Lampiran 1. Deskripsi Kailan Varietas Long Leaf
Asal : Chia Tai Co.Ltd, Thailand Silsilah : KA 970 A (F) x KA 970 B (M) Golongan varietas : hibrida silang tunggal
Umur panen : ± 40 hari setelah tanam
Lampiran 3. Bagan Plot Penelitian
50 cm
BLOK 3 BLOK 2
BLOK 1
50 cm
U
S
J2H1J3H0 J2H3
J3H2
J1H2
J1H0
J1H1 J2H2
J1H2
J1H3
J3H0
J1H2 J2H3
J2H1
J3H2
Penanaman X Aplikasi Pupuk Hayati X X X X X X X X
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman Setiap hari atau sesuai kondisi di lahan
Penyulaman X
Penyiangan Sesuai kondisi di lahan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Panen X
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm) X X X X X X X X Jumlah Daun (helai) X X X X X X X X Bobot Segar Jual per Plot (g) X
BobotBasah Tajuk (g) X
Bobot Kering Tajuk (g) X
Bobot Basah Akar (g) X
Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman 5 HSPT (cm) Lampiran 2. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 HSPT
Lampiran 3. Data Tinggi Tanaman 10 HSPT (cm) Lampiran 4. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 HSPT
Lampiran 5. Data Tinggi Tanaman 15 HSPT (cm) Lampiran 6. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 15 HSPT
Lampiran 7. Data Tinggi Tanaman 20 HSPT (cm) Lampiran 8. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 20 HSPT
Lampiran 9. Data Tinggi Tanaman 25 HSPT (cm) Lampiran 10. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 25 HSPT
Lampiran 11. Data Tinggi Tanaman 30 HSPT (cm) Lampiran 12. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 30 HSPT
Lampiran 13. Data Tinggi Tanaman 35 HSPT (cm) J2H2 11.35 10.63 28.10 50.08 16.69 J2H3 4.95 8.90 14.90 28.75 9.58 Lampiran 14. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 35 HSPT
Lampiran 15. Data Tinggi Tanaman 40 HSPT (cm)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3
J1H0 10.83 12.65 22.68 46.15 15.38 J1H1 14.38 19.33 20.83 54.53 18.18 J1H2 21.53 19.08 22.58 63.18 21.06 J1H3 15.18 26.75 22.88 64.80 21.60 J2H0 8.63 11.93 15.10 35.65 11.88 J2H1 8.50 25.20 25.83 59.53 19.84 J2H2 19.33 20.18 35.55 75.05 25.02 J2H3 7.63 18.05 23.50 49.18 16.39 J3H0 14.63 18.70 16.70 50.03 16.68 J3H1 5.00 22.00 21.40 48.40 16.13 J3H2 11.40 18.40 20.45 50.25 16.75 J3H3 9.80 14.00 16.98 40.78 13.59 Total 146.80 226.25 264.45 637.50
Rataan 12.23 18.85 22.04 17.71 Lampiran 16. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 40 HSPT
Lampiran 17. Data Jumlah Daun 5 HSPT (helai)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3 Lampiran 18. Data Sidik Ragam Jumlah Daun 5 HSPT
Lampiran 19. Data Jumlah Daun 10 HSPT (helai)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3 Lampiran 20. Data Sidik Ragam Jumlah Daun 10 HSPT
Lampiran 21. Data Jumlah Daun 15 HSPT (helai)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3 Lampiran 22. Data Sidik Ragam Jumlah Daun 15 HSPT
Lampiran 23. Data Jumlah Daun 20 HSPT (helai)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3 Lampiran 24. Data Sidik Ragam Jumlah Daun 20 HSPT
Lampiran 25. Data Jumlah Daun 25 HSPT (helai)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3 Lampiran 26. Data Sidik Ragam Jumlah Daun 25 HSPT
Lampiran 27. Data Jumlah Daun 30 HSPT (helai)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3 Lampiran 28. Data Sidik Ragam Jumlah Daun 30 HSPT
Lampiran 29. Data Jumlah Daun 35 HSPT (helai)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3 Lampiran 30. Data Sidik Ragam Jumlah Daun 35 HSPT
Lampiran 31. Data Jumlah Daun 40 HSPT (helai)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3 Lampiran 32. Data Sidik Ragam Jumlah Daun 40 HSPT
Lampiran 33. Data Bobot Basah Tajuk (gram)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3 Lampiran 34. Data Transformasi Bobot Basah Tajuk (gram)
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 35. Data Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk tn = Berpengaruh tidak nyata
Lampiran 36. Data Bobot Basah Akar (gram)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3
J1H0 6.84 18.15 30.52 55.51 18.50 J1H1 10.11 34.10 22.56 66.76 22.25 J1H2 22.34 21.31 32.42 76.07 25.36 J1H3 13.36 22.10 28.19 63.65 21.22 J2H0 5.39 11.08 23.87 40.33 13.44 J2H1 7.09 33.81 45.95 86.86 28.95 J2H2 25.79 20.79 43.85 90.44 30.15 J2H3 5.55 9.72 25.99 41.26 13.75 J3H0 21.16 10.27 34.98 66.40 22.13 J3H1 2.81 7.32 23.06 33.19 11.06 J3H2 8.60 21.18 22.48 52.25 17.42 J3H3 6.01 9.57 20.83 36.40 12.13 Total 135.04 219.39 354.68 709.10
Lampiran 37. Data Transformasi Bobot Basah Akar (gram)
Perlakuan Blok Total Rataan
1 2 3 Total 39.28 50.60 65.24 155.12 Rataan 3.27 4.22 5.44 4.31 Lampiran 38. Data Sidik Ragam Bobot Basah Akar
Lampiran 39. Data Bobot Kering Tajuk (gram)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3 Lampiran 40. Data Transformasi Bobot Kering Tajuk (gram)
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 41. Data Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk tn = Berpengaruh tidak nyata
Lampiran 42. Data Bobot Kering Akar (gram)
Lampiran 43. Data Transformasi Bobot Kering Akar (gram)
Perlakuan Blok Total Rataan
1 2 3 Total 18.99 24.86 33.51 77.36 Rataan 1.58 2.07 2.79 2.15 Lampiran 44. Data Sidik Ragam Bobot Kering Akar
Lampiran 45. Data Bobot Segar Jual per Plot (gram)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3
J1H0 485.64 461.97 543.95
J1H1 812 1358.73 499.52 2670.25 890.0833 J1H2 902.31 984.4 882.34 2769.05 923.0167 J1H3 800.01 969.45 818.51 2587.97 862.6567 J2H0 378.22 950.9 624.86 1953.98 651.3267 J2H1 225.21 1549.37 1311.28 3085.86 1028.62 J2H2 694.35 750.63 1703.34 3148.32 1049.44 J2H3 214.17 672.23 894.78 1781.18 593.7267 J3H0 577.07 855.43 1251.55 2684.05 894.6833 J3H1 212.96 907.51 795.15 1915.62 638.54 J3H2 292.73 820.55 651.86 1765.14 588.38 J3H3 613.78 814.85 907.59 2336.22 778.74 Total 6208.45 11096.02 10884.73 28189.2 Rataan 517.3708 924.6683 907.0608 783.0333 Lampiran 46. Data Transformasi Bobot Segar Jual per Plot (gram)
Perlakuan Blok Total Rataan 1 2 3
Lampiran 47. Data Sidik Ragam Bobot Segar Jual per Plot
SK db JK KT F.hit F.05 Blok 2 486.30 243.15 8.89* 3.44
J 2 14.86 7.43 0.27* 3.44 Linear 1 12.62 12.62 0.46* 4.30 Kuadratik 1 2.25 2.25 0.08tn 4.30
H 3 44.85 14.95 0.55 tn 3.05 J x H 6 288.55 48.09 1.76 tn 2.55 Galat 22 601.51 27.34
Total 35 1436.08 FK = 26771.12
KK= 19.17% Keterangan: * = Berpengaruh nyata
Lampiran Foto
Foto 1. Supervisi di Lahan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Arief, A., 1990.Hortikultura.Andi Offset.Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik., 2009. Produksi Sayuran di Indonesia. Diakses dari www.bps.go.id.
