• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi, Kandungan Bioaktif dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pucuk Kemang (Mangifera kemanga Blume.) Sebagai Sayuran Indigenous.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi, Kandungan Bioaktif dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pucuk Kemang (Mangifera kemanga Blume.) Sebagai Sayuran Indigenous."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI, KANDUNGAN BIOAKTIF DAN PERSEPSI

MASYARAKAT TERHADAP PUCUK KEMANG (

Mangifera

kemanga

Blume.) SEBAGAI SAYURAN

INDIGENOUS

SYHABUDDIN AL TAPSI

A24080166

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

SYHABUDDIN AL TAPSI. Karakterisasi, Kandungan Bioaktif dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pucuk Kemang (Mangifera kemanga Blume.) Sebagai

Sayuran Indigenous. (Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI dan EDI SANTOSA).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter agronomi, kimiawi dan persepsi masyarakat terhadap pucuk kemang. Penelitian dilakukan di enam kecamatan wilayah Bogor yaitu Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Kemang, Leuwiliang, Ciampea dan Tenjolaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus 2012.

Sebanyak 10 tanaman diamati di setiap kecamatan. Identifikasi morfologi tanaman dilakukan berdasarkan descriptors for mango dari IPGRI. Persepsi masyarakat terhadap pucuk kemang diketahui dengan melakukan wawancara pada 180 orang. Wawancara diarahkan pada informasi kebiasaan makan, nilai ekonomi, dampak konsumsi dan pengetahuan masyarakat terhadap pucuk kemang. Analisis kandungan bioaktif menggunakan metode GC-MS (Gas Chromatography Mass

Spectrometry).

Hasil penelitian menunjukkan tanaman kemang tumbuh secara alami. Tanaman kemang di enam kecamatan membentuk tiga gerombol.Setiap gerombol memiliki individu-individu dari setiap kecamatan kecuali pada gerombol II. Hal tersebut menunjukkan tingginya keragaman morfologi yang terbentuk dari aksesi tiap kecamatan. Karakter yang menjadikan pembeda adalah bentuk ujung daun, panjang daun, lebar daun, bentuk daun, bentuk margin daun, bentuk tajuk dan tempat munculnya flush.

(3)

menjadi sumber antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antibakteri dan pencegahan kanker.

(4)

KARAKTERISASI, KANDUNGAN BIOAKTIF DAN PERSEPSI

MASYARAKAT TERHADAP PUCUK KEMANG (

Mangifera

kemanga

Blume.) SEBAGAI SAYURAN

INDIGENOUS

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

SYHABUDDIN AL TAPSI

A24080166

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul

:

KARAKTERISASI, KANDUNGAN BIOAKTIF DAN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PUCUK

KEMANG (

Mangifera kemanga

Blume.) SEBAGAI

SAYURAN

INDIGENOUS

Nama

:

SYHABUDDIN AL TAPSI

NIM

:

A24080166

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ani Kurniawati, SP., MSi Dr. Edi Santosa, SP., MSi NIP 19691113 199403 2 001 NIP 19700520 199601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 31 Agustus 1990. Penulis adalah anak bungsu dari 8 bersaudara dari Bapak Madsati (Alm.) dan Ibu Romlah.

Penulis telah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Cibitung Kulon 2 pada tahun 2002 yang kemudian dilanjutkan ke SLTPN 1 Pamijahan sampai tahun 2005. Jenjang sekolah selanjutnya penulis lanjutkan di MA Negeri 2 Kota Bogor hingga lulus pada tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pada tahun 2008.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian yang berjudul “Karakterisasi, Kandungan Bioaktif dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pucuk Kemang (Mangifera kemanga Blume.) Sebagai Sayuran Indigenous”,

diajukan sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Keluarga yaitu umi, apa (alm.) dan kakak-kakak tercinta yang telah

memberikan motivasi dan do’anya kepada penulis.

2. Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan nasehat selama penulis melaksanakan studi maupun penelitian.

3. Dr. Ani Kurniawati, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan dan nasehatnya selama melakukan penelitian.

4. Dr. Ir. Diny Dinarti M.Si. sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kearah kesempurnaan skripsi ini.

5. Masyarakat di Kecamatan Leuwiliang, Ciampea, Rancabungur, Kemang, Tenjolaya dan Dramaga yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas peran serta dalam penelitian ini.

6. Teman-teman Indigenous 45 yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam pelaksanaan penelitian.

7. Bapak Agus, Joko dan pihak Lab Kesda Jakarta yang telah membantu pelaksanaan kegiatan penelitian ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Kemang (Mangifera kemanga Blume.)... 3

Senyawa Bioaktif ... 4

Karakterisasi ... 4

Sayuran Indigenous ... 5

Persepsi Masyarakat Terhadap Sayuran ... 5

BAHAN DAN METODE ... 7

Waktu dan Tempat ... 7

Alat dan Bahan ... 7

Pelaksanaan ... 7

Pengamatan ... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

Karakter Agronomi ... 13

Senyawa Bioaktif ... 25

Persepsi Masyarakat ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

Kesimpulan ... 43

Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rataan data iklim di lokasi penelitian bulan Januari-Agustus

2012 ... 7

2. Data rata-rata beberapa variabel pohon kemang ... 17

3. Nilai komponen utama ciri morfologi pada 60 tanaman kemang . 18 4. Data rata-rata beberapa variabel pucuk kemang per pucuk pada umur ± 7 hari ... ... 24

5. Kandungan senyawa kelompok asam lemak pada pucuk kemang 27 6. Kandungan senyawa kelompok fenol pada pucuk kemang ... 28

7. Kandungan senyawa kelompok terpenoid pada pucuk kemang ... 29

8. Kandungan senyawa kelompok steroid pada pucuk kemang ... 31

9. Kandungan senyawa kelompok benzena pada pucuk kemang ... 31

10.Kandungan senyawa kelompok alkohol pada pucuk kemang ... 32

11.Kandungan senyawa kelompok alkaloid pada pucuk kemang ... 33

12.Kandungan senyawa kelompok amina pada pucuk kemang ... 33

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tanaman kemang aksesi (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C)

Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; (F) Tenjolaya ... 13

2. Beberapa karakter agronomi tanaman kemang (A) perkecambahan benih kemang (B) pucuk dorman (C) arah spiral kedudukan daun... 14

3. Bentuk-bentuk daun tanaman kemang aksesi (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; (F) Tenjolaya ... 15

4. Stomata pada tanaman kemang dari aksesi (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; (F) Tenjolaya ... 16

5. Diagram pencar 60 pohon kemang berdasarkan ciri morfologi .... 20

6. Dendrogram 60 pohon kemang berdasarkan ciri morfologi ... 21

7. Fase pertumbuhan pucuk kemang hari ke-2 (a); hari ke-4 (b); hari ke-5 (c) dan hari ke-6 (d) ... 23

8. Organisme yang menjadi pengganggu pucuk kemang (A) ulat ordo Lepidoptera dan (B) kutu putih ... 25

9. Kromatogram pucuk kemang hasil GC-MS (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; dan (F) Tenjolaya ... 26

10.Dendrogram asal aksesi kemang berdasarkan jenis dan kandungan senyawa pada pucuk kemang... 35

11.Persentase alasan masyarakat mengonsumsi pucuk kemang ... 36

12.Cara masyarakat mengolah pucuk kemang ... 37

13.Partisipasi masyarakat dalam mengonsumsi pucuk kemang... 38

14.Persentase tingkat kemudahan memperoleh pucuk kemang ... 38

15.Persentase masyarakat memperoleh pucuk kemang ... 39

16.Frekuensi masyarakat mengonsumsi pucuk kemang ... 39

17.Dampak yang dirasakan masyarakat setelah mengonsumsi pucuk kemang ... 40

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lembar pertanyaan wawancara untuk mengetahui persepsi

masyarakat ... 50 2. Tinggi tanaman dan agroekosistem lokasi tumbuh tanaman

kemang di Bogor ... 52 3. Peta lokasi koordinat aksesi tanaman kemang ... 54 4. Persentase ciri morfologi 60 pohon kemang di 6 kecamatan

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pucuk kemang (Mangifera kemanga Blume.) merupakan salah satu sayuran indigenous yang telah lama berkembang di masyarakat Bogor. Menurut Bompard (1992) masyarakat sunda di Jawa Barat biasa mengonsumsi pucuk kemang dengan cara dilalap. Pohon kemang banyak ditemukan di Jawa Barat, terutama di sekitar daerah Bogor.

Sayuran merupakan bahan makanan yang mengandung berbagai zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas (Soetiarso, 2010a). Energi dan bahan kering yang dikandung sayuran rendah, tetapi sangat penting sebagai sumber vitamin dan mineral (Grubben et al., 1994).

Senyawa tanaman tertentu dalam jumlah yang sesuai dapat berfungsi farmakologis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Daun mangga dapat digunakan untuk antibakteri (Kanwal et al., 2009), antimikroba (Mashibo dan He, 2009), antidiabetes (Bhowmik et al., 2009; Morsi et al., 2010) dan antioksidan (Kawpoomhae et al., 2010; Ling et al., 2010; Badmus et al., 2011).

Penggunaan tanaman pada bidang farmakologi karena ditemukannya senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan respon biologis spesifik bagi yang mengonsumsinya. Senyawa tersebut merupakan bioaktif yang dihasilkan dari metabolit sekunder tanaman (Bernhoft, 2010). Senyawa tersebut dapat diperoleh melalui proses skrining atau ekstraksi.

Menurut Kintzios dan Barberaki (2004) jumlah produksi senyawa bioaktif kurang dari 10% dari total metabolisme. Produksi senyawa tersebut sangat sedikit oleh tanaman. Holmboe-Ottensen (2010) mengemukakan bahwa kegiatan produksi pertanian mempengaruhi komposisi tanaman, seperti varietas/kultivar, dosis pupuk, pengolahan lahan, waktu panen dan masa penyimpanan.

(13)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter agronomi, kimiawi dan persepsi masyarakat terhadap pucuk kemang.

