• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Laboratorium Museum Zoologi Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, dari bulan Maret sampai Juni 2009.

Gambar 1 Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB

Bahan dan Alat Kandang

Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan dan perlakuan terbuat dari alumunium berukuran 50 x 50 x 40 cm (p x l x t) dengan skala kekerasan geologi bahan kurang dari 5.5. Setiap kandang dilengkapi dengan peralatan tambahan seperti tempat minum, tempat umpan, dan penampung kotoran.

(A) (B) Gambar 2 Kandang perlakuan (A) tampak depan dan (B) tampak samping

Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah tikus riul (R. norvegicus) yang berasal dari penangkapan di permukiman penduduk Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Tikus riul yang digunakan sebanyak 15 ekor yang terdiri dari tujuh jantan dan delapan betina, kisaran berat 250-600 gram dengan kriteria sehat, tidak bunting, dewasa, dan perbandingan jenis kelamin 1:1.

Gambar 3 Tikus riul (R. norvegicus)

http://www.discoverlife.org/IM/I_RB/0000/320/Rattus_norvegicus,I_RB27.jpg

Timbangan

Alat yang digunakan untuk menghitung bobot suatu bahan adalah timbangan elektronik. Kegunaan yang sesuai diperlukan saat penelitian adalah menimbang dan menghitung bobot tubuh hewan uji dan sisa konsumsi pakan hewan uji.

Gambar 4 Timbangan elektronik

Umpan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri tiga kelompok dengan variasi bentuk pengolahan dan merupakan pakan yang menjadi makanan yang dikonsumsi oleh manusia dan dapat menjadi sisa atau sampah yang merupakan sumber pakan bagi R. norvegicus di sekitar permukiman manusia.

Pengelompokan pakan berdasarkan pembagian bahan pangan secara umum, yaitu: 1. Serealia

Pakan berbahan dasar ini adalah mie siap saji (gandum-ganduman) dengan nama dagang Mie Sedap Goreng1 dan beras ketan hitam (padi-padian).

2. Kacang-kacangan

Pakan berbahan dasar kacang-kacangan adalah kacang hijau. 3. Umbi-umbian

Pakan berbahan dasar ini adalah umbi kentang.

(A) (B) (C)

(D)

Gambar 5 Umpan tikus riul; (A) beras ketan hitam, (B) kacang hijau (C) kentang, (D) mie siap saji

Rodentisida

Racun tikus yang digunakan terbagi atas dua mekanisme kerja, yaitu racun akut dan racun kronis. Racun akut yang digunakan adalah racun berbahan aktif seng fosfida, sedangkan untuk racun kronis yang digunakan berbahan aktif brodifakum 0.005% berbentuk kotak (blok) dengan nama dagang Klerat RM-B1,

bromadiolon 0.005% berbentuk kotak dengan nama dagang Contrac1, warfarin 0.105% berbentuk granul dengan nama dagang Dora1, dan kumatetralil 0.0375% berbentuk pasta dengan nama dagang Racumin Pasta1.

(A) (B) (C)

(D) (E)

Gambar 6 Jenis rodentisida kronis:(A) warfarin 0.105%, (B) kumatetralil 0.0375% (C) brodifakum 0.005% (D) bromadiolon 0.005% dan jenis rodentisida akut: (E) seng fosfida

Perangkap

Perangkap merupakan alat pelengkap sebelum dilakukan perlakuan terhadap hewan uji. Jenis perangkap yang digunakan adalah perangkap hidup ganda (multiple-live traps) yang dapat memerangkap dan menampung lebih dari satu hewan uji dalam satu kali pemerangkapan dan memungkinkan hewan uji untuk hidup. Perangkap ini merupakan salah satu jenis dari perangkap hidup (live traps).

Peralatan tambahan

Peralatan tambahan yang juga digunakan dalam penelitian terdiri atas mangkuk dan gelas sebagai wadah pakan dan minum, alat bedah untuk otopsi dan identifikasi tikus yang mati, alat memasak (kompor gas, rice cooker, dan pemanas air).

1 Penyebutan nama dagang bahan pangan dan rodentisida tidak dimaksudkan untuk mempromosikan bahan tersebut.

Metode Persiapan Hewan Uji

Tikus riul (R. norvegicus) yang digunakan dalam perlakuan diperoleh dari lapang (permukiman penduduk), kemudian dilakukan proses adaptasi di kandang tunggal (kurungan perlakuan) terhadap kondisi Laboratorium Vertebrata Hama IPB selama 2-4 hari dengan diberi pakan nasi putih berkuah sayur dan minum setiap hari secara melimpah. Tikus riul yang sudah diadaptasikan langsung diberikan perlakuan umpan tanpa adanya proses pemuasaan selama 24 jam.