Barri, N.L., 2003. Peremajaan Kelapa Berbasis Usahatani Polikultur Penopang Pendapatan Petani Berkelanjutan. Institut Pertanian Bogor.
Dad, R. J. S., 1992. Pengendalian gulma dengan pengaturan jarak tanam dan cara penyiangan pada pertanaman kedelai. Prosiding Konferensi Himpunan Ilmu Gulma Indonesia.Ujung Pandang.Hal : 247-250.
Farnham, D. E., 2001. Row Spacing, Plant Density, and Hybrid Effects on Corn Grain Yield and Moisture.Agron JournalVol. (93) :1049-1053.
Fisher, N. M. and Goldsworthy, P. R., 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Diterjemahkan oleh Tohari. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Gunalan.,1996.Penggunaan Mikroba Bermanfaat pada Bioteknologi Tanah
Berwawasan Lingkungan.Majalah Sriwijaya Vol.32 (2).
Hanafiah, K.A., 2002.Rancangan percobaan, teori dan aplikasi edisi ketiga. Rajawali Pers. Palembang.
Harahap, E. S., 2003. Respon Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Konsentrasi Pupuk Stadya dan Jarak Tanam. Diakses darihttp://repository.usu.ac.id
Hasibuan, B. E., 2009. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Maddoni, G. A., A. G. Cirilo and W. Deen., 2004.Within-Row Plat Spacing Variability Does Not Effect corn yield.Agron Journal Vol. (92) :275-280.
Musa Y., Nasaruddin, dan M.A. Kuruseng., 2007. Evaluasi produktivitas tanaman jagung melalui pengelolaan populasi tanaman, pengolahan tanah, dan dosis pemupukan.Agrisistem Vol. 3 (1): 21-33.
Rahmawati, N., 2005.Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik.USU Repository.Medan.
Rubatzky, E. V. dan Yamaguchi, M., 1998. Sayuran Dunia 2. ITB Bandung, Bandung.
Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini dan W. Hartatik.,2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Sitompul dan Guritno., 1995. Analisis pertumbuhan tanaman.UGM press.Yogyakarta.
Suryana, A., 2003. Pengelolaan Tanaman Terpadu. Badan Penelitian dan perngembangan tanaman Pangan.
Sutarno, H., 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sutedjo, M. M., 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Thompson, H. C. and W. C. Kelly., 1957.Vegetable Crops.Fifth Edition. McGraw – Hill Company. New York.
Widadi, S., 2009.Pengaruh Inokulasi Ganda Cendawan Akar GadaPlasmodiophora brassicae dan Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp. Terhadap Pertumbuhan Kailan (Brassica oleraceae Var. acephala).Diakses dari http://pertanian.uns.ac.id.
Widaryanto, E., N. Herlina, danP.H.Putra., 2003.Upaya Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala) dengan Pengaturan Populasi Tanaman pada Sistem Hidroponik Tipe NFT (Nutrient Film Technique).Agron Journal Vol (3).672.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lahan BPTB Tongkoh dengan ketinggian
tempat ± 1200 meter di atas permukaan laut, mulai 7 April 2014 sampai dengan
27 Mei 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kailan (Brassica oleraceae var. acephala) varietasLong Leaf, pupuk hayati Agrobost sebagai perlakuan,insektisida berbahan aktif Deltamethrin 25 Emulsifiable Concentrate (Decis 25 EC)untuk mengendalikan hama, fungisidaberbahan aktifMankozeb 80% (Dithane 45) untuk mengendalikan jamur.
Adapun alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah lahan,
gembor untuk menyiram tanaman, gelas ukur untuk mengukur pupuk hayati,
oven untuk mengeringkan tajuk dan akar, emberuntuk membuat konsentrasi
pupuk hayati dan membersihkan tanah dari akar, pacak bambu untuk membuat
plot, meteran, pacak sampel sebagai penanda tiap sampel, alat tulis untuk
mencatat data serta alat lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial yang terdiri dua faktor perlakuan, yaitu:
1. Faktor perlakuan jarak tanam dengan 3 taraf yaitu :
J1 = Jarak Tanam 20 cm x 25 cm
J2 = Jarak Tanam 20 cm x 30 cm
2. Faktor perlakuan pupuk hayati yang terdiri dari 4konsentrasi yaitu :
H0 = kontrol
H1 = 5 ml/ l air
H2 = 10 ml/ l air
H3 = 15 ml/ l air
Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan sebagai berikut :
J1H0 J2H0 J3H0
J1H1 J2H1 J3H1
J1H2 J2H2 J3H2
J1H3 J2H3 J3H3
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot/blok : 12 plot
Jumlah plot seluruhnya : 36 plot
Panjang plot : 100 cm
Lebar plot : 100 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jumlah sampel/plot : 4 sampel
Jumlah sampel seluruhnya : 144 sampel
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi + αj + k + (α)jk + εijk
i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3 k = 1, 2, 3, 4
Yij = Hasil pengamatan pada blok ke-i terhadap pemberian pupuk hayati ke-j
dan penentuan jarak tanam ke-k
µ = Nilai tengah umum
ρi = Pengaruh ulangan ke-i
αj = Pengaruh pupuk hayati ke-j
k = Pengaruh jarak tanam ke-k
(α)jk = Pengaruhinteraksi pupuk hayati ke-j dan jarak tanam ke-k
εijk = Galat pada blok ke-i terhadap pemberian pupuk hayatike-j dan
penentuan jarak tanam ke-k
Terhadap sidik ragam yang nyata, dilanjutkan analisis lanjutan dengan uji
jarak berganda Duncan (DMRT) dengan taraf 5%.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal pertanaman terlebih dahulu dibersihkan dari gulma. Kemudian
lahan diolah dan digemburkan menggunakan cangkul dengan kedalaman kira-kira
20 cm. Kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 100 cm x 100 cm serta jarak
antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm serta parit drainase sedalam 30 cm
untuk menghindari genangan air.Selain itu dibuat juga naungan untuk persemaian
benih kailan dengan ketinggian 1 m menghadap ke timur dan 50 cm menghadap
ke barat.
