• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2012. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol - Bali. Analisis proksimat dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Analisis kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan phospor (PO4) dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Analisis kesadahan dilaksanakan di BBPPBL Gondol – Bali.

Prosedur Penelitian Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah abalon (Haliotis squamata). Hewan uji diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol- Bali. Bobot awal 4,90±0,17 gram-1 ind, panjang cangkang 31,31±0,17 mm dan lebar cangkang 19,10±0,75 mm, abalon tersebut merupakan hasil budidaya. Sebelum perlakuan terlebih dahulu diaklimatisasi dalam bak fiber dengan volume air 2 m3 dilengkapi dengan aerasi dan sistem sirkulasi. Hewan uji diaklimatisasi selama satu hari dan diberi pakan Gracilaria verrucosa. Wadah pemeliharaan di aerasi selama 24 jam, bertujuan untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam air. Pengukuran panjang dan lebar pada hewan uji digunakan jangka sorong (Siqma) dengan ketelitian 0,01 mm, disajikan dalam Gambar 2. Sedangkan untuk mengukur berat hewan dan pakan uji digunakan timbangan elektrik dengan ketelitian d: 0,01gr

Gambar 2 Dimensi cangkang abalon (A: panjang) dan (B: lebar).

Wadah Pemeliharaan

Wadah pemeliharaan adalah ember plastik, sebanyak 15 unit dengan ukuran tinggi 43 cm, diameter 48 cm dan volume air 50 liter. Setiap wadah ditempatkan karamba super net dengan mesh size 0.5 cm, dengan ukuran panjang x lebar x tinggi : 25 cm x 25 cm x 25 cm, dengan padat tebar 4 ind 10 l-1, sehingga total hewan uji yang digunakan 300 ekor. Masing-masing wadah ditempatkan shelter dari pipa poly venil chloride (PVC), dengan panjang 20 cm, lebar 15 cm dan tinggi 10 cm, shelter tersebut berfungsi sebagai pelindung atau naungan. Wadah pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Wadah pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian

Pakan Uji

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gracilaria verrucosa, (Gambar 4). Pemberian pakan dilakukan secara ad libitum dengan frekuensi pemberian pakan setiap 3 hari sekali. Pakan yang dianggap kurang baik di ambil dan digantikan dengan pakan yang segar. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas pakan. Stabilitas pakan rata-rata abalon adalah sekitar 2-3 hari (Fleming et al. 1996). Frekuensi pemberian pakan dilakukan setiap 2-3 hari sekali sebanyak 30% dari bobot bahan kering setelah direndam selama 48 jam (Maguire 1996 diacu dalam Freeman 2001). Pada kondisi di alam juvenile abalon dapat memakan makroalga (seaweed) yang terdiri dari tiga jenis, yaitu alga coklat, hijau dan merah (Fallu 1991). Jumlah pakan yang diberikan dicatat untuk mendapatkan data konsumsi pakan dan efesiensi pakan (Lampiran 1). Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan uji dihitung dengan cara menimbang pakan

yang diberikan setiap tiga hari. Pakan yang tersisa setiap tiga hari juga ditimbang dan dicatat sebagai pengurangnya. Jumlah keseluruhan pakan yang dikonsumsi pada setiap unit percobaan selama 90 hari dicatat sebagai data jumlah konsumsi pakan (Lampiran 2). Untuk menghindari kotoran yang menempel pada wadah (kurungan), maka setiap penggantian air dilakukan pembersihan dengan penyiponan. Penyiponan sisa-sisa pakan dan hasil ekskresi hewan uji dilakukan setiap hari (Lampiran 3) Pengambilan sampel dilakukan setiap bulan. mengingat hewan uji mudah stress.

Gambar 4 Pakan rumput laut (Gracilaria verrucosa)

Proksimat pakan dan daging abalon

Hasil analisa proksimat pakan uji disajikan pada Tabel 1, diketahui bahwa rumput laut jenis Gracilaria verrucosa mengandung protein dan abu yang cukup baik, hal ini menunjukkan bahwa rumput laut dapat memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Kandungan nutrisi yang terdapat pakan sangat berpengaruh bagi pertumbuhan abalon (Fallu 1991).