Persiapan Umpan

Persiapan umpan dilakukan dengan beberapa variasi proses pengolahan dan untuk memisahkan antara bahan variasi basah dan basah berbumbu digunakan pewarna makanan sebagai pembeda. Jenis umpan yang diujikan, yaitu mie siap saji, kacang hijau, kentang, dan beras ketan hitam. Sedangkan untuk jenis variasi pengolahan adalah:

1. Berbahan variasi kering digunakan umpan tanpa diolah lagi. Untuk mie siap saji dikeluarkan dari kemasannya dan kentang dipotong seperti blok ukuran 20 x 20 x 20 mm dipisahkan dari kulitnya.

2. Berbahan variasi basah digunakan umpan yang telah siap dilakukan pengolahan (sama dengan variasi kering) kemudian dilakukan proses pemasakan dengan cara direbus (mie siap saji selama tiga menit, sedangkan kacang hijau, kentang, dan beras ketan hitam selama 15-20 menit) tanpa dicampurkan bumbu dan ditiriskan selama beberapa menit.

3. Berbahan variasi basah berbumbu sama dengan proses pada variasi basah dan selanjutnya ditambahkan bumbu penyedap (mie siap saji dengan bumbu pelengkapnya; kacang hijau dengan gula merah 72 g, daun pandan 3 g, dan santan kelapa 65 ml; kentang dengan penyedap makanan rasa sapi; beras ketan

hitam dengan gula merah 62 g, vanili 0.7 g, dan santan kelapa 65 ml), kemudian ditiriskan selama beberapa menit.

Pengujian Umpan

Tujuan dari dilakukannya pengujian umpan pada tikus riul (R. norvegicus) adalah untuk mengetahui dan mendapatkan jenis pakan dan olahan pakan yang disukai. Langkah awal dalam melakukan pengujian umpan adalah melakukan pengukuran terhadap perubahan bobot tubuh tikus riul dan penentuan jumlah pakan yang harus diberikan dengan menggunakan timbangan elektronik. Rumus untuk menghubungkan antara bobot tubuh dengan jumlah pakan yang harus diberikan, yaitu

Σ Pakan = 10% x bobot tubuh

Setelah langkah penentuan bobot tubuh dan jumlah pakan yang harus diberikan, maka untuk setiap pakan ditimbang sesuai dengan hasil perhitungan. Penempatan pakan dipisahkan dalam tempat umpan (mangkuk) yang berbeda untuk masing-masing pakan yang sama berdasarkan jenis olahannya, misalkan perlakukan mie cepat saji dibandingkan dalam variasi kering dengan variasi basah dan variasi basah berbumbu. Pengujian umpan dilakukan dengan metode pilihan (choice test) selama lima hari berturut-turut untuk setiap hewan uji. Penimbangan dilakukan setiap hari terhadap empat jenis pakan berdasarkan jenis olahannya.

Agar hasil yang diperoleh dapat akurat dan dipercaya maka diperlukan kontrol sebagai pembandingnya, terutama pakan yang jenis olahannya berbahan basah untuk menghitung besar persentase penyusutan. Untuk kontrol digunakan pakan yang ditempatkan di kandang terpisah tanpa disertai tikus riul di dalamnya. Kontrol juga ditimbang dan diganti setiap hari. Mekanisme pengamatan pengujian umpan ini adalah:

1. Penentuan bobot tubuh tikus riul, yaitu dilakukan dua kali penimbangan pada sebelum hari pertama perlakuan umpan dan setelah hari terakhir perlakuan umpan.

2. Umpan yang diberikan ditimbang, dilakukan setiap hari selama perlakuan, untuk mendapatkan tingkat konsumsi.

Pengujian Rodentisida

Pengujian rodentisida terhadap tikus riul dibagi menjadi dua jenis, yaitu racun akut dan racun kronis. Pengujian untuk racun kronis tanpa dilakukan pencampuran dengan umpan. Racun yang digunakan berbahan aktif brodifakum, bromadiolon, warfarin, dan kumatetralil. Pengujian terhadap semua racun kronis dimaksudkan untuk melihat jenis racun kronis mana yang disukai atau menarik bagi tikus riul. Jumlah racun kronis yang diberikan pada tikus riul adalah:

Σ Rodentisida = 10% x bobot tubuh

Sedangkan untuk jenis racun akut digunakan racun berbahan aktif seng fosfida. Racun tersebut dicampurkan dengan umpan yang disukai oleh tikus dengan mengetahuinya dari hasil pengujian umpan, jumlah racun akut yang diberikan pada tikus riul adalah:

Rodentisida = 1% x jumlah umpan x 10% bobot tubuh

Pengamatan untuk pengujian rodentisida ini, yaitu:

1. Jenis dan jumlah rodentisida yang dikonsumsi, dilakukan dengan cara menimbang bobot awal dan bobot akhir rodentisida akut dan kronis.

2. Bobot tikus riul di awal dan di akhir perlakuan.

3. Tikus riul yang mati diambil beberapa contoh sebagai sampel dilakukan otopsi untuk mengetahui bagian tubuh yang rusak akibat keracunan.

