• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus 2012 di enam kecamatan di Kabupaten Bogor. Pengujian kandungan senyawa kimia dengan GC-MS dilakukan di laboratorium Kesehatan Daerah Jakarta. Data agroekologi lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan data iklim di lokasi penelitian bulan Januari-Agustus 2012

Kecamatan Curah hujan (mm) Suhu (oC)** Kelembaban (oC)** Altitude pengukuran (m) Rancabungur 213 31.9 82 142 Dramaga 229 31.9 82 207 Kemang 237 31.9 82 129 Leuwiliang 214 31.9 82 395 Ciampea* 250 31.9 82 180 Tenjolaya* 250 31.9 82 180 (Sumber: BMKG)

Keterangan : * : data disamakan berdasarkan kedekatan lokasi stasium pengukuran

** : data yang digunakan iklim makro Bogor

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan ialah tanaman kemang dan pucuk kemang. Alat yang digunakan adalah GC-MS, GPS, oven, meteran, abney level dan mikroskop.

Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan melakukan survei tanaman kemang di beberapa kecamatan di Bogor. Enam kecamatan yang dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Kemang, Leuwiliang, Ciampea dan Tenjolaya. Jumlah tanaman kemang yang diamati sebanyak 10 tanaman setiap kecamatan. Tanaman kemang yang digunakan merupakan tanaman yang sudah tumbuh di lokasi penelitian.

Lokasi tumbuh tanaman kemang ini kemudian ditentukan ketinggian tempat dan koordinat lokasinya dengan GPS. Identifikasi karakter agronomi

tanaman dilakukan pada pohon kemang berdasarkan descriptors for mango

(IPGRI, 2006) yang telah dimodifikasi.

Persepsi masyarakat terhadap pucuk kemang sebagai sayuran indigenous

diketahui dengan melakukan wawancara. Informasi berdasarkan pengetahuan masyarakat mengenai kebiasaan makan, nilai ekonomi, dampak mengonsumsi dan pengetahuan masyarakat terhadap pucuk kemang.

Data dari responden diperoleh dengan melakukan wawancara. Jumlah responden diperoleh dari tiga desa di setiap kecamatan dengan masing-masing desa dipilih 10 orang sehingga terdapat 180 orang. Pemilihan responden berdasarkan responden yang pernah mengonsumsi pucuk kemang.

Kandungan bioaktif pucuk kemang dianalisis dengan menggunakan metode GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectrometry). Senyawa yang teridentifikasi dikelompokkan berdasarkan jenisnya.

Pengamatan

A.Peubah Kualitatif

Komponen yang diamati terlampir pada lembar wawancara Lampiran 1. B.Peubah Kuantitatif

1. Agroekologi

Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika meliputi altitude, curah hujan, suhu dan RH. Lokasi tumbuh tanaman ditentukan dengan GPS meliputi ketinggian tempat dan koordinat lokasi (Lampiran 2 dan 3). 2. Karakter Tanaman

Pohon

a. Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman diukur sampai dengan bagian atas tajuk tanaman menggunakan abney level. Tinggi tanaman dihitung dengan persamaan:

y = z + (x tan α)

Keterangan : z = tinggi pengukur; x = jarak pengukur ke pohon; y = tinggi pohon;

b. Diameter Batang

Diameter batang diukur pada setinggi dada (diameter at brest height, dbh) kurang lebih 1.3 m dari atas tanah dengan mengukur lingkar batang terlebih dahulu. Diameter batang dihitung dengan menggunakan rumus:

Diameter Batang = keliling batang

π

c. Bentuk Tajuk

d. Tree Growth Habit

e. Percabangan

Percabangan ini diamati di lapangan dengan skoring. Skoring 1 untuk cabang rusak dan skoring 2 untuk cabang baik.

f. Tempat Muncul Flush

1. Terminal 2. Aksilar 3. Terminal dan aksilar g. Warna Batang

1. Coklat 2. Coklat keabuan 3. Abu-abu 4. Hitam

Daun

Daun contoh sebanyak 10 daun yang diambil pada cabang yang berbeda dan setiap cabang diambil satu daun secara acak.

Oblong Broadly Pyramidal Semi-circular Spherical

Elliptic Oblong Ovate Obovate Lanceolate Oblanceolate

a. Panjang Daun

Panjang daun diukur dari pangkal tangkai daun hingga ujung daun.

