• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Pondok Pesantren Ushuluddin Magelang dan identifikasi patogen dilaksanakan di Pondok Pesantren Ushuluddin, Laboratorium Bakteri Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman IPB, Laboratorium Mikologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman IPB. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Maret hingga Juli 2009.

Bahan

Bahan yang digunakan ialah benih tomat Or Nature 155 tomat Hibrida F1 varietas Marcopolo, agen antagonis (berupa PGPR dan Trichoderma

polysporum), guano, jagung, air, kapas, aluminium foil, fungisida Dithane M-45,

insektisida Confidor, pupuk kompos, pupuk urin, pupuk organik cair Flash

Liquid, pupuk M2C, dan polybag.

Metode Rancangan Percobaan

Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Lahan pengamatan terdiri atas tiga blok, masing-masing blok terdapat tiga perlakuan, setiap perlakuan ditentukan enam tanaman contoh, dan setiap petak terdiri atas 62 sampai 348 batang tanaman. Skema petak lahan penelitian ditunjukkan oleh Gambar 1.

Gambar 1 Skema petak lahan penelitian

Blok 1 Blok 2 Blok 3 Konvensional Konvensional Konvensional PGPR + guano PGPR + guano PGPR + guano PGPR + guano + T. polysporum PGPR + guano + T. polysporum PGPR + guano + T. polysporum

Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan antara lain: (1) perlakuan konvensional, perlakuan ini merupakan paket pengendalian penyakit dan hama penggerek buah secara konvensional. Teknis pengendalian penyakit dan hama penggerek buah di lahan menggunakan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 4 gram/liter dan insektisida Confidor dengan konsentrasi 0,25 ml/liter. Aplikasi penyemprotan pestisida tersebut dilakukan pada 1 sampai 4 MST (Minggu Setelah Tanam) dan 7 sampai 8 MST. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang dan pupuk M2C; (2) perlakuan PGPR + guano, perlakuan ini merupakan paket pengendalian penyakit dan hama penggerek buah secara organik dengan konsentrasi masing-masing sebanyak 10 cc/liter. Aplikasi PGPR dilakukan saat perendaman benih selama 6 jam; penyiraman pada 14 HSS (Hari Setelah Semai); dan penyiraman pada 9 dan 20 HST (Hari Setelah Tanam). Aplikasi guano, selain dilakukan dengan penyiraman pada 15 HSS, juga dilakukan penyemprotan pada 9 dan 30 HST. Sementara itu, untuk pengendalian hama penggerek buah dilakukan secara mekanik yaitu memungut dan memusnahkannya dengan menggunakan tangan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos, pupuk urin, dan pupuk organik cair Flash Liquid; dan (3) perlakuan PGPR + guano + T. polysporum juga merupakan paket pengendalian penyakit dan hama penggerek buah secara organik seperti perlakuan PGPR + guano. Namun, yang membedakan pada perlakuan ini yaitu menggunakan tambahan agen antagonis yaitu cendawan T. polysporum. T. polysporum diaplikasikan sebagai salah satu bahan media persemaian dengan perbandingan tanah + kompos: T. polysporum = 50:1 dan pada pupuk dasar untuk pertanaman dengan perbandingan pupuk kompos: T. polysporum = 50:1.

Perbanyakan Trichoderma polysporum

Jagung pipilan yang telah dihancurkan direndam selama 12 jam, lalu disaring, dan diperas dengan kain hingga tidak ada air yang menetes. Jagung dimasukkan ke dalam botol kaca tahan panas dan ujung botol ditutup dengan kapas. Selanjutnya ditutup dengan kertas aluminium foil. Media yang sudah jadi siap disterilkan dengan autoklaf selama 20 menit, lalu T. polysporum dibiakkan

∑ benih yang berkecambah ∑ benih yang dikecambahkan

pada media tersebut. Setelah 1 hingga 2 minggu T. polysporum siap diaplikasikan.

Budidaya Tomat

Benih yang dibudidayakan adalah benih tomat Or Nature 155 tomat Hibrida F1 varietas Marcopolo. Benih disemai pada media semai dengan menggunakan polybag. Media semai terdiri atas tanah yang berasal dari perakaran bambu dan pupuk kompos dengan perbandingan tanah: pupuk kompos = 2:1. Penyiapan lahan antara lain menggemburkan tanah, merapikan bedengan, dan pemasangan mulsa plastik perak (mulsa yang digunakan adalah mulsa yang telah digunakan pada budidaya sebelumnya). Setelah itu, membuat lubang tanam dan memberi pupuk dasar yaitu pupuk kompos yang berbahan dasar kotoran sapi. Penanaman dilakukan pada saat sore hari. Bibit tomat ditanam pada lubang tanam, selanjutnya dilakukan pemberian ajir pada tanaman tomat agar tanaman tetap tegak dan batang tanaman tidak mudah patah. Ajir diletakkan dengan jarak berkisar 10 sampai 15 cm dari batang tanaman, hal tersebut dilakukan agar tidak mengenai dan merusak akar tanaman. Penyiraman dilakukan tergantung kondisi cuaca dan kelembaban tanah. Apabila tanah cuaca sedang hujan atau tanah masih basah maka tidak dilakukan penyiraman. Pemupukan susulan dilakukan saat tanaman berumur 3 MST. Pupuk yang digunakan antara lain pupuk urin, pupuk organik cair, dan pupuk M2C.

