• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan pembantu / zat tambahan

Dalam dokumen buku ilmu resep teori kelas XII SMF (Halaman 31-35)

INJECTIONES / INJEKSI

C. Susunan Isi ( Komponen ) Obat Suntik

3. Bahan pembantu / zat tambahan

Ditambahkan pada pembuatan injeksi dengan maksud : a) Untuk mendapatkan pH yang optimal

b) Untuk mendapatkan larutan yang isotonis c) Untuk mendapatkan larutan isoioni d) Sebagai zat bakterisida

e) Sebagai pemati rasa setempat ( anestetika lokal ) f) Sebagai stabilisator.

Menurut FI.ed.IV, bahan tambahan untuk mempertinggi stabilitas dan efektivitas harus memenuhi syarat antara lain tidak berbahaya dalam jumlah yang digunakan, tidak mempengaruhi efek terapetik atau respon pada uji penetapan kadar.

Tidak boleh ditambahkan bahan pewarna, jika hanya mewarnai sediaan akhir. Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati untuk injeksi yang diberikan lebih dari 5 ml. Kecuali dinyatakan lain berlaku sebagai berikut :

 Zat yang mengandung raksa dan surfaktan kationik, tidak lebih dari 0,01 %  Golongan Klorbutanol, kreosol dan fenol tidak lebih dari 0,5 %

 Belerang dioksida atau sejumlah setara dengan Kalium atau Natrium Sulfit, bisulfit atau metabisulfit , tidak lebih dari 0,2 %

a) Untuk mendapatkan pH yang optimal

pH optimal untuk darah atau cairan tubuh yang lain adalah 7,4 dan disebut Isohidri. Karena tidak semua bahan obat stabil pada pH cairan tubuh, sering injeksi dibuat di luar pH cairan tubuh dan berdasarkan kestabilan bahan tersebut.

Pengaturan pH larutan injeksi diperlukan untuk :

1. Menjamin stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek terapi optimal obat, menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari obat.

2. Mencegah terjadinya rangsangan / rasa sakit waktu disuntikkan.

Jika pH terlalu tinggi (lebih dari 9) dapat menyebabkan nekrosis jaringan (jaringan menjadi mati), sedangkan pH yang terlalu rendah (di bawah 3) menyebabkan rasa sakit jika disuntikkan. misalnya beberapa obat yang stabil dalam lingkungan asam : Adrenalin HCl, Vit.C, Vit.B1 .

pH dapat diatur dengan cara :

1. Penambahan zat tunggal , misalnya asam untuk alkaloida, basa untuk golongan sulfa. 2. Penambahan larutan dapar, misalnya dapar fosfat untuk injeksi, dapar borat untuk obat

Yang perlu diperhatikan pada penambahan dapar adalah :

1. Kecuali darah, cairan tubuh lainnya tidak mempunyai kapasitas dapar.

2. Pada umumnya larutan dapar menyebabkan larutan injeksi menjadi hipertonis.

3. Bahan obat akan diabsorpsi bila kapasitas dapar sudah hilang, maka sebaiknya obat didapar pada pH yang tidak jauh dari isohidri. Jika kestabilan obat pada pH yang jauh dari pH isohidri, sebaiknya obat tidak usah didapar, karena perlu waktu lama untuk meniadakan kapasitas dapar.

b) Untuk mendapatkan larutan yang isotonis Larutan obat suntik dikatakan isotonis jika :

1. Mempunyai tekanan osmotis sama dengan tekanan osmotis cairan tubuh ( darah, cairan lumbal, air mata ) yang nilainya sama dengan tekanan osmotis larutan NaCl 0,9 % b/v.

2. Mempunyai titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh, yaitu - 0,520C.

Jika larutan injeksi mempunyai tekanan osmotis lebih besar dari larutan NaCl 0,9 % b/v, disebut " hipertonis ", jika lebih kecil dari larutan NaCl 0,9 % b/v disebut " hipotonis " .

Jika larutan injeksi yang hipertonis disuntikkan, air dalam sel akan ditarik keluar dari sel , sehingga sel akan mengkerut, tetapi keadaan ini bersifat sementara dan tidak akan menyebabkan rusaknya sel tersebut.

Jika larutan injeksi yang hipotonis disuntikkan, air dari larutan injeksi akan diserap dan masuk ke dalam sel, akibatnya dia akan mengembang dan menyebabkan pecahnya sel itu dan keadaan ini bersifat tetap. Jika yang pecah itu sel darah merah, disebut " Haemolisa ". Pecahnya sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh darah yang kecil.