Persemaian
Sebelum ditanam benih kailan disemaikan dahulu agar diperoleh bibit
tanaman yang baik dan seragam.Benih disemai pada bedengan khususpersemaian
dengan ukuran 200 cm x 200 cm yang dilengkapi naungan.Media persemaian
berupa campuran top soil, kompos, dan pasir dengan perbandingan (3:1:1).
Persemaian dilakukan 2 minggu sebelum pindah tanam.
Pemeliharaan di Persemaian
Bibit yang disemai di persemaian dipelihara dengan melakukan
penyiraman pada pagi atau sore hari.
Penanaman
Aplikasi Pupuk Hayati
Pupuk hayati agrobost diaplikasikan sebanyak 8kaliyaitu: 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, dan 50hari setelah tanam (HST).Pupuk hayati agrobostdiaplikasikan kelahan dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan masing-masing.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari atau disesuaikan dengan
kondisi lapangan, dengan menggunakan gembor.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan setiap plot dan parit
secara mekanis menggunakan cangkul. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi
lahan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan kondisi
lapangan.Bila terjadi serangan hama, maka dapat dilakukan penyemprotan
insektisida berbahan aktif Deltamethrin 25 g/L Emulsifiable Concentrate dengan konsentrasi 0,5 cc/l air, sedangkan penyakit menggunakan fungisida berbahan
aktifMankozeb 80% dengan dosis 2 g/l air. Aplikasi dengan menggunakan handsprayer.
Panen
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 40 hari setelah pindah tanam
atau 55 hari sejak di persemaian.Pemanenan dilakukan dengan hati-hati agar
daunnya tidak rusak dan batangnya tidak patah.Pemanenan dilakukan dengancara
sampai batas panjang akar (± 20 cm), kemudian dimasukkan dalam ember yang
berisi air, kemudian tanah dipisahkan dari akar.Panen dilakukan pada pagi hari
untuk menghindari tanaman kehilangan air terlalu banyak sebelum dilakukan
penimbangan bobot basahnya.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan parameter tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur
tinggi tanaman dari permukaan tanah yang sudah diberi patok standar sampai
pucuk tanaman (titik tumbuh) dengan menggunakan penggaris. Pengukuran tinggi
tanaman dilakukan sejak tanaman berumur 5 hari setelah pindah tanam (HSPT)
dengan interval pengukuran 5 hari sekali. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan
sebanyak 8 kali yaitu:5, 10, 15, 20, 25, 30, 35dan 40hari setelah pindah tanam
(HSPT).
Jumlah Daun (Helai)
Pengamatan parameter jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung
seluruh daun yang sudah terbuka sempurna. Jumlah daun dihitung sejak tanaman
berumur 7 hari setelah pindah tanam (HSPT) dengan interval pengukuran 5 hari
setelah pindah tanam (HSPT) dengan interval pengukuran 5 hari sekali.
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sebanyak 8 kali yaitu: 5, 10, 15, 20, 25, 30,
kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.Tajuk yang telah
ditimbang dimasukkan ke dalam amplop lalu diovenkan.Penimbangan bobot
basah tajuk dilakukan saat panen.
Bobot Kering Tajuk (g)
Pengamatan parameter bobot kering tajuk dilakukan dengan cara
mengeringkan tajuk terlebih dahulu ke dalam oven pada suhu 700 C selama 48 jam hingga bobotnya konstan. Setelah itu ditimbang bobot kering tajuk dengan
menggunakan timbangan analitik.Penimbangan bobot kering tajuk dilakukan
setelah diovenkan.
Bobot Basah Akar (g)
Pengamatan parameter bobot basah akar dilakukan dengan
caramemisahkan akar dari tajuk dengan memotongnya pada pangkal batang.Akar
yang telah dipotong lalu dikeringanginkan, kemudian ditimbang bobot basahnya
dengan menggunakan timbangan analitik.Penimbangan bobot basah akar
dilakukan saat panen.
Bobot Kering Akar (g)
Pengamatan parameter bobot kering akar dilakukan dengan cara
mengovenkan akar yang sudah diketahui bobot basahnya pada suhu 70 0 C selama
48 jam hingga bobotnya konstan, lalu akar tersebut ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik. Penimbangan bobot kering akar dilakukan
Bobot Segar Jual (g)
Bobot segar jual dilakukan setelah panen dengan memisahkan akar dengan
tajuk yang telah dibersihkan. Bobot segar jual ditimbang pada setiap plot
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukkan bahwa hanya perlakuan
pupuk hayati dan interaksi antara pupuk hayati dengan jarak tanam berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman kailan (Lampiran 1 sampai 16). Data rataan tinggi
tanaman mulai 5 sampai 40 HSPT disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tinggi tanaman kailan (cm) 5 sampai 40 HSPT dengan pemberian pupuk hayati pada beberapa jarak tanam.
HSPT Jarak Tanam Pupuk (ml/l) Rataan
Dari Tabel 1. dapat dilihat perlakuan pemberian pupuk hayati berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman pada 5, 20 HSPT dan 40 HSPT, sedangkan
interaksi pupuk hayati dengan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman mulai 5 sampai 15 HSPT saja.
Berikut ini adalah grafik tinggi tanaman
40 HSPT yang menunjukkan kurva kuadratik.
Jumlah Daun (helai)
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pupuk hayati dan interaksi pupuk hayati dengan jarak tanam berpengaruh nyata
pada parameter tinggi tanaman, sedangkan perlakuan jarak tanam menunjukkan
hasil berpengaruh tidak nyata terhadap pengamatan parameter tinggi tanaman
(Lampiran 17 sampai 32 ).
Tabel 2. Jumlah daun kailan (helai) 5 sampai 40 HSPT dengan pemberian pupuk hayati pada beberapa jarak tanam.
HSPT Jarak Tanam Pupuk (ml/l) Rataan
Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.
Dari Tabel 2. dapat dilihat perlakuan pemberian pupuk hayati berpengaruh
nyata terhadap jumlah pada 10 dan 15 HSPT saja, sedangkan interaksi pupuk
hayati dengan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun hanya pada 5
Berikut ini adalah grafik jumlah daun pada 15 HSPT dengan bentuk
kuadaratik.
Bobot Basah Tajuk (g)
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pupuk hayati, perlakuan jarak tanam dan interaksi pupuk hayati dengan jarak
tanam tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot basah tajuk (g)
(Lampiran 33 sampai 34).
Data rataan pengamatan parameter bobot basah tajuk dengan pemberian
pupuk hayati terhadap beberapa jarak tanam pada tanaman kailan dapat dilihat
pada Tabel 3 berikut ini.
