• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah Desa Paya Bili Sa Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh, berlangsung mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2012, jadwal kegiatan penelitian pada Lampiran 1.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : benih padi varietas Ciherang (deskripsi Lampiran 2), jerami, abu jerami, bokasi jerami, pupuk Urea SP-36, dan KCl. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain meliputi : Bagan Warna Daun (BWD), PUTS, meteran, rambu legowo, tegel, khlorofil meter, dan lain-lain.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Petak Terpisah dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 (tiga) ulangan. Ada dua faktor yang diteliti yaitu perlakuan sistem tanam (P) dan Pemberian Jerami (O).

Faktor Perlakuan sistem tanam (P) pada petak utama, yaitu :

P1 =

P2 = Sistem tanam PTT

PTT modifikasi Budidaya lokal

P3 = Sistem Budidaya Lokal

O1 = Abu Jerami

O2 = Jerami Segar

O3 = Bokasi Jerami

Dengan demikian diperoleh 27 kombinasi perlakuan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Susunan Kombinasi Perlakuan Pemberian Bentuk Jerami (O) dan Perlakuan Sistem Tanam (P)

No

Perlak uan

Sistem Tanam (Pada Petak Utama)

Jerami (Pada Anak Petak) 1. P1O1 PTT modifikasi Budidaya Lokal Abu Jerami 0.5 kg per plot (480 kg

1

2. P1O2 PTT modifikasi Budidaya Jerami Segar 3.15 kg per plot (3 ton 1

3. P1O3 PTT modifikasi Budidaya Lokal Bokasi Jerami 2.1 kg/plot (2 ton ha-1 4.

)

P2O1 PTT Abu Jerami 0.5 kg per plot (480 kg ha

5.

-1

P2O2 PTT Jerami Segar 3.15 kg per plot (3 ton ha 1

6. P2O3 PTT Bokasi Jerami 2.1 kg/plot (2 ton ha-1 7.

) P3O1 Sistem Budidaya Lokal Abu Jerami 0.5 kg per plot (480 kg ha 8.

-1

P3O2 Sistem Budidaya Lokal Jerami Segar 3.15 kg per plot (3 ton ha 1

9. P3O3 Sistem Budidaya Lokal Bokasi Jerami 2.1 kg/plot (2 ton ha-1)

Keterangan: jerami bersamaan dibenam pada plot perlakuan setelah olah tanah terakhir

Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Satuan percobaan sistem tanam tegel (P1 dan P3) terdiri dari 168 rumpun x 18 plot = 3024 rumpun tanaman, dan satuan percobaan sistem tanam legowo 2:1 (P2) terdiri dari 330 rumpun x 9 plot = 2970 rumpun tanaman sehingga secara keseluruhan terdapat sebanyak 5994 rumpun tanaman. Denah penelitian sistem

legowo dan tegel terdapat di Lampiran 3, dengan jumlah sampel 8 (delapan) tanaman per plot (Lampiran 4).

Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

Yijk = µ+ βk+ Pi + εik + Oj + (PO)ij + ᵹijk Dimana :

Yijk

µ = Nilai tengah

= Hasil pengamatan diperoleh pada perlakuan sistem tanam jenis ke- i (i = 1, 2 dan 3) jerami jenis ke- j (j = 1, 2 dan 3) dalam ulangan ke- k (k = 1, 2, dan 3).

Βk =

P

Pengaruh ulangan ke-k

i =

ε

Pengaruh sistem tanam P jenis ke-i

ik =

O

Pengaruh galat (acak a)

j

(PO)

= Pengaruh jerami O jenis ke- j

ij

= Pengaruh interaksi sistem tanam jenis ke- i dengan bentuk jerami ke- j

ijk = Pengaruh galat (acak b)

Data dari hasil pengamatan diolah dengan analisis keragaman (Analysis of Variance) untuk mengetahui perbedaan respon tanaman yang diberi perlakuan serta interaksi antar perlakuan (uji F). Jika perlakuan jerami dan pengelolaan sistem tanam terhadap peubah menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan analisis uji beda rataan dengan Uji Jarak Berganda Duncan

(DMRT) (Gomez, 1995). Analisis korelasi (Pearson) dilakukan untuk melihat tingkat keeratan hubungan antar peubah pengamatan (Little dan Hills, 1978).