1. 20.18≤x<25.92 cm 2. 25.92≤x<31.65 cm 3. 31.65≤x<37.39 cm 4. 37.39≤x<43.12 cm 5. 43.12≤x<48.86

b. Lebar Daun

Lebar daun diukur pada lembar daun yang terlebar.

1. 6≤x<9.16 cm 2. 9.16≤x<12.32 cm 3. 12.32≤x<15.47 cm

4. 15.47≤x<18.63 cm 5. 18.63≤x<21.79

c. Luas Daun

Pengamatan luas daun dilakukan pada daun tua dengan menggunakan metode grafimetri. Luas daun dihitung dengan rumus:

Luas Daun = bobot replika daun

bobot kertas ×luas kertas d. Kerapatan Stomata

Jumlah stomata diamati pada permukaan bawah daun dengan pembesaran 40x10 dengan mikroskop. Pengambilan titik contoh stomata ini dilakukan pada tiga titik di daun yaitu di ujung, tengah dan pangkal daun. Kerapatan stomata pada setiap titik dihitung berdasarkan rumus:

Kerapatan Stomata = ∑stomata

luas bidang pandang(mm2)

e. Bentuk Daun

f. Bentuk Ujung Daun

g. Bentuk Pangkal Daun

h. Bentuk Margin Daun

3. Kualitas Panen a. Kadar Air Pucuk

Bobot kering diperoleh dari hasil pengovenan dengan suhu 105°C selama 24 jam. Kadar air dihitung dengan rumus:

Kadar Air = bobot basah-bobot kering

bobot basah ×100%

b. Edible Portion

Edible portion merupakan bobot yang dapat dimakan dihitung berdasarkan

persen perbandingan dari bobot daun segar yang dimakan dengan bobot basah pucuk.

c. Panjang Pucuk

Panjang pucuk diukur dari pangkal pucuk hingga ujung pucuk yang terpanjang.

d. Jumlah Daun

Total daun yang terdapat pada tangkai flush. e. Panjang Tangkai

Panjang tangkai diukur dari pangkal pemetikan hingga ujung titik tunas dorman.

f. Panjang Tangkai Potong

Panjang tangkai potong diukur dari jarak pangkal pemetikan hingga daun pertama yang tumbuh dekat pangkal flush.

Acute Obtuse Round

4. Kandungan Bioaktif

Pengukuran kandungan bioaktif dilakukan dengan menggunakan metode GC-MS. Tahapan metode GC-MS pada pucuk kemang sebagai berikut:

Pucuk kemang dalam kondisi segar

Direndam menggunakan ethanol 90% selama 24 jam Maserasi atau dihaluskan tanpa

menggunakan air

Diinject menggunakan autosampler

GC-MS

Diuapkan menggunakan gas Nitrogen

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakter Agronomi

Keragaman karakter tanaman yang terbentuk pada suatu ekosistem akan dipengaruhi oleh genetik, lingkungan atau interaksi keduanya. Tanaman akan beradaptasi pada lingkungan baru untuk mempertahankan hidupnya. Adaptasi dapat merubah penampilan suatu tanaman menjadi beragam. Keragaman yang terjadi di lapangan merupakan sumber materi genetik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

Pohon kemang yang tersebar di daerah Bogor umumnya tumbuh alami. Lokasi tumbuh tanaman ini di sekitar sungai, pinggir jalan, ladang dan pekarangan (Lampiran 2). Penyebaran pohon kemang yang lebih banyak di sekitar sungai atau daerah dekat genangan air. Menurut Bompard (1992) tanaman kemang tumbuh baik di pinggiran sungai yang secara berkala tergenang air. Keragaan tanaman kemang ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tanaman kemang aksesi (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; (F) Tenjolaya.

A

D E F

Tanaman kemang yang tumbuh di lapangan diduga berasal dari penyebaran buah melalui sungai. Benih kemang dapat berkecambah pada 3 minggu setelah semai. Tipe perkecambahan kemang adalah epigeal (Gambar 2A). Kedudukan daun tanaman kemang membentuk spiral dengan arah ke kiri dan ke kanan. Filotaksis yang terbentuk 1/10 yaitu daun nomor 1 akan sejajar dengan daun nomor 10. Arah kedudukan daun dapat dilihat pada Gambar 2C.

Titik tumbuh tanaman kemang akan termodifikasi menjadi pucuk dorman (Gambar 2B). Waktu perkembangan saat fase flush atau fase berbunga akan mempengaruhi perkembangan pucuk dorman. Pucuk dorman akan berkembang menjadi flush atau bunga sesuai kondisi yang terjadi pada pohon tersebut.