Hipotesis

1. Pucuk kemang memiliki kandungan bioaktif yang dapat dikembangkan sebagai sayuran komersial.

2. Penyebaran tanaman kemang berpengaruh terhadap karakter agronomi dan kandungan senyawa bioaktif.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Kemang (Mangifera kemanga Blume.)

Kemang termasuk famili anacardiaceae serta satu genus dengan mangga. Nama ilmiah kemang yaitu Mangifera kemanga yang bersinonim dengan

Mangifera polycarpa dan Mangifera caesia (Bompard, 1992). Flora identitas

Kabupaten Bogor ini mempunyai nama Indonesia kemang sedangkan di Kalimantan Timur disebut palong. Pohon kemang tersebar secara alami di Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan dan Jawa Barat. Kemang biasanya dibudidayakan di Jawa Barat khususnya di daerah Bogor.

Pohon kemang umumnya tumbuh di dataran rendah di daerah tropika basah di bawah ketinggian 400 mdpl, walaupun dapat dijumpai juga hingga ketinggian 800 mdpl (Bompard, 1992). Tanaman ini memerlukan sebaran curah hujan yang merata sepanjang tahun dan tumbuh baik di pinggiran sungai yang secara berkala tergenang air. Pohon kemang tingginya dapat mencapai 30-45 m dengan garis tengah batang hingga 120 cm. Kulit batang kemang memiliki rekah dan mengandung getah yang dapat menyebabkan iritasi (Bompard, 1992).

Daun kemang berselang-seling, bertangkai pendek, bentuknya lonjong atau lanset. Daun-daunnya seringkali mengumpul di ujung-ujung percabangan. Pangkal daunnya meruncing, menyempit pada tangkainya, tepinya rata, warna daunnya mengkilat pada permukaan atasnya (Bompard, 1992).

Karangan bunga pohon kemang terletak di ujung percabangan berbentuk malai dan berbunga banyak. Jenis bunga terdiri atas bunga jantan, betina dan hermaprodit (Bompard, 1992). Bunga kemang berwarna merah muda pucat dan beraroma harum.

(15)

Senyawa Bioaktif

Menurut Finley (2005) senyawa bioaktif merupakan senyawa yang menyebabkan respon biologis spesifik pada organisme yang mengonsumsinya. Bernhoft (2010) menambahkan senyawa bioaktif pada tanaman adalah metabolit sekunder tanaman yang memunculkan efek farmakologis atau toksikologi pada manusia dan hewan.

Metabolit sekunder adalah senyawa yang diproduksi terbatas pada sekelompok taksonomi, tidak penting untuk hidup sebuah sel (organisme) tetapi mempunyai peran dalam interaksi sel (organisme) dengan lingkungannya dan menjamin kelangsungan hidup pada ekosistem organisme (Verpoorte, 2000). Produksi metabolit sekunder biasanya kurang dari 10% dari total metabolisme tanaman, produk tersebut adalah unsur utama tanaman pada ilmu farmasi (Kintzios dan Barberaki, 2004).

Penelitian mengenai senyawa bioaktif pada daun mangga pernah dilakukan dengan ekstraksi dan skrining. Steroid dan flavonoid diperoleh melalui skrining ekstrak daun mangga dalam larutan hexaene (Aiyelaagbe dan Osamudiamen, 2009). Senyawa fenol pada daun mangga diketahui pada hasil ekstraksi dengan menggunakan GC-MS ( Elzaawely dan Tawata, 2010).

Hasil penelitian Kawpoomhae et al. (2010) adanya aktivitas antioksidan serta jumlah total fenol dan asam tanik pada ekstrak daun mangga dalam metanol dan aquades. Morsi et al. (2010) mendapatkan ekstrak daun mangga dalam 70 mg mengandung total fenol dan flavonoid yaitu 9.15±0.08 dan 0.68±0.05 mg g-1.

Karakterisasi

(16)

2002). Perkembangan dari satu atau beberapa karakter penting dapat memudahkan akses penggunaan keragaman genetik sebelum program pemuliaan.

Sayuran Indigenous

Sayuran indigenous adalah sayuran asli daerah yang telah banyak diusahakan dan dikonsumsi atau sayuran introduksi yang telah berkembang lama dan dikenal masyarakat di suatu daerah tertentu (Putrasamedja, 2005). Sayuran yang tergolong sayuran indigenous dapat dikatakan sayuran asli dari lingkungan lokal atau sayuran pribumi (Soetiarso, 2010a).

Sayuran indigenous biasanya dibudidayakan di pekarangan maupun kebun. Sayuran ini dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan makanan. Masyarakat Jawa Barat biasanya mengonsumsi sayuran indigenous dengan cara dilalap. Menurut Duriat et al. (2000) beberapa spesies liar sayuran indigenous mempunyai fungsi ganda sebagai pangan, rempah atau obat. Putrasamedja (2005) menyatakan bahwa setiap daerah (kabupaten) berbeda-beda dalam memanfaatkan sayuran

indigenous dan nilai ekonominya.

Pemanfaatan sayuran indigenous oleh masyarakat masih terbatas. Menurut Soetiarso (2010b) kendala kurang dimanfaatkannya sayuran indigenous oleh konsumen adalah variasi menu terbatas, rasa dari olahan sayuran indigenous

kurang enak terutama bagi anak-anak dan tersedia musiman.

Persepsi Masyarakat Terhadap Sayuran

(17)

Pengukuran tingkat kesukaan pada sayuran dapat dilakukan berdasarkan persepsi masyarakat dengan menilai kualitasnya. Menurut Almatsier (2009) secara umum makanan yang disukai adalah makanan yang memenuhi selera atau citarasa/inderawi, yaitu dalam hal rupa, warna, bau, rasa, suhu dan tekstur. Soetiarso (2010b) menggunakan atribut nutrisi, obat, rasa, daya simpan, harga dan ketersediaan untuk menilai preferensi terhadap paria, selada air, oyong, leunca dan kemangi.

Tingkat kesukaan terhadap suatu produk akan membentuk suatu pola makan akibat dari kebiasaan makan. Pola makan terbentuk melalui seleksi jenis pangan yang dikonsumsi. Faktor ketersediaan dan biaya sangat menentukan pilihan jenis pangan dalam menu individu atau keluarga (Rubatzki dan yamaguchi, 1998). Konsumen lebih menempatkan kemudahan memperoleh di pasar pada urutan pertama dalam mengonsumsi jenis sayuran indigenous

(Soetiarso, 2010b).

(18)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus 2012 di enam kecamatan di Kabupaten Bogor. Pengujian kandungan senyawa kimia dengan GC-MS dilakukan di laboratorium Kesehatan Daerah Jakarta. Data agroekologi lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan data iklim di lokasi penelitian bulan Januari-Agustus 2012

Kecamatan Curah hujan (mm)

Suhu (oC)**

Kelembaban (oC)**

Altitude pengukuran (m)

Rancabungur 213 31.9 82 142

Dramaga 229 31.9 82 207

Kemang 237 31.9 82 129

Leuwiliang 214 31.9 82 395

Ciampea* 250 31.9 82 180

Tenjolaya* 250 31.9 82 180

(Sumber: BMKG)

Keterangan : * : data disamakan berdasarkan kedekatan lokasi stasium pengukuran

** : data yang digunakan iklim makro Bogor

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan ialah tanaman kemang dan pucuk kemang. Alat yang digunakan adalah GC-MS, GPS, oven, meteran, abney level dan mikroskop.

Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan melakukan survei tanaman kemang di beberapa kecamatan di Bogor. Enam kecamatan yang dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Kemang, Leuwiliang, Ciampea dan Tenjolaya. Jumlah tanaman kemang yang diamati sebanyak 10 tanaman setiap kecamatan. Tanaman kemang yang digunakan merupakan tanaman yang sudah tumbuh di lokasi penelitian.

(19)

tanaman dilakukan pada pohon kemang berdasarkan descriptors for mango

(IPGRI, 2006) yang telah dimodifikasi.

Persepsi masyarakat terhadap pucuk kemang sebagai sayuran indigenous

diketahui dengan melakukan wawancara. Informasi berdasarkan pengetahuan masyarakat mengenai kebiasaan makan, nilai ekonomi, dampak mengonsumsi dan pengetahuan masyarakat terhadap pucuk kemang.

Data dari responden diperoleh dengan melakukan wawancara. Jumlah responden diperoleh dari tiga desa di setiap kecamatan dengan masing-masing desa dipilih 10 orang sehingga terdapat 180 orang. Pemilihan responden berdasarkan responden yang pernah mengonsumsi pucuk kemang.

Kandungan bioaktif pucuk kemang dianalisis dengan menggunakan metode GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectrometry). Senyawa yang teridentifikasi dikelompokkan berdasarkan jenisnya.

Pengamatan

A.Peubah Kualitatif

Komponen yang diamati terlampir pada lembar wawancara Lampiran 1. B.Peubah Kuantitatif

1. Agroekologi

Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika meliputi altitude, curah hujan, suhu dan RH. Lokasi tumbuh tanaman ditentukan dengan GPS meliputi ketinggian tempat dan koordinat lokasi (Lampiran 2 dan 3). 2. Karakter Tanaman

Pohon

a. Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman diukur sampai dengan bagian atas tajuk tanaman menggunakan abney level. Tinggi tanaman dihitung dengan persamaan:

y = z + (x tan α)

Keterangan : z = tinggi pengukur; x = jarak pengukur ke pohon; y = tinggi pohon;

(20)

b. Diameter Batang

Diameter batang diukur pada setinggi dada (diameter at brest height, dbh) kurang lebih 1.3 m dari atas tanah dengan mengukur lingkar batang terlebih dahulu. Diameter batang dihitung dengan menggunakan rumus:

Diameter Batang = keliling batang

π

c. Bentuk Tajuk

d. Tree Growth Habit

e. Percabangan

Percabangan ini diamati di lapangan dengan skoring. Skoring 1 untuk cabang rusak dan skoring 2 untuk cabang baik.

f. Tempat Muncul Flush

1. Terminal 2. Aksilar 3. Terminal dan aksilar g. Warna Batang

1. Coklat 2. Coklat keabuan 3. Abu-abu 4. Hitam

Daun

Daun contoh sebanyak 10 daun yang diambil pada cabang yang berbeda dan setiap cabang diambil satu daun secara acak.