Dari Tabel 3. Diketahui bobot basah tajuk tertinggi terdapat pada
perlakuan J2H2 sebesar 10,17 g dan bobot basah tajuk terendah terdapat pada
perlakuan J2H0 sebesar 5,51 g.
Bobot Kering Tajuk (g)
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pupuk hayati dan perlakuan jarak tanam serta interaksi keduanya tidak
berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk (Lampiran 35 dan 36 ).
Data rataan pengamatan parameter bobot kering tajuk dengan pemberian
pupuk hayati terhadap beberapa jarak tanam pada tanaman kailan dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Bobot kering tajuk (g) dengan pemberian pupuk hayati pada beberapa jarak tanam.
Dari Tabel 4 diketahui bahwa pemberian pupuk hayati dengan beberapa
jarak tanam serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata. Bobot kering tajuk
tertinggi terdapat pada perlakuan J2H2 sebesar 4,93 g dan bobot kering tajuk
terendah terdapat pada perlakuan J2H0 sebesar 2,00 g.
Bobot Basah Akar (g)
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
jarak tanam dan interaksi pupuk hayati dengan jarak tanam berpengaruh nyata
pada parameter bobot basah akar (g), sedangkan perlakuan pupuk hayati
menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata terhadap pengamatan parameter bobot
Data rataan pengamatan parameter bobot basah akar dengan pemberian
pupuk hayati terhadap beberapa jarak tanam pada tanaman kailan dapat dilihat
pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Bobot basah akar (g) dengan pemberian pupuk hayati pada beberapa jarak tanam.
Jarak Tanam Pupuk (ml/l) Rataan
H0 H1 H2 H3
J1 4,20 ef 4,65 d 5,06 c 4,61 d 4,63 a
J2 3,59 f 5,14 bc 5,47 a 3,60 f 4,45 bc
J3 4,63 d 3,16 g 4,16 e 3,45 fg 3,85 c
Rataan 4,14 4,32 4,89 3,89 4,31
Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.
Dari Tabel 5. dapat dilihat perlakuan jarak tanam dan interaksi antara
pupuk hayati dengan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar
(g). Bobot basah akar tertinggi terdapat pada perlakuan J2H2 sebesar 5,47 g dan
bobot basah tajuk terendah terdapat pada perlakuan J3H1 sebesar 3,16 g.
Berikut ini adalah grafik bobot basah akar tanaman kailan
Bobot Kering Akar (g)
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa hanya
perlakuan jarak tanam yang berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar
sedangkan perlakuan pupuk hayati dan interaksi keduanya tidak berpengaruh
nyata terhadap parameter bobot kering akar (Lampiran 39 dan 40).
Data rataan pengamatan parameter bobot kering akar dengan pemberian
pupuk hayati terhadap beberapa jarak tanam pada tanaman kailan dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot kering akar (g) dengan pemberian pupuk hayati pada beberapa jarak tanam.
Jarak Tanam Pupuk (ml/l) Rataan
H0 H1 H2 H3
J1 2,22 2,36 2,46 2,37 2,35 a
J2 1,70 2,61 2,74 1,82 2,22 a
J3 2,29 1,64 1,86 1,72 1,88 b
Rataan 2,07 2,20 2,35 1,97 2,15
Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap baris dan kolom menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.
Dari Tabel 6 diketahui bahwa perlakuan jarak tanam bergaruh nyata
terhadap bobot kering akar tanaman kailan.
Berikut ini adalah grafik linier bobot kering akar tanaman
Bobot Segar Jual (g)
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa hanya
perlakuan jarak tanam yang berpengaruh nyata terhadap bobot segar jual
sedangkan perlakuan pupuk hayati dan interaksi keduanya tidak berpengaruh
nyata terhadap parameter bobot kering akar (Lampiran 41 dan 42).
Data rataan pengamatan parameter bobot jual dengan pemberian pupuk
hayati terhadap beberapa jarak tanam pada tanaman kailan dapat dilihat pada
Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Bobot segar jual (g) dengan pemberian pupuk hayati pada beberapa jarak tanam.
Jarak Tanam Pupuk (ml/l) Rataan
H0 H1 H2 H3
J1 22,30 29,24 30,38 29,35 27,82 a
J2 25,10 30,20 31,68 23,50 27,62 b
J3 22,30 24,32 23,77 27,82 24,55c
Rataan 25,65 27,92 28,61 26,89 27,27 Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap dan
kolom menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.
Dari Tabel 7 diketahui bahwa perlakuan jarak tanam bergaruh nyata
terhadap bobot segar jual.
Berikut ini adalah grafik bobot segar jual tanaman kailan:
27,00 27,50 28,00
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui pengaturan jarak
tanam mempengaruhi produksi tanaman kailan. Hasil dapat dilihat pada parameter
bobot basah akar, bobot kering akar, dan bobot segar jual per plot. Data tertinggi
terdapat pada perlakuan J1 (4,63; 2,35; 27,82 g). Hal ini menunjukkan bahwa
pengaturan jarak tanam yang semakin rapat dapat meningkatkan produksi
tanaman kailan per satuan luas namun dapat pula menghambat pertumbuhan
tanaman. Hal ini sesuai dengan Musa et al (2007) yang menyatakan bahwa upaya peningkatan produksi per satuan luas dapat dilakukan dengan peningkatan
populasi tanaman dengan jarak tanam turut mempengaruhi produktivitas tanaman.
Kerapatan atau ukuran populasi tanaman sangat penting untuk memperoleh hasil
yang optimal, tetapi bisa terjadi persaingan dalam hara, air, dan ruang tumbuh
serta mengurangi perkembangan tinggi dan kedalaman akar tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pemberian pupuk hayati
mempengaruhi pertumbuhan tanaman kailan. Hasil dapat dilihat pada parameter
tinggi tanaman dan jumlah daun. Dimana data tinggi tanaman terbesar 5, 20, dan
40 HSPT terdapat pada H2 (2,94; 4,81; 20,94 cm) dan jumlah daun tertinggi pada
10 dan 15 HSPT terdapat pada H2 (4,19; 4,44). Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian pupuk hayati mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman kailan oleh
aktivitas berbagai mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Hal ini sesuai
dengan Gunalan (1996) yang menyatakan bahwa mikroorganisme tanah yang
bermanfaat yaitu sejumlah jamur dan bakteri kerena kemampuannya
melaksanakan fungsi metabolisme sangat menguntungkan bagi pertumbuhan
biofertilizer. Rahmawati (2005) menyatakan bahwa Azospirillium dan Azotobacter
memiliki kemampuan untuk berasosiasi dengan perakaran dan dapat
meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam tanah. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa pada fase pertumbuhan pemberian pupuk hayati tidak
berpengaruh nyata pada 25-35 HSPT. Hal ini diduga terjadi karena pencucian
pupuk hayati akibat hujan pada saat aplikasi sehingga pupuk menjadi tidak
tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur
Rubatzky dan Yamaguchi (1998) yang menyatakan bahwa kendala tingginya suhu
lingkungan berpengaruh langsung terhadap kecepatan metabolisme tanaman,
apabila diikuti dengan curah hujan yang tinggi akan menyebabkan pencucian
unsur hara tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Hal ini juga didukung
penelitian sebelumnya oleh Tambunan (2010) yang menyatakan bahwa pemberian
pupuk hayati dapat membantu pertumbuhan tanaman kailan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui pemberian pupuk
hayati sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman kailan dengan
berbagai jarak tanam. Hal ini terlihat pada pengamatan parameter pertumbuhan
tinggi tanaman 5, 10, 15 HSPT, parameter jumlah daun dan parameter bobot
basah akar. Data tertinggi 5, 10 dan 15 HSPT terdapat pada J2H2
(3,43; 4,00; 4,63). Data tertinggi pengamatan parameter jumlah daun terdapat
pupuk hayati sehingga diharapkan pertumbuhan daun meningkat dan menghemat
penggunaan pupuk kimia. Selain itu, pada parameter tinggi tanaman dan jumlah
daun interaksi antara pupuk hayati dan jarak tanam hanya terlihat pada awal
pertumbuhan. Hal ini diduga karena pemberian pupuk hayati lebih efektif pada
awal fase pertumbuhan tanaman kailan serta pada fase tersebut kompetisi ruang
akibat pengaturan jarak tanam belum terjadi. Hal ini sesuai dengan Musa et al
(2007) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh
jarak tanam, karena populasi yang terlalu padat akan menyebabkan terjadinya
kompetisi ruang dan zat hara. Selain itu jarak tanam juga turut mempengaruhi
hasil produksi tanaman.
Berrdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, interaksi antara jarak
tanam dengan pemberian pupuk hayati pada parameter tinggi tanaman 5 HSPT
menunjukkan bahwa data tertinggi terdapat pada J2H2 (3,43 g). Tetapi dari hasil
uji sidik ragam yang dilakukan diketahui bahwa perlakuan J1H1, J2H1, J3H1
menunjukan perbedaan yang tidak signifikan terhadap H2 maupun H3. Oleh karena
itu diperoleh kesimpulan bahwa perlakuan H1 lebih efisien dan lebih efektif. Pada
parameter jumlah daun 5 HSPT, data tertinggi terdapat pada J2H2 (4,08 helai).
Tetapi berdasarkan data hasil penelitian, interaksi kedua faktor yang terdapat pada
J2H1 (3,17 helai) menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap J2H0 (2,67
helai) dan J2H2, sebaliknya perlakuan ini tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan terhadap J2H3 (3,17 helai), J1H2 (3,33 helai), dan J3H2 (3,08 helai). Oleh
karena itu diperoleh kesimpulan bahwa perlakuan J2H1 (jarak tanam 20 cm x 30
cm serta pemberian pupuk hayati sebanyak 5 ml/l) lebih efisien dan lebih efektif
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa bobot segar
jual tertinggi terdapat pada perlakuan J2H2 (jarak tanam 20 cm x 30 cm dan
perlakuan pupuk hayati 10 ml/l air) yaitu sebesar 1049,44 g dan bobot segar
terendah pada perlakuan J1H0 (jarak tanam 20 cm x 25 cm dan tanpa pupuk
hayati) yaitu sebesar 497,19 g. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan jarak
tanam yang semakin rapat menghambat pertumbuhan daun kailan. Hal ini sesuai
dengan Musa et al (1995) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh jarak tanam, karena populasi yang terlalu padat akan
menyebabkan terjadinya kompetisi untuk memperebutkan zat hara dan sinar
matahari.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
2. Pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan tinggi
tanaman (cm) 5, 20 HSPT dan 40 HSPT serta jumlah daun (helai) pada 10
dan 15 HSPT, sedangkan pada parameter produksi, pemberian pupuk
hayati tidak berpengaruh nyata.
3. Interaksi pupuk hayati dengan jarak tanam pada parameter produksi
berpengaruh nyata pada tinggi tanaman (cm) mulai 5 sampai 15 HSPT dan
jumlah daun pada 5 HSPT, sedangkan pada parameter produksi interaksi
keduanya hanya berpengaruh nyata pada parameter bobot basah akar (g).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis menyarankan
penanaman kailan dengan menggunakan jarak tanam 20 cm x 30 cm dengan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Klasifikasi tanaman kailan adalah kingdom:Plantae,divisi: Spermatophyta,
Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Papavorales, Famili:
Cruciferae (Brassicaceae),Genus: Brassica, Spesies:Brassica oleraceae var.
acephala(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang
akar yang kokoh. Cabang akar (akar sekunder) tumbuh dan menghasilkan akar
tersier yang akan berfungsi menyerap unsur hara dari dalam tanah (Fisher and
Goldsworthy, 1992).
Batang tanaman kailan umumnya pendek dan banyak mengandung air
(herbaceous).Di sekeliling batang hingga titik tumbuh terdapat tangkai daun yang
bertangkai pendek (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman kailan adalah sayuran yang berdaun tebal, datar, mengkilap,
keras, berwarna hijau kebiruan, dan letaknya berselang.Daunnya panjang dan
melebar seperti caisim, sedangkan warna daun mirip dengan kembang kol
berbentuk bujur telur (Widaryantoet al, 2003).
Umumnya bunga berwarna kuning namun ada pula yang berwarna
putih.Bunganya terdapat dalam tandan yang muncul dari ujung batang atau
Buah kailan berbentuk polong, panjang dan ramping berisi biji.Biji-bijinya
bulat kecil berwarna coklat sampai kehitam-hitaman.Biji-biji inilah yang
digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman kailan (Widaryantoet al, 2003).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman kailan sesuai ditanam di kawasan yang mempunyai suhu antara
18-35oC.Kelembaban udara yang sesuai bagi pertumbuhan kalian berkisar antara
60-90% (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Kailan yang ditanam di daerah yang bersuhu di atas 35oC, terutama untuk
varietas-varietas dataran tinggi akan gagal krop. Demikian pula untuk penanaman
yang kurang mendapat sinar matahari (terlindung), pertumbuhan kailan akan
kurang baik dan mudah terserang penyakit, dan pada saat masih muda tanaman
sering mengalami stagnasi (pertumbuhan terhenti akibat stres) (Sutedjo, 1999).
Pada umumnya kailan baik ditanam di dataran tinggi dengan ketinggian
1000-3000meter di atas permukaan laut, seperti halnya kubis tunas yang hanya
baik ditanam pada ketinggian lebih dari 800 meter di atas permukaan
laut.Beberapa varietas kubis-kubisan (cruciferae) ada yang dapat ditanam di
dataran rendah, seperti kailan mampu beradaptasi dengan baik pada dataran
rendah (Widaryantoet al, 2003).