Gambar 2. Beberapa karakter agronomi tanaman kemang (A) perkecambahan benih kemang (B) pucuk dorman (C)

arah spiral kedudukan daun

Variabel pengamatan tanaman kemang hasil eksplorasi disajikan pada Tabel 2. Tinggi pohon dan diameter batang pohon kemang dapat mencapai 11.7±5.9 m dan 38.82±16.1 cm. Tinggi tanaman kemang dapat mencapai 40 m dan diameter batang mencapai 120 cm (Bompard, 1992).

Tanaman ini akan menggugurkan daun tuanya kemudian diganti dengan daun baru pada saat flushing. Daun kemang berbentuk lonjong dengan pangkal daun meruncing (Bompard, 1992). Panjang daun kemang dapat mencapai 35.0±8.4 cm, sedangkan lebarnya mencapai 10.5±4.1 cm (Tabel 2). Bentuk- bentuk daun dari setiap kecamatan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk-bentuk daun tanaman kemang aksesi (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; (F) Tenjolaya.

Kerapatan Stomata

Stomata yang diamati tidak diambil berdasarkan pada umur daun yang sama. Sejarah daun untuk pengamatan stomata juga tidak diamati. Stomata biasanya tersebar di bagian epidermis daun. Stomata merupakan jaringan pada tanaman yang dapat berperan pada sistem respirasi dan transpirasi. Meskipun

A B C

F

ribuan stomata ditemukan pada permukaan atas dan bawah, jumlah dan distribusinya jauh lebih beragam (Levetin dan McMahon, 2006). Hasil pengamatan stomata tanaman kemang ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Stomata pada tanaman kemang dari aksesi (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; (F) Tenjolaya

Stomata yang terdapat pada daun kemang memiliki kerapatan yang berbeda meskipun pada wilayah dengan ketinggian yang hampir sama (Tabel 2). Kerapatan stomata tanaman kemang dapat mencapai 573.9±86.7 mm-2. Menurut Handayani (2012) mangga cengkir memiliki kerapatan stomata yang bervariasi antara 627.3–858.3 mm-2.

Batos et al. (2010) menyatakan bahwa daun yang terpapar oleh sinar matahari pada intensitas cahaya tinggi memiliki kerapatan stomata yang lebih tinggi dibandingkan daun yang ternaung. Hasil penelitian Adebooye (2012) menunjukkan bahwa perlakuan salinitas terhadap kerapatan stomata di permukaan atas dan bawah daun tidak signifikan sedangkan pengaruh umur daun menunjukkan kerapatan stomata di permukaan atas berkurang dan di permukaan bawah tidak dipengaruhi umur daun.

A B C

Tabel 2. Data rata-rata beberapa variabel pohon kemang

Keterangan: Ran.: Rancabungur; Dra.: Dramaga; Kem.: Kemang; Leu.: Leuwiliang; Cia.: Ciampea; Ten.: Tenjolaya

Fenologi dan laju perkembangan tanaman tergantung pada faktor iklim seperti suhu, panjang hari dan kersediaan air (Suryadi dan Kusmana, 2004). Tanaman akan tumbuh baik pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman tersebut. Hal itu ditujukan untuk memudahkan tanaman beradaptasi pada kondisi lingkungan dan menghindari cekaman lingkungan.

Pohon mangga membutuhkan suhu udara antara 24-30 oC dan dapat bertahan hingga suhu 48 oC selama perkembangan buah jika irigasi cukup tersedia (Nakasone dan Paull, 1998). Suhu di Bogor pada saat penelitian ini mencapai 31.9 oC dengan kelembaban 82 oC. Suhu yang dibutuhkan untuk perkembangan buah kemang sudah sesuai.

Menurut Bompard (1992) ketinggian tempat untuk lokasi tumbuh tanaman kemang hingga 400 m. Lokasi kecamatan penelitian memiliki ketinggian tempat antara 181.2±21.8-310.0±47.0 m, yang sudah sesuai dengan syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman kemang.

Tanaman kemang memerlukan curah hujan yang merata sepanjang tahun (Bompard, 1992). Rataan curah hujan di lokasi penelitian cukup tinggi yaitu sekitar 213-250 mm/bulan. Di daerah tropis dengan curah hujan tinggi produksi buah mangga menjadi rendah dan mengalami pertumbuhan vegetatif yang berlebihan (Nakasone dan Paull, 1998).