Untuk mengetahui tikus yang didapat dari lapang adalah tikus riul, maka perlu dilakukan identifikasi melalui ciri morfologi dan anatomi. Hal-hal yang perlu diketahui, yaitu

1. Ukuran standar

a. Panjang badan dan kepala (BK): Jarak dari anus sampai ujung moncong (mm).

b. Panjang ekor (E): Jarak dari pangkal sampai ke ujung ekor (mm). Panjang ekor relatif terhadap badan dan kepala juga sangat penting dalam identifikasi.

c. Panjang kaki belakang (KB): Diukur dari ujung tumit sampai ujung jari (mm). Pengukuran KB tanpa cakar disebut sine unguis (s.u.), dengan cakar disebut cum unguis (c.u.).

d. Panjang telinga (T): Diukur dari pangkal telinga ke titik yang terjauh di daun telinga (mm).

2. Rambut

Ukuran, konsistensi, kepadatan dan warna rambut dapat membantu dalam identifikasi jenis hewan pengerat. Tikus dicirikan dengan adanya rambut ekor sangat pendek sehingga sepintas tampak gundul. Pada tikus dan hewan pengerat atau mamalia pada umumnya rambut ada dua macam, yaitu rambut pengawal (guard hair) dan rambut bawah (under fur). Pada tikus riul dan tikus wirok (B. indica) tidak memiliki bentuk seperti duri pada rambut pengawal. Umumnya rambul pengawal berukuran lebih besar dan panjang daripada rambut bawah. 3. Rumus puting susu

Angka depan menunjukkan jumlah pasangan puting susu yang tumbuh di dada, sedang angka belakang menunjukkan jumlah pasangan puting susu yang tumbuh diperut.

4 Gigi

Menunjukkan rumus gigi pada separuh rahang. c 0/0 artinya tidak memiliki taring; i 1/1 artinya gigi seri atas dan bawah sama, masing-masing hanya sebuah; pm 0/0 artinya tidak memiliki geraham depan; m 3/3 artinya geraham belakang pada masing-masing separuh rahang tiga buah.

Beberapa tikus memiliki warna permukaan bawah dan atas ekor tidak sama atau dwiwarna. Selain warna, ukuran ekor relatif terhadap panjang badan dan kepala juga bisa diidentifikasi. Ekor dikatakan panjang kalau ukurannya lebih panjang daripada panjang badan dan kepala, dan pendek kalau lebih pendek daripada panjang badan dan kepala.

6. Foramina incisivum

Posisi foramina terhadap geraham pertama atas. Jika ditarik garis lurus maya yang menghubungkan titik yang paling depan geraham pertama atas, maka pada genus Maxomys, foramina incisivum terletak jauh di depan garis maya tadi, sedangkan pada kebanyakan anggota Rattus, foramina incisivum menjorok atau melampaui garis maya.

Gambar 7 Posisi foramina incisivum pada Genus Maxomys dan Rattus

7. Tulang langit-langit (palatum) belakang

Posisi palatum belakang terhadap geraham belakang. Posisi ini bervariasi, seperti pada Rattus posisi palatum belakang terletak jauh di belakang pinggir belakang geraham atas terakhir atau dengan kata lain posisi palatum belakang di belakang, sedangkan pada Maxomys terletak di depan pinggir belakang geraham atas terakhir atau dengan kata lain palatum belakang terletak di depan.

Gambar 8 Posisi palatum belakang pada Genus Maxomys dan Rattus 8. Lempeng zigomatik

Ukuran lempeng zigomatik juga penting dalam identifikasi, misalnya lempeng zigomatik pada R. argentiventer lebih lebar daripada R. tiomanicus dan R. rattus. Bentuk tepi depan lempeng zigomatik dapat memilahkan jenis tikus. Ada yang tepi depan lurus, ada yang cembung atau cekung.

Gambar 9 Ukuran tengkorak dan gigi geligi

Konversi Data

Data yang diperoleh pada setiap perlakuan kemudian dilakukan konversi konsumsi ke 100 gram bobot tubuh tikus riul. Untuk kontrol umpan yang berasal dari makanan manusia dilakukan penghitungan penyusutan kadar air dengan rumus:

% Penyusutan = Bobot awal – Bobot akhir x 100% Bobot awal

Setelah dilakukan penghitungan persentase penyusutan, kemudian dilakukan penghitungan konversi bobot konsumsi ke 100 gram bobot tubuh tikus riul. Konversi dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:

Konversi Konsumsi (KK) = Bobot konsumsi x100% Bobot rerata tikus riul

Analisis Data

Analisis ragam dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pada 4 perlakuan dengan 10 ulangan untuk pengujian umpan, 3 perlakuan dengan 10 ulangan untuk pengujian rodentisida akut versus umpan, 4 perlakuan dengan 9 ulangan untuk pengujian rodentisida kronis, dan 5 perlakuan dengan 7 ulangan untuk pengujian rodentisida kronis versus akut. Apabila hasil yang diperoleh berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji selang ganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada taraf α=5% dan 1%, menggunakan bantuan program SAS for Windows V.6.12.

Dokumen terkait