Oblong Broadly Pyramidal Semi-circular Spherical

(21)

Elliptic Oblong Ovate Obovate Lanceolate Oblanceolate

a. Panjang Daun

Panjang daun diukur dari pangkal tangkai daun hingga ujung daun.

1. 20.18≤x<25.92 cm 2. 25.92≤x<31.65 cm 3. 31.65≤x<37.39 cm 4. 37.39≤x<43.12 cm 5. 43.12≤x<48.86

b. Lebar Daun

Lebar daun diukur pada lembar daun yang terlebar.

1. 6≤x<9.16 cm 2. 9.16≤x<12.32 cm 3. 12.32≤x<15.47 cm

4. 15.47≤x<18.63 cm 5. 18.63≤x<21.79

c. Luas Daun

Pengamatan luas daun dilakukan pada daun tua dengan menggunakan metode grafimetri. Luas daun dihitung dengan rumus:

Luas Daun = bobot replika daun

bobot kertas ×luas kertas d. Kerapatan Stomata

Jumlah stomata diamati pada permukaan bawah daun dengan pembesaran 40x10 dengan mikroskop. Pengambilan titik contoh stomata ini dilakukan pada tiga titik di daun yaitu di ujung, tengah dan pangkal daun. Kerapatan stomata pada setiap titik dihitung berdasarkan rumus:

Kerapatan Stomata = ∑stomata

luas bidang pandang(mm2)

e. Bentuk Daun

f. Bentuk Ujung Daun

(22)

g. Bentuk Pangkal Daun

h. Bentuk Margin Daun

3. Kualitas Panen a. Kadar Air Pucuk

Bobot kering diperoleh dari hasil pengovenan dengan suhu 105°C selama 24 jam. Kadar air dihitung dengan rumus:

Kadar Air = bobot basah-bobot kering

bobot basah ×100%

b. Edible Portion

Edible portion merupakan bobot yang dapat dimakan dihitung berdasarkan

persen perbandingan dari bobot daun segar yang dimakan dengan bobot basah pucuk.

c. Panjang Pucuk

Panjang pucuk diukur dari pangkal pucuk hingga ujung pucuk yang terpanjang.

d. Jumlah Daun

Total daun yang terdapat pada tangkai flush. e. Panjang Tangkai

Panjang tangkai diukur dari pangkal pemetikan hingga ujung titik tunas dorman.

f. Panjang Tangkai Potong

Panjang tangkai potong diukur dari jarak pangkal pemetikan hingga daun pertama yang tumbuh dekat pangkal flush.

Acute Obtuse Round

(23)

4. Kandungan Bioaktif

Pengukuran kandungan bioaktif dilakukan dengan menggunakan metode GC-MS. Tahapan metode GC-MS pada pucuk kemang sebagai berikut:

Pucuk kemang dalam kondisi segar

Direndam menggunakan ethanol 90% selama 24 jam Maserasi atau dihaluskan tanpa

menggunakan air

Diinject menggunakan autosampler

GC-MS

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakter Agronomi

Keragaman karakter tanaman yang terbentuk pada suatu ekosistem akan dipengaruhi oleh genetik, lingkungan atau interaksi keduanya. Tanaman akan beradaptasi pada lingkungan baru untuk mempertahankan hidupnya. Adaptasi dapat merubah penampilan suatu tanaman menjadi beragam. Keragaman yang terjadi di lapangan merupakan sumber materi genetik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

Pohon kemang yang tersebar di daerah Bogor umumnya tumbuh alami. Lokasi tumbuh tanaman ini di sekitar sungai, pinggir jalan, ladang dan pekarangan (Lampiran 2). Penyebaran pohon kemang yang lebih banyak di sekitar sungai atau daerah dekat genangan air. Menurut Bompard (1992) tanaman kemang tumbuh baik di pinggiran sungai yang secara berkala tergenang air. Keragaan tanaman kemang ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tanaman kemang aksesi (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; (F) Tenjolaya.

A

D E F

(25)

Tanaman kemang yang tumbuh di lapangan diduga berasal dari penyebaran buah melalui sungai. Benih kemang dapat berkecambah pada 3 minggu setelah semai. Tipe perkecambahan kemang adalah epigeal (Gambar 2A). Kedudukan daun tanaman kemang membentuk spiral dengan arah ke kiri dan ke kanan. Filotaksis yang terbentuk 1/10 yaitu daun nomor 1 akan sejajar dengan daun nomor 10. Arah kedudukan daun dapat dilihat pada Gambar 2C.

Titik tumbuh tanaman kemang akan termodifikasi menjadi pucuk dorman (Gambar 2B). Waktu perkembangan saat fase flush atau fase berbunga akan mempengaruhi perkembangan pucuk dorman. Pucuk dorman akan berkembang menjadi flush atau bunga sesuai kondisi yang terjadi pada pohon tersebut.

Gambar 2. Beberapa karakter agronomi tanaman kemang (A) perkecambahan benih kemang (B) pucuk dorman (C)

arah spiral kedudukan daun

Variabel pengamatan tanaman kemang hasil eksplorasi disajikan pada Tabel 2. Tinggi pohon dan diameter batang pohon kemang dapat mencapai 11.7±5.9 m dan 38.82±16.1 cm. Tinggi tanaman kemang dapat mencapai 40 m dan diameter batang mencapai 120 cm (Bompard, 1992).

Tanaman ini akan menggugurkan daun tuanya kemudian diganti dengan daun baru pada saat flushing. Daun kemang berbentuk lonjong dengan pangkal daun meruncing (Bompard, 1992). Panjang daun kemang dapat mencapai 35.0±8.4 cm, sedangkan lebarnya mencapai 10.5±4.1 cm (Tabel 2). Bentuk-bentuk daun dari setiap kecamatan disajikan pada Gambar 3.

(26)

Gambar 3. Bentuk-bentuk daun tanaman kemang aksesi (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; (F) Tenjolaya.

Kerapatan Stomata

Stomata yang diamati tidak diambil berdasarkan pada umur daun yang sama. Sejarah daun untuk pengamatan stomata juga tidak diamati. Stomata biasanya tersebar di bagian epidermis daun. Stomata merupakan jaringan pada tanaman yang dapat berperan pada sistem respirasi dan transpirasi. Meskipun

A B C

F

(27)

ribuan stomata ditemukan pada permukaan atas dan bawah, jumlah dan distribusinya jauh lebih beragam (Levetin dan McMahon, 2006). Hasil pengamatan stomata tanaman kemang ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Stomata pada tanaman kemang dari aksesi (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; (F) Tenjolaya

Stomata yang terdapat pada daun kemang memiliki kerapatan yang berbeda meskipun pada wilayah dengan ketinggian yang hampir sama (Tabel 2). Kerapatan stomata tanaman kemang dapat mencapai 573.9±86.7 mm-2. Menurut Handayani (2012) mangga cengkir memiliki kerapatan stomata yang bervariasi antara 627.3–858.3 mm-2.

Batos et al. (2010) menyatakan bahwa daun yang terpapar oleh sinar matahari pada intensitas cahaya tinggi memiliki kerapatan stomata yang lebih tinggi dibandingkan daun yang ternaung. Hasil penelitian Adebooye (2012) menunjukkan bahwa perlakuan salinitas terhadap kerapatan stomata di permukaan atas dan bawah daun tidak signifikan sedangkan pengaruh umur daun menunjukkan kerapatan stomata di permukaan atas berkurang dan di permukaan bawah tidak dipengaruhi umur daun.

A B C

(28)

Tabel 2. Data rata-rata beberapa variabel pohon kemang

Keterangan: Ran.: Rancabungur; Dra.: Dramaga; Kem.: Kemang; Leu.: Leuwiliang; Cia.: Ciampea; Ten.: Tenjolaya

Fenologi dan laju perkembangan tanaman tergantung pada faktor iklim seperti suhu, panjang hari dan kersediaan air (Suryadi dan Kusmana, 2004). Tanaman akan tumbuh baik pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman tersebut. Hal itu ditujukan untuk memudahkan tanaman beradaptasi pada kondisi lingkungan dan menghindari cekaman lingkungan.

Pohon mangga membutuhkan suhu udara antara 24-30 oC dan dapat bertahan hingga suhu 48 oC selama perkembangan buah jika irigasi cukup tersedia (Nakasone dan Paull, 1998). Suhu di Bogor pada saat penelitian ini mencapai 31.9 oC dengan kelembaban 82 oC. Suhu yang dibutuhkan untuk perkembangan buah kemang sudah sesuai.

Menurut Bompard (1992) ketinggian tempat untuk lokasi tumbuh tanaman kemang hingga 400 m. Lokasi kecamatan penelitian memiliki ketinggian tempat antara 181.2±21.8-310.0±47.0 m, yang sudah sesuai dengan syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman kemang.

Tanaman kemang memerlukan curah hujan yang merata sepanjang tahun (Bompard, 1992). Rataan curah hujan di lokasi penelitian cukup tinggi yaitu sekitar 213-250 mm/bulan. Di daerah tropis dengan curah hujan tinggi produksi buah mangga menjadi rendah dan mengalami pertumbuhan vegetatif yang berlebihan (Nakasone dan Paull, 1998).

Variabel Kecamatan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten.

