• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Pembuatan Obat Suntik

Dalam dokumen buku ilmu resep teori kelas XII SMF (Halaman 40-44)

INJECTIONES / INJEKSI

D. Cara Pembuatan Obat Suntik

Persiapan pembuatan obat suntik :

1. Perencanaan

Direncanakan dulu, apakah obat suntik itu akan dibuat secara aseptik atau dilakukan sterilisasi akhir ( nasteril ).

Pada pembuatan kecil-kecilan alat yang digunakan antara lain pinset, spatel, pengaduk kaca, kaca arloji yang disterilkan dengan cara dibakar pada api spiritus.

Ampul, Vial atau flakon beserta tutup karet, gelas piala, erlemeyer, corong yang dapat

disterilkan dalam oven 1500 selama 30 menit ( kecuali tutup karet, didihkan selama 30 menit dalam air suling atau menurut FI.ed.III )

Kertas saring, kertas G3, gelas ukur disterilkan dalam otoklaf. Untuk pembuatan besar-besaran di pabrik, faktor tenaga manusia juga harus direncanakan.

2 Perhitungan dan penimbangan

Perhitungan dibuat berlebih dari jumlah yang harus didapat, karena dilakukan penyaringan, kemudian ditimbang. Larutkan masing-masing dalam Aqua p.i yang sudah dijelaskan cara pembuatannya, kemudian dicampurkan.

3 Penyaringan

Lakukan penyaringan hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam filtrat. Pada pembuatan kecil-kecilan dapat disaring dengan kertas saring biasa sebanyak 2 kali , lalu disaring lagi dengan kertas saring G3.

4 Pengisian ke dalam wadah Cairan :

Farmakope telah mengatur volume tambahan yang dianjurkan. Bubuk kering :

jumlah bubuk diukur dengan jalan penimbangan atau berdasarkan volume, diisi melalui corong.

Pengisian dengan wadah takaran tunggal dijaga supaya bagian yang akan ditutup dengan pemijaran, harus bersih, terutama dari zat organik, karena pada penutupan zat organik tersebut akan menjadi arang dan menghitamkan wadah sekitar ujungnya . Membersihkan bagian leher wadah dapat dilakukan dengan :

a. memberi pelindung pada jarum yang dipakai untuk mengisi wadah.

b. menyemprot dengan uap air pada mulut wadah obat suntik yang dibuat dengan pembawa berair.

5. Penutupan Wadah Wadah dosis tunggal :

ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api hingga tertutup kedap. Wadah dosis ganda :

ditutup dengan karet melalui proses pengurangan tekanan hingga karet tertarik ke dalam. Tutup karet dilapisi dengan tutup alumunium.

6 Penyeterilan ( Sterilisasi )

Sterilisasi menurut Fi.ed.III dan IV.dapat dilakukan sesuai dengan persyaratan masing-masing monografinya dan sifat dari larutan obat suntiknya.

7 Uji sterilitas pada teknik aseptik

Sediaan steril selalu dilakukan Uji Sterilitas sebelum sediaan itu diedarkan ke pasaran. Uji Sterilitas dapat dilakukan sebagai berikut :

ke dalam salah satu wadah dimasukkan medium biakan bakteri sebagai ganti cairan steril. Tutup wadah dan eramkan pada suhu 320 selama 7 hari. Jika terjadi pertumbuhan kuman, menunjukkan adanya cemaran yang terjadi pada waktu pengisian bahan steril ke dalam wadah akhir yang steril.

Pembuatan larutan injeksi :

Dalam garis besar cara pembuatan larutan injeksi dibedakan : 1. Cara aseptik

2. Cara non-aseptik ( Nasteril ) 1. Cara aseptic :

Digunakan kalau bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan rusak atau mengurai.

Caranya :

Zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat-alat dari gelas untuk pembuatan, dan yang lainnya yang diperlukan disterilkan sendiri-sendiri. Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu dicampur secara aseptik dalam ruang aseptik hingga terbentuk larutan injeksi dan dikemas secara aseptik.

