• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Sawah Baru,University Farm,Institut Pertanian Bogor. Penelitian di lakukan selama empat bulan mulai November 2010 ± Maret 2011. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium SEAMEO BIOTROP, Bogor. Pengamatan komponen hasil dan hasil tanaman di laboratorium Produksi Tanaman, IPB dan laboratorium Benih Leuwikopo.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi Ciherang, zat pengatur tumbuh berbahan aktif Ziram dan Difenoconazol, pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Alat yang digunakan antara lain: alat-alat budidaya pertanian, Bagan Warna Daun, meteran, timbagan analitik, oven, dan blower separator.

Metode Penelitian

Penelitiaan ini menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Terdapat 13 perlakuanyaitu P0 (kontrol), P1 (Difenokonazol 150 ml/ha), P2 (Difenokonazol 300 ml/ha), P3 (Difenokonazol 450 ml/ha), P4 (Difenokonazol 600 ml/ha), P5 (Ziram 0.75 kg/ha), P6 (Ziram 1.5 kg/ha), P7 (Ziram 3kg/ha), P8 (Ziram 4.5 kg/ha), P9 (Ziram 3 kg/ha ), P10 (Ziram 6 kg/ha), P11 (Ziram 9 kg/ha), P12 (Ziram 12 kg/ha). Aplikasi Difenokonazol disemprot ketajuk pada saat 7,14,21,28, dan 90 HST sedangkan aplikasi Ziram ada yang disemprot ketajuk pada saat 50 dan 65 HST (P5-P8) dan di tabur pada saat 1,4, dan 6 MST (P9-P12). Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 39 satuaan percobaan. Petak satuan percobaan berukuran 5m x 5m. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan maka dilakukan dianalisis menggunakan uji sidik ragam (uji F), apabila berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5%.

Jarak tanam padi sawah yang digunakan adalah sistem logowo 3:1 dimana jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 15 cm x 40 cm. Umur bibit yang

digunakan adalah 12 ±16hari setelah sebar. Jumlah bibit pada tiap lubang adalah dua bibit per lubang tanam. Dosis pupuk yang digunakan yaitu 250 kg Urea/ha, 100 kg/ha KCl, dan 100 kg/ha SP-36. Pengendaliaan organisme penganggu tanaman padi di lahan tidak dilakukan karena tingkat serangan yang rendah..Model rancangan percobaan yang digunakan adalah :

Yij= µ + Ki+ Mjİij

Keterangan:

Yij : Nilai pengamatan pengaruh faktor dosis taraf ke-j, dan kelompok ke-i.

µ : Rataan umum.

Ki : Pengaruh kelompok pada taraf ke-i.

Mj : Pengaruh faktor dosis ZPT pada taraf ke-j.

Ǽijk : Galat.

I :1,2,3,4,5 (kelompok).

J : P0,P1,P2,P3,P4 (dosis ZPT).

Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan uji sidik ragam (uji F), apabila berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5%.

Pelaksanaan Penelitiaan

Kegiatan penelitiaan ini dimulai dengan pengolahan tanah yang dilakukan dua minggu sebelum tanam, tanah diolah sempurna dengan traktor dua kali dan dilumpurkan hingga siap tanam. Semai benih dilakukan dua minggu sebelum tanam. Penanaman dilakukan saat umur bibit 14 hari dengan jarak tanam tanam sistem legowo 3:1(20 cm x 15 cm x 40 cm) dan 2 bibit perlubang tanam. Petakan yang digunakan dalam setiap satuan percobaan berukuran 5 m x 5 m.Penyulaman dilakukan 1- 3 MST (minggu setelah tanam) dengan bibit yang berumur sama.

Urea diberikan 3 kali yaitu 30 % dosis saat tanam, 40 % saat 4 MST, dan 30 % dosis pada 6 MST. Pupuk SP-36 dan KCL diberikan seluruhnya saat tanam. Aplikasi pemupukan dilakukan secara sebar langsung. Tidak dilakukan pengendaliaan hama dan penyakit karena tingkat serangan hama rendah.

Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan susulan secara manual dengan membersihkan petakan-petakan sawah hingga bersih dari gulma. Aplikasi ZPT

Difenokonazol dilakukan pada tanaman berumur 7,14,21,28, dan 90 HST sedangkan Ziram pada 1,4, 6 MST, 50 dan 65 HST.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan mulai tanaman berumur 3 MST. Pengamatan yang dilakukan meliputi :

1. Tinggi tanaman diamati pada 3 - 8 MST diukur dari pangkal tanaman sampai ujung daun tertinggi.

2. Warna daun diamati pada 3 MST sampai dengan 8 MST diamati dengan menggunakan alat bagan warna daun.

3. Jumlah anakan diamati pada 3- 8 MST dihitung semua anakan yang daunnya sudah terbuka penuh.

4. Pengamatan biomassa yang meliputi: bobot akar,bobot tajuk, danvolume akar diamati pada 8 MST.

5. Komponen hasil dan hasil yang meliputi:

- Persentasi gabah hampa atau isi pada saat panen. - Jumlah butir permalai pada saat panen.

- Bobot 1000 butir ditentukan dari 1000 butir gabah isi dan ditimbang dengan timbangan analitik.

- Hasil gabah basah dan kering per tanaman maupun perubinan. - Dugaan hasil per ha.

6. Peningkatan hasil, yang dihitung dengan rumus:

Peningkatan hasil = hasil perlakuan ±hasil kontrol X 100 % hasil kontrol

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kondisi umum

Lahan penelitian berada diketinggian 250 m diatas permukaan laut (dpl ) dengan jenis tanah latosol darmaga. Curah hujan terendah selama penelitiaan yaitu 312 mm/bulanpada bulan Febuari dan tertinggi yaitu. 323.7 mm/bulan pada bulan Desember. Kondisi curah hujan tersebut sesuai untuk pertanaman padi sawah karena menurut klasifikasi oldeman tanaman padi sawah membutuhkan curah hujan 200 mm/bulan (Handoko, 1995).

Pada umur 1-3 MST tanaman diserang keong mas (Pomacea canalicuta). Hama ini menyerang bagian tajuk tanaman danpenyulaman intensif dilakukan pada umur 1-3 MST. Pada umur 6-7 MST tanaman ini terserang penyakit hawar daun,tapi tingkat serangan rendah yaitu sekitar 25 % sehingga pengendaliannya cukup dengan mencabut beberapa tanaman untuk mengurangi penyebaran penyakit hawar daun pada tanaman lain.

Pada umur 9 MST hingga panen tanaman ini terkena serangan walangsangit (Laptocorisa oratorius). Hama ini merusak tanaman dengan menghisap bulir padi. Serangan Leptocorisaoratoriusmenyebabkan gabah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan bulir padi berbintik hitam, akan tetapi tingkat serangan masih cukup rendah sehingga tidak dilakukan pengendalian secara kimiawi.

Kandungan hara tanah secara kuantitatif dapat diukur dengan menetapkan kemampuaan tanah menyediakan hara bagi tanaman dan nilai uji tanah (Makarim et al., 1993). Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui kandungan hara pada petak percobaan. Dari analisis tanah diperoleh bahwa tanah dilokasi percobaan memiliki pH tanah awal dan akhir setelah percobaan tergolong masam (5.2 dan 5.8),kandungan N awal dan akhir rendah (0.11 % dan 0.16 %) kandungan P sangat rendah begitu juga dengan kandungan K.

Rekapitulasi Hasil Analisi Sidik Ragam

Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam, pengaruh berbagai dosis ZPTDifenokonazol dan Ziram tidak berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan dan hasil serta komponen hasil karena Pr>F pada taraf 5 % (Gomez, 1983) hal tersebut dapat dilihat pada lampiran.Nilai koefisien keragaman terlihat masih normal karena dibawah 30% atau berkisar antara 2-26 %. Secara rinci hasil rekapitulasi analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap beberapa peubah dapat dilihat padaTabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Difenokonazol Dan Ziram Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Sawah

Peubah Pengaruh perlakuan Koefisien keragaman

Pertumbuhan tanaman 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Jumlah anakan 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST

Indeks luas daun 3 MST 4 MST 5 MST 6MST 7 MST 8 MST

Bobot kering akar (8 MST)