Panjang daun (cm) 35.0±8.4 29.3±4.8 28.8±5.6 31.2±5.8 31.4±6.6 33.9±5.5

Lebar daun (cm) 9.2±1.2 8.9±1.0 9.0±1.0 9.4±1.8 9.7±3.4 10.5±4.1

Luas daun (cm2) 202.8±55.9 164.5±36.4 164.6±46.7 166.6±50.4 178.9±60.8 211.2±52.7

Kerapatan stomata

(mm-2) 485.6±58.3 490.8±99.4 573.9±86.7 512.6±76.3 509.7±80.6 428.6±69.4

Lingkar batang

(cm) 94.0±53.4 92.9±46.1 122.5±49.9 93.5±47.3 87.1±36.1 101.0±62.4

Diameter batang

(cm) 29.9±17.0 27.4±14.0 38.8±16.1 29.8±15.1 27.6±11.4 32.2±19.9

Tinggi tanaman (m) 9.2±4.7 9.4±5.0 11.7±5.9 9.9±2.3 8.8±3.0 9.8±3.6

Altitude tanaman

(29)

Karakterisasi Berdasarkan Ciri Morfologi

Analisis komponen utama merupakan analisis statistika dengan mereduksi variabel yang dapat menjelaskan struktur varian-covarian dari set variabel melalui kombinasi linear (Johnson dan Wichern, 2007). Analisis komponen utama membentuk peubah baru yang merupakan kombinasi linear dari seluruh peubah asli, yang disebut komponen utama (Siswadi et al., 2011). Nilai komponen utama 11 ciri morfologi pada analisis komponen utama 60 aksesi kemang di Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Kemang, Leuwiliang, Ciampea dan Tenjolaya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai komponen utama ciri morfologi pada 60 tanaman kemang

Ciri Morfologi Nilai Komponen Utama

1 2 3 4 5

Keragaman Kumulatif (%) 19.902 35.14 48.693 60.393 69.756 BDA (Bentuk Daun) -0.028 0.670 -0.113 -0.169 0.324 UDA (Bentuk Ujung Daun) 0.704 -0.292 -0.079 0.215 0.238 PDA (Bentuk Pangkal Daun) -0.483 0.282 0.209 -0.318 0.294 MDA (Bentuk Margin Daun) 0.218 0.620 0.126 0.223 0.427 PND (Panjang Daun) 0.822 0.053 -0.013 -0.052 0.073

LBA (Lebar Daun) 0.659 0.166 0.077 -0.596 -0.030

BTA (Bentuk Tajuk Pohon) -0.289 -0.168 0.654 -0.359 -0.077 TGH (Tree Growth Habit) 0.273 0.396 0.209 0.372 -0.582 TMF (Tempat Muncul Flush) -0.102 0.174 0.598 0.608 0.146 KCA (Kondisi Percabangan) -0.320 -0.149 -0.635 0.247 0.231 WBA (Warna Batang) 0.180 -0.640 0.418 0.075 0.418

Total persentase keragaman kumulatif antara 70-90% akan menjelaskan sebagian besar informasi yang dimiliki total peubah (Siswadi et al., 2011). Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi keragaman kumulatif sebesar 69.75% tercapai pada lima komponen utama. Hal tersebut menunjukkan bahwa peubah pengamatan karakter morfologi dapat menjelaskan keragaman tanaman kemang dengan lima komponen utama.

(30)

pengukuran dengan k komponen utama (Muslim, 2011). Ciri morfologi yang mempunyai nilai keragaman terbesar pada kedua komponen utama pertama dapat dijadikan sebagai ciri pembeda antar aksesi.

Karakter dengan nilai Measures of Sampling (MSA) kurang dari 0.5 tidak dapat digunakan dalam analisis faktor (Simamora, 2005). Ciri morfologi yang berpengaruh sebagai pembeda pada KU1, yaitu Bentuk Ujung Daun (UDA), Panjang Daun (PND) dan Lebar Daun (LDA) mempunyai nilai berturut-turut 0.704, 0.822 dan 0.659. KU2 memiliki ciri morfologi sebagai pembeda yaitu Bentuk Daun (BDA) dan Bentuk Margin Daun (MDA) dengan nilai berturut-turut 0.670 dan 0.620. Ciri morfologi pembeda pada KU3 adalah Bentuk Tajuk (BTA) serta Tempat Muncul Flush (TMF) dan KU4 memiliki ciri pembeda Tempat Muncul Flush (TMF).

Keragaman kumulatif yang dapat dijelaskan oleh KU1 dan KU2 adalah 35.24%. Diagram pencar menunjukkan posisi pohon dan pengelompokkannya berdasarkan ciri komponen utama. Hasil plot dua komponen utama pertama (KU1 dan KU2) disajikan pada diagram pencar (Gambar 5).

Aksesi dari setiap kecamatan tersebar cukup merata di seluruh kuadran. Aksesi yang berasal dari satu kecamatan terletak berdekatan pada kuadran yang sama menunjukkan ragam morfologi yang rendah. Hal ini dapat diduga karena tanaman tersebut memiliki sumber genetik yang sama dan tumbuh di wilayah yang sama.

Tanaman kemang dari setiap kecamatan hampir merata terletak pada kuadran I (KU1 positif dan KU2 positif). Kuadran I dan kuadran III (KU1 negatif dan KU2 negatif) memiliki anggota tanaman kemang dari setiap kecamatan. Kuadran III didominasi oleh tanaman kemang yang terdapat di Kecamatan Kemang, sedangkan tanaman lainnya terdapat di Kuadran I.

Kuadran II ( KU1 negatif dan KU2 positif) diisi oleh tanaman kemang dari setiap kecamatan kecuali Kecamatan Kemang. Tanaman yang mendominasi kuadran ini berasal dari Kecamatan Ciampea.

(31)

merupakan kuadran yang diisi sedikit aksesi. Tanaman 10 dari Kecamatan Ciampea merupakan pencilan dari kuadran ini.

[image:31.595.122.469.134.451.2]

Keterangan: A1: Kecamatan Rancabungur; A2: Kecamatan Dramaga; A3: Kecamatan Kemang; A4: Kecamatan Leuwiliang; A5: Kecamatan Ciampea; A6: Kecamatan Tenjolaya. Huruf P menujukkan nomor aksesi

(32)

Coefficient

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

A1P1 A2P6 A5P10 A6P10 A2P4 A2P5 A5P9 A3P1 A3P3 A3P6 A3P8 A4P8 A3P9 A5P2 A4P9 A6P4 A1P5 A4P10 A6P9 A5P8 A2P2 A5P5 A1P10 A1P9 A3P2 A4P2 A4P7 A6P1 A2P1 A3P4 A4P5 A1P4 A1P8 A6P3 A5P3 A5P6 A6P8 A4P3 A6P6 A5P1 A6P7 A4P6 A1P6 A1P7 A4P1 A3P10 A2P9 A2P10 A6P5 A1P2 A4P4 A6P2 A1P3 A2P8 A3P7 A5P7 A2P3 A3P5 A2P7 A5P4

Kedekatan hubungan antar aksesi pada 60 pohon kemang berdasarkan analisis gerombol disajikan dalam bentuk dendrogram (Gambar 6).

[image:32.595.114.506.123.631.2]

Keterangan: A1: Kecamatan Rancabungur; A2: Kecamatan Dramaga; A3: Kecamatan Kemang; A4: Kecamatan Leuwiliang; A5: Kecamatan Ciampea; A6: Kecamatan Tenjolaya. Huruf P menujukkan nomor pohon

Gambar 6. Dendrogram 60 pohon kemang berdasarkan ciri morfologi Kemiripan sifat masing-masing individu dinyatakan dengan jarak

euclidius yaitu mulai dari 0.00 sampai 1.00. Jarak euclidius 0.50 membentuk tiga

gerombol pohon kemang yang diamati. Gerombol I dan III beranggotakan pohon yang berasal dari enam kecamatan. Pohon dari Kecamatan Ciampea tidak termasuk ke dalam gerombol II.

III

II

I

(33)

Aksesi yang tergabung dalam gerombol I menggerombol berdasarkan ciri tempat muncul flush di terminal dan aksilar. Aksesi A1P2, A4P4 dan A6P2 mengelompok terlebih dahulu berdasarkan ciri kemiripan bentuk ujung daun

acute, bentuk pangkal daun acute, bentuk tajuk semi-circular dan tree growth

habit berbentuk drooping sebelum mengelompok menjadi gerombol I.

Aksesi A6P2 memiliki perbedaan pada panjang daun dan lebar daun dengan A1P2 dan A4P4. Panjang daun A6P2 lebih pendek sedangkan lebar daunnya lebih lebar jika dibandingkan A1P2 dan A4P4. Panjang dan lebar daun A6P2 berturut-turut 25.92≤x<31.65dan 9.16≤x<12.32 cm.

Karakter yang menjadikan aksesi tergabung dalam gerombol II adalah bentuk tajuk, tempat muncul flush dan kondisi percabangan. Gerombol II memiliki bentuk tajuk semi-circular dengan kondisi percabangan baik. Titik terminal merupakan tempat muncul flush pada gerombol ini.

Gerombol III merupakan gerombol yang memiliki anggota terbanyak, yaitu 42 individu pohon kemang. Aksesi-aksesi yang tergabung dalam gerombol III memiliki ciri bentuk pangkal daun acute.

Individu dalam masing-masing gerombol baru menyatu pada jarak

euclidius 0.48. Hal itu berarti tingkat kemiripan dari aksesi-aksesi yang diamati

hanya mencapai 48%. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingginya keragaman antar individu berdasarkan ciri morfologi pada pohon kemang di enam kecamatan contoh.

Keragaman yang ditunjukkan dari aksesi pohon kemang diduga dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan yang berbeda. Menurut Fitmawati et al. (2009) luasnya rentang keanekaragaman genetik antara kultivar mangga disebabkan pertautan sifat ciri dan terdapatnya bentuk-bentuk peralihan pada setiap kelompok kultivar.

Pertumbuhan Pucuk Kemang

(34)

Pertumbuhan pucuk kemang dari pucuk dorman akan memunculkan daun-daun muda. Daun muda ini menguncup kemudian secara perlahan mekar. Pucuk kemang berwarna coklat keunguan dan mengkilat. Gambar pertumbuhan pucuk kemang disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Fase pertumbuhan pucuk kemang hari ke-2 (a); hari ke-4 (b); hari ke-5 (c) dan hari ke-6 (d)

Cabang pada tanaman kemang terbentuk melalui peristiwa flush. Flush

yang muncul pada titik terminal hanya satu flush menunjukan cabang tersebut diteruskan pertumbuhannya karena tidak terbentuk cabang baru. Flush yang muncul pada titik terminal lebih dari satu dan pada titik aksilar akan membentuk cabang baru.