Variabel Kecamatan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten.

Panjang daun (cm) 35.0±8.4 29.3±4.8 28.8±5.6 31.2±5.8 31.4±6.6 33.9±5.5 Lebar daun (cm) 9.2±1.2 8.9±1.0 9.0±1.0 9.4±1.8 9.7±3.4 10.5±4.1 Luas daun (cm2) 202.8±55.9 164.5±36.4 164.6±46.7 166.6±50.4 178.9±60.8 211.2±52.7 Kerapatan stomata (mm-2) 485.6±58.3 490.8±99.4 573.9±86.7 512.6±76.3 509.7±80.6 428.6±69.4 Lingkar batang (cm) 94.0±53.4 92.9±46.1 122.5±49.9 93.5±47.3 87.1±36.1 101.0±62.4 Diameter batang (cm) 29.9±17.0 27.4±14.0 38.8±16.1 29.8±15.1 27.6±11.4 32.2±19.9 Tinggi tanaman (m) 9.2±4.7 9.4±5.0 11.7±5.9 9.9±2.3 8.8±3.0 9.8±3.6 Altitude tanaman (m) 183.2±14.5 207.0±33.2 181.2±21.8 206.6±13.1 221.5±33.6 310.0±47.0

Karakterisasi Berdasarkan Ciri Morfologi

Analisis komponen utama merupakan analisis statistika dengan mereduksi variabel yang dapat menjelaskan struktur varian-covarian dari set variabel melalui kombinasi linear (Johnson dan Wichern, 2007). Analisis komponen utama membentuk peubah baru yang merupakan kombinasi linear dari seluruh peubah asli, yang disebut komponen utama (Siswadi et al., 2011). Nilai komponen utama 11 ciri morfologi pada analisis komponen utama 60 aksesi kemang di Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Kemang, Leuwiliang, Ciampea dan Tenjolaya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai komponen utama ciri morfologi pada 60 tanaman kemang

Ciri Morfologi Nilai Komponen Utama

1 2 3 4 5

Keragaman Kumulatif (%) 19.902 35.14 48.693 60.393 69.756 BDA (Bentuk Daun) -0.028 0.670 -0.113 -0.169 0.324 UDA (Bentuk Ujung Daun) 0.704 -0.292 -0.079 0.215 0.238 PDA (Bentuk Pangkal Daun) -0.483 0.282 0.209 -0.318 0.294 MDA (Bentuk Margin Daun) 0.218 0.620 0.126 0.223 0.427 PND (Panjang Daun) 0.822 0.053 -0.013 -0.052 0.073

LBA (Lebar Daun) 0.659 0.166 0.077 -0.596 -0.030

BTA (Bentuk Tajuk Pohon) -0.289 -0.168 0.654 -0.359 -0.077 TGH (Tree Growth Habit) 0.273 0.396 0.209 0.372 -0.582 TMF (Tempat Muncul Flush) -0.102 0.174 0.598 0.608 0.146 KCA (Kondisi Percabangan) -0.320 -0.149 -0.635 0.247 0.231 WBA (Warna Batang) 0.180 -0.640 0.418 0.075 0.418

Total persentase keragaman kumulatif antara 70-90% akan menjelaskan sebagian besar informasi yang dimiliki total peubah (Siswadi et al., 2011). Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi keragaman kumulatif sebesar 69.75% tercapai pada lima komponen utama. Hal tersebut menunjukkan bahwa peubah pengamatan karakter morfologi dapat menjelaskan keragaman tanaman kemang dengan lima komponen utama.

Komponen utama (KU) pertama menerangkan sama lebih memuaskan terhadap variasi dalam data aslinya (Everitt dan Dunn, 1998). Data awal yang mengandung n pengukuran dengan p peubah dapat direduksi menjadi n

pengukuran dengan k komponen utama (Muslim, 2011). Ciri morfologi yang mempunyai nilai keragaman terbesar pada kedua komponen utama pertama dapat dijadikan sebagai ciri pembeda antar aksesi.

