• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Sukabandung, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dengan ketinggian 50 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan mulai Maret 2009 sampai dengan Desember 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan ialah bibit tanaman ubi kayu varietas UJ-5 tanpa sambung dan varietas UJ-5 yang telah disambung dengan tanaman ubi kayu karet dengan diameter 2,5 - 3 cm dan panjang 5 - 20 cm. Kedua bibit tersebut ditanam pada jarak tanam 125 cm x 80 cm dengan pembuatan lubang tanam 40 cm x 40 cm dan kedalaman 15 - 20 cm. Percobaan dilakukan pada lahan seluas 1700 m2. Untuk pemupukan, digunakan pupuk kandang, Urea, KCL, dan SP-18 masing-masing 1 kg/tanaman, 250 kg/ha, 250 kg/ha, dan 300 kg/ha atau 25 g Urea, 25 g KCL dam 30 g SP-18 per lubang tanaman. Alat-alat lain yang digunakan selama penelitian antara lain tali rafia, cangkul, koret, pisau dan mistar.

Rancangan Percobaan

Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah jenis bibit yang terdiri atas bibit varietas UJ-5 tanpa sambung (BNS) dan bibit UJ-5 yang disambung dengan ubi kayu karet/mukibat (BS). Faktor kedua adalah perlukaan yang terdiri atas tanpa perlukaan (P0) dan dengan perlukaan (P1). Kombinasi perlakuan ada 4, yaitu :

BNS-P0 : Ubi kayu tanpa sambung dan tanpa perlukaan BNS-P1 : Ubi kayu tanpa sambung dengan perlukaan BS-P0 : Ubi kayu mukibat tanpa perlakuan

BS-P1 : Ubi kayu mukibat dengan perlukaan

Masing-masing perlakuan terdiri atas 3 ulangan sehingga terdapat 12 petak satuan percobaan. Tata letak (lay out) percobaan tertera pada Lampiran 1. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan digunakan metode analisis ragam

8

(uji F) pada taraf 5%, dan apabila menunjukkan perbedaan nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Model liner analisis ragam RKLT :

Yijk= µ + αi + j + k + (α )ijk + εijk ( i= 1,2,3,4,5 dan j=1,2,3,4) Ket : Yijk = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i, ulangan ke –j dan

kelompok ke-k µ = nilai tengah populasi

αi = pengaruh jenis bibit ke-i

j = pengaruh perlukaan ke-j k = pengaruh kelompok ke-k

(α )ijk = pengaruh interaksi antara jenis bibit dan perlukaan

εijk = galat percobaan dari perlakuan klon ke-i dengan jumlah perlukaanke-j, pada kelompok ke-k.

Pelaksanaan Percobaan Persiapan lahan

Sebelum ditanam lahan terlebih dahulu diolah dengan menggunakan bajak sapi, cangkul, garpu dan peralatan budidaya lainnya. Lahan yang digunakan merupakan lahan tadah hujan yang pada musim tanam sebelumnya ditanam jagung. Kondisi tanah sebelum pengolahan tampak kering dengan ditumbuhi berbagai macam rerumputan dan gulma. Pembajakan dilakukan 2 kali dengan jarak 1 minggu setelah pembajakan pertama, setelah itu dibentuk lubang dengan rata-rata kedalaman 15 - 20 cm serta jarak antar lubang tanam 125 cm x 80 cm. Lahan seluas 1 700 m2 dibagi menjadi 12 petak percobaan dimana pada setiap satu petak percobaannya terdapat 126 lubang tanam.

Persiapan Bibit

Pada penelitian digunakan dua bibit yang berbeda, pada BNS (Bibit Non Sambung) bibit yang digunakan merupakan stek batang varietas UJ-5 yang berasal dari tanaman sebelumnya, dipotong sepanjang 10 - 20 cm dengan rata-rata diameter batang 2-3 cm. Sementara pada BS (Bibit Sambung) bibit yang digunakan merupakan bibit UJ-5 yang disambung dengan pucuk muda tanaman ubi kayu karet dengan panjang rata-rata batang utama 20 - 30 cm dan diameter 5 - 8 cm. Deskripsi varietas UJ-5 tertera pada Lampiran 2.