Tanaman kemang memecahkan fase pucuk dormannya 1-2 kali dalam setahun. Kurun waktu setahun akan diselingi oleh masa berbuah sekali. Panen pucuk kemang dilakukan tidak lebih dari tujuh hari setelah masa dormansi pucuk selesai. Hal itu dikarenakan oleh pucuk kemang sudah mekar dan daun mulai mengeras. Beberapa variabel pucuk kemang pada umur kurang lebih tujuh hari setelah selesai fase dormansinya ditampilkan pada Tabel 4.

(35)

Tabel 4. Data rata-rata beberapa variabel pucuk kemang per pucuk pada umur ± 7 hari

Variabel Kecamatan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten.

Bobot basah (g) 29.0±14.8 23.2±9.3 45.3±12.6 22.6±9.9 45.9±21.5 49.2±10.3

Bobot kering (g) 5.5±2.9 4.2±1.7 8.4±2.2 5.1±2.3 8.5±4.0 8.3±1.8

Kadar air (%) 80.5±2.4 81.7±1.4 81.4±0.8 77.4±1.1 81.5±0.5 83.0±1.9

Bobot daun (g) 23.0±11.8 17.4±7.1 37.8±10.0 15.0±7.3 36.3±16.8 34.4±8.8

Edible portion (%) 78.9±5.6 75.1±6.6 83.8±1.7 65.6±7.1 79.2±3.9 69.4±6.2

Jumlah daun (daun) 13.1±4.2 13.7±3.0 23.5±3.2 13.3±3.7 13.8±2.6 20.0±2.4

Panjang pucuk (cm) 24.8±7.9 22.9±5.7 22.8±3.0 26.4±5.4 36.1±4.7 29.4±2.2

Panjang tangkai (cm) 10.2±4.7 10.2±4.3 12.6±2.9 14.0±4.6 11.7±3.6 18.0±2.7

Panjang tangkai potong (cm) 2.5±2.5 3.0±2.2 1.2±0.5 4.8±2.6 3.0±0.8 4.0±1.2

Keterangan: Ran.: Rancabungur; Dra.: Dramaga; Kem.: Kemang; Leu.: Leuwiliang; Cia.: Ciampea; Ten.: Tenjolaya

Ukuran flush pohon kemang tiap kecamatan beragam. Bobot basah pucuk kemang dapat mencapai 22.6±9.9-49.2±10.3 g, sedangkan bobot kering pucuk kemang yaitu 4.2±1.7-8.5±4.0 g. Kadar air pucuk kemang Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Kemang, Leuwiliang, Ciampea dan Tenjolaya berturut-turut 80.5±2.4, 81.7±1.4, 81.4±0.8, 77.4±1.1, 81.5±0.5 dan 83.0±1.9%.

Edible portion menunjukkan banyaknya kuantitas bahan yang dapat

dikonsumsi. Bobot daun berhubungan dengan edible portion sedangkan jumlah daun tidak berhubungan. Hal itu dapat diketahui dengan meningkatnya bobot daun maka edible portion akan meningkat juga. Setiap pucuk rata-rata memiliki 13.1±4.1-20.0±2.4 daun. Bobot daun tertinggi diperoleh pada pucuk kemang aksesi Kecamatan Kemang yaitu 37.8±10.0 g.

Organisme Pengganggu Pucuk Kemang

Kerusakan pada pucuk kemang yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman dapat menurunkan kualitas. Organisme pengganggu ini perlu diketahui agar dapat dilakukan pengendalian selama produksi hingga panen. Tingkat kerusakan yang parah pada bahan pangan akan mengurangi nilai penampilan atau kandungan nutrisinya.

(36)

Gambar 8. Organisme yang menjadi pengganggu pucuk kemang (A) ulat ordo Lepidoptera dan (B) kutu putih

Kerusakan yang diakibatkan oleh ulat ordo Lepidoptera pada pucuk kemang adalah membentuk gerigitan di daun. Kutu putih akan menghisap cairan tumbuhan dengan memasukkan stilet ke dalam jaringan epidermis daun. Bersamaan itu pula kutu putih mengeluarkan racun kedalam daun, sehingga mengakibatkan klorosis, kerdil dan malformasi daun. Kedua hama ini belum perlu dikendalikan karena masih di bawah ambang batas ekonomi.

Senyawa Bioaktif

Potensi pengembangan pucuk kemang menjadi sayuran komersial adalah adanya kandungan senyawa spesifik pada daun kemang yang bermanfaat untuk kesehatan. Perubahan gaya hidup back to nature merupakan peluang pengembangan sayuran indigenous seperti pucuk kemang. Sayuran indigenous

mempunyai peranan untuk membantu mengatasi masalah-masalah kekurangan vitamin dan gizi bagi penduduk Indonesia terutama bagi keluarga prasejahtera karena tanaman tersebut telah beradaptasi terhadap lingkungan setempat dan cara budidayanya mudah dan murah (Putrasamedja, 2005). Kandungan senyawa bioaktif yang terkandung dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk meningkatkan daya jual pucuk kemang.

(37)
[image:37.595.106.511.174.739.2]

Tenjolaya berturut-turut 3-pentadecyl-phenol $$ m-phenol, 2,6dimethylpyranzine (CAS) $$ 2Acetic Acid, 4Methylphenyl ester, (1S*, 2R*, 5R*, 7S*) -2,4-dimethyl-7-ethyl–6, bis-1,2-Benzenedicarboxylic Acid dan diis-1,2-Benzenedicarboxylic Acid. Hasil kromatogram pucuk kemang dengan analisis GC-MS dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Kromatogram pucuk kemang hasil GC-MS (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; dan (F) Tenjolaya

Asam lemak merupakan bentuk sederhana lipid dan bekerja sebagai pembangun blok untuk tryglicerid dan phospolipid (Leventin dan McMahon, 2006). Beberapa lipid termasuk ke dalam lemak yang digunakan sebagai sumber energi, tetapi lebih banyak digunakan dalam bentuk lipid/membran protein (Brielmann et al., 2006). Kandungan asam lemak pada pucuk kemang dapat mencapai 33.99% (Tabel 5).

A B

C D

(38)
[image:38.595.110.499.103.602.2]

Tabel 5. Kandungan senyawa kelompok asam lemak pada pucuk kemang

Nama senyawa Kecamatan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten. ...(%)...

(Z)6, (Z)9-Pentadecadien-1-ol 2.38 - - - - -

1,2-Benzenedicarboxylic Acid, bis - - - - 4.45 - 1,2-Benzenedicarboxylic Acid, diis - - - 11.64 5-Hydroxy-2-Decenoic Acid Lactone - - 0.82 - - - 7,10-Hexadecadienoic Acid, Methyl - - 0.63 - - 0.25 8,11-Octadecadienoic Acid, Methyl - - 1.24 - - 0.64 9-Octadecenoic Acid (Z)-, Methyl e - - 1.28 - - - 9-Octadecanoic Acid (Z)-(CAS) $$ - 3.96 - 3.45 - - 9,12-Octadecadienoic Acid (Z, Z) -, 1.87 3.04 - - 1.6 - 9,12,15-Octadecatrioenic Acid, eth - 0.74 - - - - Acetic Acid, 4-Methylphenyl Ester - - 2.71 28.14 - -

Decanoic Acid $$ Capric Acid - - - 0.8

Ethyl Linoleate $$ Linoleic Acid - 0.54 - - - -

Ethyl Myristate - 0.75 - - - -

Heneicosanoic Acid (CAS) $$ n-Hene - 0.63 - - - - Hexadecanoic Acid ( CAS) $$ Palmiti - 2.74 1.23 1.4 3.17 4.51 Hexadecanoic Acid, 2-Hydroxy-1-(hy 0.74 - - 1 1.38 - Hexadecanoic Acid, Methyl Ester - - 1.88 - - 0.7 Hexanedioic Acid, Dioctyl Ester - - 14.7 - - - Hexanedioic Acid, mono (2-Ethylhex 0.08 - - - - -

Hexanedioic Acid, Dioctyl Acid - - - 7.66

Hexanedioic Acid. Dioctyl Ester - - - - 2.9 - Methyl (Z)-, 11,14,17-Eicosatetrae - - - - 3.65 - Methyl Eicosa- 5,8,11,14,17-Pentaen - 1.05 - - - - Octadecanoic Acid (CAS) $$ Stearic 0.6 2.62 - - - - Tetradecanoic Acid (CAS) $$ Myrist 0.85 - - - - -

TOTAL 6.52 16.07 24.5 33.99 17.2 26.2

Keterangan: Ran.: Rancabungur; Dra.: Dramaga; Kem.: Kemang; Leu.: Leuwiliang; Cia.: Ciampea; Ten.: Tenjolaya; $$ : mirip atau nama lainnya

(39)
[image:39.595.108.510.227.573.2]

Fenol merupakan kumpulan kelas besar dalam kelompok hidroxyl (kelompok -OH) mengikat sebuah cincin aromatik (Brielmann et al., 2006). Senyawa fenol merupakan senyawa yang banyak terdapat dalam pucuk kemang kecuali pucuk kemang yang berasal dari Kecamatan Kemang dan Leuwiliang. Kandungan senyawa kelompok fenol dapat mencapai 52.75% (Tabel 6).

