Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca BPTD (Balai Penelitian Tembakau Deli), PT. Perkebunan Nusantara II, Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain daun tembakau, Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) yang berasal dari BPTD, larva ulat grayak (S. litura), akuades, media tanam 3 : 2 : 1 (tanah humus : pasir : pupuk kompos), dan bibit tanaman tembakau varietas F1 – 45 bahan lain yang mendukung penelitian.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain blender, stoples, beaker glass, kain muslin, handsprayer, timbangan, polibag, alat tulis dan alat lain yang mendukung penelitian.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu:
Faktor I : Stadia Larva I1 = Larva instar 2
Faktor II : Suspensi larva terinfeksi virus V0 = Kontrol (Tanpa Perlakuan)
V1 = Suspensi 10 ekor larva terinfeksi virus/liter air
V2 = Suspensi 20 ekor larva terinveksi virus/liter air
V3 = Suspensi 30 ekor larva terinveksi virus/ liter air
Kombinasi perlakuan adalah : I1V0 I2V0
I1V1 I2V1
I1V2 I2V2
I1V3 I2V3
Banyak ulangan dari masing-masing perlakuan adalah : t1 (t2 - 1) r ≥ 15
2 (4 – 1) r ≥ 15
6 r ≥ 15
r ≥ 15/6
r ≥ 2,5 r = 3 ulangan
Banyak ulangan adalah 3 ulangan
Kombinasi perlakuan : 8 perlakuan
Jumlah perlakuan : 8 x 3 = 24 perlakuan Jumlah tanaman per plot : 4 tanaman
Data dianalisis dengan sidik ragam menggunakan model linier :
Yijk = µ + αi + βj+ αβij + ∑ijk
Yijk = Respon atau nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j. µ = Nilai tengah umum
αi = Nilai pengamatan pengaruh perlakuan ke-i
βj = Nilai pengamatan pengaruh kelompok ke-j
αβij = interaksi dari faktor a pada taraf ke i dan faktor b pada taraf ke j
∑ijk = Efek eror karena pengaruh perlakuan pada taraf ke-i, faktor b pada taraf ke-j dan pada ulangan ke-k
Pelaksanaan Penelitian Perbanyakan Ulat Grayak
Perbanyakan ulat grayak dilakukan dengan cara mengambil sebanyak mungkin kelompok telur dari pertanaman tembakau. Kelompok telur tersebut diambil bersamaan dengan daun tembakau. Telur-telur yang menempel pada daun tembakau tersebut diletakkan pada tempat perbanyakan, kemudian kelompok telur dibiakkan di tempat tersebut. Perbanyakan hama dilakukan untuk mendapatkan larva dengan instar yang sama.
Persiapan Pembibitan
Persemaian dibuat dengan bedengan dengan ukuran 1 x 6 m dengan arah Utara-Selatan. Naungan pembibitan dibuat dengan arah Timur-Barat dan tinggi tiang sebelah Timur 80 cm dan sebelah Barat 60 cm.
Sebelum benih disemaikan tanah diolah sampai gembur kemudian dibiarkan selama satu minggu. Pada persemaian ditaburkan kompos sebanyak 10 kg secara merata di atas permukaan tanah.
Persiapan Media
Sementara melaksanakan pembibitan, areal pertanaman dibersihkan dari sisa-sisa tanaman kemudan dibuang. Disiapkan polibag dengan ukuran 15 kg, kemudian polibag diisi dengan tanah yang sudah disterilkan. Seterusnya dibuat plot percobaan.
Penanaman
Setelah areal pertanaman selesai dibersihkan dan bibit telah berumur 40 hari maka bibit tersebut dipindahkan ke polibag. Bibit dipindahkan dari pembibitan, dan waktu penanaman bibit, tanah ditekan sedikit agar tegak pertumbuhannya dan tidak rebah.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi hari. Hal ini dilakukan karena tanaman tembakau pada fase pembibitan memerlukan cukup air untuk perumbuhannya. Penyiraman dilakukan sampai tahap pertumbuhan.