Berat kering berangkasan (8 MST) Jumlah anakan produktif

Jumlah gabah per malai Panjang malai

Bobot 1000 butir

Bobot gabah basah ubinan Bobot gabah kering ubinan Bobot basah gabah sampel Bobot kering gabah sampel

tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn 5.70 5.42 5.31 3.67 2.68 2.47 26.87 19.82 4.55 23.15 6.76 23.15 23.15 23.15 23.15 5.75 2.00 1.80 23.15 10.30 9.63 8.93 1.52 4.55 9.42 7.69 16.26 12.57 Keterangan: tn : tidak berbeda nyata

Pertumbuhan Tanaman

Tinggi Tanaman

Perlakuan zat pengatur tumbuh Difenokonazol dan Ziramsecara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Pada umumnya Difenokonazol menekan pertumbuhantinggi tanaman.Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa semua perlakuan Difenokonazol memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan kontrol. Untuk ZPT Ziram memiliki tinggi tanaman yang sama dengan kontrol.

Tabel 2. Pengaruh Beberapa Dosis Zat Pengatur Tumbuh terhadap Tinggi Tanaman

Perlakuan Umur tanaman (MST )

3 4 5 6 7 8 «««««««FP««««««««« Tanpa ZPT (P0) Difenokonazol 150 ml/ha (P1) 44.26 42.30 57.49 55.04 72.89 68.61 78.74 76.93 87.74 85.91 96.43 91.45 Difenokonazol 300 ml/ha (P2) 43.99 54.97 69.21 77.93 86.79 93.85 Difenokonazol 450 ml/ha (P3) 44.02 55.26 70.26 77.66 88.25 95.47 Difenokonazol 600 ml/ha (P4) 42.39 55.60 69.43 78.83 85.60 92.62 Ziram 0.75 kg/ha (P5) 43.56 56.01 69.73 74.20 85.45 93.41 Ziram 1.5 kg/ha (P6) 43.99 57.01 70.87 78.12 86.67 94.23 Ziram 3 kg/ha (P7) 45.23 57.38 72.82 78.25 85.93 92.93 Ziram 4.5 kg/ha (P8) 45.85 59.30 71.11 80.82 89.89 96.50 Ziram 3 kg/ha (P9) 44.08 56.11 69.91 76.59 85.91 92.84 Ziram 6kg/ (P10) 43.61 56.97 70.25 78.83 87.58 96.03 Ziram 9 kg/ha(P11) 41.1 54.61 69.31 77.03 87.31 93.48 Ziram 12 kg /ha 44.13 57.51 71.86 79.03 88.35 94.95 Jumlah Anakan

Perlakuan zat pengatur tumbuh secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah anakan. Hal tersebut terlihat secara rinci pada Tabel4 dibawah ini.Walaupun demikian pada Tabel 3terlihat pada Difenokonazol 600 ml/ha (P4) memiliki jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan kontrol, dan untuk Ziram pada perlakuan Ziram 4.5 kg/ha (P8), Ziram 3 kg/ha (P9),

Ziram 6 kg/ha (P10), dan Ziram 12 kg/ha (P12) yang lebih banyak dibandingkan kontrol.

Tabel 3. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Jumlah Anakan

Perlakuan Umur tanaman (MST )

3 4 5 6 7 8 Tanpa ZPT (P0) 12 20 23 29 27 26 Difenokonazol 150 ml/ha (P1) 13 19 19 25 27 25 Difenokonazol 300 ml/ha (P2) 12 20 21 25 26 25 Difenokonazol 450 ml/ha (P3) 13 22 24 29 29 28 Difenokonazol 600 ml/ha (P4) 13 20 19 28 25 24 Ziram 0.75 kg/ha (P5) 13 20 20 25 27 25 Ziram 1.5 kg/ha (P6) 13 21 23 27 28 26 Ziram 3 kg/ha (P7) 13 20 23 25 26 25 Ziram 4.5 kg/ha (P8) 16 23 23 28 29 27 Ziram 3 kg/ha (P9) 14 17 20 24 25 24 Ziram 6kg/ (P10) 12 22 22 28 30 28 Ziram 9 kg/ha (P11) 12 18 21 25 25 23 Ziram 12 kg /ha 13 21 24 27 28 27

Bagan Warna Daun

Perlakuan ZPT Difenokonazol dan Ziram pada tanaman padi sawah tidak berpengaruh terhadap warna daun.Walaupun demikian Respon Defenokonazol dan Ziram terlihatlebih baikpada konsentrasi tertentu (Tabel 4). .