9

Jika dahulu penyambungan hanya dilakukan antara batang, kini teknik penyambungan dapat menggunakan pucuk muda ubi kayu karet. Cara ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Pemilihan calon batang bawah dengan cara menseleksi batang yang memiliki hasil panen yang baik pada tahun sebelumnya, jumlah mata tunas yang banyak, diameter antara 6 - 8 cm, dan batang tidak mengalami cacat akibat pertumbuhan yang tidak sempurna, maupun cacat akibat pemanenan

2. Pemilihan calon batang atas dengan cara seleksi tanaman ubi kayu karet yang memiliki bentuk dan jumlah daun yang baik, serta tidak terkena hama maupun penyakit. Penyambungan dilakukan dengan pucuk daun muda, oleh karena itu perlu dilakukan pemangkasan percabangan tersier atau cabang paling akhir pada 2 minggu sebelum penyambungan dilakukan untuk merangsang pucuk muda tumbuh.

3. Persiapan media tanah untuk penyemaian/masa pemulihan sambungan. Hal yang perlu diperhatikan diantaranya, daerah penyemaian dipilih tidak jauh dari tempat penyambungan, tempat haruslah bebas dari penyakit terbawa tanah dan bebas gulma, untuk ini dilakukan dengan cara penjemuran dan pembalikan tanah penyemaian 1 - 2 bulan sebelum penyemaian dilakukan. Pemberian pupuk kandang juga dapat dilakukan ketika proses persiapan lahan. Tekstur tanah yang terlalu liat dan padat, harus dihindarkan agar tidak terjadi kerusakan akar pada proses pemanenan bibit. Naungan pada tempat penyemaian juga penting diperhatikan guna menghindari penguapan yang berlebihan pada tanaman. 4. Pemotongan batang bawah dapat dilakukan dengan menggunakan gergaji.

Panjang batang bawah antara 15 - 30 cm. Pemilihan calon batang bawah dapat dimulai dari pangkal batang bawah (10 cm dari permukaan tanah) atau dimulai dari 4 mata tunas pertama sampai batang terakhir yang telah mengalami proses perubahan warna kulit batang. Proses pemotongan batang sampai dengan penyambungan sebaiknya dilakukan kurang dari 1 minggu, hal ini dilakukan supaya batang bawah tidak mengalami kerusakan akibat penguapan dan kontaminasi bakteri.

10

5. Setelah 2 minggu pemangkasan, pada ubi kayu karet akan tumbuh pucuk-pucuk muda yang siap untuk dijadikan bahan sambungan atas. Pengambilan pucuk dilakukan dengan pemotongan dengan menggunakan pisau yang tajam. Pengambilan bahan sambungan sebaiknya dilakukan pagi hari pada hari yang sama ketika akan dilakukan penyambungan. 6. Penyambungan dilakukan dengan cara membuat luka sayatan secara

diagonal dan tidak terlalu dalam dari atas mata tunas sampai bawah. Lalu sisipkan bagian batang atas tanaman ubi kayu karet yang telah dipotong diagonal sesuai ukuran sayatan batang bawah atau lebih kecil dari sayatan batang bawah. Setelah itu, sayatan dibalut dengan menggunakan plastik sampai luka sayatan terlindung dari air dan udara luar. Tanaman dapat di tanam pada media persemaian dengan jarak 10 cm x 10 cm

7. Keberhasilan penyambungan pada tanaman dapat diketahui setelah tanaman berusia 1 – 2 minggu dengan cara melihat kondisi pucuk daun entres atas. Penyambungan dikategorikan berhasil apabila batang dan daun pada entres atas berwarna hijau, terlihat segar dan mengembang, tidak terdapat jamur atau penyakit pada pertautan, serta tidak terbentuk tunas lain yang tumbuh. Setelah 1 bulan di persemaian, bibit telah siap dipindahkan ke lahan untuk proses penanaman selanjutnya.

8. Pada usia 3 – 4 minggu setelah penanaman di lapang, plastik pembalut sambungan dapat dibuka. Pembukaan plastik pembalut dapat dilakukan dengan tangan maupun dengan alat potong seperti kater. Pembukaan plastik yang terlalu cepat akan menyebabkan stress suhu pada pertautan yang dapat menyebabkan sambungan gagal (incompatibilitas). Sementara pembukaan pembalut yang terlalu lama, dapat menyebabkan pertumbuhan batang pada pertautan menjadi terhambat.

