temperatur,

2) kelembaban, 3) energi radiasi (cahaya matahari), 4) susunan atmosfer, 5)

struktur tanah dan susunan udara tanah, 6) reaksi tanah (pH), 7) faktor biotis, 8)

penyediaan unsur hara dan 9) ketiadaan bahan pembatas pertumbuhan tanaman

(Damanik, dkk, 2011).

Tithonia diversifolia

Tithonia diversifolia (Hamsley) A. Gray yang di Indonesia dikenal sebagai

paitan merupakan gulma tahunan yang berpotensi sebagai sumber bahan organik

karena produksi biomassanya tinggi yaitu sekitar 5,6-8.1 t/ha/th dalam dua kali

pangkasan. Sebagai sumber hara paitan mengandung (2.7-3.59% N, 0.14-0.47%

P, 0.25- 4.10% K). Keunggulan tanaman ini dapat tumbuh baik pada lahan yang

kurang subur. Pemanfaatannya dapat sebagai pupuk hijau ataupun melalui

(26)

tanah, meningkatkan produksi jagung, selada, tomat dan caisim. Disamping itu

dapat berfungsi sebagai bioakumulator logam berat. Akumulasi Pb tertinggi pada

akar, sedangkan akumulasi Zn tertinggi pada bagian daun. Logam berat yang lain

yang diserap dalam jumlah banyak adalah Cd, Cu, Ag (Purwani, 2010).

Tanaman paitan paitan merupakan salah satu jenis tanaman yang baik

untuk meningkatkan mutu pupuk kompos. Tanaman ini mempunyai keunggulan,

yaitu mudah mengalami dekomposisi dan mengandung N-total yang sangat tinggi

(3,5–5,5 %), P

2O5 (0,37–1,0 %), dan K2O (3,18–6 %) (Agustina dan

Enggariyanto, 2004).

Hasil penelitian Hartatik (2007) mengenai kandungan hara paitan

menunjukkan bahwa kandungan hara N, P dan K pada paitan sangat tinggi yaitu

3,5 % N; 0,38 % P dan 4,1 % K. Kandungan hara tersebut dapat berfungsi untuk

meningkatkan pH tanah, meningkatkan kandungan P, Ca dan Mg tanah serta

dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produktifitas lahan yakni meningkatkan

bahan organik tanah.

Daun paitan kering mengandung N 3,5-4,0%, P 0,35-0,38%, K 3,5-4,1%,

Ca 0,59%, dan Mg 0,27%. Tanaman jagung yang dipupuk paitan setara 60 kg

N/ha menghasilkan jagung pipilan kering 4 t/ha, sedangkan bila dipupuk urea 60

kg N/ha hasilnya hanya 3,7 t/ha. Pupuk hijau dari paitan juga dapat mensubstitusi

pupuk KCl (Hartatik, 2007).

Paitan dapat menghasilkan bahan kering 1,75-2,0 kg/m/tahun. Kadar N

total pangkasan paitan berkisar antara 2,9-3,9% atau rata-rata 3,16% sehingga

(27)

tanah Ultisol untuk mensubstitusi N dan K pupuk buatan 20-100% dapat

meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd, serta meningkatkan kandungan hara

P, Ca, dan Mg tanah (Firsoni, dkk, 2011).

Paitan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan juga untuk upaya

konservasi tanah pada daerah yang curam. Jenis pupuk organik yang dapat dibuat

dari biomassa paitan antara lain pupuk hijau, pupuk kompos dan pupuk cair.

Bahan organik yang berasal dari biomassa paitan dapat dimanfaatkan sebagai

pupuk yang bertujuan memperbaiki kesuburan tanah secara fisik, kimia dan

biologi tanah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya manfaat dari

penerapan pupuk paitan pada tanah dan tanaman (Balai Penelitian Tanah, 2007).

Biomassa daun tanaman paitan mempunyai kandungan nutrisi dan dikenal

sebagai sumber potensi nutrisi bagi tanaman budidaya (Rutunga, dkk, 2008).

Biomassa tanaman paitan telah lama dikenal sebagai unsur hara yang efektif

untuk tanaman padi di Asia dan tanaman jagung serta tanaman sayuran di Afrika.

Dalam 100 g biomassa segar tanaman paitan mempunyai kandungan unsur hara

yang tinggi, diantaranya 3,5% N, 0,37% P, dan 4,1% K.

Hasil penelitian Gusmini, dkk (2003) mengenai penerapan pupuk hijau

paitan pada jahe sebagai sumber hara N dan K untuk mensubsidi pupuk buatan

NK dapat membantu memperbaiki sifat kimia tanah. Pemberian paitan segar

sebesar 1100 g/10 kg tanah dapat menyuplai 5 g N dan 4,5 g K serta

meningkatkan P-tersedia sebesar 8,1 ppm, C-organik sebesar 0,79 %, Ca 0,99

(28)

adalah untuk panen 4 bulan sebanyak 365,72 g/pot (15 ton/ha) dan sebesar 669,35

g/pot (27 ton/ha) untuk panen 6 bulan.

Tanaman paitan juga mempunyai laju dekomposisi yang cepat. Pelepasan

N terjadi sekitar 1 minggu dan pelepasan P dari biomassa tanaman terjadi sekitar

2 minggu setelah dimasukkan ke dalam tanah

(Jama et al,1999).

