• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan

Bahan yang digunakan berupa isolat rhizobakteria Pseudomonas sp. dan Bradyrhizobium japonicum koleksi Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi FMIPA IPB. Fungi penyebab panyakit akar tanaman kedelai Fusarium oxysporum, Sclerotium rolfsii diperoleh dari Laboratorium Bakteriologi, Departemen Proteksi Tanaman IPB, dan Rhizoctonia solani diperoleh dari Balai Penelitian Tanah Bogor. Kedelai varitas Slamet diperoleh dari Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik (Balitbiogen) Bogor dan tanaman tembakau koleksi Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi FMIPA IPB. Pseudomonas sp. Crb-3, dan Pseudomonas sp. Crb-17 diperoleh dari hasil penelitian pendahuluan dimana kedua isolat tersebut bersifat memacu pertumbuhan secara signifikan, non patogenik, dan penghasil senyawa anti fungi (Wahyudi et al. 2007).

Uji Pemacuan Pertumbuhan Kecambah Kedelai

Uji pemacuan pertumbuhan isolat-isolat Pseudomonas sp. dilakukan untuk mengetahui jenis isolat yang dapat memacu pertumbuhan akar dan batang pada kecambah kedelai. Bioesai ini dengan menggunakan media agar cawan dan kedelai varitas Slamet.

Penyiapan Kecambah. Biji kedelai yang mempunyai ukuran seragam, tidak luka, tidak keriput dan tidak terapung dalam air dipilih untuk dikecambahkan. Biji kedelai disterilisasi permukaannya dengan cara merendam dalam larutan alkohol 95% selama 10 detik, kemudian direndam dalam H2O2 5% selama 5 menit sambil kocok, selanjutnya dibilas dengan aquades steril sebanyak 7 kali untuk menghilangkan residu hydrogen peroksida. Biji-biji tersebut dikecambahkan pada cawan petri yang beralaskan kertas tissue basah steril selama 1-2 hari ditempat gelap pada suhu kamar (Wahyudi 1998).

Penyiapan Inokulum dan Inokulasi. Suspensi inokulum disiapkan bersamaan dengan penyiapan kecambah dengan cara meremajakan Pseudomonas sp. pada cawan petri media King’s B selama 24 jam. Selanjutnya ke dalam biakan ini masing-masing cawan dituang media NB sebanyak 5 ml dan biakan

dilepaskan dengan bantuan lup inokulasi lalu divorteks. Suspensi dihitung jumlah selnya sehingga konsentraasinya 109 sel/ml. Inokulasi dilakukan dengan cara meneteskan pada masing-masing kecambah kedelai dengan suspensi Pseudomonas sp. sebanyak masing-masing 100 µl untuk setiap kecambah pada waktu kecambah dipindahkan kecawan media water agar lalu diinkubasi selama 7 hari ditempat gelap pada suhu kamar (Dey et al. 2004).

Rancangan percobaan yang dipergunakan adalah rancangan acak lengkap, setiap cawan ditanam 9 kecambah dan masing-masing diulang 3 kali. Setelah kecambah berumur 7 hari pada media agar kemudian diukur panjang batang, panjang akar utama dan dihitung jumlah akar lateral dan akar sub-lateral. Hasil pengukuran dan penghitungan dianalisis secara statistik dengan one-way Analysis of Variance (ANOVA) mengunakan program SPSS.

Uji Hipersensitivitas

Untuk mengetahui rizhobakteri Pseudomonas sp. bersifat patogen atau nonpatogen dilakukan dengan uji hipersensitifitas.

Penyiapan Inokulum. Suspensi bakteri inokulum disiapkan dengan cara meremajakan Pseudomonas sp. pada media King’s B cair (tanpa agar). Cara peremajaannya adalah dengan menginokulasikan masing-masing isolat sebanayak 1 lup ke dalam 5 ml media untuk tiap isolat kemudian diinkubasi selama 12-24 jam pada suhu kamar dan dishaker (mesin pengocok horizontal) dengan kecepatan 60-80 rpm. Inokulum yang dipakai adalah inokulum yang menunjukan kekeruhan yang sama dengan kontrol biakan yang mempunyai kerapatan 109 sel/ ml. Kontrol biakan terdiri dari beberapa isolat yang masing masing konsentrasi selnya ditentukan dengan metode pengenceran serial dan pencawanan.