Tanaman kailan memerlukan curah hujan berkisar 1000-1500
mm/tahun,keadaan curah hujan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air bagi
tanaman.Kendala tingginya suhu lingkungan berpengaruh langsung terhadap
kecepatan metabolisme tanaman, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah
tingginya pelapukan tanah mineral dan dekomposisi bahan organik tanah, apabila
diikuti dengan curah hujan yang tinggi akan menyebabkan pencucian unsur hara
tanah(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanah
Tempat tumbuh yang dibutukan oleh tanaman kailan yaitu tanahnya
gembur, subur, banyak mengandung bahan organik dan mineral serta drainase dan
aerase yang baik juga.Tanaman tahan terhadap naungan dan kekeringan.Waktu
tanam yang tepat adalah pada akhir musim kemarau.Selama
pertumbuhannya,tanaman ini harus cukup air (Thompson and Kelly, 1957).
Jenis tanah yang baik untuk tanaman kubis-kubisan adalah jenis tanah
Regosol, tanah Aluvial, tanah Latosol, tanah Mediteran, ataupun tanah Andosol.
Kailan juga menghendaki tanah yang gembur dan subur dengan pH 5,0 –
6,5(Fisher and Goldsworthy, 1992).
Pupuk Hayati
Pupuk hayati atau biofertilizer adalah semua bentuk bahan organik yang
dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman sebagai akibat dari
aktifitas mikroorganisme di dalamnya.Pupuk hayati mengandung mikroorganisme
hidup (laten) penambat N2, pelarut fosfat, selulotik dan sebagainya yang diberi
pada benih, tanah, atau areal pengomposan untuk meningkatkan jumlah dan
mikroorganisme yang bermanfaat yaitu sejumlah jamur dan bakteri yang karena
kemampuannya melaksanakan fungsi metabolisme menguntungkan bagi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Mikroorganisme yang menguntungkan ini
dapat dikategorikan sebagai biofertilizer (pupuk hayati) (Gunalan, 1996).
Ada beberapa jenis bakteri penambat nitrogen yang berasoasiasi dengan
perakaran tanaman.Bakteri yang mampu meningkatkan hasil tanaman tertentu
apabila diinokulasikan pada tanah pertanian dapat dikelompokkan atas dua jenis
yaitu Azospirillum dan Azotobacter.Keuntungan dari kedua bakteri ini, bahwa
apabila saat berasosiasi dengan perakaran tidak dapat menambat nitrogen, maka
pengaruhnya adalah meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam
tanah.Dalam hal ini pemanfaatan bakteri ini tidak berkelanjutan, tetapi
apabilaAzospirillum yang berasosiasi dengan perakaran tanaman mampu
menambat nitrogen, maka keberadaan nitrogen di dalam tanah dapat
dipertahankan dalam waktu relatif panjang (Rahmawati, 2005).
Adapun mekanisme penambatan nitrogen oleh bakteri yakni konversi N2
dari udara menjadi ammonia dimediasi oleh enzim nitrogenase.Banyaknya N2
yang dikonversikan menjadi ammonia sangat tergantung pada kondisi fisik, kimia
dan biologi tanah.Ketersediaan sumber energi (C-organik) di lingkungan rizosfir
merupakan faktor utama yang menentukan banyaknya nitrogen yang
dihasilkan.Penambahan sisa-sisa tanaman sebagai sumber C ke dalam tanah
memacu perkembangan populasi bakteri penambat N. Ini menjelaskan mengapa
jumlah nitrogen yang ditambat oleh bakteri bervariasi di tiap tempat tergantung
pada ketersediaan energi dan kemampuan bakteri penambat N bersaing dengan
Pupuk hayati agrobost adalah pupuk hayati yang berbahan aktif mikrobakteri indigenous asli Indonesia yang ramah lingkungan karena tidak
mengandung logam berat dan mikroba patogen.Pupuk hayati agrobost
diaplikasikan ke dalam tanah atau media tanam yang di dalamnya terkandung
inokulan bakteri dan beberapa unsur hara makro maupun mikro.
Kandungan pupuk hayati agrobostantara lain sebagai berikut: Azotobacter
sp.: 2,0 x 107-105 sel/ml; Azospirilium sp.: 2,3 x 108-105 sel/ml; Mikroba pelarut
fosfat: 3,0 x 107-105 sel/ml; Mikroba
Pendegradasi Selulose: 3,5 x 107-104 sel/ml; Lactobacilus
sp: 1,5 x 104-103 sel/ml; Pseudomonas sp: 1,7 x 106-104 sel/ml; P: 34,70
ppm; K: 1770 ppm; N: 0,04%; C-Organik: 0.92%; Fe: 44,3 ppm; Mn:
0,233 ppm; Cu: 0,85 ppm; Zn: 3,7 ppm (Tambunan, 2010).
Jarak Tanam
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh jarak tanam, karena
populasi yang terlalu padat akan menyebabkan terjadinya kompetisi untuk
memperebutkan zat hara dan sinar matahari. Selain itu jarak tanam juga turut
mempengaruhi hasil produksi tanaman(Musa et al., 2007).
Pemanfaatan potensi sumberdaya lahan setempat secara optimal bagi
pembangunan pertanian berkelanjutan dan salah satunya adalah dengan penerapan
Upaya peningkatan produksi per satuan luas tertentu dapat dilakukan
dengan peningkatan populasi tanaman dengan jarak tanam turut mempengaruhi
produktivitas tanaman.Kerapatan atau ukuran populasi tanaman sangat penting
untuk memperoleh hasil yang optimal, tetapi bisa terjadi persaingan dalam hara,
air, dan ruang tumbuh serta mengurangi perkembangan tinggi dan kedalaman akar
tanaman (Musa et al., 2007).
Kerapatan tanaman sangat erat kaitannya dengan dosis pupuk yang
diberikan.Pada budidaya dengan kerapatan tanam yang cukup tinggi seharusnya
dosis pupuk yang diaplikasikan juga harus lebih tinggi dari biasanya.Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalisir dampak persaingan antar tanaman akibat
kerapatan yang terlalu tinggi (Suryana, 2003).
Petani sayur terus mencari metode yang dapat meningkatkan hasil lahan,
mengurangi biaya, ataupun kombinasi keduanya.Jumlah tanaman pada lahan,
sebagai akibat kerapatan tanaman ataupun jarak tanam masih menjadi perhatian
selama beberapa dekade.Dengan penambahan kerapatan, maka jarak tanam
menjadi lebih dekat dan meningkatkan persaingan antar tanaman
(Farnham, 1999).
Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur hara
yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesis yang
pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan
dan produksi tanaman (Barri, 2003).Jarak yang lebih sempit mampu
meningkatkan produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot
Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap
gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan
sehingga pertumbuhan gulma terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat
ditekan (Dad, 1992). Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin
tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya
kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam
optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum.Sebagai parameter pengukur
pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan tertentu
seperti cahaya.Tanaman yang mengalami kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kubis-kubisan (cruciferae) merupakan salah satu jenis sayuran utama di dataran tinggi bahkan sayuran penting di Indonesia, disamping kentang dan
tomat.Kailan adalah salah satu jenis sayuran daun yang termasuk keluarga
kubis-kubisan.Kailan merupakan sayuran yang relatif baru (Widadi, 2009).