Karakter dengan nilai Measures of Sampling (MSA) kurang dari 0.5 tidak dapat digunakan dalam analisis faktor (Simamora, 2005). Ciri morfologi yang berpengaruh sebagai pembeda pada KU1, yaitu Bentuk Ujung Daun (UDA), Panjang Daun (PND) dan Lebar Daun (LDA) mempunyai nilai berturut-turut 0.704, 0.822 dan 0.659. KU2 memiliki ciri morfologi sebagai pembeda yaitu Bentuk Daun (BDA) dan Bentuk Margin Daun (MDA) dengan nilai berturut-turut 0.670 dan 0.620. Ciri morfologi pembeda pada KU3 adalah Bentuk Tajuk (BTA) serta Tempat Muncul Flush (TMF) dan KU4 memiliki ciri pembeda Tempat Muncul Flush (TMF).

Keragaman kumulatif yang dapat dijelaskan oleh KU1 dan KU2 adalah 35.24%. Diagram pencar menunjukkan posisi pohon dan pengelompokkannya berdasarkan ciri komponen utama. Hasil plot dua komponen utama pertama (KU1 dan KU2) disajikan pada diagram pencar (Gambar 5).

Aksesi dari setiap kecamatan tersebar cukup merata di seluruh kuadran. Aksesi yang berasal dari satu kecamatan terletak berdekatan pada kuadran yang sama menunjukkan ragam morfologi yang rendah. Hal ini dapat diduga karena tanaman tersebut memiliki sumber genetik yang sama dan tumbuh di wilayah yang sama.

Tanaman kemang dari setiap kecamatan hampir merata terletak pada kuadran I (KU1 positif dan KU2 positif). Kuadran I dan kuadran III (KU1 negatif dan KU2 negatif) memiliki anggota tanaman kemang dari setiap kecamatan. Kuadran III didominasi oleh tanaman kemang yang terdapat di Kecamatan Kemang, sedangkan tanaman lainnya terdapat di Kuadran I.

Kuadran II ( KU1 negatif dan KU2 positif) diisi oleh tanaman kemang dari setiap kecamatan kecuali Kecamatan Kemang. Tanaman yang mendominasi kuadran ini berasal dari Kecamatan Ciampea.

Kuadran IV (KU1 positif dan KU2 negatif) terdiri atas tanaman kemang dari Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Ciampea dan Tenjolaya. Kuadran ini

merupakan kuadran yang diisi sedikit aksesi. Tanaman 10 dari Kecamatan Ciampea merupakan pencilan dari kuadran ini.

Keterangan: A1: Kecamatan Rancabungur; A2: Kecamatan Dramaga; A3: Kecamatan Kemang; A4: Kecamatan Leuwiliang; A5: Kecamatan Ciampea; A6: Kecamatan Tenjolaya. Huruf P menujukkan nomor aksesi

Gambar 5. Diagram pencar 60 pohon kemang berdasarkan ciri morfologi Menurut Arham (2006) data yang menghasilkan keragaman komponen utama dan kedua yang besar dan memenuhi syarat >75%, letak titik-titik tersebut akan menyerupai keadaan penggerombolan yang digambarkan pada dendrogram. Dendrogram merupakan grafik yang digunakan untuk mengetahui hubungan kekerabatan berdasarkan kemiripan karakter yang diamati.

Coefficient 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 A1P1 A2P6 A5P10 A6P10 A2P4 A2P5 A5P9 A3P1 A3P3 A3P6 A3P8 A4P8 A3P9 A5P2 A4P9 A6P4 A1P5 A4P10 A6P9 A5P8 A2P2 A5P5 A1P10 A1P9 A3P2 A4P2 A4P7 A6P1 A2P1 A3P4 A4P5 A1P4 A1P8 A6P3 A5P3 A5P6 A6P8 A4P3 A6P6 A5P1 A6P7 A4P6 A1P6 A1P7 A4P1 A3P10 A2P9 A2P10 A6P5 A1P2 A4P4 A6P2 A1P3 A2P8 A3P7 A5P7 A2P3 A3P5 A2P7 A5P4

Kedekatan hubungan antar aksesi pada 60 pohon kemang berdasarkan analisis gerombol disajikan dalam bentuk dendrogram (Gambar 6).

Keterangan: A1: Kecamatan Rancabungur; A2: Kecamatan Dramaga; A3: Kecamatan Kemang; A4: Kecamatan Leuwiliang; A5: Kecamatan Ciampea; A6: Kecamatan Tenjolaya. Huruf P menujukkan nomor pohon

Gambar 6. Dendrogram 60 pohon kemang berdasarkan ciri morfologi Kemiripan sifat masing-masing individu dinyatakan dengan jarak

euclidius yaitu mulai dari 0.00 sampai 1.00. Jarak euclidius 0.50 membentuk tiga

gerombol pohon kemang yang diamati. Gerombol I dan III beranggotakan pohon yang berasal dari enam kecamatan. Pohon dari Kecamatan Ciampea tidak termasuk ke dalam gerombol II.