Proksimat pakan dan daging abalon meliputi analisa kandungan protein (metode kjeldahl), kandungan lemak dengan prosedur Folch, kadar air (metode oven), kandungan serat kasar (metode asam-basa) dan kandungan abu (metode Furnance). Analisa proksimat pakan dilakukan pada awal pemeliharaan.

Tabel 1 Proksimat pakan uji (rumput laut, G.verrucosa) yang digunakan dalam perlakuan (dalam berat basah dan kering)

Nama sampel

Analisis proksimat (%)

Air Abu Protein Lemak Serat kasar BETN Rumput laut

(basah) 85,38 2,75 0,63 0,67 1,08 9,49 Rumput laut

(kering) 0,00 18,81 4,34 4,56 7,39 64,90

Sumber : Laboratorium nutrisi ikan, departemen budidaya perairan fakultas perikanan dan ilmu kelautan IPB

Protein pada abalon merupakan komponen penting untuk pertumbuhan (Fleming et al. 1996). Hasil analisa proksimat daging abalon disajikan pada Tabel 2, diketahui bahwa mengandung protein, lemak dan abu yang cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa komponen yang terdapat dalam tubuh abalon memberikan pertumbuhan yang baik. Analisis proksimat daging abalon dilakukan pada awal dan akhir masa pemeliharaan.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini terdiri dari lima perlakuan dan tiga ulangan. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan model rancangan menurut (Steel dan Torrie 1993)

Y

ij

= µ + αi +

ij Keterangan :

Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1, 2, 3,...5

j = 1, 2,……3 µ = rata-rata umum

αi = pengaruh perlakuan ke- i

ij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j Rancangan perlakuannya adalah sebagai berikut :

Kontrol = Static Renewel system (∑air diganti = ∑air yang disipon) FT 50% = 1.042 liter jam-1

FT 100% = 2.08 liter jam-1 FT 200% = 4.17 liter jam-1 FT 400% = 8.33 liter jam-1

Parameter Diamati

Parameter yang diamati adalah laju pertumbuhan (berat dan panjang), kelangsungan hidup (SR), komposisi organ abalon (berat badan, cangkang dan organ dalam), proksimat daging, uji proksimat pakan, uji organoleptik, hedonik, Efisiensi pakan (EP), bioekonomi, salinitas, oksigen terlarut (DO), suhu, pH, kesadahan, Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Phospor (PO4).

Laju Pertumbuhan Spesifik Harian (SGR) Biomassa

Laju pertumbuhan spesifik harian (spesific growth rate) abalon ditentukan dengan rumus (Zonneveld 1991) :

SGR = 100 % Keterangan :

SGR = Laju pertumbuhan spesifik (%)

Wo = Berat tubuh abalon pada awal penelitian (g) Wt = Berat tubuh abalon pada waktu t (g)

t = Waktu penelitian

Pertumbuhan Panjang Cangkang

Pertumbuhan panjang cangkang dihitung dengan rumus (Allen et al. 2006)

SL = x 1000 dimana :

LS = Pertumbuhan panjang cangkang (µm d-1) SLi = Panjang cangkang awal (mm)

SLf = Panjang cangkang akhir (mm) Sintasan (SR)

Pengamatan sintasan (Survival Rate,) abalon dilakukan setiap hari selama penelitian. Sintasan abalon ditentukan dengan rumus (Effendi 1978):

Sr = 100 %

Keterangan :

SR = Derajat kelangsungan hidup (%)

No = Jumlah hewan uji pada awal penelitian (ekor) Nt = Jumlah hewan uji pada akhir penelitian (ekor)

Efisiensi Pakan (EP)

Perhitungan konversi pakan didasarkan pada NRC (1977) yaitu besarnya rasio perbandingan antara pertambahan bobot hewan uji yang didapatkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi hewan uji.