Penanaman dan Pemupukan

Stek ubi kayu yang telah di potong rata pada bagian bawah pangkal kemudian masing-masing ditanam pada lubang tanam secara vertikal dengan kedalaman 15 cm pada lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm dengan kedalaman 20 cm. Lubang tanam sebelumnya telah diberi pupuk dasar 1 kg pupuk kandang, 2/3 bagian urea, 2/3 SP-18. Dan sisanya diberikan ketika tanaman

11

berusia 2.5 BST. Jarak pusat lubang dengan lubang lain adalah 125 cm pada sisi kiri kanan dan 80 cm atas bawah. Pada bibit mukibat, bibit yang digunakan adalah bibit sambung pada semaian yang telah berusia kurang lebih 1 bulan setelah dilakukan penyambungan.

Perlakuan

Perlakuan perlukaan tanaman dilakukan dengan cara mengerat bagian bawah tanaman atau sekitar 2-5 cm dari tempat tumbuh akar. Perlukaan dilakukan ketika tanaman berusia 2.5 BST dilakukan dengan penyayatan mengeliling dengan menggunakan pisau atau kater.

Gambar 1. Proses Perlukaan pada Batang Bawah Ubi Kayu

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan, serta pengendalian hama penyakit. Penyulaman dilakukan setelah tanaman ubi kayu berusia 1 - 2 minggu. Penyiangan dilakukan secara intensif sampai tanaman berusia 2.5 BST atau sampai perlakuan perlukaan dilakukan. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut atau memangkas tanaman yang mati serta gulma-gulma yang terdapat disekitar lahan. Pengendalian hama tidak dilakukan, karena selama proses penelitian, tanaman tidak terserang hama sampai melewati batas ekonomis tanaman. Panen ubi kayu dilakukan dengan cara mencabut tanaman tanpa memotong batang atas tanaman.

12

Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada 18 tanaman destruktif dan 10 tanaman contoh lainnya yang dipilih secara acak dari setiap petak ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap :

1. Pengamatan selama pertumbuhan

Pengamatan pertumbuhan ubikayu meliputi pengukuran : Lingkar batang utama

Lingkar batang utama ubi kayu diukur pada ketinggian 2 – 5 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan ketika tanaman berusia 2 BST dan dilanjutkan tiap bulan sampai umur 9 BST.

Lingkar batang primer

Lingkar batang primer (cabang primer) diukur pada jarak 2 – 3 cm dari pangkal percabangan primer pada bibit NS (Non Sambung) dan 2 – 3 cm setelah pertautan pada bibit S (Sambung). Pengukuran dilakukan ketika tanaman berusia 2 BST dan dilanjutkan tiap bulan sampai umur 9 BST.

Jumlah daun per tanaman

Penghitungan dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah terbuka secara sempurna. Pengukuran dilakukan ketika tanaman berusia 2 BST dan dilanjutkan tiap bulan sampai umur 9 BST.

Jumlah akar per tanaman

Penghitungan dilakukan dengan cara menghitung rata-rata jumlah akar yang terlihat pada tanaman (tidak termasuk akar serabut dan akar halus lainnya) dari tiga tanaman per petak percobaan yang diambil secara acak. Pengukuran dilakukan ketika tanaman berusia 4 BST dan dilanjutkan tiap bulan sampai umur 9 BST.

Jumlah umbi per tanaman

Penghitungan dilakukan dengan cara menghitung rata-rata jumlah umbi dari tiga tanaman per petak percobaan yang diambil secara acak. Pengukuran dilakukan ketika tanaman berusia 4 BST dan dilanjutkan tiap bulan hingga panen (9 BST).

13

2. Pengamatan saat produksi ubi kayu pada saat panen a. Bobot umbi per tanaman

Penghitungan dilakukan dengan cara menimbang bobot umbi basah per tanaman dengan timbangan.

b. Jumlah umbi per tanaman

Penghitungan dilakukan dengan cara menghitung jumlah umbi yang terbentuk per tanaman.

c. Bobot brangkasan

Penghitungan dilakukan dengan cara menghitung bobot batang dan daun per tanaman dengan menggunakan timbangan.

d. Diameter dan panjang umbi

Penghitungan dilakukan dengan cara mengukur rata-rata panjang dan diameter terbesar (pangkal) umbi per tanaman dengan menggunakan penggaris.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2009 sampai dengan Desember 2009 di Desa Candi Mas, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dengan ketinggian 50 m dpl, suhu rata-rata 26.89 oC, dengan curah hujan rata-rata 98 mm/bulan, dan kelembaban udara rata-rata 81,27% (Lampiran 4). Suhu 25 – 29 oC merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan ubi kayu (Conceição, 1979; El-Sharkawy, et al; 1992). Selain itu, walaupun tanaman ubi kayu tumbuh optimum pada daerah dengan curah hujan berkisar 1000-1500 mm/thn dan terdistribusi dengan merata (Onwueme, 1978), tanaman ubi kayu juga dapat hidup dengan curah hujan kurang dari 800 mm/ tahun serta di daerah yang memiliki 5-6 bulan kering (Cock, 1979).