III

II

I

Aksesi yang tergabung dalam gerombol I menggerombol berdasarkan ciri tempat muncul flush di terminal dan aksilar. Aksesi A1P2, A4P4 dan A6P2 mengelompok terlebih dahulu berdasarkan ciri kemiripan bentuk ujung daun

acute, bentuk pangkal daun acute, bentuk tajuk semi-circular dan tree growth

habit berbentuk drooping sebelum mengelompok menjadi gerombol I.

Aksesi A6P2 memiliki perbedaan pada panjang daun dan lebar daun dengan A1P2 dan A4P4. Panjang daun A6P2 lebih pendek sedangkan lebar daunnya lebih lebar jika dibandingkan A1P2 dan A4P4. Panjang dan lebar daun A6P2 berturut-turut 25.92≤x<31.65dan 9.16≤x<12.32 cm.

Karakter yang menjadikan aksesi tergabung dalam gerombol II adalah bentuk tajuk, tempat muncul flush dan kondisi percabangan. Gerombol II memiliki bentuk tajuk semi-circular dengan kondisi percabangan baik. Titik terminal merupakan tempat muncul flush pada gerombol ini.

Gerombol III merupakan gerombol yang memiliki anggota terbanyak, yaitu 42 individu pohon kemang. Aksesi-aksesi yang tergabung dalam gerombol III memiliki ciri bentuk pangkal daun acute.

Individu dalam masing-masing gerombol baru menyatu pada jarak

euclidius 0.48. Hal itu berarti tingkat kemiripan dari aksesi-aksesi yang diamati

hanya mencapai 48%. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingginya keragaman antar individu berdasarkan ciri morfologi pada pohon kemang di enam kecamatan contoh.

Keragaman yang ditunjukkan dari aksesi pohon kemang diduga dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan yang berbeda. Menurut Fitmawati et al. (2009) luasnya rentang keanekaragaman genetik antara kultivar mangga disebabkan pertautan sifat ciri dan terdapatnya bentuk-bentuk peralihan pada setiap kelompok kultivar.

Pertumbuhan Pucuk Kemang

Pucuk kemang muncul setelah fase pucuk dorman selesai. Pucuk dorman akan terbentuk pada daerah terminal dan aksilar. Pucuk dorman pada titik terminal terdapat 1-4 tunas dorman yang terbentuk, namun terkadang terdapat lebih dari 4 tunas dorman. Perbedaan jumlah ini dapat disebabkan oleh titik terminal yang rusak sehingga pucuk dorman akan terbentuk di bawah batas titik rusak.

Pertumbuhan pucuk kemang dari pucuk dorman akan memunculkan daun- daun muda. Daun muda ini menguncup kemudian secara perlahan mekar. Pucuk kemang berwarna coklat keunguan dan mengkilat. Gambar pertumbuhan pucuk kemang disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Fase pertumbuhan pucuk kemang hari ke-2 (a); hari ke-4 (b); hari ke-5 (c) dan hari ke-6 (d)

Cabang pada tanaman kemang terbentuk melalui peristiwa flush. Flush

yang muncul pada titik terminal hanya satu flush menunjukan cabang tersebut diteruskan pertumbuhannya karena tidak terbentuk cabang baru. Flush yang muncul pada titik terminal lebih dari satu dan pada titik aksilar akan membentuk cabang baru.

Tanaman kemang memecahkan fase pucuk dormannya 1-2 kali dalam setahun. Kurun waktu setahun akan diselingi oleh masa berbuah sekali. Panen pucuk kemang dilakukan tidak lebih dari tujuh hari setelah masa dormansi pucuk selesai. Hal itu dikarenakan oleh pucuk kemang sudah mekar dan daun mulai mengeras. Beberapa variabel pucuk kemang pada umur kurang lebih tujuh hari setelah selesai fase dormansinya ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Data rata-rata beberapa variabel pucuk kemang per pucuk pada umur ± 7 hari

Variabel Kecamatan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten.