Penelitian di Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, juga

menunjukkan paitan lebih baik ketimbang pupuk kandang kotoran sapi dan

kotoran ayam. Bahkan paitan itu lebih unggul dari 100% pupuk pabrik.

Kombinasi 4 ton kompos paitan, 2 ton kapur, dan 50% pupuk pabrik—yang biasa

dipakai petani jagung—menghasilkan panen 9,8 ton biji/ha. Sementara tanpa

paitan dengan 100% pupuk pabrik hanya 9,6 ton biji per ha. Artinya paitan

mampu menghemat 50% pupuk pabrik tanpa mengurangi hasil.

Tabel 1. Hasil analisis fermentasi Tithonia diversifolia

Waktu fermentasi N-Total (%) P2O5 (%) K2O (%) C-Org (%)

7 Hari setelah fermentasi 1,37 0,51 2,07 16,91

9 Hari setelah fermentasi 1,46 - - -

14 Hari setelah fermentasi 1,32 - - -

(29)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut,

mulai bulan Oktober 2013 sampai Januari 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih tanaman kailan

(Brassica oleraceae Var. Tropica sensation) media tanam yaitu top soil, pasir dan

kompos dengan perbandingan 3:1:1, pestisida organik, EM4, daun Tithonia

diversifolia, polibeg berukuran 5 kg, dan bahan-bahan lain yang mendukung

penelitian ini.

Alat yang digunakan pada penelitian adalah cangkul, meteran, gembor,

jangka sorong, timbangan analitik, handsprayer, gelas ukur, leaf area meter, oven,

kalkulator, pacak sampel, alat tulis, SPAD klorofilmeter dan alat lain yang

membantu dalam penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

nonfaktorial, yaitu dosis pupuk organik cair titonia :

K1 = anorganik lengkap (Urea 4,8 gr/tanaman, SP-36 2,4 gr/tanaman,dan KCl 2,4

gr/tanaman dengan 2x aplikasi)

K2 = 4 ml/tanaman/aplikasi (667 L/ha) (5x aplikasi)

K3 = 8 ml/tanaman/aplikasi (1333 L/ha) (5x aplikasi)

K4 = 12 ml/tanaman/aplikasi (2000 L/ha) (5x aplikasi)

(30)

K6 = 14 ml/tanaman/aplikasi (2333 L/ha) (3x aplikasi)

K7 = 21 ml/tanaman/aplikasi (3499 L/ha) (3x aplikasi)

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 21 plot

Panjang plot : 100 cm

Lebar plot : 100 cm

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Jumlah polibeg/plot : 6 polibeg

Jumlah tanaman/polibeg : 1 tanaman

Jumlah tanaman/plot : 6 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 126 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi +αj + εijk

i = 1,2,3 j = 1,2,3,4,5,6,7

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat pemberian berbagai dosis pupuk

organik cair paitan pada taraf ke -j

µ : Nilai tengah

ρi : Pengaruhpupuk organik cair paitan pada taraf ke i

αj : Efek pemberian berbagai dosis pupuk organik cair paitan pada taraf ke-j εijk : Galat dari blok ke-i dan dosis pupuk organik cair paitan ke-j

(31)

yang berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati adalah uji Anova (uji F)

pada taraf 5 % . Untuk membandingkan antar perlakuan yang diujikan maka

dilakukan uji lanjutan dengan uji kontras (Hanafiah, 1991).

Peubah amatan Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah (patok standar) sampai

daun tertinggi yaitu yang tegak alami. Pengukuran dilakukan pada 2 tanaman

sampel mulai saat tanaman berumur 7 – 40 HSPT dengan interval 4 hari.

Jumlah daun (helai)

Penghitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang sudah berkembang

sempurna minimal 2/3 dari daun normal. Penghitungan dilakukan pada 2 sampel

tanaman yang sama dengan pengukuran tinggi tanaman dan dimulai pada saat

tanaman berumur 7 – 40 HSPT dengan interval 4 hari.

Luas daun (cm2)/tanaman

Pengukuran luas daun dilakukan dengan metode konstanta (p.l.k) pada

setiap daun dari 2 tanaman sampel destruksi pada tanaman berumur 30 dan 40

HSPT (Samiati dkk, 2012).

Bobot segar tanaman (g)

Penimbangan bobot segar tanaman dilakukan pada 2 tanaman sampel

destruksi dari tiap plot dengan menggunakan timbangan analitik dan ditimbang

secara terpisah bagian atas tanaman (batang dan daun) dan bagian bawah tanaman

(akar). Sebelum ditimbang tanaman dibersihkan dengan air dan dikeringanginkan.

(32)

Bobot kering tanaman (g)

Bobot kering ditimbang secara terpisah bagian atas (batang dan daun) dan

bawah (akar) tanaman. Bahan dimasukkan ke dalam amplop dan diberi label

sesuai perlakukan, lalu dikeringovenkan pada suhu 700 C selama 24 jam, setelah itu sampel dikeluarkan dari lemari pengering dan dimasukkan ke dalam desikator

selama 30 menit dan ditimbang, pengeringan diulang hingga bobot tetap.

Penimbangan dilakukan saat tanaman berumur 30 dan 40 HSPT.

Kehijauan daun (unit / 6 mm 2)

Salah satu pendekatan untuk mengetahui jumlah klorofil daun adalah

dengan mengukur tingkat kehijauan daun. Daun yang lebih hijau diduga memiliki

kandungan klorofil yang tinggi. Pengukuran kehijauan daun diukur dengan alat

SPAD klorofilmeter pada daun sampel pada saat panen. Spad klorofilmeter

merupakan alat untuk mengukur kandungan klorofil daun tanpa destruksi.