Penyuntikan Daun dan Pemeliharaan. Suspensi Pseudomonas sp. yang digunakan adalah yang berumur 12-24 jam dengan kepekatan jumlah selnya 109 sel/ml. Suspensi bakteri yang telah disiapkan dinjeksikan menggunakan jarum injeksi sebanyak 1 ml dengan posisi miring pada mesofil helaian daun permukaan bawah di dekat tulang daun, sampai jaringan di sekitar tempat injeksi nampak basah karena suspensi bakteri mengalir di ruang intraseluler mesofil. Tempat injeksi pada daun diberi label sesuai dengan jenis suspensi isolat yang

diinjeksikan. Pada sisi lain dari daun juga diinjeksikan aquades dan bakteri E. coli sebagai kontrol negatif sedangkan kontrol positifnya menggunakan Ralstonia solanacearum. Tanaman yang diinjeksi ditempatkan pada rumah kaca dengan diberi naungan pada suhu ruang.

Rancangan percobaan yang dipergunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 kali ulangan. Pengamatan dilakukan 1-2 hari setelah injeksi. Bakteri yang bersifat virulen akan menimbulkan bercak disekitar tempat injeksi sedangkan suspensi bakteri yang tidak virulen tidak akan menimbulkan bercak (Lelliott & Stead 1987).

Uji Aktivitas Produksi Senyawa Anti Bakteri

Uji aktivitas anti bakteri dilakukan untuk mengetahui kemampuan Bradyrhizobium japonicum dan Pseudomonas sp. hidup bersama di satu tempat pada waktu yang sama. Uji aktivitas produksi anti bakteri dilakukan menggunakan metode Kirby-Bauer seperti yang disebutkan dalam Sunatmo (2007).

Penyiapan Inokulum. Suspensi bakteri inokulum B. japonicum disiapkan dengan meremajakan dalam agar miring YMA selama 7 hari. Selanjutnya ke dalam biakan ini dituang 5 ml garam fisiologis (Na Cl 0.85 %) steril, dan biakan dilepaskan dengan bantuan lup inokulasi. Suspensi bakteri Pseudomonas sp. disiapkan dengan meremajakan dalam agar miring King’s B selama 24 jam. Selanjutnya ke dalam biakan ini dituang 5 ml garam fisiologis (Na Cl 0.85 %) steril, dan biakan dilepaskan dengan bantuan lup inokulasi.

Penyiapan Media Penumbuhan dan Inokulasi. Media King’s B sebanyak 20-25 ml dituang pada cawan, setelah beku kemudian Pseudomonas sp. sebanyak 100 l disebar pada media ini sampai merata. Kertas saring bulat (paper disk) dengan diameter 5 mm dicelupkan pada suspensi inokulum B. japonicum dengan konsentrasi sel 109 sel/ml lalu ditiriskan dan diletakan pada cawan sebar Pseudomonas sp. Media YMA sebanyak 20-25 ml dituang pada cawan, setelah beku kemudian B. japonicum sebanyak 100 l disebar pada media ini sampai merata. Kertas saring bulat (paper disk) dengan diameter 5 mm dicelupkan pada suspensi inokulum Pseudomonas sp. Crb-102, Pseudomonas sp. Crb-3 konsentrasi 108 sel/ml dan Pseudomonas sp. Crb-17 dengan konsentrasi 109

sel/ml lalu ditiriskan dan diletakan pada cawan sebar B. japonicum. Pseudomonas sp. Crb-3, dan Pseudomonas sp. Crb-17 diperoleh dari hasil penelitian terdahulu dimana kedua isolat tersebut bersifat memacu pertumbuhan secara signifikan, non patogenik, dan penghasil senyawa anti fungi (Wahyudi et al. 2007).