Jadi sebaiknya larutan injeksi harus isotonis, kalau terpaksa dapat sedikit hipertonis, tetapi jangan sampai hipotonis.

Cairan tubuh kita masih dapat menahan tekanan osmotis larutan injeksi yang sama nilainya dengan larutan NaCl 0,6 - 2,0 % b/v.

Larutan injeksi dibuat isotonis terutama pada penyuntikan :

1. Subkutan : jika tidak isotonis dapat menimbulkan rasa sakit, sel-sel sekitar penyuntikan dapat rusak, penyerapan bahan obat tidak dapat lancar.

2. Intralumbal , jika terjadi perubahan tekanan osmotis pada cairan lumbal, dapat menimbulkan perangsangan pada selaput otak.

3. Intravenus, terutama pada Infus intravena, dapat menimbulkan haemolisa. Perhitungan Isotonis

Isotonis adalah suatu keadaan dimana tekanan osmotis larutan obat yang sama dengan tekanan osmotis cairan tubuh kita. (darah, air mata )

Hipotonis : tekanan osmotis larutan obat < tekanan osmotis cairan tubuh Hipertonis : tekanan osmotis larutan obat > tekanan osmotis cairan tubuh Cara menghitung tekanan osmose :

Banyak rumus dipakai, yang pada umumnya berdasarkan pada perhitungan terhadap penurunan titik beku. Penurunan titik beku darah, air mata adala -0,520 C.

Larutan NaCl 0,9 % b/v adalah larutan garam fisiologis yang isotonis dengan cairan tubuh.

Beberapa cara menghitung tekanan osmose :

b. Dengan cara Equivalensi NaCl c. Dengan cara derajat disosiasi d. Dengan cara grafik

Cara PTB dengan rumus menurut FI.

Suatu larutan dinyatakan isotonik dengan serum atau cairan mata, jika membeku pada suhu -0,520 C. Untuk memperoleh larutan isotonik dapat ditambahkan NaCl atau zat lain yang cocok yang dapat dihitung dengan rumus :

Rumus-1 : B =

0,52 – b1 C b2

Keterangan :

B adalah bobot zat tambahan ( NaCl ) dalam satuan gram untuk tiap 100 ml larutan

0,52 adalah titik beku cairan tubuh ( -0,520 )

b1 adalah PTB zat khasiat

C adalah konsentrasi dalam satuan % b/v zat khasiat

b2 adalah PTB zat tambahan ( NaCl )

Tiga jenis keadaan tekanan osmotis larutan obat :

1 Keadaan Isotonis apabila nilai B = 0 ; maka b1 C = 0,52

2. Keadaan hipotonis apabila nilai B positip ; maka b1 C < 0,52

3. Keadaan hipertonis apabila nilai B negatip ; maka b1 C > 0,52

Contoh soal :

1. Jika diketahui bahwa penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1 % b/v Asam Borat 0,288 , maka kadar asan borat dalam 300 ml larutan asan borat isotonis adalah ...

a. 1,805 % b/v c. 5,410 % b/v b. 0,402 % b/v d. 5,417 % b/v Jawab :

Misalkan kadar asam borat = X%b/v B =

0,52 - b1C b2

Agar isotonis, maka 0 = 0,52 - 0,288 * X b2 0,288 X = 0,52  X = 1,805 Jadi kadar Asam Borat = 1,805 % b/v

2. Jumlah volume larutan glukosa yang isotonis dapat dibuat jika tersedia 50 gram glukosa ( PTB glukosa = 0,1 ), adalah...

a. 555,6 ml b. 868,1 ml c. 892,9 ml d. 961,5 ml Jawab :

Misalkan kadar glukosa = X % b/v

Agar isotonis, maka 0 = 0,52 - 0,1 X  X = 0,52/0,1 = 5,2

Jadi untuk tiap 100 cc diperlukan Glukosa sebanyak 5,2 gram. Dengan demikian apabila Glukosa yang tersedia 50 gram, maka volume yang diperoleh sebanyak :

50

x 100 CC = 99,601 CC 50,2

3. Bila dicampur 100 ml larutan asam borat 1,8 % b/v dan 100 ml larutan garam dapur 0,9 % b/v dan diketahui penurunan titik beku larutan disebabkan 1 % asam borat = 0,288, Natrium klorida = 0,576 maka akan didapat larutan yang ...

a. hipotonis c. isotonis

b. hipertonis d. sangat hipertonis Jawab :

C asam borat menjadi = 1,8 gram/200 ml0,9 gram

/100 ml  0,9 % b/v C NaCl menjadi = 0,9 gram /200 ml0,45 gram /100 ml 0,45 % b/v Jadi b1 x C + b2 x C 2 = 0,9 x 0,288 + 0,45 x 0,576 = 0,2592 + 0,2592 = 0,5184 = 0,52

Berarti b x C = 0,52 atau harga B = 0, maka larutan tersebut isotonik.