Tabel 6. Kandungan senyawa kelompok fenol pada pucuk kemang

Nama senyawa Kecamatan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten. ...(%)... .beta.-Tocopherol $$ 2H-1-Benzophyr - - - 0.51 - 0.36 .gamma.-Tocopherol $$ 2H-1-Benzopy - - - - 0.44 - 1,2,3-Benzenetriol (CAS) $$ 1,2,3- 4.89 25.28 - - 0.76 - 1,2-Benzenediol (CAS) $$ Pyrocatecol - 2.08 - - - - 2,3-Dihydro-5-Hydroxy-6-methyl-4H- - 0.16 - - - -

2,3-Dihydro-Benzofuran 0.1 - - - - -

4H-Pyran-4-one, 2,3-dihydro-3,5-di - 1.75 - 2.21 - -

4-Vinylphenol $$ p-Vinylphenol - 0.41 - - - -

Benzoic acid, 3-hydroxy- (CAS) $$ - 3.01 - 3.47 - -

Benzoic acid, 4-hydroxy- (CAS) $$ - - - 1.94

Myristicine - - - - 0.24 -

Phenol (CAS) $$ Izal $$ ENT 1814 $ - 1.2 - - - 0.35 Phenol, 3-Methyl- (CAS) $$ m-Creso 0.25 1.05 - - 0.32 - Phenol, 3-Pentadecyl- $$ Phenol, m 42.58 16.09 - 4.41 43.7 35 Phenol, 3-Pentyl- (CAS) $$ M-N-Amy 3.39 - - - - - Phenol, 4-(2-Aminoethyl)- (CAS) $$ 0.73 0.87 - - 0.63 - Thiophene, 2-Penthyl- (CAS) $$ 2-pe - - 3.09 - - - Vitamin E $$ 2H-1-Benzopyran-6- ol 0.81 0.39 - 0.84 0.66 0.38

TOTAL 52.75 52.29 3.09 11.44 46.8 38.1

Keterangan: Ran.: Rancabungur; Dra.: Dramaga; Kem.: Kemang; Leu.: Leuwiliang; Cia.: Ciampea; Ten.: Tenjolaya; $$ : mirip atau nama lainnya

(40)

Vitamin E $$ 2H-1-Benzopyran-6-ol dan 3-Pentadecyl- $$ m- Phenol merupakan senyawa kelompok fenol dominan pada pucuk kemang. Senyawa .beta.-Tocopherol $$ Benzophyr dan .gamma.-Tocopherol $$ 2H-1-Benzopy merupakan nama lain Vitamin E. Menurut Sell (2003) Vitamin E atau tocopherol merupakan antioksidan penting yang dapat mencegah kerusakan oksidatif pada sel.

Ghopalakhrishnan (2011) menambahkan Senyawa yang dapat berperan sebagai antioksidan yaitu 4H-Pyran-4-one, 2,3-dihydro-3,5-di dan 1,2,3-Benzenetriol (CAS) $$ 1,2,3-. Aktivitas antioksidan pada daun mangga hasil penelitian Kawpoomhae et al. (2010) nilai IC50 pada uji DPPH pada methanol, air

dan kloroform berturut-turut 6.18±0.15, 5.57±0.18 dan 72.40±3.24 μg/ml.

Terpenoid didefinisikan sebagai material dengan struktur molekul yang mengandung ikatan karbon yang membentuk isoprene (Sell, 2003). Kandungan terpenoid pada pucuk kemang sekitar 2.24-5.58 %. Senyawa kelompok terpenoid yang ditemukan di setiap kecamatan yaitu 2,6,10,14,18,2Tetracosahexaene, 2-Hexadecen-1-ol, 3,7,11,15-Tetram dan Neophytadiene $$ 2,6,10-Trimethyl (Tabel 7).

Tabel 7. Kandungan senyawa kelompok terpenoid pada pucuk kemang

Keterangan: Ran.: Rancabungur; Dra.: Dramaga; Kem.: Kemang; Leu.: Leuwiliang; Cia.: Ciampea; Ten.: Tenjolaya; $$ : mirip atau nama lainnya

Nama senyawa Kecamatan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten.

…….…..………(%)………..………..

(1S)-1-Methyl-5-(Dimethoxy) Phospo - 1.32 - - - - 1,8 Cineole $$ Eucalyptol $$ Cajep 0.15 - - - - - 2-Hexadecen-1-ol, 3,7,11,15-Tetram 0.91 3.59 1.22 - 1.7 2.6 2(5H)-Furanone, 5-Ethyl- (CAS) $$ - - - 0.17 - - 2,6,10,14,18,22-Tetracosahexaene, 0.11 0.47 0.42 2.07 0.2 0.26 5-Ethyl-3-Hydroxy-4-Methyl-2(5H)-F - - 1.63 - - - Bicyclo [3.1.0] Hex-3-en-2-one, 4-me 0.2 - - - 0.2 0.27 Bicyclo [5.2.1] Decan-10-one (CAS) $ 0.06 - - - - - Neophytadiene $$ 2,6,10-Trimethyl, 0.81 0.2 0.59 1.62 1 1.73

Phytol - - - 0.49 - -

(41)

Senyawa 2,6,10,14,18,22-Tetracosahexaene dikenal dengan nama lain squalene. Squalene mempunyai aktivitas sebagai antikanker, antimikroba, antioksidan, chemopreventif, pestisida, antitumor dan sunscreen (Jananie et al., 2011). Aktivitas senyawa 2-Hexadecen-1-ol, 3,7,11,15-Tetram dapat berperan sebagai antimikroba dan antiinflamasi (Janani et al., 2011) serta antioksidan (Raman et al., 2012). Neophytadiene $$ 2,6,10-Trimethyl, memiliki aktivitas untuk antipireutik, analgesik, antiinflamasi, antimikroba dan antioksidan (Raman

et al., 2012).

Hasil penelitian Mashibo dan He (2009) ekstrak daun M. indica L memiliki aktivitas antimikroba rendah melawan S. Typhi, E. coli, S. Aureus dan B.

Cereus tetapi secara mengejutkan dapat menahan pertumbuhan bakteri di bawah

jumlah awal pada 36 menit waktu tes sebagai pembanding pada negatif kontrol yang memperlihatkan ekstrak bertindak sebagai bacteriostatic agent. Penelitian kanwal et al. (2009) menunjukkan konsentrasi 0-1,000 ppm dari isolasi lima flavonoid daun mangga berpengaruh menahan pertumbuhan Lactobacillus sp.,

Escherichia coli, Azospirillium lipoferum dan Bacillus sp., variasi dalam aktivitas

antibakteri dari senyawa isolasi tampak jelas.

Steroid pada semua tanaman sebenarnya adalah sterol yang dikenal juga fitosterol (Brielmann et al., 2006). Ada bukti bahwa beberapa fitosterol efektif terhadap resiko penyakit kardiovaskular (Kris-Etherton et al., 2002). Kandungan steroid pada pucuk kemang dapat mencapai 36.9% (Tabel 8).

(42)
[image:42.595.98.510.101.793.2]

Tabel 8. Kandungan senyawa kelompok steroid pada pucuk kemang

Nama senyawa Kecamatan

[image:42.595.114.505.102.418.2]

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten. ...(%)... Stigmasta-5, 22-dien-3-ol, (3.beta. - - 0.96 1.6 1.7 2.12 Stigmast-5-en-3-ol, (3.beta.)- (CAS) 2.79 - - - - - Stigmast-5-en-3-ol, (3.beta.,24S) - 0.62 - - - -

Spiro [Androst-5-ene-17,1'- - 0.4 - - - -

Pregna-3, 5-dien-20-one - 1.02 - - - -

Otochilone $$ Ergosta-8, 25-dien-3- - - - 0.48 - - Ergost-5-en-3-ol, (3.beta.)- (CAS) - - - 3.51 2 - Chola-5, 22-dien-3-ol, (3.beta., 22Z - 0.73 - - - - 9,17-Octadecadienal, (Z)- (CAS) $$ - 4.37 - - - -

9,12,15-Octadecatrienal (CAS) - - - - 1.9 -

9-Octadecanal, (Z) - (CAS) $$ Cis- - - - 1.14 - - 3.beta.-Acetoxy-8.alpha.-9.alpha.- 28.9 - - 18.4 23 13.58

23S-Methylcholesterol 2.51 1.4 1.22 - - 2.29

1,4,6-Trimethyl- 6.alpha.,7.alpha.- - 0.47 - - - - (E)-23-Ethylcolesta-5, 22-dien-3.b 2.69 1.1 - - - - (23S)-Ethylcholest-5-en-3.beta.-ol - - 4.28 - - -

TOTAL 36.90 10.10 6.46 25.20 28.00 17.99

Keterangan: Ran.: Rancabungur; Dra.: Dramaga; Kem.: Kemang; Leu.: Leuwiliang; Cia.: Ciampea; Ten.: Tenjolaya; $$ : mirip atau nama lainnya

Benzena merupakan senyawa yang membentuk cincin aromatik. Kelompok benzena memiliki manfaat sebagai obat-obatan (Daniel, 2006). Senyawa benzena yang terkandung pada pucuk kemang dari setiap kecamatan berbeda. Kandungan senyawa benzena dapat mencapai 10.6% (Tabel 9).

Tabel 9. Kandungan senyawa kelompok benzena pada pucuk kemang

Nama senyawa Kecamatan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten. ...%... Benzeneacetaldehyde (CAS) $$ Hyaci 0.01 - - - - - 2,4-DiflouroPhenyl isocyanate (CAS) 0.17 - - - - - Silane, Phenyl- (CAS) $$ Phenylsil 0.29 - - - - -

di - (2-ethylhexyl) phthalate - - 10.21 - - -

Triallymethylsilane - - 0.39 - - -

2-Furancarboxaldehyde, 5-(hydroxym - - - 7.28 - - (3.alpha., 4.alpha., ...)-(+-)-hexacyclo - - - 1.19 - -

TOTAL 0.47 - 10.6 8.47 - -

(43)

Alkohol dapat menjadi salah satu dari kelas senyawa yang ditandai oleh adanya gugus hidroksil (-OH) terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon jenuh. Variasi besar alkohol alifatik volatil terjadi pada konsentrasi kecil pada tanaman dan biasa disebut dalam kelompok minyak esensial. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998) beberapa alkohol adalah racun syaraf pembuluh (neurovaskular). Senyawa alkohol pada pucuk kemang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Kandungan senyawa kelompok alkohol pada pucuk kemang

Nama senyawa Kecamatan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten. ...%... 1,1-di (2-Hydroxy-naptthale-1, 4-qui 0.13 - - - - - 1-Cyclopenten- 4-Ol $$ 3-Cyclopente 0.05 - - - - - 1-Eicosanol (CAS) $$ n-Eicosanol $ 0.14 - - 0.3 - -

2 – Eicosanol - - - 0.51

2 - Norpianol, 3, 6, 6 - Trimethyl - (CAS) - - 0.43 - - 0.2 9, 12, 15 - Octadecatrien - 1 - Ol (CAS) 0.05 - 2.77 - - 4.44 Benzenemethanol (CAS) $$ Benzyl al - - 1.44 - - 0.21

TOTAL 0.37 - 4.64 0.3 - 5.36

Keterangan: Ran.: Rancabungur; Dra.: Dramaga; Kem.: Kemang; Leu.: Leuwiliang; Cia.: Ciampea; Ten.: Tenjolaya; $$ : mirip atau nama lainnya

Alkaloid merupakan senyawa yang memiliki rasa pahit. Beberapa alkaloid penting secara pengobatan, peran lainnya untuk halusinogen atau racun (Leventin dan McMahon, 2006). Perbedaan obat dan racun pada beberapa alkaloid (atau beberapa obat) adalah dosis yang berlebih. Alkaloid mempengaruhi fisiologi hewan dengan beberapa cara, tetapi yang paling menonjol adalah pada sistem nervous. Kandungan senyawa alkaloid pada pucuk kemang dapat mencapai 21.63% (Tabel 11).