Pengamatan dilakukan 1-5 hari dari waktu inokulasi dengan cara melihat ada atau tidaknya zona bening disekitar kertas saring bulat (paper disk), jika terbentuk zona bening menunjukan bakterinya bersifat antagonis begitu sebaliknya.

Uji Biokontrol pada Tanaman Kedelai di Rumah Kaca

Isolat bakteri Pseudomonas sp dan B. japonicum diuji kemampuannya sebagai biokontrol dan pemacu pertumbuhannya pada tanaman kedelai varitas slamet. Mikroba patogen akar yang digunakan berupa F. oxysporum, R. solani dan S. rolfsii. Media pernumbuhannya menggunakan botol Leonard yang berisi larutan hara, campuran pasir dan arang dengan perbandingan 3:1.

Penyiapan Kecambah. Biji kedelai yang mempunyai ukuran seragam, tidak luka, tidak keriput dan tidak terapung dalam air dipilih untuk dikecambahkan. Biji kedelai disterilisasi permukaannya dengan cara merendam dalam larutan alkohol 95% selama 10 detik, kemudian direndam dalam H2O2 5% selama 5 menit sambil kocok, selanjutnya dibilas dengan aquades steril sebanyak 7 kali untuk menghilangkan residu hydrogen peroksida. Biji-biji tersebut dikecambahkan pada cawan petri yang beralaskan kertas tissue basah steril selama 1-2 hari ditempat gelap pada suhu kamar (Wahyudi 1998). Kecamabah tersebut selanjutnya siap untuk ditanam pada botol Leonard.

Penyiapan Media Penumbuhan. Media penumbuhan berupa campuran pasir dan arang yang disiapkan dalam botol Leonard yang dimodifikasi. Pasir yang digunakan adalah yang tertahan ayakan ukuran 50 mesh (0.31mm) dan lolos ayakan 30 mesh (0.52), yang sebelumnya telah dicuci 10 kali dengan air bersih dan dikeringkan. Arang tempurung kelapa yang digunakan adalah tumbukan arang yang tertahan ayakan 28 mesh dan lolos ayakan 3 mm. Perbandingan pasir dan arang adalah 3:1, untuk tiap botol diisi 400 gram. Botol Leonard modifikasi yang terdiri dari dua botol bir atau kecap volume 700 ml. Salah satu botol dipotong pada bagian dasarnya dan bagian atasnya ditutup dengan kain kasa

kemudian dibalik dan digunakan sebagai tempat media penumbuhan yang berupa pasir dan arang. Botol lainya dipotong pada bagian leher dan digunakan sebagai wadah larutan hara. Larutan hara yang digunakan adalah larutan hara bebas N dengan pH netral menggunakan komposisi mengikuti Alva et al. (1988) seperti pada Lampiran 1. Masing-masing botol wadah larutan hara diisi 300ml dan 100 ml disiramkan ke atas campuran pasir dan arang. Botol bagian atas ditutup dengan alumunium foil. Selanjutnya seluruh botol ditutup dengan kertas semen dan disterilkan pada suhu 121oC selama 2 jam (Wahyudi 1998).

Penyiapan Inokulum. Suspensi inokulum B. japonicum dan Pseudomonas sp. disiapkan seperti pada penyiapan inokulum Uji Produksi Senyawa Antibakteri. Inokulum F. oxysporum, R. solani dan S. rolfsii disiapkan dengan cara meremajakan pada media cair PDB ( Potato Dextrose Broth) sebanyak 100 ml pada tabung erlenmeyer selama 7 hari pada suhu kamar dan dishaker (mesin pengocok horizontal) dengan kecepatan 60-80 rpm kemudian dicuci dengan cara disaring menggunakan kertas saring sebanyak 3 kali lalu dihomogenitaskan dengan cara diencerkan menggunakan aquades steril 100 ml dan diblander.