Hasil analisis tanah sebelum perlakuan (Lampiran 5) menunjukkan bahwa lahan percobaan tersebut memiliki tekstur tanah liat berdebu dengan kandungan pasir 68%, debu 14%, dan liat 18%, serta pH tanah sangat masam (pH = 4.0). Padahal, untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimum, ubi kayu memerlukan kondisi tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat ataupun porous, memiliki pH tanah 4.5-8.0 dengan intensitas panjang hari rata-rata 10-12 jam (Conceição, 1979; Cock, 1984).

Berdasarkan kesuburan lahan (Lampiran 6) dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah Bogor, lahan percobaan yang digunakan memiliki bahan organik sangat rendah (0.48 %), kandungan N-total rendah (0.04 %), kandungan P tanah sedang (23.9 ppm), serta kandungan K tanah yang rendah (0.08 me/100g). Kondisi tanah yang miskin akan bahan organik dan unsur-unsur hara lainnya mengharuskan lahan perlu diberikan pupuk yang cukup agar kebutuhan tanaman selama pertumbuhan tercukupi. Kondisi tanah yang cukup bagi ubi kayu adalah yang mengandung nutrisi seperti pada Lampiran 7.

Pada awal pertumbuhan ubi kayu dinilai dikategorikan amat baik, hal ini ditunjukkan besarnya bibit yang disulam pada awal pertanaman sebesar 10% pada bibit ubi kayu tanpa sambung, dimana bibit yang ditanam terlambat

membentuk tunas. Menurut Cayon, et al (1997), cepat atau lambatnya tanaman mengeluarkan tunas tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya pemupukan pada lahan atau kadar hara pada tanah di lapang, namun lebih dipengaruhi oleh kadar nutrisi pada batang stek tanaman yang ditentukan oleh bahan indukan.

Pada ubi kayu karet mengalami penyulaman yang lebih besar dari pada tanaman ubi kayu tanpa sambung, yaitu sebesar 27%. Akan tetapi menurut Basuki (1965), keberhasilan sambungan sebesar 70 - 75% tersebut masih dikategorikan baik. Ada beberapa hal yang diduga menyebabkan penyulaman pada ubi kayu karet begitu besar, pertama kondisi lingkungan yang agak kering dan berangin, kedua kondisi sambungan bibit yang kurang matang. Kedua hal tersebut menyebabkan stress pada bibit, sehingga bibit membentuk tunas asli yang berakibat terjadinya incompatibilitas terhadap sambungan (Dijkman, 1951). Percabangan generatif juga terjadi pada tanaman BS ketika tanaman telah berusia 2-3 BST. Alves (2002) mengatakan, pembungaan pada ubi kayu memiliki hubungan dengan percabangan pada beberapa kultivar. Sementara menurut Cunha dan Conceição (1975) dan Bruijn (1977) pembentukan percabangan generatif dipengaruhi oleh adanya peningkatan panjang hari atau ketika panjang hari >13.5 jam Keating (1988).

Pada awal pertumbuhan (1-2 MST) stek ubi kayu tanpa sambung mulai membentuk tunas-tunas daun pada tiap mata tunas, 2 hingga 3 tunas per stek tanaman. Sementara awal pertumbuhan pada bibit ubi kayu sambung diperlihatkan dengan kondisi pucuk daun pada sambungan yang layu dan mulai terbentuk tunas-tunas pada batang bawah tanaman. Pada tahap ini tunas yang terbentuk dieliminasi agar tidak mengganggu proses pertautan pada sambungan. Daun yang mengalami pelayuan pada bibit sambung ada yang kembali segar setelah 1-2 MST dan sebagian ada yang rontok, namun kemudian kembali membentuk tunas baru pada ujung daun yang rontok.

Gulma yang terdapat pada lahan percobaan antara lain rumput-rumputan serta beberapa jenis mimosa. Penyiangan gulma dilakukan secara berkala setiap bulannya hingga tanaman berumur 4 BST. Selain itu, setelah perlakuan perlukaan (2.5 BST) dilakukan pengguludan tanah.