(44)
[image:44.595.97.511.73.824.2]

Tabel 11. Kandungan senyawa kelompok alkaloid pada pucuk kemang

Nama senyawa Kecamatan

[image:44.595.112.512.104.344.2]

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten. ...(%)... (2.alpha.,6.alpha.) -trans- 9,10-Dim - 0.63 - - - - 1-( 3,5-Dimethyl-2-Pyranzinyl)-3-Met - - 8.44 - - - 1H-Imidazole-4-carboxylic acid, me - - - 0.54 - -

2-Isoamyl-6-Methylpyrazine - - 13.19 - - -

2,3-Dihydropyranzine - 0.24 - - - -

Diltiazem - - - - 0.12 -

isonicotinic acid-.alpha., .beta. –D 0.04 - - - - -

Noxiptyline 0.33 - - - 0.13 -

Pyranzine, 2,5-Dimethyl- (CAS) $$ 2 0.02 - - - - - Pyranzine, 2,6-Dimethyl- (CAS) $$ 2 - 7.89 - - - - trans- Tricyclo [7.5.0.0 (2,8)] Tetrad - 0.23 - - - -

TOTAL 0.39 8.99 21.63 0.54 0.25 -

Keterangan: Ran.: Rancabungur; Dra.: Dramaga; Kem.: Kemang; Leu.: Leuwiliang; Cia.: Ciampea; Ten.: Tenjolaya; $$ : mirip atau nama lainnya

Amina merupakan salah satu senyawa yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari strukturnya. Nitrogen pada amina biasanya bergabung ke dalam rantai daripada struktur cincin. Senyawa kelompok amina dapat berperan sebagai penarik serangga, hormon tanaman dan potensi halusinogen (Brielmann et al., 2006). Senyawa kelompok amina pada pucuk kemang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kandungan senyawa kelompok amina pada pucuk kemang

Nama senyawa Kecamatan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten. ...%... 2- [(Dimethylamino) Methyl ] -1-Isobut - - - - 0.09 - 2-Butanamine, 2-Methyl- (CAS) $$ t 0.11 - - - - - 3-Butyn-2-Amine, 2-Methyl- (CAS) $ - 1.43 - - - - 6-Nitrocycloundecane-1,3-dione $$ 0.07 - - - - - Thiosulfuric Acid (H2S2O3), S - (2-a - 3.77 0.55 - - 0.72 Urea (CAS) $$ Urevert $$ B-I-K $$ - - - 0.21

TOTAL 0.18 5.2 0.55 - 0.09 0.93

(45)
[image:45.595.107.506.196.661.2]

Hidrokarbon adalah molekul sederhana yang hanya terdiri atas atom hidrogen dan karbon (Brielmann et al., 2006). Senyawa hidrokarbon yang teridentifikasi dalam pucuk kemang dari setiap kecamatan beragam. Kandungan senyawa kelompok hidrokarbon sekitar 0.17-24.08% (Tabel 13).

Tabel 13. Kandungan senyawa kelompok hidrokarbon pada pucuk kemang

Nama senyawa Kecamatan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten. ...%... 2,2- Dicyclopropyl - 3-Methylenebicyc - 0.29 - - - - 2-Octadecyloxy-1, 1, 2, 2-Tetradeuter - - - 0.72 - - Cyclohexane, 1 -ethyl - 1 - methyl - (CAS) - - 0.83 - - - Cyclohexane, 1, 1' - [1, 2 - bis (1, 1 – dim - - 1.36 - - -

Cyclopropane, nonyl- (CAS) - - - 1.53

Cyclotetracosane 0.14 - - 4.38 - -

Heptacosane (CAS) $$ n-Heptacosane - - - 5.35 - - Heptadecane (CAS) $$ n-Heptadecane - - 1.08 - - 0.84 Hexadecane (CAS) $$ n-Hexadecane $ - - - 0.32 Pentadecane (CAS) $$ n-Pentadecane - - 3.48 - 0.63 1.69 1 - Formyl - 1, 3 - Cyclohexadiene and 1 - - - 0.15 -

1- Nonadecene (CAS) - - - 2.49 - -

3- Fluoro- 2, 5- dimethyl- 2,4-hexadien - 0.62 - - - -

8- Heptadecene - - - 0.35

Cyclodecene (CAS) - - - 0.7

Heptadecene- (8) - Carbonic acid- (1) - 0.82 - - - - Octadecane, 1-chloro- (CAS) $$ 1-C 0.03 - - - - - 2-Pentyne (CAS) $$ Ethylmethylacet - - - 0.29 - - (1S,2R,5R,7S)-2,4-dimethyl-7- ethyl-6 - - 17.33 - - - 1,3 - Cyclopentanedione, 2 - Methyl - - - 0.24 - 2- Cyclohexen - 1 - one, 4 - ( 3 - Hydroxy - - - - - 2.04 - 2-Cyclohexen-1-one, 4- (3-Hydroxy-1 - - - 1.38 - - 4-Keto-.alpha.-ionol $$ 2-Cyclohex - - - 1.16 - - Cyclohexanone, 2 - Methyl - (CAS) $$ - - - - 0.19 0.48

TOTAL 0.17 1.73 24.08 15.77 3.25 5.91

(46)

Keragaman pohon kemang tidak hanya pada morfologinya saja tetapi juga pada kandungan senyawa bioaktifnya. Berdasarkan jenis dan kandungan senyawa pada pucuk kemang memiliki tingkat kemiripan sebesar 15.35% (Gambar 10). Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis dan kandungan senyawa pada pucuk kemang memiliki keragaman yang tinggi.

Gambar 10. Dendrogram asal aksesi kemang berdasarkan jenis dan kandungan senyawa pada pucuk kemang

Perbedaan kandungan dan jenis senyawa yang teridentifikasi pada pucuk kemang diduga dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh dan potensi genetik. Metabolit sekunder diproses oleh enzim tertentu yang dikendalikan gen. Menurut Murningsih (2009) intensitas sinar matahari, lama pencahayaan dan ketinggian tempat tumbuh akan mempengaruhi proses biosintesis yang menghasilkan komponen kimia sebagai produknya, sedangkan suhu udara, pencahayaan dan ketinggian berpengaruh terhadap pembentukan jenis-jenis komponen maupun kadar komponen senyawa. Holmboe-Ottensen (2010) menambahkan kegiatan produksi pertanian mempengaruhi komposisi tanaman, seperti varietas/kultivar, dosis pupuk, pengolahan lahan, waktu panen dan masa penyimpanan.

S

imi

la

rit

y

C

o

ef

ic

ie

n

t

Leuwiliang Kemang

Dramaga Tenjolaya

Ciampea Rancabungur

15.35

43.56

71.78

(47)

Persepsi Masyarakat

Makanan merupakan kebutuhan primer manusia dalam melanjutkan hidupnya. Beragamnya bahan pangan sebagai makanan yang tersedia membuat manusia dapat memilih makanan yang disukainya. Menurut Almatsier (2006) secara umum makanan yang disukai adalah makanan yang memenuhi selera atau citarasa/inderawi, yaitu dalam hal rupa, warna, bau, rasa, suhu dan tekstur.

Kesukaan yang kuat terhadap suatu jenis makanan akan membentuk kebiasaan makan yang sulit diubah. Kebiasaan penggunaan pangan memiliki aspek budaya dan agama yang sangat berpengaruh terhadap status gizi dan gaya hidup. Rubatzki dan Yamaguchi (1998) menyatakan bahwa faktor ketersediaan dan biaya sangat menentukan pilihan jenis pangan dalam menu individu atau keluarga.

Alasan Konsumsi. Alasan utama masyarakat mengonsumsi pucuk kemang karena pucuk kemang memiliki rasa enak sebesar 61.67% (Gambar 11). Rasa pucuk kemang adalah kesat dan asam. Masyarakat yang biasa mengonsumsi pucuk kemang dari kecil sekitar 37.22%. Informasi khasiat yang terdapat pada pucuk kemang rendah sehingga tidak menjadi alasan mengonsumsi pucuk kemang.

Gambar 11. Persentase alasan masyarakat mengonsumsi pucuk kemang 61.67

37.22

1.11 0

10 20 30 40 50 60 70

Rasanya enak Terbiasa dari kecil Memperoleh khasiat

Ju

m

lah

(%

(48)

Cara Mengonsumsi. Olahan dari pucuk kemang yang berkembang di masyarakat sangat terbatas. Masyarakat mengonsumsi pucuk kemang hanya dengan cara dilalap (Gambar 12). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, konsumsi pucuk kemang dengan dilalap biasanya dikonsumsi bersama daun pepaya mentah. Hal itu dilakukan supaya rasa pahit pada daun pepaya tidak terasa.

Gambar 12. Cara masyarakat mengonsumsi pucuk kemang

Kebiasaan mengonsumsi pucuk kemang oleh masyarakat hanya dilalap sehingga kurang dapat diikuti oleh masyarakat yang tidak biasa mengonsumsi lalaban. Keterbatasan cara konsumsi ini menyebabkan hanya beberapa konsumen yang menjadi target pemasaran pucuk kemang.