Klorofilmeter ini bekerja pada 2 panjang gelombang yaitu 940 nm dan 650 nm

(Knighton, N and Bruce Bugbee, 2005).

Laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1)

Nilai laju assimilasi bersih merupakan pertambahan material tanaman dari

asimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung pada umur

30,dan 40 HSPT, dengan persamaan sebagai berikut :

LAB = (W2 – W1)x (ln A2 – ln A1)

(T2 – T1) (A2 – A1)

Dimana :

W1 dan W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2 (g)

A1 dan A2 = Luas daun tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2 (cm2)

(33)

Laju pertumbuhan relatif (g.hari-1)

Laju pertumbuhan relatif merupakan penambahan berat kering dalam

interval waktu terhadap berat permukaan (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung

pada umur 30 dan 40 HSPT, dengan persamaan sebagai berikut:

(ln W2-ln W1)

LTR = (T2-T1)

Dimana: W1 = Berat kering tanaman pengamatan ke-1 (g)

W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke-2 (g)

T1 = Waktu pengamatan 1 (hari)

T2 = Waktu pengamatan 2 (hari) Produksi per tanaman (g)

Diambil dari tanaman umur 40 hari, ditimbang dengan menggunakan

timbangan analitik.

Produksi per plot (g)

Untuk pengukuran produksi per plot diambil dengan menambahkan

seluruh bobot segar tanaman dalam satu plot.

Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan Pupuk Organik Cair Paitan Tithonia diversifolia

Setelah dilakukan percobaan awal, diperoleh kandungan N paling tinggi

adalah 1,46% pada 9 hari fermentasi (Tabel 1), sehingga ditetapkan lamanya

fermentasi pupuk organik cair titonia adalah 9 hari. Bahan berupa titonia sebanyak

2kg terlebih dahulu dicincang kemudian ditambahkan 3 liter air dan diblender

hingga halus. Lalu dimasukkan dalam ember, dicampur dengan EM4 100 ml dan

(34)

terpal dan ditengah penutup diberi lubang untuk masuknya batang pengaduk.

Pupuk cair diaduk setiap hari selama 9 hari. Setelah itu kemudian disaring

sehingga yang digunakan adalah air hasil saringan (Nugroho, 2013).

Persemaian

Tempat persemaian benih dibuat dengan ukuran plot 1 x 2 m. Media

tanam berupa campuran top soil, pasir dan kompos dengan perbandingan 3:1:1.

Naungan terbuat dari bambu sebagai tiang dan pelepah kelapa sebagai atap

dengan ketinggian 1,5 m arah timur dan 1 m arah barat, panjang naungan 2,5 m

dan lebarnya 1,5 m yang memanjang arah utara- selatan.

Penyemaian benih

Media semai atau tempat persemaian sebelum ditanam benih disiram air

terlebih dahulu hingga lembab dan dibuat larikan. Jarak antar larikan adalah 5 cm,

setelah itu benih disebar pada larikan secara merata pada permukaan media

sebanyak 100 benih tiap larikan kemudian ditutup tanah.

Pengolahan tanah

Pengolahan tanah diawali dengan membersihkan areal dari gulma dan

sampah. Kemudian tanah diolah dengan cara mencangkul kemudian dibuat

plot-plot dengan ukuran 100 x 100 cm dan jarak antar blok 50 cm.

Penanaman

Sebelum bibit ditanam, tanah pada masing-masing polibeg disusun

terlebih dahulu diatas susunan batu bata disetiap plot perlakuan dengan jarak

setiap polibeg adalah 20 cm, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm.

(35)

dipersiapkan. Pindah tanam dilakukan pada 9 hst (hari setelah tabur) dengan

kriteria tanaman seragam.

Pemupukan

Pengaplikasian pupuk anorganik dilakukan 2 kali, yaitu pada saat pindah

tanam dan pada saat tanaman berumur 20 hari setelah pindah tanam (HSPT).

Untuk pemberian pupuk organik cair dilakukan tujuh hari setelah pindah tanam

dan dilakukan seminggu sekali untuk perlakuan K2, K3 dan K4 sedangkan untuk

perlakuan K5,K6 dan K7 dilakukan dua minggu sekali. Pengaplikasian dilakukan

dengan cara disiram ke tanah sampai tanah menjadi lembab.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi pada pukul 08.00-09.00 WIB

dan sore hari pada pukul 16.00-17.00 WIB secara merata pada seluruh tanaman

dengan menggunakan gembor dan air bersih dan disesuaikan dengan kondisi

dilapangan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan guna mengganti tanaman yang rusak akibat hama,

penyakit ataupun kerusakan mekanis lainnya. Penyulaman dilakukan paling lama

12 HSPT.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang

tumbuh di tanah.

Pencegahan hama dan penyakit

(36)

pestisida organik yang terbuat dari ekstrak bawang putih yang berbahan aktif

Tanin < 1%, minyak atsiri, dialilsulfida, aliin, alisin, enzim alinase, vitamin A, B,

C (Soenandar, M. Aeni, M.N. dan Raharjo, A. 2010 ).