Hama yang menyerang tanaman antara lain hama belalang yang menyerang daun tanaman sepanjang penelitian, namun populasi belalang tidak menyebabkan kerusakan yang besar, sehingga penanganan hama tidak dilakukan. Juga terdapat Oligonychus spp yang menyerang daun dengan ciri-ciri serangan terdapat spot kuning kecil pada permukaan daun dan jaring seperti laba-laba pada bagian bawah permukaan daun, serangan terjadi sejak tanaman berusia 2 BST namun tidak terlalu mengganggu karena hama hanya terlihat pada beberapa tanaman saja dan kerusakan yang disebabkan kecil.

Rayap yang menyerang batang dan umbi tanaman menyebabkan batang utama menjadi lapuk dan memakan umbi dari dalam, penanganan dilakukan dengan membongkar tanaman yang terinfeksi rayap kemudian dilakukan pembakaran pada umbi dan batang yang menjadi sarang. Kutu putih (Aleurodicus destructor) menyerang tanaman pada akhir 6 BST hingga pertengahan 7 BST, diduga serangan hama diakibatkan dari kondisi iklim yang kering pada bulan-bulan tersebut. . Kutu putih (Aleurodicus destructor) menyerang daun pada bagian bawah permukaan, tanaman terlihat seperti tertutup tepung halus, menyebabkan daun berubah menjadi coklat kehitaman kemudian layu dan rontok. Pada beberapa tanaman yang terserang cukup parah menyebabkan tanaman kehilangan hampir semua daun. Penanganan hama tidak jadi dilakukan, karena hama berkurang seiring dengan pertambahan frekuensi curah hujan pada lahan.

Perlakuan jenis bibit memberikan pengaruh yang nyata pada hampir semua aspek pertumbuhan, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar dan bobot umbi pada usia 6 BST, 7 BST dan 8 BST. Sedangkan perlakuan perlukaan memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar dan jumlah umbi yang terbentuk pertanaman, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot umbi pertanaman. Interaksi hanya terjadi pada parameter jumlah umbi pertanaman dan jumlah akar pada 6 BST dan 7 BST.

4.2. Pertumbuhan dan Produksi Ubi Kayu (Manihot essculenta Cranz)

Perlakuan perlukaan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan ubi kayu yang diukur melalui peubah lingkar batang,

jumlah cabang, dan jumlah daun. Perlakuan jenis bibit lebih menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Produksi umbi yang diukur berdasarkan bobot per tanaman dipengaruhi oleh jenis bibit, sementara perlukaan hanya memberikan pengaruh terhadap karakteristik umbi yang diukur dengan peubah diameter dan panjang umbi. Rekapitulasi pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan dan produksi ubi kayu tertera pada Lampiran 8.

4.2.1. Batang

Batang ubi kayu tersusun atas buku-buku. Tiap satuan buku terdiri atas satu buku yang membawa sebuah daun dan satu ruas. (Cock et al., 1979; Tan dan Cock, 1979). Selain umbi, batang merupakan bagian yang terpenting pada tanaman ubi kayu, karena sebagai organ translokasi berbagai zat dari akar ke daun dan sebaliknya. Pada ubi kayu, batang merupakan organ reproduksi vegetatif tanaman, dimana setiap ruas tanaman yang mengandung satu buku dapat tumbuh menjadi tanaman baru yang sama dengan induknya.

Seperti yang dijelaskan oleh Tan dan Cock (1979), pada usia 2 bulan pertama, tanaman ubi kayu akan lebih mengutamakan perkembangan batang, daun dan perakaran yang baik. Begitu pula yang terjadi selama masa pengamatan, pertumbuhan batang ubi kayu tumbuh dengan pesat pada awal-awal masa pertumbuhan (2 - 3 BST), baik pertumbuhan lingkar batang maupun tinggi tanaman. Pertambahan lingkar batang akan mulai berkurang seiring dengan pertambahan umur tanaman.

Pada batang utama, yaitu batang yang menjadi tempat tumbuhnya umbi, perlakuan perlukaan terhadap batang ubi kayu memberikan respon yang tidak berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman. Perlakuan yang nyata terjadi pada pengaruh perlakuan jenis bibit. Pada Tabel 1 terlihat bahwa ubi kayu sambung (BS) secara konsisten mempunyai lingkar batang lebih besar dari ubi kayu tanpa sambung (BNS). Sampai dengan umur 9 BST ubi kayu sambung mempunyai lingkar batang 8.46 cm dan ubi kayu tanpa sambung 7.69 cm.

Tabel 1. Pertumbuhan Lingkar Batang Utama Ubi Kayu

Perlakuan 4 BST 5 BST 6 BST 7 BST 8 BST 9 BST

Jenis Bibit ...cm...