Bobot basah (g) 29.0±14.8 23.2±9.3 45.3±12.6 22.6±9.9 45.9±21.5 49.2±10.3

Bobot kering (g) 5.5±2.9 4.2±1.7 8.4±2.2 5.1±2.3 8.5±4.0 8.3±1.8

Kadar air (%) 80.5±2.4 81.7±1.4 81.4±0.8 77.4±1.1 81.5±0.5 83.0±1.9

Bobot daun (g) 23.0±11.8 17.4±7.1 37.8±10.0 15.0±7.3 36.3±16.8 34.4±8.8

Edible portion (%) 78.9±5.6 75.1±6.6 83.8±1.7 65.6±7.1 79.2±3.9 69.4±6.2

Jumlah daun (daun) 13.1±4.2 13.7±3.0 23.5±3.2 13.3±3.7 13.8±2.6 20.0±2.4

Panjang pucuk (cm) 24.8±7.9 22.9±5.7 22.8±3.0 26.4±5.4 36.1±4.7 29.4±2.2

Panjang tangkai (cm) 10.2±4.7 10.2±4.3 12.6±2.9 14.0±4.6 11.7±3.6 18.0±2.7

Panjang tangkai potong (cm) 2.5±2.5 3.0±2.2 1.2±0.5 4.8±2.6 3.0±0.8 4.0±1.2

Keterangan: Ran.: Rancabungur; Dra.: Dramaga; Kem.: Kemang; Leu.: Leuwiliang; Cia.: Ciampea; Ten.: Tenjolaya

Ukuran flush pohon kemang tiap kecamatan beragam. Bobot basah pucuk kemang dapat mencapai 22.6±9.9-49.2±10.3 g, sedangkan bobot kering pucuk kemang yaitu 4.2±1.7-8.5±4.0 g. Kadar air pucuk kemang Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Kemang, Leuwiliang, Ciampea dan Tenjolaya berturut- turut 80.5±2.4, 81.7±1.4, 81.4±0.8, 77.4±1.1, 81.5±0.5 dan 83.0±1.9%.

Edible portion menunjukkan banyaknya kuantitas bahan yang dapat

dikonsumsi. Bobot daun berhubungan dengan edible portion sedangkan jumlah daun tidak berhubungan. Hal itu dapat diketahui dengan meningkatnya bobot daun maka edible portion akan meningkat juga. Setiap pucuk rata-rata memiliki 13.1±4.1-20.0±2.4 daun. Bobot daun tertinggi diperoleh pada pucuk kemang aksesi Kecamatan Kemang yaitu 37.8±10.0 g.

Organisme Pengganggu Pucuk Kemang

Kerusakan pada pucuk kemang yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman dapat menurunkan kualitas. Organisme pengganggu ini perlu diketahui agar dapat dilakukan pengendalian selama produksi hingga panen. Tingkat kerusakan yang parah pada bahan pangan akan mengurangi nilai penampilan atau kandungan nutrisinya.

Organisme pengganggu yang ditemukan pada pucuk kemang di lapangan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Organisme yang menjadi pengganggu pucuk kemang (A) ulat ordo Lepidoptera dan (B) kutu putih

Kerusakan yang diakibatkan oleh ulat ordo Lepidoptera pada pucuk kemang adalah membentuk gerigitan di daun. Kutu putih akan menghisap cairan tumbuhan dengan memasukkan stilet ke dalam jaringan epidermis daun. Bersamaan itu pula kutu putih mengeluarkan racun kedalam daun, sehingga mengakibatkan klorosis, kerdil dan malformasi daun. Kedua hama ini belum perlu dikendalikan karena masih di bawah ambang batas ekonomi.

Senyawa Bioaktif

Potensi pengembangan pucuk kemang menjadi sayuran komersial adalah adanya kandungan senyawa spesifik pada daun kemang yang bermanfaat untuk kesehatan. Perubahan gaya hidup back to nature merupakan peluang pengembangan sayuran indigenous seperti pucuk kemang. Sayuran indigenous

mempunyai peranan untuk membantu mengatasi masalah-masalah kekurangan vitamin dan gizi bagi penduduk Indonesia terutama bagi keluarga prasejahtera karena tanaman tersebut telah beradaptasi terhadap lingkungan setempat dan cara budidayanya mudah dan murah (Putrasamedja, 2005). Kandungan senyawa bioaktif yang terkandung dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk meningkatkan daya jual pucuk kemang.