Skema pembuatan secara aseptik :

Bahan obat Zat pembawa ( steril )

Zat pembantu ( steril ) Alat untuk pembuatan

( gelas )

Dicuci disterilkan Dilarutkan ( ruang steril ) wadah ( ampul, vial )

Dicuci disterilkan Diisi Ditutup kedap

Dikarantina

Diberi etiket dan

dikemas

Diperiksa

2. Cara non-aseptik ( NASTERIL ). Dilakukan sterilisasi akhir

Caranya :

bahan obat dan zat pembantu dilarutkan ke dalam zat pembawa dan dibuat larutan injeksi. Saring hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam

filtrat larutan. Masukkan ke dalam wadah dalam keadaan bersih dan sedapat mungkin aseptik, setelah dikemas, hasilnya disterilkan dengan cara yang cocok. Skema pembuatan secara non-aseptik :

Bahan obat Zat pembawa Zat pembantu Alat untuk pembuatan

( gelas )

Dicuci Dilarutkan ( ruang steril )

wadah ( ampul, vial )

Disaring Dicuci Diisi Ditutup kedap Disterilkan Dikarantina Diberi etiket dan

dikemas

Diperiksa

E. Pemeriksaan

Setelah larutan injeksi ditutup kedap dan disterilkan, perlu dilakukan pemeriksaan kemudian yang terakhir diberi etiket dan dikemas. Pemeriksaan meliputi :

1. Pemeriksaan kebocoran. 2. Pemeriksaan sterilitas. 3. Pemeriksaan pirogenitas

4. Pemeriksaan kejernihan dan warna.. 5. Pemeriksaan keseragaman bobot. 6. Pemeriksaan keseragaman volume.

Pemeriksaan 1 - 4 tersebut di atas disebut Pemeriksaan hasil akhir produksi.

1. Pemeriksaan kebocoran

Untuk mengetahui kebocoran wadah, dilakukan sebagai berikut : a. Untuk injeksi yang disterilkan dengan pemanasan.

(i) Ampul :

disterilkannya dalam posisi terbalik dengan ujung yang dilebur disebelah bawah. Wadah yang bocor, isinya akan kosong / habis atau berkurang setelah selesai sterilisasi .

(ii) Vial :

setelah disterilkan , masih dalam keadaan panas, masukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1 % yang dingin. Wadah yang bocor akan berwarna biru, karena larutan metilen biru akan masuk ke dalam larutan injeksi tersebut.

b. Untuk injeksi yang disterilkan tanpa pemanasan atau secara aseptik / injeksi berwarna

Diperiksa dengan memasukkan ke dalam eksikator dan divakumkan. Wadah yang bocor, isinya akan terisap keluar.

2. Pemeriksaan sterilitas

Digunakan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri, jamur dan ragi yang hidup dalam sediaan yang diperiksa. Dilakukan dengan teknik aseptik yang cocok. Sebelum dilakukan uji sterilitas, untuk zat-zat :

a. Pengawet : larutan diencerkan dahulu, sehingga daya pengawetnya sudah tidak bekerja lagi.

b. Antibiotik : daya bakterisidanya diinaktifkan dulu, misalnya pada Penicillin ditambah enzym Penicillinase.

Menurut FI. ed.III, pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :

a. Dibuat perbenihan A untuk memeriksa adanya bakteri yang terdiri dari:

i. Perbenihan thioglikolat untuk bakteri aerob , sebagai pembanding digunakan Bacillus subtilise atau Sarcina lutea.

ii. Perbenihan thioglikolat yang dibebaskan dari oksigen terlarut dengan memanaskan pada suhu 1000 selama waktu yang diperlukan, untuk bakteri anaerob, sebagai pembanding digunakan Bacteriodes vulgatus atau Clostridium sporogenus.

b. Dibuat perbenihan B untuk memeriksa adanya jamur dan ragi, untuk itu dipakai perbenihan asam amino, sebagai pembanding digunakan Candida albicans

Penafsiran hasil : zat uji dinyatakan pada suhu 300 – 320 selama tidak kurang dari 7 hari, tidak terdapat pertumbuhan jasad renik.

3. Pemeriksaan Pirogen

Pirogen : Berasal dari kata Pyro dan Gen artinya pembentuk demam / panas. Pirogen adalah Zat yang terbentuk dari hasil metabolisme mikroorganisme ( bangkai mikroorganisme ) berupa zat eksotoksin dari kompleks Polisacharida yang terikat pada suatu radikal yang mengandung unsur Nitrogen dan Posfor, yang dalam kadar 0,001 – 0,01 gram per kg berat badan, dapat larut dalam air, tahan pemanasan, dapat menimbulkan demam jika disuntikkan. (reaksi demam setelah 15 menit sampai 8 jam). Pirogen bersifat termolabil. Larutan injeksi yang pemakaiannya lebih dari 10 ml satu kali pakai, harus bebas pirogen.