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan

a. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Plot Penelitian

Pengolahan tanah untuk tanaman padi sawah yaitu pembajakan dan penggaruan, pengeringan dan akhirnya pembuatan bedengan. Plot penanaman dibuat panjang 3.5 meter, lebar 3 meter serta jarak antar plot (anak petak) dan antar ulangan 50 cm, jarak antar petak utama 30 cm. Ketinggian pematang (sekat antar plot) dibuat setinggi 50 cm (Lampiran 5).

b. Aplikasi bahan organik.

Dilakukan setelah olah tanah terakhir (20 hari sebelum tanam) di masing-masing petakan. Pembenaman bokasi jerami secara merata 2.1 kg / plot. Abu jerami 0.5 kg, dan jerami segar 3.15 kg per plot. Pemberian jerami 3 ton per hektar berdasarkan kebutuhan C-organik tanah sebesar 3% setara 8 ton per hektar (katagori rendah). Sedangkan hasil analisa C-organik tanah di lokasi penelitian 1.41 % (sangat rendah) setara 5 ton per hektar (Metson, 1961).

b. Ukuran bedengan persemaian dan penyemaian.

Bedengan persemaian terdiri dari 2 unit, yaitu bedeng untuk tanam benih umur 20 hari setelah tabur/semai, dan untuk tanam benih umur 15 hari setelah tabur/semai. Ukuran panjang bedengan : 200 cm, lebar bedengan : 60 cm, tinggi bedengan 20 - 30 cm. Diantara kedua bedengan dibuat selokan, dengan ukuran

lebar 40 cm. Benih yang digunakan adalah benih unggul bersertifikat, varietas Ciherang. Benih direndam satu malam di dalam air mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan.

Pelaksanaan Sistem PTT dan Budidaya Lokal a. Sistem PTT.

Sistem PTT yang dilaksanakan pada penelitian ini terdiri dari perlakuan pengairan berselang, jarak tanam legowo 2:1, tanam satu bibit per lubang tanam, tanam bibit muda (15 hari setelah semai), pemberian bahan organik, pemupukan dasar mengacu pada PUTS dan pemupukan susulan Nitrogen berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD). Pada jarak tanam legowo tipe 2:1 terdapat 330 rumpun tanaman per plot perlakuan.

Pengairan berselang. Pengairan dengan teknik berselang lima hari dilakukan dengan (a) Pada hari pertama lahan diairi sekitar tinggi genangan 3 cm dan selama 4 hari berikutnya tidak ada penambahan air. Lahan sawah diairi lagi pada hari kelima. (b) Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus (c) sekitar 10 -15 hari sebelum tanaman dipanen, petakan sawah dikeringkan.

Sistem tanam pada komponen PTT yang diuji dilakukan jarak tanam jajar legowo 2:1 (20 x 10 x 40 cm) dengan satu bibit per lubang tanam berumur 15 hari setelah semai.

Pemupukan dasar dilakukan pemupukan berimbang dengan mengacu pada hasil uji Perangkat Uji Tanah Sawah dan pemupukan susulan nitrogen

berdasarkan BWD sebanyak dua kali pemberian (Lampiran 6) yaitu pada 3 Minggu Setelah Tanam (MST) dan 5 MST.

b. Sistem Budidaya Lokal.