4. Jika diketahui penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1% vitamin C adalah 0,104 ° C, maka untuk membuat 500 ml larutan vitamin C isotonis diperlukan vitamin C sebanyak ...

a. 5 gram b. 10 gram c. 15 gram d. 25 gram Jawab:

Misalkan kadar Vit.C = X % b/v B =

0,52 - b1C b2

Agar isotonis, maka 0 = 0,52 - 0,104 * X b2 0,104 X = 0,52  X = 5

Jadi kadar Vit C = 5 % b/v, maka untuk 500 cc diperlukan Vit.C sebanyak 500/100 x 5 gram = 25 gram

5. R/ Methadon HCL 10 mg mf. Isot. C. NaCl ad. 10 ml

a = 0,101 (PTB Methadon HCl) b = 0,576 (PTB. NaCl)

Maka NaCl yang diperlukan supaya larutan isotonis adalah .. A. 0,088 g C. 0,885 g

B. 0,073 g D. tidak perlu ditambah Jawab :

C Methadon HCL = 10 mg/10 ml0,100 gram/ 100 ml  0,1% b/v B =

0,52 – b1C b2

Agar isotonis, maka B = 0,52 - 0,1 x 0,101 0,576 B = 0,885243

Jadi bobot NaCl yang masih diperlukan untuk tiap 100 cc = 0,885243 gram, maka untuk 10 cc , bobot NaCl yang masih diperlukan adalah = 0,0885243 gram ≈

Cara Ekivalensi NaCl.

Yang dimaksud dengan ekivalen dari NaCl ( E ) adalah sekian gram NaCl yang memberikan efek osmose yang sama dengan 1 gram dari suatu zat terlarut tertentu. Jika E Efedrin HCl = 0,28 ; berarti tiap 1 gram Efedrin HCl  0,28 gram NaCl. Jadi dapat dianalogikan sebagai berikut :

Ex = a ; artinya tiap 1 gram zat X ~ a gram NaCl Ex = E ; artinya tiap 1 gram zat X ~ E gram NaCl

Jika bobot zat X = W gram maka ekivalennya adalah W x E gram NaCl Larutan isotonis NaCl 0,9 % b/v ; artinya tiap 100 ml NaCl ~ 0,9 gram NaCl Jika bobot NaCl = W x E gram ; maka Volume yang isotonis adalah ( W x E )100/0,9 ; sehingga dapat kita rumuskan sebagai berikut :

Rumus-2 V' = ( W x E ) 100/0,9 = ( W x E ) 111,1

Keterangan :

V' = Volume larutan yang sudah isotonis dalam satuan ml.

W = bobot zat aktip dalam satuan gram E = Nilai ekivalensi zat aktip

Jika Volume larutan = V ml dan Volume yang sudah isotonis = V' ml ; maka Volume yang belum isotonis adalah (V - V') ml , sedangkan volume untuk tiap 100 ml NaCl agar isotonis ~ 0,9 gram NaCl, maka bobot NaCl ( B ) yang masih diperlukan agar larutan menjadi isotonis adalah

( V - V ' ) x 0,9 / 100 ,

maka B = ( V - V ' ) x 0,9 / 100

atau B = ( 0,9/100 x V ) - ( 0,9/100 x V' ). Jika V' kita ganti dengan ( W x E ) 100 / 0,9 ,

maka B = { 0,9/100 x V } – { 0,9/100 x ( W x E ) 100/0,9 } dan akhirnya kita dapatkan rumus sebagai berikut :

Rumus-3 : B = 0,9/100 x V - ( W x E )

Keterangan :

B = bobot zat tambahan dalam satuan gram. V = Volume larutan dalam satuan ml

W = bobot zatkhasiat dalam satuan gram E = Ekivalensi zat aktif terhadap NaCl

Tiga jenis keadaan tekanan osmotis larutan obat : 1. Keadaan Isotonis apabila nilai B = 0 ;

maka 0,9/100 x V = ( W x E )

2. Keadaan hipotonis apabila nilai B positip;

Dalam dokumen buku ilmu resep teori kelas XII SMF (Halaman 31-35)

Dokumen terkait