Konsumsi Tingkat Rumah Tangga. Semua jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga yang menyukai pucuk kemang mencapai 26.11% (Gambar 13). Tingkat konsumsi dalam rumah tangga lebih didominasi oleh responden dan orang tua yang merupakan usia dewasa. Orang tua dalam hal ini merupakan ayah dan ibu dalam rumah tangga. Data tersebut menunjukkan rendahnya kebiasaan mengonsumsi pucuk kemang pada usia muda. Hal tersebut diduga karena sejak usia dini tidak dibiasakan untuk mengonsumsi atau mengenalkan pucuk kemang.

100.00

0.00 0.00 0

20 40 60 80 100 120

Lalap Rebus Tumis

Ju

m

lah

(%

(49)
[image:49.595.183.465.91.238.2]

Gambar 13. Partisipasi masyarakat dalam mengonsumsi pucuk kemang

Kemudahan Memperoleh Pucuk Kemang. Pucuk kemang mudah diperoleh bagi masyarakat dengan sebaran 48.33%. Sebesar 38.33% masyarakat menyatakan sulit untuk memperoleh pucuk kemang. Masyarakat yang menyatakan sangat sulit memperoleh pucuk kemang mencapai 10.56%. Hanya 2.22% masyarakat menyatakan sangat mudah dalam memperoleh pucuk kemang. Tingkat kemudahan dalam memperoleh pucuk kemang disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Persentase tingkat kemudahan memperoleh pucuk kemang

Tempat Memperoleh Pucuk Kemang. Masyarakat akan mudah mendapatkan pucuk kemang di pasar. Pasar merupakan tempat awal pucuk kemang diperjualbelikan oleh pedagang kepada konsumen. Pucuk kemang dari pasar didistribusikan langsung atau melalui warung ke konsumen. Lebih rendah dari 3% responden memperoleh pucuk kemang dengan memetik dari pohonnya (Gambar 15). 36.67 36.67 26.11 0 10 20 30 40

Responden Orang tua Semua anggota

keluarga Ju m lah (% ) 2.22 48.33 38.33 10.56 0 10 20 30 40 50 60

Sangat mudah Mudah Sulit Sangat sulit

Ju

m

lah

(%

(50)
[image:50.595.105.494.74.792.2]

Gambar 15. Persentase masyarakat memperoleh pucuk kemang

Pohon kemang tidak sengaja dibudidayakan melainkan tumbuh secara alami. Pucuk kemang sulit dipanen karena pohon kemang tinggi dan memiliki diameter batang yang lebar. Panen pucuk kemang tidak dapat dilakukan secara terus menerus karena masa flush yang musiman. Oleh karena itu, masyarakat mengalami kesulitan dalam memperoleh pucuk kemang dengan memetik dari pohonnya.

Frekuensi Konsumsi. Tingkat konsumsi menunjukkan sering atau tidaknya masyarakat mengonsumsi. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap pucuk kemang sangat rendah dengan berdasarkan data yang menunjukkan frekuensi konsumsi yang tidak tentu sebesar 94.44% (Gambar 16). Kondisi ini disebabkan oleh keterbatasan pucuk kemang dan produksi oleh pohon kemang yang musiman.

Gambar 16. Frekuensi masyarakat mengonsumsi pucuk kemang 57.78 39.44 2.78 0 10 20 30 40 50 60 70

Pasar Warung Memetik dari pohon

Jum

lah

(

%

)

0.00 2.22 3.33

94.44 0 20 40 60 80 100

[image:50.595.129.461.90.241.2]
(51)

Dampak Konsumsi. Efek yang dapat ditimbulkan setelah mengonsumsi makanan adalah menyehatkan atau menjadikan sakit. Efek menyehatkan dan efek samping yang ditimbulkan setelah mengonsumsi pucuk kemang pada masyarakat sekitar 2.22% (Gambar 17). Dampak tidak terasa ini adalah masyarakat mengetahui dampak yang ditimbulkan tetapi tidak terjadi saat konsumsi. Dampak tidak ada adalah masyarakat tidak mengetahui dampak yang ditimbulkan dan tidak terasa pada tubuhnya.

Gambar 17. Dampak yang dirasakan masyarakat setelah mengonsumsi pucuk kemang

Berdasarkan hasil wawancara, responden menyatakan bahwa mengonsumsi pucuk kemang dapat mengencangkan daerah kewanitaan. Efek tersebut diduga pada pucuk kemang terdapat senyawa yang berfungsi sebagai astringen. Astringen merupakan fungsi dari tanin yang termasuk kelompok fenol. Fenol merupakan salah satu kandungan senyawa yang tertinggi pada pucuk kemang.

Pucuk kemang yang dikonsumsi tidak hanya memberikan efek yang menyehatkan tetapi juga terdapat efek yang mengganggu kesehatan. Efek samping yang dirasakan masyarakat dikenal dengan nama balas kemang. Balas kemang merupakan bentuk alergi yang ditimbulkan sehingga kulit menjadi bengkak dan gatal. Menurut Leventin dan McMahon (2006) alergi makanan adalah kepekaan terhadap makanan tertentu yang dapat menyebabkan keragaman besar gejala pada

87.22

8.33

2.22 2.22 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Tidak ada Tidak terasa Menyehatkan Terdapat efek samping

Ju

m

lah

(%

(52)

berbagai sistem tubuh, termasuk saluran pencernaan (sakit perut, muntah dan diare), kulit (gatal-gatal, eksim, ruam kulit) dan saluran pernapasan (rhintis atau sakit asma). Balas kemang umumnya akan sembuh sekitar 2-3 hari setelah konsumsi.

Arah Pengembangan. Masyarakat menginginkan arah perbaikan sifat pucuk kemang pada aspek rasa sebesar 56.67%. Rasa merupakan salah satu dasar pilihan dalam memilih bahan pangan. Perbaikan sifat pucuk kemang pada ukuran, warna, kandungan nutrisi dan bioaktif berturut-turut 1.67, 14.44, 10.56 dan 16.67% (Gambar 18).

Gambar 18. Arah pengembangan pucuk kemang yang perlu dilakukan menurut masyarakat

Perilaku konsumen dalam mempersepsi atribut produk yang sesuai dengan preferensinya dapat dijadikan sebagai dasar untuk perbaikan dan pengembangan suatu produk, seleksi dan perbaikan varietas ( Rebin et al., 2002). Perbaikan yang harus dilakukan berdasarkan preferensi masyarakat terhadap pucuk kemang yaitu rasa. Hal tersebut juga perlu diiringi dengan peningkatan kandungan nutrisi dan bioaktifnya.

Nilai jual pucuk kemang diperoleh dari hasil wawancara kepada responden yang pernah mengonsumsi pucuk kemang (Tabel 14). Nilai jual per pucuk kemang dari tiap kecamatan yaitu Rp 262.53. Biaya yang harus dikeluarkan masyarakat dalam satu kali mengonsumsi pucuk kemang adalah Rp 911.56. Pucuk kemang memiliki nilai jual yang murah sehingga masyarakat mampu untuk

1.67

14.44

56.67

10.56

16.67

0 10 20 30 40 50 60

Ukuran Warna Rasa Kandungan

nutrisi

Kandungan bioaktif

Ju

m

lah

(%

(53)

membelinya. Harga bukan merupakan kendala kurang dimanfaatkannya sayuran minor karena harganya relatif murah dan tidak terlalu berfluktuasi (Soetiarso, 2010b).

Tabel 14. Nilai ekonomi pucuk kemang

Variabel Kecamatan Rataan

Ran. Dra. Kem. Leu. Cia. Ten. Harga per pucuk

(Rp) 297.95 229.44 328.89 255.00 223.33 240.56 262.53 Banyaknya

konsumsi (Pucuk) 4.10 4.40 2.80 3.47 3.60 2.46 3.47 Biaya per

konsumsi (Rp) 1,221.59 1,009.56 920.89 884.00 804.00 593.37 911.56

Keterangan: Ran.: Rancabungur; Dra.: Dramaga; Kem.: Kemang; Leu.: Leuwiliang; Cia.: Ciampea; Ten.: Tenjolaya

Pucuk kemang merupakan sayuran indigenous yang telah lama berkembang di masyarakat terutama masyarakat Bogor. Pemanfaatan pucuk kemang menjadi sayuran komersial masih terhambat. Faktor yang menjadi penghambat pemanfaatan pucuk kemang yaitu keterbatasan cara konsumsi, informasi budidaya, informasi senyawa bermanfaat dan panen pucuk kemang musiman. Menurut Soetiarso (2010b) kendala kurang dimanfaatkannya sayuran

indigenous oleh konsumen adalah bersifat musiman, variasi menu terbatas dan

rasa dari olahan sayuran indigenous kurang enak terutama bagi anak-anak.

(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Karakterisasi

Gambar

Gambar 5. Diagram pencar 60 pohon kemang berdasarkan ciri morfologi
Gambar 6. Dendrogram 60 pohon kemang berdasarkan ciri morfologi
Gambar 9. Kromatogram pucuk kemang hasil GC-MS (A) Rancabungur;
Tabel 5. Kandungan senyawa kelompok asam lemak pada pucuk kemang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pengadilan Negeri Purwodadi Nomor : 33/Pid.Sus./2013/PN.Pwi, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Purwodadi yang terdiri dari satu Hakim sebagai Hakim ketua majelis dan

[r]

Masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar kognitif siswa.Dalam penelitian ini penyebab rendahnya prestasi belajar

Activity Based Costing (ABC) merupakan metode penentuan harga pokok produk yang berbasis aktivitas ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat

Penelitian ini bertujuan mengembangkan sistem resirkulasi melalui pendekatan bahan filter yang dapat digunakan sebagai media filter yang mampu memaksimalkan efektifitas

Masing-masing karyawan saling bertukar informasi dengan orang lain dalam menyelesaikan pekerjaan.. Masing-masing karyawan saling berbagi pengalaman kerja dalam menyelesaikan

Kondisi AMAN akan terjadi jika suhu dibawah 40, kelembaban tanah dan kelembaban udara diatas 50% seperti yang terlihat pada gambar 4.8, led akan. berwarna

This is the result of a study involving institutional boards, school committees, school managers (Principals, Vice Deans, Teachers and Program Coordinators) The main issue of