Cara menghilangkan pirogen

1. Untuk alat / zat yang tahan terhadap pemanasan ( jarum suntik, alat suntik dll.) dipanaskan pada suhu 2500 selama 30 menit

2. Untuk aqua p.i ( air untuk injeksi ) bebas pirogen : a. Dilakukan oksidasi :

 Didihkan dengan larutan H2O2 1 % selama 1 jam.

 1 liter air yang dapat diminum, ditambah 10 ml larutan KMnO4 0,1 N dan 5 ml larutan 1 N, disuling dengan wadah gelas, selanjutnya kerjakan seperti pembuatan Air untuk injeksi.

b. Dilakukan dengan cara absorpsi :

Saring dengan penyaring bakteri dari asbes. Lewatkan dalam kolom Al2O3 Panaskan dalam Arang Pengabsorpsi 0,1 % ( Carbo adsorbens 0,1% pada suhu 600 selama 5 – 10 menit ( literatur lain 15 menit ) sambil sekali-sekali diaduk, kemudian disaring dengan kertas saring rangkap 2 atau dengan filter asbes. Cara mencegah terjadinya pirogen :

1. Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan air untuk injeksi harus segera digunakan setelah disuling.

2. Pada waktu disuling jangan ada air yang memercik

Sumber pirogen :

1. Air suling yang telah dibiarkan lama dan telah tercemar bakteri dari udara. 2. Wadah larutan injeksi dan bahan-bahan seperti glukosa, NaCl dan Na-sitrat. Uji pirogenitas :

dengan mengukur peningkatan suhu badan kelinci percobaan yang disebabkan penyuntikan i.v sediaan uji pirogenitas. Jumlah kelinci percobaan bisa 3, 6, 9, 12 ( secara detailnya lihat FI.ed.II )

4. Pemeriksaan kejernihan dan warna

Diperiksa dengan melihat wadah pada latar belakang hitam-putih, disinari dari samping. Kotoran berwarna akan kelihatan pada latar belakang putih, kotoran tidak berwarna akan kelihatan pada latar belakang hitam.

5. Pemeriksaan keseragaman bobot

Hilangkan etiket 10 wadah; Cuci bagian luar wadah dengan air; Keringkan pada suhu 1050; Timbang satu per satu dalam keadaan terbuka ; Keluarkan isi wadah; Cuci wadah dengan air, kemudian dengan etanol 95 % ; keringkan lagi pada suhu 1050 sampai bobot tetap; Dinginkan dan kemudian timbang satu per satu

Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang tertera , kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera.

Syarat keseragam bobot seperti pada tabel berikut ini.

Bobot yang tertera pada etiket Batas penyimpangan ( % ) Tidak lebih dari 120 mg

Antara 120 mg dan 300 mg 300 mg atau lebih

10,0 7,5 5,0

3. Pemeriksaan keseragaman volume

Untuk injeksi dalam bentuk cairan, volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam daftar berikut ini.

Volume pada etiket Volume tambahan yang dianjurkan cairan encer cairan kental 0,5 ml 1,0 ml 2,1 ml 5,0 ml 10,0 ml 20,0 ml 30,0 ml 50,0 ml atau lebih 0,10 ml ( 20 % ) 0,10 ml ( 10 % ) 0,15 ml ( 7,5 % ) 0,30 ml ( 6 % ) 0,50 ml ( 5 % ) 0,60 ml ( 3 % ) 0,80 ml ( 2,6 % ) 2,00 ml ( 4 % ) 0,12 ml ( 24 % ) 0,15 ml ( 15 % ) 0,25 ml ( 12,5 % ) 0,50 ml ( 10 % ) 0,70 ml ( 7 % ) 0,90 ml ( 4,5 % ) 1,20 ml ( 4 % ) 3,00 ml ( 6 % )

Dalam dokumen buku ilmu resep teori kelas XII SMF (Halaman 40-44)

Dokumen terkait