Inokulasi dan Penanaman Kecambah. Inokulasi dengan fungi patogen akar dilakukan dengan cara menyiramkan suspensi inokulum pada 266 g media pasir arang di dalam botol Leonard dengan konsentrasi 103cfu/g kemudian ditutup dengan media pasir arang steril 134 g dan diinkubasi selama 3 hari. Setelah inkubasi 3 hari kemudian biji kedelai yang telah dikecambahkan ditanam secara aseptik pada media pasir-arang dalam botol Leonard, untuk tiap botol ditanam 3 kecambah. Bersamaan dengan penanaman juga diinokulasikan Pseudomonas sp. dan B. japonicum sebanyak masing-masing 1 ml pada kecambah dengan konsentrasi 108-109 se/ml . Permukaan botol selanjutnya ditutup kembali dengan alumunium foil, kemudian diletakan dalam ruangan pada suhu kamar sampai ujung atas kecamabah menyentuh tutup aluminium foil. Setelah aluminium foil dibuka kemudian ditutup dengan pasir berparafin steril yang berfungsi mencegah kontamionasi.

Pembuatan Pasir Berparafin. Pasir yang digunakan adalah yang tertahan ayakan ukuran 50 mesh (0.31mm), yang telah dicuci bersih dan dikeringkan. Parafin sebanyak 10 g dilarutkan dalam 1 liter benzol dengan cara dipanaskan

lalu dicampur dengan 10 kg pasir. Campuran ini dikeringkan sampai semua benzol menguap lalu disterilisasi kering pada suhu 170 oC selama 2 jam.

Rancangan percobaan di rumah kaca menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan dan 14 perlakuan yang terdiri dari:

1. Tanaman tanpa bakteri dan agens biokontrol (K). 2. R. solani ( R ).

3. Pseudomonas sp. Crb3 + R. solani (Crb3+R).

4. Pseudomonas sp. Crb 3+ R. solani + B. japonicum Bj11 (Crb3 + R + Bj). 5. F. oxysporum (F).

6. Pseudomonas sp.Crb17 + F. oxysporum (Crb17 + F).

7. Pseudomonas sp.Crb17+F. oxysporum + B. japonicum Bj11 (Crb17+ F + Bj). 8. S. rolfsii (S).

9. Pseudomonas sp. Crb102 + S. rolfsii (Crb102 + S).

10. Pseudomonas sp.Crb102+ S. rolfsii + B. japonicum Bj11 (Crb102 + S + Bj) 11. B. japonicum Bj11 (Bj).

12. Pseudomonas sp. Crb3+ B. japonicum Bj11 (Crb3+Bj). 13. Pseudomonas sp.Crb17 + B. japonicum Bj11 (Crb17+Bj). 14. Pseudomonas sp.Crb102 + B. japonicum Bj11 (Crb102+Bj).

Pemeliharaan Tanaman. Botol-botol diletakan di rumah kaca dengan jarak 25 cm x 25 cm antara botol yang satu dengan lainya. Setelah muncul daun dilakukan penjarangan dengan mengambil satu kecambah yang pertumbuhannya lambat sedangkan larutan hara ditambahkan setiap 2-3 hari sekali dan tanaman dipelihara selama 42 hari. Panen dilakukan dengan cara tanaman bagian atas dan akar dipisahkan kemudian dimasukan kekantong-kantong kertas untuk dikeringkan di oven pada suhu 70oC selama 48 jam. Peubah yang diamati adalah berat kering akar, jumlah bintil, kejadian penyakit dan aktivitas enzim peroksidase. Data dianalisis dengan one-way Analysis of Variance (ANOVA) mengunakan uji lanjut Duncan.

Pengendalian Fungi Patogen Akar

Pengamatan pengendalian fungi patogen akar dilakukan dengan cara penghitungan terhadap tanaman secara visual dengan mengamati tanaman yang

mati pada waktu panen. Tingkat kejadian penyakit dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Induksi Resistensi Sistemik