BNS 7.24b 7.32b 7.41b 7.49b 7.57b 7.69b BS 8.37a 8.45a 8.51a 8.57a 8.65a 8.69a

Jenis Perlukaan ...cm...

P0 7.61a 7.67a 7.74a 7.79a 7.85a 7.93a P1 7.99a 8.10a 8.17a 8.27a 8.38a 8.46a

Interaksi tn tn tn tn tn tn

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Penggunaan diameter batang bawah yang lebih besar pada proses pembuatan bibit sambung merupakan salah satu penyebab lingkar batang ubi kayu sambung yang terukur pada pengamatan lebih besar. Hal ini dikarenakan pada pembuatan bibit sambung, salah satu faktor yang terpenting guna menunjang pertumbuhan tunas batang atas adalah diameter batang bawah (Siagian, Harahap dan Sunarwidi, 1988). Selain itu, ukuran batang yang besar tersebut juga merupakan bentuk interaksi antara batang bawah terhadap pengaruh entres atas, dimana pada kondisi normalnya, batang ubi kayu karet memiliki batang utama yang lebih besar dibanding varietas UJ-5. Menurut Kriznakumar et al. (1992) pada tanaman yang kompatibel terdapat perpindahan elemen gen dari batang bawah ke atas dan sebaliknya. Interaksi antara batang bawah dan atas tersebut akan mengubah ukuran pertumbuhan, produksi, kualitas buah dan karakteristik hortikultura lainnya (Hartzman et al., 1997).

Pada batang bawah yang gagal beradaptasi menyesuaikan kondisi tersebut, maka akan terjadi incompatibilitas pada sambungan (Gambar 2). Inkompabilitas dapat dianggap sebagai intoleransi fisiologi diantara protoplas-protoplas sel-sel yang berbeda. Dalam penelitiannya, Syvertsen dan Graham (1985) menyatakan bahwa penggunaan batang bawah yang sesuai berpengaruh meningkatkan vigor tanaman, kemampuan melewatkan elemen mineral dan air untuk transmisi. Sementara sambungan yang inkompatiberl ditandai dengan akumulasi lignin yang banyak pada daerah pertautan, hal tersebut berpengaruh terhadap translokasi ar dan unsur hara dari batang bawah ke atas atau menyebabkan terhambatnya translokasi hasil asimilat ke akar (Prawoto et al., 1990).

Gambar 2. Incompabilitas pada Bibit Sambung (BS)

Pengaruh perlukaan, walaupun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan lingkar batang utama, tetapi diakhir pengamatan tingkat pertumbuhan tanaman yang mendapat perlakuan perlukaan (P1) cenderung memiliki pertambahan lingkar batang yang lebih besar dibandingkan tanaman yang tidak mendapat perlakuan perlukaan (P0) (Tabel 1). Tanaman berkayu termasuk ubi kayu mempunyai jaringan kambium yang merupakan jaringan meristem yang aktif membelah yang terletak antara xylem dan floem. Adanya luka pada batang akan menyebabkan jaringan kambium yang sedang aktif membentuk parenkim atau kalus yang nantinya akan membentuk kambium baru. Kambium yang baru terbentuk aktif mengadakan pembelahan, kedalam membentuk xylem sekunder dan keluar membentuk phloem sekunder (Kimball, 1983) sehingga diameter tanaman yang terukur lebih besar dibandingkan tanaman tanpa perlukaan.

Laju pertambahan yang diukur berdasarkan selisih lingkar batang utama yang tumbuh per pengamatan (Gambar 3), menunjukkan nilai pertambahan yang lebih besar pada lingkar batang utama BNS (0.88 cm) dibandingkan tanaman BS (0.56 cm) seperti yang ditampilkan pada Gambar 3. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan tingkat nutrisi yang terkandung pada batang tanaman. Tanaman dari BNS diduga memiliki kandungan nutrisi yang lebih besar dari BS. Hal tersebut dapat terjadi karena nutrisi yang terkandung dalam batang telah berkurang ketika tanaman BS berada pada ―seeding bed‖ saat proses penyambungan. Penggunaan nutrisi tersebut digunakan tanaman untuk pembentukan jaringan akar dan tunas baru (El-Sharkawy, 2004), serta pada

kondisi penyambungan digunakan untuk pembentukan jaringan baru sehingga pertautan antara batang bawah dan batang atas menjadi sempurna sehingga proses

Dokumen terkait