Penyisipan dilakukan pada tanaman di dalam polybag yang mengalami kegagalan pertumbuhan. Penyisipan dilakukan pada sore hari yang diambil dari plot tanaman yang dikhususkan untuk tanaman sisipan. Waktu penyisipan selambat-lambatnya 2 MST.
Penyiangan gulma dilakukan satu minggu sekali tergantung pada keadaan gulma di dalam polibag.
Pemupukan yang dilakukan sesuai dengan rekomendasi BPTD
(Balai Penelitian Tanaman Tembakau Deli) Medan yaitu pupuk mixed (NPK 12,5 : 7,5 : 10), KNO3 dengan dosis 10 gr/tanaman yang diberikan dua kali,
pertama pada saat bibit tembakau akan ditanam ke polibag yang diberikan pada lubang tanam sebanyak 1/3 (10 gram/lubang tanam), pemupukan kedua dilakukan pada saat tambah media 1x pada umur 7-10 hari sebanyak 1/3 (10 g/tan) ditabur di sekitar tanaman (melingkar). Pupuk KNO3 diberikan pada umur tanaman 16-20 hari (pada saat tambah media 2x) sebanyak 1/3 (10 g/tan) diberikan dengan cara ditabur di sekitar tanaman (dibuat melingkar).
Perbanyakan Virus
Daun tembakau dicelupkan kedalam larutan NPV (100 gr NPV/liter air). Setelah itu daun tembakau di keringanginkan dalam stoples
berukuran besar, kemudian dimasukkan larva ulat grayak ke dalam stoples. Larva yang terinfeksi NPV dapat dilihat dari gejala serangan antara lain terlihat larva berganti warna semakin pucat, larva malas bergerak, nafsu makan menurun kemudian larva akan mati. Untuk selanjutnya digunakan sebagai sumber virus bagi larva ulat grayak berikutnya.
Aplikasi Virus
Larva yang terinveksi NPV kemudian disimpan dalam lemari pendingin sebagai persediaan bahan pembuatan larutan NPV untuk keperluan perlakuan dalam percobaan. Larva yang terinfeksi diambil sesuai perlakuan kemudian dihaluskan dengan blender lalu dicampur air 100 ml, disaring dengan kain muslin. Kemudian larva ulat grayak sehat diletakkan pada tanaman tembakau,
masing-masing tanaman diletakkan 5 ekor larva. Aplikasi virus dilakukan terhadap larva instar 2 dan 4.
Peubah Amatan
Persentase Mortalitas (%)
Pengamatan terhadap ulat grayak yang mati dilakukan setiap hari setelah satu hari aplikasi. Persentase mortalitas dilakukan dengan menghitung larva yang mati dengan menggunakan rumus:
M
=
aa+b
� 100%
Keterangan:
M = Persentase mortalitas Larva S. litura
a = Jumlah S. litura yang mati b =Jumlah S. litura yang hidup (Laoh dkk, 2003)
Intensitas Serangan (%)
Pengamatan dilakukan dengan mengamati persentase serangan hama dari ulat grayak dengan menggunakan rumus :
IS
=
∑(nxv )NxZ
� 100%
Dimana:
IS = Intensitas Serangan hama (%)
n = Jumlah daun rusak tiap kategori serangan v = Nilai skala tiap kategori terserang
Z = Nilai skala tertinggi kategori serangan Nilai skala dapat dikategorikan sebagai berikut: 0 = Daun sehat tidak ada serangan
1 = > 0-25 % yang terserang dari jumlah daun yang diamati 2 = > 25-50 % yang terserang dari jumlah daun yang diamati 3 = > 50-75 % yang terserang dari jumlah daun yang diamati 4 = > 75-100% yang terserang dari jumlah daun yang diamati (BPTD, 2004).
Periode Inkubasi Virus Dalam Tubuh Larva (Hari)
Pengamatan dilakukan setiap hari dengan menghitung waktu yang dibutuhkan sejak larva memperlihatkan gejala awal hingga larva mati.