Pengamatan Viabilitas Benih

Pengamatan viabilitas benih dilakukan di lahan persemaian dengan menghitung jumlah benih yang berkecambah, berkecambah normal, dan seluruh benih yang dikecambahkan. Viabilitas potensial dapat ditentukan dengan menghitung potensi tingkat kecambah maksimum (PTM) pada umur 3 HSS, dengan rumus sebagai berikut:

∑ benih yang dikecambahkan ∑ benih yang berkecambah normal

Sementara itu, untuk mengetahui viabilitas potensial dapat ditentukan dengan menghitung daya berkecambah (DB) pada umur 4 HSS, dengan rumus sebagai berikut:

DB = × 100%

Pertumbuhan Bibit

Pengamatan pertumbuhan tanaman pada lahan persemaian dilakukan pada umur 12 HSS. Variabel yang diamati antara lain: panjang akar, volume akar, diameter batang, dan tinggi bibit. Pada pengamatan ini diambil 10 unit bibit sebagai bibit contoh dari masing-masing perlakuan.

Pertumbuhan Tanaman

Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan pada fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif dilakukan pengukuran tinggi tanaman sebanyak dua kali yaitu pada umur 21 dan 29 HST. Pada fase generatif dilakukan penghitungan jumlah tangkai bunga dan buah yang dihasilkan setiap minggunya. Penghitungan jumlah tangkai bunga dilakukan sebanyak empat kali yaitu pada umur 4 sampai 7 MST. Sementara itu, penghitungan jumlah buah dilakukan sebanyak empat kali yaitu pada umur 5 sampai 8 MST. Semua pengamatan ini dilakukan pada enam tanaman contoh yang telah ditentukan.

NV ∑ (ni=0 i ivi) Penyakit Bercak Daun

Pengamatan penyakit bercak daun dilakukan dengan mengamati enam tanaman contoh setiap minggunya yaitu pada umur 2 sampai 8 MST. Penghitungan intensitas penyakit bertujuan untuk menentukan tingkat keparahan serangan penyakit pada tanaman contoh, dengan rumus sebagai berikut (Sinaga 2006):

IP = × 100% Keterangan:

IP : Intensitas penyakit

ni : Jumlah tanaman dengan skor ke-i vi : Nilai skor penyakit dari i = 0 N : Jumlah tanaman yang diamati V : Nilai skor serangan tertinggi Tabel 1 Skor serangan penyakit bercak daun

Nilai skor Ketegori serangan

0 Tidak ada serangan

1 Serangan sangat rendah (1< x ≤20% bagian tanaman terserang) 2 Serangan cukup rendah (21< x ≤40% bagian tanaman terserang) 3 Serangan sedang (41< x ≤60% bagian tanaman terserang) 4 Serangan parah (61< x ≤80% bagian tanaman terserang) 5 Serangan sangat parah (>80% bagian tanaman terserang)

Selain itu, ditentukan pula intensitas penyakit yang menimbulkan kerusakan berat atau kematian tanaman. Nilai intensitas ditentukan dengan menghitung area di bawah kurva perkembangan penyakit atau area under disease

∑ (yi+yi+1) i=0 Ni-1 ∑ N ∑ n 2

Rumus yang digunakan sebagai berikut (Madden et al. 2007 dalam Sparks et al. 2008):

Ak = × (ti+1-ti) Keterangan:

Ak : Nilai AUDPC

yi : Intensitas penyakit pada pengamatan ke-i t : Waktu pengamatan

Penyakit Layu

Pengamatan penyakit layu dilakukan langsung dengan menghitung jumlah tanaman yang bergejala layu. Kejadian penyakit layu ditentukan setiap minggunya yaitu pada umur 3 sampai 8 MST dengan rumus:

KP = × 100% Keterangan:

KP : Kejadian penyakit

n : Tanaman yang terserang penyakit N : Tanaman yang diamati

Hama Penggerek Buah

Pengamatan hama penggerek buah dilakukan dengan melihat secara langsung buah yang terdapat gejala gerekan akibat serangan hama penggerek buah, menghitung jumlah buah yang terserang dan seluruh jumlah buah yang dihasilkan tanaman. Pengamatan hama penggerek buah dilakukan setiap minggunya sebanyak tiga kali yaitu pada tanaman berumur 6 sampai 8 MST.

∑ N ∑ n

Luas serangan hama didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

L = × 100% Keterangan:

L : Persentase buah yang terserang n : Buah yang terserang

N : Buah yang dihasilkan

Analisis Data

Rancangan percobaan di lahan yang digunakan ialah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Analisis statistik menggunakan Statistical Analysis System (SAS) program 9.1 for windows. Apabila perlakuan berpengaruh nyata dilakukan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Dokumen terkait