EP

= %

Keterangan:

EP = Efisiensi pakan (%)

F = Jumlah pakan yang diberikan dalam berat kering (g) Wt = Biomassa hewan uji pada akhir penelitian (g)

Wo = Biomassa hewan uji pada awal penelitian (g) D = Bobot hewan uji yang mati selama penelitian (g)

Komposisi Daging, Cangkang dan Organ Dalam

Rasio daging (berat badan) dilakukan dengan cara menimbang daging abalone kemudian membandingkan bobot cangkang abalone. Penentuan rasio daging/berat badan dilakukan dengan uji organoleptik, sehingga dapat menentukan kualitas daging. Sedangkan untuk menetukan kecerahan dan pola cangkang dilakukan dengan uji Hedonik.

Uji Proksimat Daging

Uji proksimat pakan dan daging abalon meliputi analisa kandungan protein (metode kjeldahl), kandungan lemak dengan prosedur Folch (Folch et al. 1957), kadar air (metode oven), kandungan serat kasar (metode asam-basa) dan kandungan abu (metode Furnance). Analisa proksimat daging abalon dilakukan pada awal dan akhir masa pemeliharaan.

Uji Penilaian Organoleptik

Uji penilaian organoleptik pada setiap perlakuan bertujuan untuk mendapatkan ada tidaknya perbedaan dari perlakuan yang paling optimal. penilaian uji organoleptik. Kriteria mutu yang dinilai pada uji ini adalah tekstur daging (kenyal, keras dan lunak) serta rasa daging (amis dan gurih). Disamping itu uji hedonik, warna cangkang (cerah atau abu-abu) dan permukaan cangkang (kasar atau halus). Jumlah panelis yang melakukan uji penilaian tersebut sebanyak 30 panelis. Uji tersebut diharapkan dapat memberikan informasi, sehingga kualitas abalon secara langsung dapat ditentukan dalam uji dimaksud.

Penentuan uji penilaian organoleptik juga menggambarkan tingkat kesukaan terhadap daging dan cangkang, dengan demikian kualitas yang harus disesuaikan berdasarkan hasil uji tersebut.

Kualitas Air

Parameter kualitas air dalam penelitian ini diukur setiap minggu, hasil pengukuran dideskripsikan dalam Tabel 3.

Tabel 2 Parameter air yang diukur dan alat yang digunakan Parameter satuan Metode/alat yang digunakan Salinitas ppt Refractometer

Oksigen terlarut (DO) mg/L DO meter

Suhu oC DO meter

pH pH meter

Kesadahan mg/L Titrasi (Buffer hardnes 1 ml, EBT 3-4 tetes, EDTA 0,014 N)

PO4 mg/L

Titrasi (Amonium molybdate 0,5 ml +Sn Cl2 5 tetes, 10 menit

Spektrum pjng gelombang 690 µm (metode molybdate) Magnesium (Mg) mg/L Atomic Absorbation Spectroscopy (AAS)

Kalsium (Ca) mg/L Atomic Absorbation Spectroscopy (AAS)

Sumber : Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan FIKP IPB.

Analisis Statistik

Data hasil uji pertumbuhan (berat, panjang dan lebar cangkang), laju pertumbuhan biomassa, laju pertumbuhan panjang, sintasan (SR) dan Efisiensi pakan (EP) dianalisis secara statistik dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95% untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh. Jika perlakuan berpengaruh nyata , maka untuk melihat perbedaan antar perlakuan diuji lanjut dengan menggunakan uji Tukey (Steel & Torrie 1993). Analisis data menggunakan piranti lunak MINITAB 16, sedangkan pertambahan bobot rata-rata individu abalon, komposisi organ abalon (daging, cangkang dan organ dalam), uji organoleptik dan hedonik dianalisis secara deskriptif dengan bantuan program Microsoft Excel 2010.

Dokumen terkait