Resistensi terinduksi adalah suatu mekanisme yang secara normal berfungsi membatasi pertumbuhan dan penyebaran patogen dan efektifitas mekanisme ini ditingkatkan oleh infeksi primer dan agen penginduksi (biotik atau abiotik) berupa mikroorganisme patogen, non patogen, metabolit mikrob, ekstrak tumbuhan atau senyawa sintetik seperti asam salisilat. Peroksidase adalah salah satu enzim yang berhubungan dengan ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen. Pengukuran aktivitas peroksidase dilakukan pada akar tanaman kedelai yang berumur 42 hari di rumah kaca. Akar tanaman kedelai dari masing-masing perlakuan dicuci hingga bersih kemudian dihancurkan dengan mortar dalam bufer fosfat 0.01 M pH 6.0 dengan perbandingan 1:4 (g/ml). Hasil hancuran disaring dengan kertas whatman dan disentrifugasi selama 30 menit dengan kecepatan 5000 rpm pada suhu 4 oC . Supernatan (sebagai sumber enzim) diencerkan dengan buffer fosfat 0.01 pH 6.0 (1:3) dan dihomogenkan. Untuk pengamatan aktivitas enzim 0.2 ml sumber enzim ditambahkan pada pereaksi yang terdiri dari 5 ml larutan pirogalol 0.5 M (terbuat dari 10 ml pirogalol 0.5 M ditambah dengan 12.5 ml buffer fosfat 0.066 M ph 6.0 dan diencerkan dengan aquades hingga volumenya menjadi 100 ml ) dan 0.5 ml H2O2 1% didalam kuvet. Blanko dibuat dengan memasukan bahan-bahan di atas ke dalam kuvet tanpa sumber enzim. Campuran tersebut dihomogenkan selama 5 hingga 10 detik dan diamati nilai absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Apabila nilai absorbansi terlalu tinggi maka sediaan enzim diencerkan dengan bufer fosfat. Unit aktivitas enzim (UAE) dihitung dengan menggunakan rumus:

n

I = --- x 100% N

Keterangan :

I = Prosentase kejadian penyakit n = Jumlah tanaman yang terserang ( mati / terkena busuk akar ) N = Jumlah tanaman yang diamati

∆OD x sumber enzim (ml) UAE =--- bobot basah contoh (g)

∆OD = nilai absorban rata-rata (b) dari suatu pengamatan dicari dengan menggunakan persamaan regresi (Y=a+bx); nilai absorbansi yang diperoleh terlebih dahulu dikurangi dengan blanko.

HASIL

Uji Pemacuan Pertumbuhan Kecambah Kedelai

Sebanyak 15 isolat Pseudomonas sp. diuji pemacuan pertumbuhannya terhadap pertumbuhan kencambah kedelai. Berdasarkan uji pemacuan pertumbuhan diketahui bahwa terdapat 3 isolat Pseudomonas sp. yang secara signifikan mampu memacu pertumbuhan kecambah kedelai jika dibandingkan dengan kontrol, yakni Pseudomonas sp. Crb97, Crb102 memacu pertumbuhan akar lateral sedangkan Pseudomonas sp. Crb106 memacau pemanjangan batang (Tabel 1). Penampilan kecambah tanaman kedelai yang diinokulasi dengan isolat Pseudomonas sp. Crb-102 terlihat pada Gambar 1.

Tabel 1. Pengaruh inokulasi Pseudomonas sp. dalam memacu pertumbuhan batang, akar, dan jumlah akar lateral kecambah kedelai.

Rata-rata No Perlakuan Panjang batang

(cm)

Panjang akar primer (cm) Jumlah akar lateral 1 Kontrol 10.5200a 11.6833abc 35.5200ab 2 Crb-97 11.2400a 13.7867bc 39.74.00c

3 Crb-99 9.6433a 10.7233ab 33.5933a

4 Crb-100 9.8700a 10.3100a 32.2600a

5 Crb-101 10.1800a 10.1267a 38.1467bc

6 Crb-102 10.4667a 13.4600bc 39.1133c

7 Kontrol 9.6033a 12.2800ab 36.6700ab

8 Crb-105 9.5800a 11.1567a 34.9633ab

9 Crb-106 11.6100b 13.7700b 39.7033b

10 Crb-107 9.2462a 11.1067a 33.0733a

11 Crb-109 9.6433a 11.9300ab 34.4467a

12 Crb-110 10.1900a 11.1200a 35.1867ab

13 Kontrol 10.7333a 11.8900a 36.8533a

14 Crb-111 10.6967a 11.7633a 38.3300a

15 Crb-112 10.4600a 11.2967a 36.1100a

16 Crb-113 10.8067a 11.0733a 35.1500a

17 Crb-114 10.3533a 10.3967a 36.9267a

18 Crb-115 9.9000a 10.9333a 40.2233a

Keterangan: 1. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama dengan rata-rata kontrol menunjukkan tidak signifikan pada tingkat 5% dengan uji Duncan; 2. Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda dengan rata-rata kontrol menunjukkan isolat yang signifikan. 3. Angka dan huruf yang dicetak tebal menunjukkan isolat yang signifikan pada tingkat 95% dengan uji Duncan.