Senyawa yang teridentifikasi pada pucuk kemang hasil analisis GC-MS dikelompokkan menjadi fenol, asam lemak, steroid, terpenoid, alkaloid, alkohol, benzena, amina dan hidrokarbon. Hasil kromatogram tertinggi pucuk kemang dari Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Kemang, Leuwiliang, Ciampea dan

Tenjolaya berturut-turut 3-pentadecyl-phenol $$ m-phenol, 2,6-dimethyl- pyranzine (CAS) $$ 2-Acetic Acid, 4-Methylphenyl ester, (1S*, 2R*, 5R*, 7S*) - 2,4-dimethyl-7-ethyl–6, bis-1,2-Benzenedicarboxylic Acid dan diis-1,2- Benzenedicarboxylic Acid. Hasil kromatogram pucuk kemang dengan analisis GC-MS dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Kromatogram pucuk kemang hasil GC-MS (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; dan (F) Tenjolaya

Asam lemak merupakan bentuk sederhana lipid dan bekerja sebagai pembangun blok untuk tryglicerid dan phospolipid (Leventin dan McMahon, 2006). Beberapa lipid termasuk ke dalam lemak yang digunakan sebagai sumber energi, tetapi lebih banyak digunakan dalam bentuk lipid/membran protein (Brielmann et al., 2006). Kandungan asam lemak pada pucuk kemang dapat mencapai 33.99% (Tabel 5).

A B

C D

Tabel 5. Kandungan senyawa kelompok asam lemak pada pucuk kemang

Nama senyawa Kecamatan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten. ...(%)...

(Z)6, (Z)9-Pentadecadien-1-ol 2.38 - - - - -

1,2-Benzenedicarboxylic Acid, bis - - - - 4.45 - 1,2-Benzenedicarboxylic Acid, diis - - - 11.64 5-Hydroxy-2-Decenoic Acid Lactone - - 0.82 - - - 7,10-Hexadecadienoic Acid, Methyl - - 0.63 - - 0.25 8,11-Octadecadienoic Acid, Methyl - - 1.24 - - 0.64 9-Octadecenoic Acid (Z)-, Methyl e - - 1.28 - - - 9-Octadecanoic Acid (Z)-(CAS) $$ - 3.96 - 3.45 - - 9,12-Octadecadienoic Acid (Z, Z) -, 1.87 3.04 - - 1.6 - 9,12,15-Octadecatrioenic Acid, eth - 0.74 - - - - Acetic Acid, 4-Methylphenyl Ester - - 2.71 28.14 - -

Decanoic Acid $$ Capric Acid - - - 0.8

Ethyl Linoleate $$ Linoleic Acid - 0.54 - - - -

Ethyl Myristate - 0.75 - - - -

Heneicosanoic Acid (CAS) $$ n-Hene - 0.63 - - - - Hexadecanoic Acid ( CAS) $$ Palmiti - 2.74 1.23 1.4 3.17 4.51 Hexadecanoic Acid, 2-Hydroxy-1-(hy 0.74 - - 1 1.38 - Hexadecanoic Acid, Methyl Ester - - 1.88 - - 0.7 Hexanedioic Acid, Dioctyl Ester - - 14.7 - - - Hexanedioic Acid, mono (2-Ethylhex 0.08 - - - - -

Hexanedioic Acid, Dioctyl Acid - - - 7.66

Hexanedioic Acid. Dioctyl Ester - - - - 2.9 - Methyl (Z)-, 11,14,17-Eicosatetrae - - - - 3.65 - Methyl Eicosa- 5,8,11,14,17-Pentaen - 1.05 - - - - Octadecanoic Acid (CAS) $$ Stearic 0.6 2.62 - - - - Tetradecanoic Acid (CAS) $$ Myrist 0.85 - - - - -

TOTAL 6.52 16.07 24.5 33.99 17.2 26.2

Keterangan: Ran.: Rancabungur; Dra.: Dramaga; Kem.: Kemang; Leu.: Leuwiliang; Cia.: Ciampea; Ten.: Tenjolaya; $$ : mirip atau nama lainnya

Senyawa kelompok asam lemak yang teridentifikasi dari pucuk kemang hampir pada semua kecamatan adalah Hexadecanoic Acid (CAS) $$ Palmiti kecuali Kecamatan Rancabungur. Hexadecanoic Acid (CAS) $$ Palmiti atau asam palmitat mempunyai aktivitas sebagai antioksidan, hypocholesterolemic,

Dokumen terkait