Tabel 4. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Bagan Warna Daun

Perlakuan Umur tanaman (MST)

3 4 5 6 7 8 Tanpa ZPT (P0) 3.00 3.00 3.00 3.93 3.93 3.93 Difenokonazol 150 ml/ha (P1) 3.00 3.00 3.13 3.93 4.00 4.00 Difenokonazol 300 ml/ha (P2) 3.00 3.00 3.00 3.73 4.00 4.00 Difenokonazol 450 ml/ha (P3) 3.00 3.00 3.07 3.87 4.00 3.93 Difenokonazol 600 ml/ha (P4) 3.00 3.00 3.00 4.00 4.00 4.00 Ziram 0.75 kg/ha (P5) 3.00 3.00 3.00 3.93 4.00 3.93 Ziram 1.5 kg/ha (P6) 3.00 3.00 3.00 4.00 3.93 4.00 Ziram 3 kg/ha (P7) 3.00 3.00 3.00 3.87 4.00 3.93 Ziram 4.5 kg/ha (P8) 3.00 3.00 3.00 3.93 4.00 4.00 Ziram 3 kg/ha(P9) 3.00 3.00 3.00 3.80 3.93 3.93 Ziram 6 kg/ha (P10) 3.00 3.00 3.13 3.87 4.00 3.93 Ziram 9 kg/ha (P11) 3.00 3.00 3.13 3.87 4.00 3.93 Ziram 12 kg/ha (P12) 3.00 3.00 3.13 3.93 4.00 3.93

Pada perlakuan Difenokonazol dan Ziram terlihat memiliki warna daun lebih hijau dibandingkan kontrol meskipun tidak berbeda nyata,namun pada perlakuan Difenokonazol 150 ml/ha (P1), Difenokonazol 300 ml/ha(P2), dan Difenokonazol600 ml/ha (P4) memiliki bagan warna daun 4 yaitu diatas nilai kritis, sedangkan untuk perlakuan Ziram umumnya sama dengan kontrol akan tetapi pada dosis tertentu memiliki warna daun 4 yaitu Ziram 1.5 kg/ha (P6) dan 4.5 kg/ha (P8).

Bobot Kering Biomass

Aplikasi perlakuan ZPT terlihat tidak berbeda nyata baik terhadap bobot kering tajuk dan akar.Walaupun tidak berbeda secara statistik tetapi terlihat secara umum aplikasi ZPT Ziram meningkatkan bobot kering tajukyang lebih berat dibandingkan kontrolyaitu pada perlakuan Ziram 1.5 kg/ha (P6), Ziram 3 kg/ha (P7), Ziram 4.5 kg/ha (P8), Ziram 3.75 kg/ha Dan Ziram 5.25 kg/ha (P11) dan Ziram 12 kg/ha (P12). Secara rinci pengaruh ZPT dan terhadap bobot kering biomassa tanaman padi sawah disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap Bobot Kering Tajuk dan AkarPada saat 8 MST

Perlakuan Bobot kering

Tajuk Akar Tanpa ZPT (P0) 62.49 31.79 Difenokonazol 150 ml/ha (P1) 55.64 18.64 Difenokonazol 300 ml/ha (P2) 68.04 17.33 Difenokonazol 450 ml/ha (P3) 54.67 13.66 Difenokonazol 600 ml/ha (P4) 65.18 29.84 Ziram 0.75 kg/ha (P5) 60.62 33.43 Ziram 1.5 kg/ha (P6) 73.45 21.33 Ziram 3 kg/ha (P7) 94.30 35.00 Ziram 4.5 kg/ha (P8) 81.43 25.70 Ziram 3 kg/ha(P9) 62.08 19.17 Ziram 6 kg/ha (P10) 60.50 25.17 Ziram 9 kg/ha (P11) 64.81 41.45 Ziram 12 kg/ha (P12) 86.21 27.26

Aplikasi Difenokonazol umumnya menghasilkan bobot kering tajuk dan akar yang lebih rendah dibandingkan kontrol. Perlakuan Difenokonazol

150 ml/ha (P1) dan Difenokonazol 450 ml/ha (P3) adalah perlakuan yang menghasilkan bobot kering tajuk yang lebih kecil dibandingkan dengan kontrol.

Hasil dan Komponen Hasil

Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, dan Bobot 1000 Butir

Komponen hasil padisawah yang diamati meliputi jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah/malai, bobot 1000 butir gabah, dan persen gabah hampa. Rataan hasil pengamatan dan analisis statistik pengaruh aplikasi ZPT Difenokonazol dan Ziram dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Pengamatan terhadap Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, dan Bobot1000 Butir

Perlakuan Jumlah anakan produktif Panjang malai (cm) Jumlah gabah/ malai Bobot 1000 butir (g) Tanpa ZPT (P0) 18 27.15 178 26.33 Difenokonazol 150 ml/ha (P1) 18. 26.02 170 25.67 Difenokonazol 300 ml/ha (P2) 16 26.42 185 25.67 Difenokonazol 450 ml/ha (P3) 21 26.21 169 25.67 Difenokonazol 600 ml/ha (P4) 19 26.62 175 26.33 Ziram 0.75 kg/ha (P5) 19 26.17 174 25.67 Ziram 1.5 kg/ha (P6) 19 25.66 165 25.33 Ziram 3 kg/ha (P7) 17 27.12 191 25.67 Ziram 4.5 kg/ha (P8) 17 25.38 177 25.67 Ziram 3 kg/ha(P9) 15 25.87 163 25.00 Ziram 6 kg/ha (P10) 19 26.09 175 26.00 Ziram 9 kg/ha (P11) 16 26.16 179 26.00 Ziram 12 kg/ha (P12) 18 26.80 207 26.00

Secara statistik perlakuan zat pengatur tumbuh Ziram dan Difenokonazol tidak berbeda nyata terhadap jumlah anakan produktifpada seluruh perlakuan ZPT. Pengaruh Difenokonazol dan Ziram terlihat memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan jumlah anakan produktif kecuali perlakuan P2 dengan

konsentrasi300 ml/ha.Difenokonazol yang menghasilkan jumlah anakan produktif lebih rendah dari pada kontrol dan perlakuan Ziram 3 kg/ha (P9) yang memiliki jumlah anakan produktif terendah.

Perlakuan Difenokonazol dan Ziram terhadap panjang malai tidak berbeda nyata secara statistik.Pada Tabel 7juga dapat dilihat bahwa pemberiaan Ziram secara umum memberikan peningkatan terhadap jumlah bulir gabah meskipun tidak berbeda nyata.Akan tetapi, Difenokonazol secara umummenekan bobot 1000 butir yaitu dapat dilihat pada perlakuan Difenokonazol 150 ml/ha (P1), Difenokonazol 300 ml/ha (P2), dan Difenokonazol 450 ml/ha (P3) memiliki bobot 1000 butir yang lebih rendah dibandingkan kontrol.

Hasil per rumpun, Hasil ubinan dan dugaan hasil per Ha

Pengaruh ZPT Difenokonazol dan Ziram tidak berbeda nyata secara statistik terhadap hasil gabah per rumpun.Walaupun demikian perlakuan Difenokonazol umumnya meningkatkan hasil gabah per rumpun sedangkan Ziramtidak selalu demikian, pada beberapa perlakuan Ziram memiliki bobot basah per rumpun yang lebih besar dibandingkan Kontrol yaitu pada perlakuan Ziram 0.75 kg/ha (P5), Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh ZPT terhadap Hasil/Rumpun

Perlakuan Hasil/Rumpun

Bobot basah Bobot kering

Tanpa ZPT (P0) 240.67 178.00 Difenokonazol 150 ml/ha (P1) 243.33 177.00 Difenokonazol 300 ml/ha (P2) 205.67 147.00 Difenokonazol 450 ml/ha (P3) 276.67 204.67 Difenokonazol 600 ml/ha (P4) 257.33 190.33 Ziram 0.75 kg/ha (P5) 245.33 177.33 Ziram 1.5 kg/ha (P6) 243.00 180.00 Ziram 3 kg/ha (P7) 236.33 171.00 Ziram 4.5 kg/ha (P8) 181.33 140.00 Ziram 3 kg/ha(P9) 177.00 131.00 Ziram 6 kg/ha (P10) 246.67 177.00 Ziram 9 kg/ha (P11) 188.67 131.33 Ziram 12 kg/ha (P12) 234.33 170.67

Ziram 1.5 kg/ha (P6) dan Ziram 6 kg/ha (P10).Perlakuan ZPT Difenokonazol menghasilkan bobot basah per rumpun sekitar 257.3-276 g yang lebih besar dibanding kontrol yaitu 240.67 g, sedangkan Ziram berkisar 177 - 246 g.

Dugaan Hasil per ha

PadaGambar 2 terdapat peningkatan hasil per Ha pada setiap perlakuan meskipun secara umum tidak berbeda nyata secara statistik. Perlakuan Ziram 4.5 kg/ha (P8) merupakan perlakuan yang paling baik karenamenghasilkan produktivitas padi tertinggisebesar 7.17 ton/ha. Perlakuan Difenokonazol menghasilakan produktivitas 5.89-6.64 ton/ha dan Ziram 5.38-7.17 ton/ha sedangkan kontrol 5.63 ton/ha.

Gambar 2. Pengaruh Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Dugaan Hasil/ha

Peningkatan Hasil

PadaGambar 3 terlihat secara umum terdapatpeningkatan hasil GKG (gabah kering giling) per ha pada setiap perlakuan meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Peningkatan hasil paling kecil pada perlakuan Difenokonazol sekitar 260 kg/ha sedangkan peningkatan tertinggi mencapai sekitar 1 ton/ha. Demikian pula pada perlakuan ZPT Ziram umumnya terjadi peningkatan hasil kecuali perlakuanZiram 6 kg/ha (P10). Selain perlakuan Ziram 6 kg/ha (P10)

Perlakuan Du g aan h asil/h a (t on/ ha )

tersebut, aplikasi ZPT Ziram meningkatkan hasil sekitar 0.5-1.5 ton/ha gabah kering giling/ha.Peningkatan hasil untuk perlakuan Difenokonazol berkisar 4.42 - 15.21% dan untuk perlakuanZiram berkisar 8.00 - 21.48% dan penurunan hasil pada perlakuan Ziram 6 (P10) adalah 4.64%.

Gambar 3.Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Peningkata Hasil/ha

Analisi Usaha Tani

Hasil analisi usaha tani menunjukan bahwa aplikasi dosis zat pengatur tumbuh Difenokonazol memberikan keuntungan Rp. 2.332.600 sampai dengan Rp. 8.370.100 dibandingkan perlakuan kontrol. Aplikasi Difenokonazol dengan dosis 150 ml/ha sudah dapat memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp. 4.187.200 di bandingkan aplikasi tanpa menggunakan ZPT tersebut.

Aplikasi ZPT Ziram yang diaplikasikan melalui daun semuanya memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan yang diaplikasikan melalui tanah. Aplikasi ZPT Ziram dengan dosis 0.75 kg/ha ± 4.5 kg/ha yang di aplikasikan melalui daun memberikan keuntungan Rp. 3.896.500 sampai dengan Rp 4.170.250 sedangkan yang diaplikasikan melalui tanah hanya memberikan

1.01 0.26 0.51 0.51 0.51 0.51 1.03 1.54 0.51 -0.25 1.01 1.03 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 pen in g k a ta n to n /h a Perlakuan

keuntungan sekitar 50 % dibandingkan yang tidak diaplikasikan ZPT. Hal tersebut dapat dilihat secara rinci pada Tabel 8.

Tabel 8. Analisis usaha tani ZPT difenokonazol dan Ziram Perlakuaan Biaya (Rp) Penerimaan (Rp) Keuntungan (Rp) R/C (%) Tanpa ZPT (P0) 5,801,200 14,075,000 6,512,500 1.90 Difenokonazol 150 ml/ha(P1) 5,871,200 16,600,000 10,728,800 2.83 Difenokonazol 300 ml/ha (P2) 5,879,900 14,725,000 8,845,100 2.50 Difenokonazol 450 ml/ha (P3) 5,888,600 15,350,000 9,461,400 2.61 Difenokonazol 600 ml/ha (P4) 5,897,300 16,600,000 10,702,700 2.81 Ziram 0.75 kg/ha (P5) 5,897,300 15,350,000 10,682,750 2.81 Ziram 1.5 kg/ha (P6) 5,949,500 16,600,000 10,518,500 2.73 Ziram 3 kg/ha (P7) 6,081,500 16,600,000 10,518,500 2.73 Ziram 4.5 kg/ha (P8) 6,191,000 16,600,000 10,409,000 2.68 Ziram 3 kg/ha(P9) 6,081,500 9,268,500 3,187,000 1.52 Ziram 6 kg/ha (P10) 6,300,500 7,149,500 849,000 1.13 Ziram 9 kg/ha (P11) 6,300,500 10,299,500 3,999,000 1.63 Ziram 12 kg/ha (P12) 6,738,500 9,911,500 3,173,000 1.47 Pembahasan

Dari analisis tanah diperoleh bahwa tanah dilokasi percobaan memiliki pH tanah awal dan akhir percobaan tergolong masam (5.2 dan 5.8),kandungan N awal dan akhir rendah (0.11 % dan 0.16 %), serta kandungan P dan K sangat rendah. Berdasarkan analisis tanah tersebut maka status kesuburan tanah tergolong rendah (Soepardi, 1983). Unsur hara atau nutrisi mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi (Grist, 1985 ; Gardner et.al., 1991). Walaupun penelitian ini bukan perlakuan penambahan unsurhara, kesuburan tanah tetap diperhatikan. Hal tersebut untuk mencegah tidak terlihatnya pengaruh zat pengatur tumbuh karena gangguan kekurangan unsur hara.

Seluruh perlakuan menghasilkan tinggi tanaman, jumlah anakan, dan bagan warna daun yang tidak berbeda nyata. Walaupundemikian terlihat secara umum bahwa ZPT Difenokonazol menekan tinggi tanaman padi sedangkan Ziram

tidak demikian. Penekanan tersebut diduga karena ZPT Difenokonazol merupakan zat penghambat tumbuh, hal ini sesuai dengan pernyataan Wattimena (1988) yang menyatakan bahwa zat penghambat tumbuh memberikan efek penekanan terhadap pertumbuhan vegetatif. Pada peubah bagan warna daun terlihat bahwa perlakuanDifenokonazol memiliki daun yang lebih hijau dibanding kontrol. Beberapa perlakuanDifenokonazol memiliki skala bagan warna daun 4 yang menunjukkan diatas nilai kritis.Hal ini diduga karena pengaruh ZPTgolongan Triazol yang berfungsi meningkatkan kandungan klorofil, menekan tinggi tanaman,menekan jumlah anakan dan mencegah senessence (Wattimena,1988). Dengan meningkatnya kandungan klorofil tanaman maka akan meningkatkan tingkat kehijauan warna daun dan nilai Bagan Warna Daun (BWD) akan semakin besar (IRRI, 2007).

Perlakuan ZPT Difenokonazol dan Ziram terlihat tidak berpengaruh terhadap bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah anakan produktif, panjang malai,jumlah gabah per malai, dan bobot 1000 butir.Walaupun tidak berbeda secara statistik tetapi terlihat umumnya aplikasi ZPT Ziram meningkatkan bobot kering tajuksedangkan Difenokonazol tidak selalu demikian. Beberapa perlakuan Ziram memiliki bobot kering tajuk yang lebih besar dibanding kontrol kecuali pada perlakuan Ziram 0.75 kg/ha (P5), dan Ziram 3kg/ha (P9). Untuk perlakuan bobot kering akar perlakuan Difenokonazol seluruhnya memiliki bobot kering akar yang lebih rendah dibandingkan kontrol sedangkan perlakuan Ziram tidak demikian. Pada perlakuan Ziram bobot kering akar yang lebih berat dibanding kontrol adalah Ziram 0.75 kg/ha (P5), Ziram 3 kg/ha (P7) dan Ziram 9 kg/ha (P11). Fungsi Ziramadalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis

(Wattimena, 1988). Hal tersebut diduga yang menyebabkan bobot biomass perlakuan Ziram lebih tinggi dibandingkan kontrol walaupun tidak berpengaruh nyata secara statistik.

Pengaruh berbagai perlakuan ZPT Difenokonazol dan Ziram tidak berbeda nyata secara statistik terhadap hasil gabah permalai.Walaupun demikian,perlakuan Difenokonazol umumnya meningkatkan hasil gabah perumpunsedangkan Ziram tidak selalu demikian. Perlakuan ZPT Difenokonazol mengasilkan bobot basah per rumpun sekitar 257.3-276 g yang lebih besar dibanding kontrol yaitu 240.67 g. Bobot gabah permalai untuk perlakuan Ziram berkisar 177-246 g. Terdapat beberapa perlakuan Ziram yang lebih besar dibandingkan kontrol yaitu pada perlakuan Ziram 0.75 kg/ha (P5), Ziram 1.5 kg/ha (P6) dan Ziram 6 kg/ha (P10) akan tetapi secara umum perlakuan Ziram memiliki bobot basah per rumpun yang lebih kecil dibandingkan kontrol. Hal ini diduga karena pengaruh yang ditimbulkan ZPT tersebut sangat kecil akibat waktu aplikasi yang tidak tepat dan cuaca yang tidak mendukung.

Terdapat peningkatan hasil dari dugaan hasil per ha pada perlakuan Difenokonazol dan Ziram meskipun secara umum tidak berbeda nyata secara statistik. Perlakuan Difenokonazol menghasilkan produktivitas 5.89- 6.64 ton/ha dan Ziram5.38-7.17 ton/ha sedangkan kontrol 5.63 ton/ha. Walaupun tidak berbeda nyata secara statistik tetapi terdapat peningkatan hasil yang cukup berarti secara agronomi. Dari data tersebut diduga bahwa pelakuan Ziram yang disemprot ke daun lebih efektif pada dosis 4.5 kg/ha (P8) dengan dugaan hasil 7.17 ton/ha dan untuk yang ditabur atau di aplikasikan ke tanah lebih efektif pada dosis yang lebih besar yaitu pada perlakuan Ziram 9 kg/ha (P11) dengan dugaan hasil 6.64 ton/ha dan Ziram 12 kg/ha (P12) dengan dugaan hasil 6.64 ton/ha. Pada konsentrasi rendah perlakuan Ziram yang ditabur ketanahtidak efektif. Hal ini diduga karena ada kemungkinan ZPT tersebut tidak seluruhnya diserap oleh tanaman atau ada kehilangan pada saat aplikasi yang terbawa oleh air. Menurut Wereing dan Phillips (1989) bahan dasar auksin pada proses sintesis alami dalam suatu tanaman adalah asam amino Triptopan. Kecepatan transportasi auksin pada transportasi tanaman berkisar 6-8 mm/jam. Transpor auksin ini bersifat basipetal dan pada beberapa organ seperti akar bersifat akropetal. Pemberiaan ZPT

umumnya disemprotkan ke permukaan daun tanaman dan kemudian masuk kedalam tubuh tanaman melalui stomata daun. ZPT ini kemudian pada metabolism lebih lanjut digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut (Moore, 1985 ; Gardner et al., 1991).

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil GKG per ha pada setiap perlakuan meskipun secara umum tidak berbeda nyata secara statistik dengan kontrol. Peningkatan hasil paling kecil pada perlakuan Difenokonazolyaitu perlakuan Difenokonazol 300 ml/ha(P2) sekitar 260 kg/ha sedangkan peningkatan tertinggi mencapai sekitar 1 ton/ha yaitu perlakuan Difenokonazol 150 ml/ha (P1). Peningkatan hasil untuk perlakuan Difenokonazol berkisar 4.42 - 15.21 %.Demikiaan pula pada perlakuan ZPT Ziram umumnya terjadi peningkatan hasil kecuali perlakuan Ziram 6 kg/ha (P10). Selain perlakuan P10 tersebut, aplikasi ZPT Ziram meningkatkan hasil sekitar 0.5-1.5 ton/ha gabah kering giling. Untuk peningkatan perlakuan Ziram berkisar 8.00 - 21.48% dan penurunan hasil pada perlakuanZiram 6 kg/ha (P10) adalah 4.64%.

Difenokonazol merupakan zat penghambat tumbuh yang memiliki mekanisme menekan pertumbuhan vegetatif, menghambat penuaan (senessence) dan meningkatkan pertumbuhan organ-organ khusus. Penghambatan senessence berarti akan memperbanyak fotosintat yang dapat diproduksi tanam, sedangkan penghambatan tumbuh bagian vegetatif tanaman akan mengurangi sink vegetatif

Dokumen terkait