Gambar 1. Pertumbuhan kecambah kedelai yang berumur satu minggu pada tempat gelap A) Kontrol B) Kecambah yang diinokulasi isolat Pseudomonas sp. Crb102.

Uji Reaksi Hipersensitivitas

Sebanyak 15 isolat Pseudomonas sp. diuji reaksi hipersensitivitasnya dan 8 isolat yakni Pseudomonas sp. Crb102, Crb109, Crb110, Crb111, Crb112, Crb113, Crb114, dan Crb115 reaksi hipersensitivitasnya negatif sedangkan 7 isolat reaksi hipersensitivitasnya positif yang ditunjukkan dengan kematian cepat, kekeringan dan nekrosis kecoklatan pada jaringan daun tembakau setelah 24 sampai 48 jam (Tabel 2).

Tabel 2. Respon hipersensitif tanaman tembakau terhadap isolat-isolat Pseudomonas sp. No Isolat Reaksi Hipersensitivitas No Isolat Reaksi Hipersensitivitas 1 Crb-97 + 9 Crb 109 - 2 Crb-99 + 10 Crb 110 - 3 Crb-100 + 11 Crb 111 - 4 Crb-101 + 12 Crb 112 - 5 Crb-102 - 13 Crb 113 - 6 Crb-105 + 14 Crb 114 - 7 Crb-106 + 15 Crb 115 - 8 Crb 107 +

Keterangan : + : isolat memberi reaksi hipersensitif pada daun tembakau. - : isolat tidak memberi reaksi hipersensitif pada daun tembakau

Uji Aktivitas Produksi Senyawa Anti Bakteri

Penggunaan lebih dari satu rizobakteri diharapkan dapat meningkatkan keefektifan pengendalian hayati yang dilakukan. Peningkatan keefektifan pengendalian tidak dapat direalisasikan jika antar rizobakteri yang digunakan bersifat antagonis. Berdasarkan uji aktivitas produksi senyawa anti bakteri pada percobaan ini diketahui bahwa isolat Pseudomonas sp. Crb3, Crb17 dan Crb102 tidak membentuk zona hambatan disekitar kertas saring yang mengandung suspensi bakateri. Begitu juga dengan B. japonicum Bj11, tidak membentuk zona hambatan disekitar kertas saring yang mengandung suspensi bakateri.

Uji Biokontrol pada Tanaman Kedelai di Rumah Kaca

Perlakuan tunggal B. japonicum Bj11 dan perlakuan campuran Pseudomonas sp. Crb3 + B. japonicum Bj11 mampu meningkatkan secara nyata berat kering akar dan jumlah bintil dibandingkan dengan tanaman tanpa perlakuan fungi dan agens biokontrol (K). Sedangkan dibandingkan dengan

perlakuan tunggal B. japonicum Bj11, perlakuan campuran Pseudomonas sp. Crb3 + B. japonicum Bj11 juga mampu meningkatkan secara nyata rata-rata berat kering akar dan jumlah bintil (Gambar 2 dan Tabel 3). Penampilan akar tanaman kedelai berumur 42 hari pada botol Leonard di rumah kaca yang diinokulasi dengan isolat Pseudomonas sp. Crb3 + B. japonicum Bj11 (Gambar 5).

Berat Kering Akar

0 0.1 0.2 0.3 0.4 K Bj Crb3+Bj perlakuan b o b o t (g )

Jumlah Bintil Akar

0 5 10 15 20 25 30 K Bj Crb3+Bj perlakuan ju m la h Gambar 2. Respon tanaman kedelai terhadap Pseudomonas sp dan B. japonicum

Bj11.