Tanaman kailan sangat penting bagi kehidupan karena dapat menyediakan
25% vitamin yang diperlukan tubuh manusia normal. Dalam 100 gram daun
kailan mengandung 80 mg vitamin A, 0,06 mg vitamin B, 50 mg vitamin C, 1,4 g
protein, 0,2 g lemak, 5,3 g karbohidrat, 46 g kalsium dan 31 mg phospor.
Disamping itu tanaman kailan juga membantu proses pencernaan, menetralkan zat
asam dan banyak mengandung serat serta dapat mencegah penyakit sariawan
(Arief, 1990).
Menurut Balai Pusat Statistik, produksi kailan yang tergolong tanaman
kubis mengalami pasang surut. Pada tahun 1998 merupakan puncak produksi
yaitu 1,45 juta ton dan terus menurun sampai tahun 2002 menjadi 1,23 juta tondan
meningkat kembali pada tahun 2008 mencapai 1,32 juta ton
(Badan Pusat Statistik, 2009)
Prospek pengembangan budidaya kailan yang tergolong tanaman kubis
cukup cerah.Daya tarik komoditas ini, selain dapat dikembangkan di daerah tropis
Indonesia, juga mempunyai nilai ekonomi dan sosial yang tinggi.Permintaan
terhadap sayuran ini semakin meningkat baik di dalam negeri maupun di pasaran
Untuk meningkatkan produksi kailan yang ramah terhadap lingkungan,
maka dilakukan model pertanian yang selaras dengan alam.Pertanian selaras alam
tidak menghendaki penggunaan produk teknologi pertanian yang berupa
bahan-bahan kimia secara berlebihan yang dapat merusak ekosistem.Pertanian
yang selaras dinyatakan bahwa pupuk buatan dan pestisida hasil produksi yang
diproses secara kimia boleh digunakan, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil
(hanya berperan sebagai pelengkap) (Sutedjo, 1999).
Salah satunya yaitu dengan menggunakan pupuk hayati sehingga
diharapkan pertumbuhan daun meningkat dan menghemat penggunaan pupuk
kimia. Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang
ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk inokulan atau dalam bentuk lain
untukmenyediakan hara tertentu bagi tanaman (Hasibuan,2009).
Upaya peningkatan produksi tanaman kalian dapat pula dilakukan dengan
pengaturan jarak tanam.Pemilihan jarak tanam yang tepat dan sesuai dengan
kondisi kesuburan tanah turut menentukan kuantitas produksi tanaman
kalian.Pada tanah yang subur, jarak tanam dapat dibuat relatif rapat.
Menurut penelitian Tambunan (2010), pemberian pupuk hayati
berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk dan bobot kering
tanaman pada perlakuan 5 ml/liter air dan perlakuan 10ml/liter air berpengaruh
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
guna mengetahui pertumbuhan dan produksi kailan pada beberapa jarak tanam
dan dosis pupuk hayati.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahuipengaruh pemberian pupuk hayati dan
penentuan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksikailan (Brassica oleraceae var. achepala) serta interaksi kedua faktor tersebut.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh pemberian pupuk hayati dan jarak tanam terhadap
pertumbuhan dan produksikailan (Brassica oleraceae var. achepala) serta interaksi kedua faktor tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan
ABSTRAK
RIZKY DANTRI : Respon pertumbuhan dan produksi tanaman kailan (Brassica oleraceae var. acephala) terhadap pemberian pupuk hayati pada
beberapa jarak tanam, dibimbing oleh : T. IRMANSYAH dan
JONATAN GINTING.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk hayati dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi kailan serta interaksi kedua faktor tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2014 di BPTB Tongkoh dengan ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut dengan menggunakan rancangan acak kelompok dua faktor yaitu dengan perlakuan pupuk hayati H0 (kontrol); H1 (5 ml/l); H2 (10 ml/l); H3 (15ml/l) dan jarak tanam J1 (20 x 25 cm); J2 (20 x 30 cm); J3 (20 x 35 cm) dengan kombinasi sebagai berikut: J1H0, J1H1, J1H2, J1H3, J2H0, J2H1, J2H2, J2H3, J3H0, J3H1, J3H2, J3H3. Parameter yang diamati tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan bobot segar jual per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 20 dan 40 HSPT dan jumlah daun 10 sampai 15 HSPT, jarak tanam berpengaruh nyata pada parameter bobot basah akar, bobot kering akar, dan bobot segar jual per plot. Sedangkan interaksi kedua faktor berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 5 sampai 15 HSPT, jumlah daun 5 HSPT, dan bobot basah akar.
ABSTRACT
RIZKY DANTRI : Growth and yield response of kailan
(Brassica oleraceae var. acephala) on biological fertilizer application in some plant spacing, supervised by : T. IRMANSYAH and JONATAN GINTING.
This research was conducted to determine the effect of bio-fertilizer and plant spacing on the growth and production of kailan and interaction of both factors. The research was carried out in the BPTB Tongkoh with an altitude of 1200 meters above sea level from March to May 2014. The design used randomized block design with two factors, treatment of H0 biological fertilizer (control); H1 (5 ml / l); H2 (10 ml / l); H3 (15ml / l) and the spacing of J1 (20 x 25 cm); J2 (20 x 30 cm); J3 (20 x 35 cm) with the following combinations: J1H0, J1H1, J1H2, J1H3, J2H0, J2H1, J2H2, J2H3, J3H0, J3H1, J3H2, J3H3. Parameter observed plant height,
number of leaves, canopy wet weight, weight wet roots, canopy dry weight, root dry weight and fresh weight per plot sale. The results showed that bio-fertilizer treatments significantly affected to the parameters ofplant height 20-40 DAT and number of leaves DAT 10 to 15 DAT, plant spacing affected to the parameter of root fresh weight, root dry weight, and selling fresh weight per plot. While significant interaction of both factors affected to plant height 5 to 15 DAT, leaf number 5 DAT, and root fresh weight.