Panen

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi tanaman (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman kailan umur 7 HSPT s/d 31 HSPT dan

sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 6 s/d 20 yang menunjukkan

pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 31 HSPT,

sedangkan pupuk organik cair paitan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi

tanaman pada semua umur pengamatan.

Data Pertumbuhan tinggi tanaman kailan umur 7 HSPT s/d 31 HSPT pada

pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Tinggi tanaman kailan (cm) umur 7 HSPT s/d 31 HSPT pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan

Perlakuan

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan tanaman kailan tertinggi umur 31 HSPT diperoleh

(38)
(39)

Jumlah daun (helai)

Data pengamatan jumlah daun tanaman kailan umur 7 HSPT s/d 31 HSPT

dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 21 s/d 34 yang menunjukkan

pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik cair paitan berpengaruh tidak

nyata pada semua umur pengamatan.

Data Pertumbuhan jumlah daun tanaman kailan umur 7 HSPT s/d 31

HSPT pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair

paitan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2 menunjukkan jumlah daun tanaman kailan terbanyak cenderung

diperoleh pada pemberian pupuk anorganik (K1) yang berbeda tidak nyata

dibandingkan dengan pemberian pupuk organik cair paitan.

Tabel 2. Jumlah daun tanaman kailan (helai) umur 7 HSPT s/d 31 HSPT pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan

Perlakuan

Perkembangan jumlah daun tanaman kailan umur 7 HSPT s/d 31 HSPT

pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan

(40)
(41)

Tabel 3 menunjukkan jumlah klorofil daun tanaman kailan terbanyak

cenderung diperoleh pada pemberian pupuk anorganik (K1) yang berbeda tidak

nyata dibandingkan dengan pemberian pupuk organik cair paitan.

Bobot segar tanaman (g)

Data pengamatan bobot segar tanaman kailan umur 30 HSPT s/d 40 HSPT

dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 37 s/d 42 yang menunjukkan

pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan

berpengaruh nyata terhadap bobot segar tanaman umur 30 dan 40 HSPT.

Data bobot segar tanaman kailan umur 30 HSPT s/d 40 HSPT pada

pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot segar tanaman kailan umur 30 HSPT s/d 40 HSPT (g) pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan

Perlakuan Bobot segar tanaman (g)

30 HSPT 40 HSPT

K1 (Pupuk Anorganik) 6.84 a 34.94 a

5 kali aplikasi :

K2 (POC 4 ml/tan/aplikasi) 5.88 10.96

K3 (POC 8 ml/tan/aplikasi) 6.31 18.00

K4 (POC 12 ml/tan/aplikasi) 6.16 11.69

Rataan 6.11 ab 13.55 b

3 kali aplikasi : 10.85

K5 (POC 7 ml/tan/aplikasi) 5.73 10.24

K6 (POC 14 ml/tan/aplikasi) 6.34 11.29

K7 (POC 21 ml/tan/aplikasi) 5.89

Rataan 5.98 b 10.79 b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 4 menunjukkan bobot segar tanaman kailan terbesar umur 30 HSPT

diperoleh pada pemberian pupuk anorganik yang berbeda tidak nyata dengan

(42)
(43)

Bobot kering tanaman (g)

Data pengamatan bobot kering tanaman kailan umur 30 HSPT s/d 40

HSPT dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 43 s/d 47 yang

menunjukkan pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata pada umur 40 HSPT

dibanding pemberian pupuk organik cair paitan.

Data bobot kering tanaman kailan umur 30 HSPT s/d 40 HSPT pada

pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot kering tanaman kailan umur 30 HSPT s/d 40 HSPT (g) pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan

Perlakuan Bobot kering tanaman (g)

30 HSPT 40 HSPT

K1 (Pupuk Anorganik) 0.65 5.11 a

5 kali aplikasi :

K2 (POC 4 ml/tan/aplikasi) 0.54 2.10

K3 (POC 8 ml/tan/aplikasi) 0.58 2.65

K4 (POC 12 ml/tan/aplikasi) 0.59 2.24

Rataan 2.33 b

3 kali aplikasi :

K5 (POC 7 ml/tan/aplikasi) 0.53 2.10

K6 (POC 14 ml/tan/aplikasi) 0.54 2.03

K7 (POC 21 ml/tan/aplikasi) 0.55 1.99

Rataan 2.04 b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 5 menunjukkan bobot kering tanaman kailan terbesar umur 40

HSPT diperoleh pada pemberian pupuk anorganik (K1) yang berbeda nyata bila

dibandingkan dengan pemberian pupuk organik cair paitan. Pemberian pupuk

organik cair paitan dengan lima kali aplikasi berbeda tidak nyata dengan

pemberian tiga kali aplikasi.

(44)
(45)

daun tanaman umur 40 HSPT dibanding dengan pemberian pupuk organik cair

paitan.

Data total luas daun tanaman kailan umur 30 HSPT s/d 40 HSPT pada

pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Total luas daun tanaman kailan umur 30 HSPT s/d 40 HSPT (cm²) pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan

Perlakuan Total luas daun (cm²)

30 HSPT 40 HSPT

K1 (Pupuk Anorganik) 84.54 1088.99 a

5 kali aplikasi :

K2 (POC 4 ml/tan/aplikasi) 52.75 352.67

K3 (POC 8 ml/tan/aplikasi) 67.48 386.95

K4 (POC 12 ml/tan/aplikasi) 67.31 352.58

Rataan 364.07 b

3 kali aplikasi :

K5 (POC 7 ml/tan/aplikasi) 48.83 318.79

K6 (POC 14 ml/tan/aplikasi) 49.96 298.27

K7 (POC 21 ml/tan/aplikasi) 49.27 363.09

Rataan 326.72 b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 6 menunjukkan total luas daun tanaman kailan tertinggi umur 40

HSPT diperoleh pada pemberian pupuk anorganik (K1) yang berbeda nyata bila

dibandingkan dengan pemberian pupuk organik cair paitan. Pemberian pupuk

organik cair paitan dengan lima kali aplikasi berbeda tidak nyata dengan

pemberian tiga kali aplikasi.