Tabel 3. Pengaruh Pseudomonas sp. Crb3 terhadap berat kering akar dan jumlah bintil akar tanaman kedelai.

No Perlakuan Berat Kering Akar (g) Jumlah Bintil

1 K 0.20a 9.58a

2 Bj 0.27b 17.83b

3 Crb3+Bj 0.35c 23.50c

Keterangan: K = tanaman tanpa perlakuan fungi dan agens biokontrol; Bj=B.japonicum Bj11; Crb3+Bj= Pseudomonas sp Crb3 + B. japonicum Bj11. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak signifikan pada tingkat 5% dengan uji Duncan.

Pada Gambar 3 dan Tabel 4 terlihat bahwa perlakuan campuran Pseudomonas sp. Crb17 + B. japonicumBj11 mampu meningkatkan secara nyata rata-rata berat kering akar dan jumlah bintil dibandingkan dengan tanaman tanpa perlakuan fungi dan agens biokontrol (K). Sedangkan dibandingkan dengan perlakuan tunggal B. japonicum Bj11, perlakuan campuran Pseudomonas sp. Crb17 + B. japonicum Bj11 juga mampu meningkatkan secara nyata rata-rata

berat kering akar dan jumlah bintil. Penampilan akar tanaman kedelai berumur 42 hari pada botol Leonard di rumah kaca yang diinokulasi dengan isolat Pseudomonas sp. Crb17 + B. japonicum Bj11 terdapat pada Gambar 5.

Berat Kering Akar

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 K Bj Crb 17+B j perlakuan b o b o t (g )

Jumlah Bintil Akar

0 5 10 15 20 25 30 K Bj Crb 17+B j perlakuan ju m la h

Gambar 3. Respon tanaman kedelai terhadap Pseudomonas sp. Crb17 dan B. japonicum Bj11.

Tabel 4. Pengaruh Pseudomonas sp. Crb17 terhadap berat kering akar dan jumlah bintil akar tanaman kedelai.

No Perlakuan Berat Kering Akar (g) Jumlah Bintil

1 K 0.20a 9.58a

2 Bj 0.27b 17.83b

3 Crb17+Bj 0.38c 25.50c

Keterangan: K = tanaman tanpa perlakuan fungi dan agens biokontrol ; Bj= Bradyrhizobium japonicum Bj11; Crb17+Bj = Pseudomonas sp Crb17+B.japonicum Bj11. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak signifikan pada tingkat 5% dengan uji Duncan.

Aplikasi campuran isolat Pseudomonas sp. Crb102 + B. japonicum Bj11 mampu meningkatkan secara nyata rata-rata berat kering akar dan jumlah bintil dibandingkan dengan tanaman tanpa perlakuan fungi dan agens biokontrol (K). Sedangkan dibandingkan dengan perlakuan tunggal B. japonicumBj11, perlakuan campuran Pseudomonas sp. Crb102 + B. japonicum Bj11 juga mampu meningkatkan rata-rata berat kering akar dan jumlah bintil akar, tetapi tidak berbeda nyata (Gambar 4 dan Tabel 5). Penampilan akar tanaman kedelai berumur 42 hari pada botol Leonard di rumah kaca yang diinokulasi dengan isolat Pseudomonas sp. Crb102 + B. japonicum Bj11 terdapat pada Gambar 5.

Berat Kering Akar 0 0.1 0.2 0.3 0.4 K Bj Crb 102+ Bj perlakuan b o b o t (g )

Jumlah Bintil Akar

0 5 10 15 20 25 K Bj Crb 102+ Bj perlakuan ju m la h

Gambar 4. Respon tanaman kedelai terhadap Pseudomonas sp. Crb102 dan B. japonicum Bj11.

Tabel 5. Pengaruh Pseudomonas sp. Crb102 terhadap berat kering akar dan jumlah bintil akar tanaman kedelai.

No Perlakuan Berat Kering Akar (g) Jumlah Bintil

1 K 0.20a 9.58a

2 Bj 0.27bc 17.83bc

3 Crb102+Bj 0.30c 19.16c

Keterangan: K = tanaman tanpa perlakuan fungi dan agens biokontrol ; Bj= B.japonicum Bj11; Crb102+Bj = Pseudomonas sp. Crb102 + B.japonicum Bj11. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak signifikan pada tingkat 5% dengan uji Duncan.

Gambar 5. Pertumbuhan akar tanaman kedelai pada berbagai perlakuan: A) Akar tanpa perlakuan fungi dan agens biokontrol. B) Akar yang diinokulasi

B. japonicum Bj11. C). Akar yang diinokulasi Pseudomonas sp Crb3+

B. japonicum Bj11. D) Akar yang diinokulasi Pseudomonas sp Crb17 +

B. japonicum Bj11. E) Akar yang diinokulasi Pseudomonas sp Crb102 + B.japonicum Bj11.

A

B

C

Pengendalian Fungi Patogen Akar

Pengamatan pengendalian fungi patogen akar dilakukan dengan cara menghitung tanaman yang mati pada waktu panen. Berdasarkan percobaan ini diketahui bahwa perlakuan campuran Pseudomonas sp.Crb3 + R. solani dan campuran Pseudomonas sp.Crb3 + R. solani + B. japonicum mampu menekan kejadian penyakit sebesar 83.33% dibandingkan dengan perlakuan tunggal R. solani (Tabel 6). Aplikasi fungi F. oxysporum pada tanaman tidak menimbulkan kejadian penyakit (Tabel 6). Tanaman yang menggunakan isolat Pseudomonas sp. Crb102 mampu menurunkan tingkat kejadian penyakit sebesar 66.67% dibandingkan dengan tanaman yang mendapat perlakuan tunggal S. rolfsii. Pada tanaman yang mendapat aplikasi Pseudomonas sp. Crb-102 + S. rolfsii + B. japonicum Bj11 hanya mampu menekan kejadian penyakit sebesar 50% dibandingkan dengan tanaman yang mendapat perlakuan tunggal S. rolfsii seperti terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Pseudomonas sp. dan B. japonicum terhadap kejadian penyakit busuk akar pada tanaman kedelai.

Jumlah Jumlah Jumlah % Kejadian

No Perlakuan

Tanaman Tanaman Mati Tanaman Hidup Penyakit

1 K 6 0 6 0 2 R 6 5 1 83.33 3 Crb3+R 6 0 6 0 4 Crb3+R+Bj11 6 0 6 0 5 F 6 0 6 0 6 Crb17+F 6 0 6 0 7 Crb17+F+Bj 6 0 6 0 8 S 6 4 2 66.67 9 Crb102+S 6 0 6 0 10 Crb102+S+Bj 6 1 5 16.67

Keterangan: K = tanaman tanpa perlakuan fungi dan agens biokontrol; R.=R. solani; Crb3+R= Pseudomonas sp Crb3 + R. solani; Crb3+R+Bj= Pseudomonas sp Crb3 + R. solani + B. japonicum Bj11; F=F. oxysporum; Crb17+F=Pseudomonas sp Crb-17+ F. oxysporum; Crb17+F+Bj= Pseudomonas sp Crb17 + F. oxysporum + B.japonicum Bj11: S= S. rolfsii ; Crb102+S=. Pseudomonas sp Crb102 + S.rolfsii; Crb102+S+Bj = Pseudomonas sp Crb102+ S. rolfsii + B. japonicum Bj11.

Induksi Resistensi Sistemik

Berdasarkan hasil uji aktifitas enzim peroksidase pada akar tanaman kedelai menunjukkan bahwa tanaman yang menggunakan perlakuan agens biokontrol tidak semuanya memperlihatkan aktifitas peroksidase yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang hanya mendapat perlakuan tunggal

fungi. Perlakuan menggunakan Pseudomonas sp.Crb3+ R. solani + B. japonicum Bj11dan Pseudomonas sp.Crb3 + R. solani keduanya mampu meningkatkan aktifitas peroksidase dan berbeda nyata dibandingkan dengan tanaman yang

Dokumen terkait