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae var. acephala) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK HAYATI PADA BEBERAPA JARAK TANAM
SKRIPSI
OLEH:
RIZKY DANTRI 090301171
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae var. acephala) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK HAYATI PADA BEBERAPA JARAK TANAM
SKRIPSI
OLEH:
RIZKY DANTRI 090301171
AGROEKOTEKONOLOGI – BPP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Penelitian : Respons Pertumbuhan dan Produksi Kailan
(Brassica oleraceae var. Acephala) Terhadap Pemberian Pupuk Hayati Pada Beberapa Jarak Tanam
Nama : Rizky Dantri
Nim : 090301171
Program Studi : Agroekoteknologi - BPP
Disetujui Oleh :
(Ir. T. Irmansyah, MP) (Ir. Jonatan Ginting, MS)
Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing
Diketahui Oleh :
ABSTRAK
RIZKY DANTRI : Respon pertumbuhan dan produksi tanaman kailan (Brassica oleraceae var. acephala) terhadap pemberian pupuk hayati pada
beberapa jarak tanam, dibimbing oleh : T. IRMANSYAH dan
JONATAN GINTING.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk hayati dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi kailan serta interaksi kedua faktor tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2014 di BPTB Tongkoh dengan ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut dengan menggunakan rancangan acak kelompok dua faktor yaitu dengan perlakuan pupuk hayati H0 (kontrol); H1 (5 ml/l); H2 (10 ml/l); H3 (15ml/l) dan jarak tanam J1 (20 x 25 cm); J2 (20 x 30 cm); J3 (20 x 35 cm) dengan kombinasi sebagai berikut: J1H0, J1H1, J1H2, J1H3, J2H0, J2H1, J2H2, J2H3, J3H0, J3H1, J3H2, J3H3. Parameter yang diamati tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan bobot segar jual per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 20 dan 40 HSPT dan jumlah daun 10 sampai 15 HSPT, jarak tanam berpengaruh nyata pada parameter bobot basah akar, bobot kering akar, dan bobot segar jual per plot. Sedangkan interaksi kedua faktor berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 5 sampai 15 HSPT, jumlah daun 5 HSPT, dan bobot basah akar.
ABSTRACT
RIZKY DANTRI : Growth and yield response of kailan
(Brassica oleraceae var. acephala) on biological fertilizer application in some plant spacing, supervised by : T. IRMANSYAH and JONATAN GINTING. This research was conducted to determine the effect of bio-fertilizer and plant spacing on the growth and production of kailan and interaction of both factors. The research was carried out in the BPTB Tongkoh with an altitude of 1200 meters above sea level from March to May 2014. The design used randomized block design with two factors, treatment of H0 biological fertilizer (control); H1 (5 ml / l); H2 (10 ml / l); H3 (15ml / l) and the spacing of J1 (20 x 25 cm); J2 (20 x 30 cm); J3 (20 x 35 cm) with the following combinations: J1H0, J1H1, J1H2, J1H3, J2H0, J2H1, J2H2, J2H3, J3H0, J3H1, J3H2, J3H3. Parameter observed plant height, number of leaves, canopy wet weight, weight wet roots, canopy dry weight, root dry weight and fresh weight per plot sale. The results showed that bio-fertilizer treatments significantly affected to the parameters ofplant height 20-40 DAT and number of leaves DAT 10 to 15 DAT, plant spacing affected to the parameter of root fresh weight, root dry weight, and selling fresh weight per plot. While significant interaction of both factors affected to plant height 5 to 15 DAT, leaf number 5 DAT, and root fresh weight.
RIWAYAT HIDUP
Rizky Dantri, lahir pada tanggal 13 Agustus 1992 di Medan, Sumatera
Utara yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Ir. Mangasa
Hasibuan dan Ibu Jenni Lastri br Napitupulu.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 9 Pekanbaru dan pada tahun
yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian USU melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis
memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi
Agroekteknologi.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan
Nusantara III Kebun Bandar Betsy dari tanggal 09 Juli 2012 sampai 07 Agustus
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae var. acephala) terhadap Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam”.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda
tercinta Ir. Mangasa Hasibuan dan Ibunda Jenni Lastri Br. Napitupulu yang telah
memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Ir. T. Irmansyah, MP. dan Ir. Jonatan Ginting, MS. selaku ketua dan
komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama
penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seuruh staf
pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan
penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini
DAFTAR ISI
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penulisan ... 3
TINJAUAN PUSTAKA
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11
Bahan dan Alat ... 11
Metode Penelitian ... 11
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 14
Persemaian ... 14
Pemeliharaan Bibit di Persemaian ... 14
Penanaman ... 14
Aplikasi Pupuk Hayati ... 15
Pemeliharaan Tanaman ... 15
Penyiraman ... 15
Penyulaman ... 15
Penyiangan ... 15
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 15
Panen ... 16
Pengamatan Parameter ... 16
Bobor Segar Jual per Plot ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19
Pembahasan ... 27
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 31
Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Selama 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35,
dan 40 HSPT ... 19
2. Rataan Jumlah Daun (helai) Selama 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, dan 40 HSPT ... 21
3. Rataan Bobot Basah Tajuk (g) ... 22
4. Rataan Bobot Kering Tajuk (g) ... 23
5. Rataan Bobot Basah Akar (g) ... 24
6. Rataan Bobot Kering Akar (g) ... 25
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Deskripsi Kailan Varietas Long leaf ... 34
2. Bagan Plot Penelitian ... 35
3. Bagan Plot Penelitian ... 37
4. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 38
6. Hasil Analisis Tanah ... 39
8. Data Tinggi Tanaman 5 HSPT ... 41
9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 HSPT ... 41
10. Data Tinggi Tanaman 10 HSPT ... 42
11. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 HSPT ... 42
12. Data Tinggi Tanaman 15 HSPT ... 43
13. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 15 HSPT ... 43
14. Data Tinggi Tanaman 20 HSPT ... 44
15. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 20 HSPT ... 44
16. Data Tinggi Tanaman 25 HSPT ... 45
17. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 25 HSPT ... 45
22. Data Tinggi Tanaman 40 HSPT ... 48
23. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 40 HSPT ... 48
24. Data Jumlah Daun 5 HSPT ... 49
25. Sidik Ragam Jumlah Daun 5 HSPT ... 49
26. Data Jumlah Daun 10 HSPT ... 50
27. Sidik Ragam Jumlah Daun 10 HSPT ... 50
28. Data Jumlah Daun 15 HSPT ... 51
29. Sidik Ragam Jumlah Daun 15 HSPT ... 51
30. Data Jumlah Daun 20 HSPT ... 52
31. Sidik Ragam Jumlah Daun 20 HSPT ... 52
32. Data Jumlah Daun 25 HSPT ... 53
33. Sidik Ragam Jumlah Daun 25 HSPT ... 53
34. Data Jumlah Daun 30 HSPT ... 54
35. Sidik Ragam Jumlah Daun 30 HSPT ... 54
36. Data Jumlah Daun 35 HSPT ... 55
37. Sidik Ragam Jumlah Daun 35 HSPT ... 55
38. Data Jumlah Daun 40 HSPT ... 56
39. Sidik Ragam Jumlah Daun 40 HSPT ... 56
40. Data Bobot Basah Tajuk ... 57
41. Data Transformasi Bobot Basah Tajuk ... 57
43. Data Bobot Basah Akar ... 58
44. Data Transformasi Bobot Basah Akar ... 59
45. Sidik Ragam Bobot Basah Akar ... 59
46. Data Bobot Kering Tajuk ... 60
47. Data Transformasi Bobot Kering Tajuk ... 60
48. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk ... 61
49. Data Bobot Kering Akar ... 61
50. Data Transformasi Bobot Kering Akar ... 62
51. Sidik Ragam Bobot Kering Akar ... 62
52. Data Bobot Segar Jual per Plot ... 63
53. Data Transformasi Bobot Segar Jual per Plot ... 63
54. Sidik Ragam Bobot Segar Jual per Plot ... 64