Tabel 6 juga menunjukkan total luas daun tanaman kailan berbeda tidak

nyata dengan peningkatan dosis pemberian pupuk organik cair paitan dari 4 ml

sampai dengan 12 ml/tanaman/aplikasi pada 5 kali aplikasi. Begitu juga dengan

(46)
(47)

Tabel 7. Laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) tanaman kailan pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan

Perlakuan Laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1)

K1 (Pupuk Anorganik) 0.0011

K2 (POC 4 ml/tan/aplikasi) 0.0010

K3 (POC 8 ml/tan/aplikasi) 0.0012

K4 (POC 12 ml/tan/aplikasi) 0.0010

K5 (POC 7 ml/tan/aplikasi) 0.0011

K6 (POC 14 ml/tan/aplikasi) 0.0011

K7 (POC 21 ml/tan/aplikasi) 0.0010

Laju pertumbuhan relatif (g.hari-1)

Data pengamatan laju pertumbuhan relatif tanaman kailan dan sidik

ragamnya dapat dilihat pada lampiran 55 s/d 57 yang menunjukkan pemberian

pupuk anorganik berpengaruh nyata dibandingkan dengan pemberian pupuk

organik cair paitan.

Data laju pertumbuhan relatif tanaman kailan pada pemberian pupuk

anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan dapat dilihat pada Tabel

8.

Tabel 8. Laju pertumbuhan relatif tanaman kailan (g.hari-1) pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan

Perlakuan Laju pertumbuhan relatif (g..hari-1)

K1 (Pupuk Anorganik) 0.201 a

5 kali aplikasi :

K2 (POC 4 ml/tan/aplikasi) 0.136

K3(POC 8 ml/tan/aplikasi) 0.150

K4(POC 12 ml/tan/aplikasi) 0.135

Rataan 0.140 b

3 kali aplikasi :

K5(POC 7 ml/tan/aplikasi) 0.138

K6(POC 14 ml/tan/aplikasi) 0.132

K7(POC 21 ml/tan/aplikasi) 0.130

Rataan 0.133 b

(48)
(49)

Produksi sampel (g)

Data pengamatan produksi sampel tanaman kailan dan sidik ragamnya

dapat dilihat pada lampiran 61 s/d 63 yang menunjukkan pemberian pupuk

anorganik berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman sampel dibandingkan

dengan pemberian berbagai dosis pupuk organik cair paitan.

Data produksi sampel tanaman kailan pada pemberian pupuk anorganik

dan berbagai dosis pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Produksi sampel tanaman kailan(g) pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan

Perlakuan Produksi sampel (g)

K1 (Pupuk Anorganik) 23.12 a

5 kali aplikasi :

K2 (POC 4 ml/tan/aplikasi) 8.19

K3 (POC 8 ml/tan/aplikasi) 11.36

K4 (POC 12 ml/tan/aplikasi) 8.07

Rataan 9.20 b

3 kali aplikasi :

K5 (POC 7 ml/tan/aplikasi) 7.36

K6 (POC 14 ml/tan/aplikasi) 7.25

K7 (POC 21 ml/tan/aplikasi) 7.93

Rataan 7.51 b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 9 menunjukkan produksi sampel tanaman kailan terbesar diperoleh

pada pemberian pupuk anorganik (K1) yang berbeda nyata bila dibandingkan

dengan pemberian pupuk organik cair paitan. Pemberian pupuk organik cair

paitan dengan lima kali aplikasi berbeda tidak nyata dengan pemberian tiga kali

aplikasi.

Tabel 9 juga menunjukkan produksi sampel tanaman kailan berbeda tidak

(50)
(51)

Data produksi per plot tanaman kailan pada pemberian pupuk anorganik

dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 menunjukkan produksi plot tanaman kailan terbesar diperoleh

pada pemberian pupuk anorganik (K1) yang berbeda nyata bila dibandingkan

dengan pemberian pupuk organik cair paitan. Pemberian pupuk organik cair

paitan dengan lima kali aplikasi berbeda tidak nyata dengan pemberian tiga kali

aplikasi.

Tabel 10 juga menunjukkan produksi plot tanaman kailan berbeda tidak

nyata dengan peningkatan dosis pemberian pupuk organik cair paitan dari 4 ml

sampai dengan 12 ml/tanaman/aplikasi pada 5 kali aplikasi. Begitu juga dengan

pemberian pupuk organik cair paitan dari 7 ml sampai dengan 21 ml

ml/tanaman/aplikasi pada 3 kali aplikasi produksi plot tanaman kailan berbeda

tidak nyata.

Tabel 10. Produksi per plot tanaman kailan (g) pada pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan

Perlakuan Produksi plot (g)

K1 (Pupuk Anorganik) 92.48 a

5 kali aplikasi :

K2 (POC 4 ml/tan/aplikasi) 32.78

K3 (POC 8 ml/tan/aplikasi) 45.45

K4 (POC 12 ml/tan/aplikasi) 32.30

Rataan 36.84 b

3 kali aplikasi :

K5 (POC 7 ml/tan/aplikasi) 29.45

K6 (POC 14 ml/tan/aplikasi) 29.00

K7 (POC 21 ml/tan/aplikasi) 30.72

Rataan 29.72 b

(52)
(53)

terbaik tanaman karena pada perlakuan K1 hara cukup tersedia bagi tanaman. Hara

N sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman karena membantu proses

fotosintesis. Melalui unsur hara nitrogen akan terjadinya proses fotosintesis

dengan adanya klorofil. Dengan meningkatnya hasil fotosintesis maka semakin

meningkat pula tinggi tanaman, begitu pula dengan jumlah klorofil daun, dimana

klorofil diperoleh dari unsur nitrogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pranata

(2010) nitrogen berperan dalam pembentukan zat hijau daun atau klorofil.

Klorofil sangat berguna untuk membantu proses fotosintesis. Selain itu, nitrogen

bermanfaat dalam pembentukan protein, lemak, dan berbagai persenyawaan

organik lainnya. Semakin banyak jumlah klorofil, maka luas daun juga semakin

meningkat. Hal ini diduga unsur hara nitrogen yang terkandung dalam pupuk

kimia memiliki banyak manfaat terhadap luas daun. Dikarenakan nitrogen

berperan langsung dalam meningkatkan pertambahan ukuran luas daun.

Kemudian nitrogen juga dapat menambah jumlah klorofil didalam daun sehingga

kualitas fotosintesis baik untuk pertambahan ukuran luas daun. Ini sesuai dengan

pernyataan Departemen Pertanian (1977) yang menyatakan bahwa peranan unsur

N dalam tanaman yang terpenting adalah sebagai penyusun atau sebagai bahan

dasar protein dan pembentukan klorofil karena itu unsur N mempunyai salah satu

fungsi menambah ukuran daun dan memperbaiki kualitas tanaman.

Semakin meningkat ukuran luas daun maka bobot kering juga akan

meningkat. Hal ini disebabkan semakin tinggi luas daun maka laju fotosintesis

semakin besar yang mengakibatkan semakin banyaknya cadangan makanan yang

akan ditranslokasikan menjadi bahan kering. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(54)

semakin besar pula penimbunan cadangan makanan yang ditranslokasikan untuk

menghasilkan berat kering tanaman. Begitu pula dengan laju asimilasi bersih dan

laju pertumbuhan relatif tanaman, semakin tercukupi unsur nitrogen maka

semakin banyak jumlah klorofil yang dihasilkan dan semakin luas daun tanaman

yang akan meningkatkan hasil fotosintesis. Dengan demikian maka semakin

tinggi tanaman menghasilkan asimilat yang digunakan untuk perkembangan

bagian tubuh tanaman sehingga berat awal tanaman meningkat yang dapat

digunakan untuk menghasilkan bahan baru tanaman. Hal ini sesuai dengan

literatur Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa laju tumbuh relatif

mengindikasikan produktivitas (efisiensi) biomasa awal tanaman, yang berfungsi

sebagai modal dalam menghasilkan bahan baru tanaman.

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan berpengaruh nyata pada

peubah amatan produksi sampel dan produksi plot. Produksi terbaik diperoleh

pada pemberian pupuk anorganik. Unsur nitrogen yang cukup dalam pupuk

anorganik penting dalam proses pembentukan tubuh tumbuhan yang akan dipanen

sebagai produksi. Bagian tanaman kailan yang dipanen sebagai produksi adalah

bagian vegetatif tanamannya yaitu daun. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh

Damanik, dkk (2011) yakni secara umum kebutuhan tanaman akan pupuk

ditentukan oleh macam bagian-bagian tanaman atau produksi yang diharapkan.

Produksi tanaman yang diharapkan dalam bentuk panenan berbeda-beda.

Misalnya tanaman yang diusahakan untuk diambil daunnya, seperti tanaman

sayur-sayuran, atau tanaman yang diambil bagian vegetatifnya memerlukan pupuk

yang banyak mengandung Nitrogen. Pada pemberian pupuk anorganik lengkap

(55)

kimia akan segera tersedia bagi tanaman, sedangkan pupuk organik cenderung

lebih lama tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan Damanik, dkk (2011)

yang menyatakan bahwa pupuk kimia atau buatan biasanya memiliki kandungan

hara yang tinggi, mudah larut dan cepat diserap oleh akar tanaman. Unsur hara

banyak dibutuhkan untuk menjaga pembentukan jaringan-jaringan tanaman.

Dari hasil uji kontras menunjukan bahwa perlakuan pemberian pupuk

anorganik (K1) berbeda nyata terhadap pemberian pupuk organik cair paitan

dengan 5 kali aplikasi (K2,K3,K4) dan 3 kali aplikasi (K5,K6,K7) pada peubah

amatan tinggi tanaman 31 HSPT, bobot segar 30-40 HSPT, bobot kering 40

HSPT, total luas daun 40 HSPT, laju pertumbuhan relatif, produksi plot dan

produksi sampel namun pemberian pupuk organik cair dengan 5 kali aplikasi

berbeda tidak nyata dengan pemberian 3 kali aplikasi. Hal ini menunjukkan dosis

pupuk organik cair belum mampu mengimbangi unsur hara seperti yang terdapat

dalam pupuk kimia karena unsur hara yang ada dalam pupuk organik relatif kecil

dan kurang tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk

(2011) yang menyatakan beberapa kelemahan dari pupuk organik adalah sebagai

berikut: 1) kandungan haranya rendah; 2) relatif sulit memperolehnya dalam

jumlah yang banyak; 3) lambat tersedia bagi tanaman dan 4) pengangkutan dan

aplikasinya mahal karena dibutuhkan dalam jumlah banyak.

Selain daripada unsur hara yang relatif kecil dan kurang tersedia bagi

tanaman, suplai unsur hara juga terhambat dari akar ke tubuh tanaman disebabkan

karena kondisi lingkungan yang lembab selama penelitian yang disebabkan oleh

curah hujan yang tinggi dimana pada pengaplikasian pertama hingga ketiga

(56)

menyebabkan unsur nitrogen yang ada dalam pupuk organik cair tersebut tercuci

karena sifat nitrogen itu sendiri yang sangat mobile. Hal ini sesuai dengan

pernyataan yang terdapat di dalam Damanik dkk (2011) yang menyatakan bahwa

pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu faktor genetis

dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan diartikan sebagai gabungan semua

keadaan dan pengaruh luar yang memengaruhi kehidupan dan perkembangan

suatu organisme. Diantara sekian banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi

kehidupan dan perkembangan tanaman antara lain: 1) temperatur, 2) kelembaban,

3) energi radiasi (cahaya matahari), 4) susunan atmosfer, 5) struktur tanah dan

susunan udara tanah, 6) reaksi tanah (pH), 7) faktor biotis, 8) penyediaan unsur

hara dan 9) ketiadaan bahan pembatas pertumbuhan tanaman.

Hal ini didukung oleh pernyataan (Apricio et al.,2008) yang mengatakan

aplikasi irigasi dan curah hujan merupakan faktor yang mempercepat terjadinya

kehilangan NO 3 -N pada zona perakaran dalam tanah melalui proses leaching

yang bergerak melalui zona tidak jenuh air. Tingkat kehilangan nitrat (nitrate loss)

berhubungan secara signifikan dengan jumlah aplikasi pupuk nitrogen dan proses

infiltrasi air dalam tanah dan nitrat yang hilang tersebut dihasilkan oleh proses

mineralisasi pada bahan organik. Faktor imbuhan air dari curah hujan ataupun

aplikasi irigasi berperan sebagai media pembawa, sehingga proses leaching nitrat

(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian berbagai dosis pupuk organik cair paitan belum nyata

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kailan.

2. Pemberian pupuk anorganik lengkap nyata meningkatkan tinggi tanaman

31 HSPT, bobot segar 30 s/d 40 HSPT, luas daun 40 HSPT, bobot kering

40 HSPT, laju pertumbuhan relatif, produksi per plot dan produksi sampel

dibanding dengan pemberian pupuk organik cair paitan.

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut dengan dosis yang lebih besar karena dosis

yang diberikan belum mampu mengimbangi unsur hara yang berasal dari pupuk

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Agriculture Syllabus. 2009. The Role of Nitrogen in Agriculture Production Systems. Charles Sturt University, Australia.

Agustina, L. dan P. Enggariyanto. 2004. Si Pahit yang Manis dan Serba Guna (Pupuk Hijau, Pakan, Pestisida, Penahan Erosi, Obat). Program Studi Ilmu Tanaman Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Apricio, V., Costa, J.L., Zamora, M. 2008. Nitrate Leaching Assessment in a Long-term Experiment Under Supplemantary Irrigation in Humid Argentina. Agricultural Water Management Vol.95,pp.1361-1372

Balai Penelitian Tanah, 2007. Tithonia diversifolia Sumber Pupuk Hijau. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian vol.29. No.5. 2007. Bogor.

Damanik, B. M. M., Bachtiar, E. H., Fauzi, Sarifuddin, Hamidah, H., 2011 Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.

Firsoni, L. Puspitasari dan L. Andini. 2011. Efek daun paitan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) dan Kelor (Moringa oleifera, Lamk) di dalam pakan komplit in-vitro.

Gardner, F., R. B. Pearve, R. L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan H. Susilo. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Goenadi, D. H. 1995. Mikroba Pelarut Hara dan Pemantap Agregat dari Beberapa Tanah Tropika Basah. Menara Perkebunan 62: 60-66.

Hakim, dkk a. 2002. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung. Hal 128 – 136.

___________b. 2009. Pembuatan dan Pemanfaatan Pupuk Organik Tithonia Plus dalam Penerapan metode Sri Pada Sawah Bukaan Baru. Ringkasan Eksekutif Hasil-hasil Pertanian Tahun 2009.

Hanafiah, K.A. 1991.Rancangan Percobaan. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hanum, C. 2011. Ekologi Tanaman. USU Press, Medan.

Hartatik, W, 2007. Tithonia diversifolia sumber pupuk hijau. Wart. Penel.& Peng. Pert. 29(5).

(59)

Jama,8., Palrq C.A.,Bures, R.J., Niang,A., Gachengo, C., Nzigr:heba, G., and Amadalo, B" .1999. Tithonia dfedolia Green Manure Improvement af Soil Fertilitf: A. Review fromWesfern Kenya.

Knighton, N and Bruce Bugbee. 2005. A Comparison of Opti-Sciences CCM-200 Chlorophyll Meter and the Minolta SPAD 502 Chlorophyll Meter. 2005. Crop Physiology Laboratory-Utah State University.

Murbandono, 2000. Manfaat Bahan Organik bagi tanaman. Puslit Biologi, LIPI, Bogor.

Nugroho, P. 2012. Panduan Membuat Pupuk Kompos Cair. Penerbit Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Nugroho, Y. A., 2006. Model sinkronisasi nitrogen pada budidaya selada (Lactuca sativa) dengan pupuk hijau paitan (Tithonia diversifolia). Fakultas Pertanian, Universitas Widyagama, Malang. Hal 129.

Nurhajati, dkk. 2010. Pemanfaatan Pupuk Organik Titonia Plus Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan (> 50%) 01 Lahan Sawah Bukaan Baru « 3 Tahun) Dalam Menekan Keracunan Besi Pada Ultisol Sitiung. 2010. Ringkasan Eksekutif Hasil-hasil Pertanian Tahun 2010. Diakses dari

http://www.litbang.deptan.go.id/ks/one/620/file/259-260 Pemanfaatan-Pupuk-.pdf [10 Agustus 2013]. Hal 1-2.

Purwani, J. 2010. Pemanfaatan Tithonia Diversifolia (Hamsley) A Gray Untuk Perbaikan Tanah Dan Produksi Tanaman. Diakses dari http://balittanah.litbang.deptan.go.id [2 Januari 2013].

Rubatzky, E. V. dan Yamaguchi, M., 1998. Sayuran Dunia 2. ITB Bandung.

Rutunga, V., N.K. Karanja, and C.K.K. Gachene. 2008. Six month-duration

Tephrosia vogelii Hook.f. and Tithonia diversifolia (Hemsl.) A.Gray planted-fallows for improving maize production in Kenya. Biotechnol. Agron. Soc. Environ. 12(3): 267-278.

Samiati, dkk. 2012. Pengaruh takaran mulsa terhadap pertumbuhan dan takaran sawi (Brassica juncea L.). Berkala penelitian agronomi. Vol.1 No.2 Hal.121-125

Sari, D. 2008. Pengaruh Beberapa Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Serapan N Serta P Tanaman Petsai (Brassica Pekinensis) Dan Brokoli (Brassica Oleracea) Pada Andisol Cisarua. Skripsi. Program Studi Ilmu Tanah, IPB, Bogor.

(60)

Soenandar, M. Aeni, M.N. dan Raharjo, A. 2010. ”Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik”, Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Widaryanto, E., N. Herlina, dan P.H., Putra., 2003. Upaya Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kailan (Brassica oleraceae Var.

(61)

Lampiran 1 Deskripsi kailan varietas Tropica sensation

Asal : Technisem Asia Co. Ltd., Vietnam

Silsilah : CK 001 – 002 – Green – Vie- 001 (Green Seeds)

Golongan varietas : menyerbuk silang Umur mulai panen : 25 hari setelah tanam

Tipe tanaman : tegak

Tinggi tanaman : 35 – 40 cm

Bentuk batang : silindris

Diameter batang : 0,5 – 0,6 cm

Warna batang : hijau muda

Bentuk daun : bundar

Tepi daun : bergelombang

Ujung daun : bulat

Permukaan daun : bergelombang dan agak kasar

Warna daun : hijau tua

Ukuran daun : panjang 22 – 23 cm; lebar 14 – 15 cm Panjang tangkai daun : 7 – 8 cm

Warna tangkai daun : hijau muda

Bentuk biji : bulat

Berat 1.000 biji : ± 3,1 g Berat rata-rata kailan per tanaman : 300 g

Hasil : 15 ton / ha

Daya simpan pada suhu kamar : 4 – 5 hari

Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian 100 –1200 m dpl

Pengusul : PT. Sang Hyang Seri

Gambar

Tabel 1.Tinggi tanaman  kailan (cm)   umur 7   HSPT   s/d   31  HSPT pada  pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan
Gambar 1. Perkembapemberianpaitan  ngan tinggin pupuk anoi  tanaman korganik dankailan umurberbagai do7-31 HSPTosis pupuk T pada organik cair
Tabel 2. Jumlah daun   tanaman kailan (helai) umur  7 HSPT   s/d 31  HSPT pada  pemberian pupuk anorganik dan berbagai dosis pupuk organik cair paitan
Tabel 3. Juumlah kloro
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 20 dan 40 HSPT dan jumlah daun 10 sampai 15 HSPT, jarak tanam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 20 dan 40 HSPT dan jumlah daun 10 sampai 15 HSPT, jarak tanam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 20 dan 40 HSPT dan jumlah daun 10 sampai 15 HSPT, jarak tanam

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terjadi interaksi yang nyata antara perlakuan biourine dengan pupuk N anorganik terhadap bobot segar total tanaman per

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terjadi interaksi yang nyata antara perlakuan biourine dengan pupuk N anorganik terhadap bobot segar total tanaman per

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kombinasi pupuk anorganik dan biokultur kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap bobot segar konsumsi, jumlah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kombinasi pupuk anorganik dan biokultur kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap bobot segar konsumsi, jumlah

Tabel 5 menujukkan rata-rata jumlah polong per tanaman, berat kering biji per tanaman, hasil panen per hektar dan bobot 100 biji pada perlakuan pupuk anorganik 100%