Pada sistem ini dilakukan sistem tanam tegel jarak tanam 25 x 25 cm tanpa lorong (palir) dengan tiga bibit per lubang tanam, umur bibit 20 hari setelah semai (HSS), pemberian bahan organik, pemupukan rekomendasi (Urea 200 kg ha-1, SP-36 75 kg ha-1 KCl 50 kg ha-1

c. Modifikasi PTT dengan Sistem Budidaya Lokal

) dan tanpa pengaturan pengairan (penggenangan hingga menjelang panen). Pada jarak tanam tegel 25 x 25 cm terdapat 168 rumpun tanaman per plot perlakuan.

Pada penelitian ini terdiri dari perlakuan pengairan berselang, tanam tiga bibit per lubang tanam, berjarak tanam 25 x 25 cm, umur bibit 15 hari setelah semai, pemberian bahan organik, pemupukan dasar (Lampiran 8) mengacu pada rekomendasi (Urea 200 kg ha-1, SP-36 75 kg ha-1 KCl 50 kg ha-1

Pengambilan Sampel dan Analisis Tanah

).

Sampel tanah awal diambil secara zig zag sebanyak 9 (sembilan) titik sampel pada kedalaman 20 cm di lahan perlakuan, sebelum olah tanah. Dari sampel tersebut diambil masing-masing 2 kg dan analisis dilakukan secara komposit untuk pengujian hara awal dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (kandungan N, P, dan K dan pH tanah) serta analisis tanah di laboratorium. Kondisi lahan pada saat pengambilan sampel tanah ini dalam keadaan macak-macak.

Analisis dilakukan terhadap sifat kimia dan biokimia tanah awal meliputi: tekstur (pipet), N (Kjeldahl), C-organik (Walkley-Black), C/N Ratio, P-total, K-total, pH, KTK, populasi mikroba (Plate Count) serta aktivitas enzim mikroba sellulotik. Pada 60 HST (Hari Setelah Tanam) diambil di 5 (lima) titik sampel tanah per plot perlakuan (Lampiran 4) dan dilakukan analisis yang sama kecuali tekstur, kandungan N, P, K tanah tidak dilakukan.

Analisis Hara Jerami

Analisis terhadap kandungan N, P, K, dan C abu, bokasi jerami dan jerami segar di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian USU Medan dilakukan pada awal penelitian (Lampiran 9). Aplikasi abu jerami berdasarkan berat 1 (satu) kilogram jerami bakar setara 6.3 gram abu jerami.

Peubah yang diamati

1. Sifat Tanah(pada 60 HST)terdiri dari : - Sifat Kimia (C-organik, KTK, dan pH tanah)

2. Sifat Biokimia (total populasi metoda plate count dan aktivitas enzim mikroba selulotik menggunakan metoda Nelson-Somogyi (Lampiran 10). 3. Data Pertumbuhan terdiri dari :

- Jumlah anakan (pada 24 dan 52 HST)

- Uji klorofil dengan menggunakan alat klorofil meter (CCM 200) pada 28 dan 55 HST. Menghitung jumlah unit klorofil daun pada 5 (lima) helai daun per rumpun tanaman.

- Anakan Produktif (pada 105 HST). Jumlah sampel untuk data pertumbuhan dalam setiap plot diambil sebanyak 8 (delapan) sampel.

4. Analisis Hara Tanaman (pada 60 HST)

- Unsur-unsur yang dianalisis terdiri dari hara N (metoda destruksi; pengabuan basah /titrasi), P dan K (destruksi basah; kolorimetri) diambil satu tanaman sampel dari masing-masing plot perlakuan pada 60 HST. Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian dipotong pada pangkal akar sebagai sampel bobot kering akar. Serapan hara dihitung dengan cara mengalikan persen kadar hara dengan berat kering tanaman.

5. Data Produksi

- Data produksi panen (125 HST) diambil sampel panen pada petak ubinan (Lampiran 4) ukuran 2 x 1,5 m dari masing-masing plot perlakuan kemudian dikeringkan hingga kadar air 12% dan ditimbang. Hasil penimbangan dikonversikan ke bobot kering per plot.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait