• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

2.2. Landasan Teori

2.2.3. Bahan Penyusun Lapis Aspal Beton

Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkersaan jalan merupakan gugusan hidrokarbon yang terdiri dari campuran mineral dan bitumen dan terjadi melalui proses alam yang diperoleh dari residu penyulingan minyak bumi. Aspal berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak lunak. Jika dipanaskan sampai temperatur tertentu aspal dapat menjadi cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada waktu penyemprotan / penyiraman pada perkerasan Mac Adam ataupun peleburan. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya. Sifat aspal yang dapat mencair

commit to user

jika dipanaskan sampai suhu tertentu dan mengeras kembali jika suhu mulai turun disebut sifat thermoplastic. ( Sukirman, 1995).

Sukirman (1995) menjelaskan bahwa aspal yang paling banyak dipakai pada saat ini dari proses destilasi minyak bumi. Aspal ini biasa disebut dengan aspal semen. Sifat aspal semen ini adalah mengikat agregat, memberikan lapiasan kedap air, serta tahan terhadap pengaruh asam, basa dan garam. Apabila aspal ini dipakai sebagai pengikat pada lapisan perkersaan, maka aspal ini dapat memberikan lapisan kedap air dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan reaksi kimia yang lain.

Komposisi aspal terdiri dari asphaltenese dan maltenes. Asphaltenese merupakan material yang berwarna hitam atau coklat tua yang tidak larut dalam heptane. Maltenes yang larut dalam heptane merupakan cairan kental yang terdiri dari resins dan oils. Resins adalah cairan yang berwarna kuning atau coklat tua yang memberi sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa pelayanan. Sedangkan oils yang berwarna lebih mudah merupakan media dari asphaltenese dan resins. Proporsi dari asphaltenese, resins dan oils berbeda-beda tergantung dari banyak faktor seperti kemungkinan

beroksidasi, proses pembuatannya dan ketebalan aspal dalam campuran (Sukirman, 1995).

Disamping sebagai bahan pengikat, aspal juga sebagai bahan pengisi pada rongga-rongga dalam campuran. Dalam campuran Aspal Beton (LASTON) yang banyak memakai agregat kasar, penggunakan kadar aspal menjadi sangat tinggi karena aspal di sini berfungsi untuk mengisi rongga-rongga antara agregat dalam campuran. Kadar aspal yang tinggi menyebabkan campuran Aspal Beton (LASTON) memerlukan kadar aspal yang tinggi pula. Untuk mengantisipasi kadar aspal yang tinggi digunakan aspal dengan mutu yang baik, dengan tujuan memperbaiki kondisi campuran.

Aspal merupakan komponen kecil pada konstruksi perkerasan jalan lentur. Umumnya hanya dibutuhkan sekitar (4-10)% berdasarkan berat atau (10-15)% berdasarkan volume, tetapi merupakan komponen yang paling mahal. Aspal

commit to user

sebagai bahan pengikat agregat dan sebagai penutup lapis perkerasan dari pengaruh air, disyaratkan memiliki sifat-sifat antara antara lain sebagai berikut :

Tahan terhadap pengaruh air.

Tahan terhadap pelapukan akibat pengaruh cuaca.

Mempunyai tingkat keawetan yang tinggi, yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan aspal untuk menjadi keras.

Mempunyai kepadatan atau kekentalan yang tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca.

Mempnyai sifat plastisitas, yang bisa diukur dengan besarnya nilai daktilitas dari aspal tersebut.

Menurut analisa kimia aspal mengandung unsur-unsur seperti: C(carbon), H (hydrogen) dan S (sulfur). Aspal terdiri dari dua fraksi utama yaitu:

1.Asphaltenes

Asphaltenes adalah fraksi solid yang merupakan unsur carbon dalam keadaan koloid dan tercampur di dalam cairan yang disebut maltene. Asphaltenes adalah hasil oksidasi dari minyak bumi. Hal ini terjadi karena oksigen meresap ke dalam bumi. Asphaltenes berupa phasepadat di dalam bitumen (aspal), mempunyai berat molekul yang tinggi, berwarna hitam, mempunyai sifat rapuh dan keras, tapi bisa dilunakkan dengan minyak.

2.Maltene

Maltene terdiri dari berbagai persenyawaan hidrokarbon. Persenyawaan hidrokarbon di dalam maltene terdiri dari molekul-molekul alipatis, naphatenis, aromatis dan kombinasi dari ketiga jenis tersebut. Maltene adalah phase cair di dalam aspal. Berat molekulnya berkisar antara beberapa ratus hingga beberapa ribu AMU (Atomic Mass Units). Karena Maltene mempunyai berat molekul yang lebih rendah, maka maltene akan lebih cepat menguap dalam peristiwa oksidasi, yaitu masuknya udara ke dalam lapisan perkerasan. Maltene terdiri dari resins dan oils. Resins berbentuk cairan menyelubungi asphaltenes dan mempunyai berat molekul sedang. Sedangkan oils berbentuk cairan yang melarutkan asphaltenes serta mempunyai berat molekul rendah.

commit to user Sifat Kimia dan Fisik Aspal

1. Kekentalan (viscosity)

Kekentalan aspal dipengaruhi oleh - Temperatur

Dengan naiknya temperatur maka kekentalan aspal akan menurun. Hal ini disebabkan oleh energi termal (thermal energy) meningkat dan melarutkan asphaltenese-nya ke dalam oils.

- Lama pembebanan

Jika kena pembebanan yang lama, menurut Shell, maka aspal yang semula bersifat elastik akan berubah menjadi viscous

- Waktu (effect of time)

Perubahan kekentalan aspal sebanding dengan waktu, dan terjadi pada komposisi kimia yang tetap (thixotropy). Thixotropy ini terjadi karena adanya tegangan / beban pada lapisan aspal tersebut. Kekentalan bitumen umumnya diukur dengan penetrasi (penetration test) dan titik lembek (softening test point, ring and ball test).

2. Kekakuan aspal (stiffness / modulus of bitumen)

Karena aspal berada pada kondisi elastis maupun viskus, regangan aspal juga dapat berada di daerah elastis maupun daerah viskus. Kondisi aspal ini sangat tergantung pada lama pembebanan dan suhu. Akibatnya kekakuan aspal juga dipengaruhi oleh lama pembebanan dan suhu.

3. Kuat tarik (tensile strength)

Kuat tarik aspal juga dipengaruhi oleh temperatur dan lama pembebanan. Kuat tarik aspal ini akan lebih nampak nyata pada suhu rendah. Untuk mengetahui kuat tarik aspal dapat dilakukan percobaan titik pecah Frass (frass breaking test). Kuat tarik aspal sangat diperlukan agar lapis perkerasan yang dibuat tahan terhadap retak (cracking) dan goyah (raveling)

4. Adhesi (adhesion)

Daya adhesi ini dapat dijelaskan dengan mengacu pada aspal emulsi kationik, yaitu aspal yang diberi tambahan amine. Tambahan bahan (amine) yang semakin banyak akan berakibat :

commit to user

- Perkembangan daya adhesi dari adhesi biasa, adhesi pasif, dan adhesi aktif.

- Perkembangan gaya luar yang timbul dari tidak ada, kecil, sedang dan besar.

Sedangkan besarnya daya adhesi juga dipengaruhi oleh jenis bahan tambahnya. Daya adhesi sangat diperlukan agar lapisan perkerasan bisa tahan terhadap pengulitan (stripping) dan goyah (ravelling)

5. Warna

Warna aspal asli adalah hitam atau coklat tua kehitam-hitaman. Untuk tujuan penggunaan tertentu, aspal dapat diberi warna misalnya merah, hijau, biru atau putih.

6. Berat jenis

Aspal mempunyai berat jenis yang bervariasi antara 0,95 - 1,05 7. Durabilitas (durability)

Sifat tahan lama/keawetan ini sangat diperlukan dalam hubungannya dengan kemampuan aspal untuk menahan pengaruh buruk dari lingkungan dan iklim (udara, air dan temperatur). Pengaruh ini lebih dikenal sebagai efek penuaan aspal (aging of bitument) yang antara lain meliputi oksidasi penguapan fraksi ringan dari aspal.

Dengan melihat sifat-sifat yang dipunyai aspal seperti tersebut tadi, maka aspal yang akan digunakan sebagai salah satu bahan untuk perkerasan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :

1. Daya tahan (durability)

Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal untuk mempertahankan sifat asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa umur pelayanan.

2. Adhesi dan Kohesi

Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dan aspal. Kohesi adalah ikatan di dalam molekul aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap di tempatnya setelah terjadi pengikatan.

commit to user 3. Kepekaan terhadap temperatur

Aspal adalah material yang bersifat termopalstis, berarti akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur bertambah.

Sifat ini diperlukan agar aspal memiliki daya tahan terhadap perubahan temperatur, misalnya aspal tidak banyak berubah akibat perubahan cuaca, sehingga kondisi permukaan jalan dapat memenuhi kebutuhan lalu-lintas serta tahan lama.

4. Kekerasan aspal

Pada proses pencampuran aspal dengan agregat dan penyemprotan aspal ke permukaan agregat. Pada proses pelaksanaan terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas atau viscositas bertambah tinggi. Peristiwa perapuhan terus terjadi setelah terjadi masa pelaksanaan selesai.Selama masa pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan polimerasi yang besarnya dipengaruhi oleh aspal yang menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan aspal yang terjadi dan demikian juga sebaliknya.

b. Agregat

ASTM menetapkan bahwa yang dimaksud agregat kasar adalah partikel- partikel yang tertahan pada ayakan no. 4 (4,75mm), kemudian yang dimakudkan dengan agregat halus adalah partikel-partikel yang lolos ayakan no. 4 sedangkan mineral filler adalah partikel-partikel yang paling sedikit 70% lolos ayakan no. 200 (0,075mm). Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan, yaitu mengandung (90 - 95)% agregat berdasarkan persentase berat atau (75-85)% agregat berdasarkan persentase volume.

Berdasarkan proses pengolahan, agregat yang digunakan pada perkerasan lentur dapat dibedakan menjadi tiga jenis :

1. Agregat alam (Natural Agregatte), yaitu agregat yang terbentuk karena proses erosi dan degradasi. Bentuk pertikel dari agregat dari agregat alam ditentukan dari proses pembentukannya. Aliran air sungai membentuk pertikel bulat dengan permukaan yang licin. Bilamana batu-batu yang dihasilkan berukuran

commit to user

kecil-kecil, dipasaran biasa disebut dengan grosok. Degradasi agregat di bukit-bukit membentuk pertikel-partikel yang bersudut dengan permukaannya yang kasar. Berdasarkan tempat asalnya agregat alam dapat dibedakan atas pitrun yaitu agregat yang diambil dari tempat terbuka di alam dan bankrun yaitu agregat yang berasal dari sungai/endapan sungai.

2. Agregat dengan proses pengolahan (Manufactured Agregatte), adalah agregat yang melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh bentuk pertikel bersudut (diusahakan berbentuk kubus), permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik, gradasi sesuai yang diinginkan. Dipasaran biasanya disebut dengan batu pecah mesin.

3. Agregat buatan, yaitu agregat yang merupakan filler atau pengisi diperoleh dari hasil sampingan.

Persyaratan agregat akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana agregat akan digunakan. Identifikasi karakteristik agregat normalnya memberikan pengaruh yang penting pada campuran aspal atau perencanaan perkerasan aspal dan pelaksanaan lapisan termasuk di dalamnya adalah : gradasi dan ukuran butiran, bentuk partikel, tekstur permukaan, kekuataan, dan kekasaran, berat jenis, porositas, dan kelekatan terhadap aspal ( Sukirman, 1992).

1. Gradasi dan ukuran butiran

Gradasi adalah pembagian ukuran dalam campuran agregat. Aspal beton sebagai lapis permukaan mempunyai gradasi yang rapat, yaitu gradasi dengan semua ukuran agregat pada batas tertentu ada. Hal ini yang memungkinkan aspal beton memiliki stabilitas, durabilitas dan tahanan gesek yang tinggi (Sukirman, 1992). Agregat menurut ukuran butiran dikelompokkan menjadi :

a. Agregat kasar : - Ukuran butiran > 4,75 mm menurut ASTM - Ukuran butiran > 2 mm menurut AASHTO - Tidak memiliki daya adhesi terhadap air b. Agregat halus : - Ukuran butiran < 4,75 mm menurut ASTM

- Ukuran butiran < 2 mm dan 0,075 mm menurut AASHTO

commit to user

c. Abu Batu (filler) : Merupakan agregat halus yang lolos saringan No. 200

Ukuran maksimum partikel batuan dalam campuran harus lebih kecil atau sama dengan 57% ketebalan padat lapisan perkerasan. Ukuran maksimum partikel batuan dalam campuran yang terlalu besar menyebabkan kepadatan maksimum sulit dicapai.

Spesifikasi gradasi agregat adalah angka yang menunjukkan berapa prosen agregat yang boleh lolos pada setiap saringan terhadap berat total agregat. Pemilihan jenis spesifikasi agregat ditentukan oleh fungsi dan kegunaan dari lapisan perkerasan yang akan digunakan. Untuk lapis perkerasan digunakan tipe gradasi rapat, artinya butir batuan harus terdiri dari bermacam-macam ukuran sedemikian hingga rongga-rongga antar butir yang besar dapat terisi penuh oleh butir yang lebih kecil, demikian seterusnya hingga rongga-rongga menjadi sekecil-kecilnya. (Soedarsono, 1987).

Penelitian ini menggunakan tipe gradasi IV. Macam-macam tipe gradasi untuk lapisan aspal beton menurut peraturan Bina Marga dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Batas-batas Gradasi Menerus Agregat Campuran

No.Campuran I II III IV V VI VII VIII IX X XI

Gradasi/tekstur Kasar Kasar Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Tebal Padat 20-40 25-50 20-40 25-50 40-65 50-75 40-50 20-40 40-65 40-65 40-50

Ukuran Saringan % BERAT YANG LOLOS SARINGAN

11/2’’ (38,1 mm) - - - - - 100 - - - - - (25,1 mm) - - - - 100 95- 100 - - 100 100 - ¾’’ 19,1 mm - 100 - 100 80- 100 82- 100 100 - 85- 100 85- 100 100 ½’’ (12,7 mm) 100 75- 100 100 80- 100 - 72-90 80- 100 100 - - - 3/8’’ (9,52 mm) 75-100 60-85 80-100 70-90 60-80 - - - 65-85 58-78 74-92 No.4 (4,76 mm) 35-55 35-55 55-75 50-70 48-65 52-70 54-72 62-80 45-65 36-60 48-70 No.8 (2,38 mm) 20-35 20-35 35-50 35-50 35-50 40-56 42-58 44-60 34-54 27-47 35-53 No.30 (0,59 mm) 10-22 10-22 18-29 18-29 19-30 24-36 26-38 28-40 20-35 13-28 15-30 No.50 (0,279 mm) 6-16 6-16 13-23 13-23 13-23 16-26 18-28 20-30 16-26 9-20 10-20 No.100 (0,149 mm) 4-12 4-12 8-16 8-16 7-15 10-18 12-20 12-20 10-18 - - No.250 (0,074 mm) 2-8 2-8 4-10 4-10 1-8 6-12 6-12 6-12 5-10 4-8 4-9

Catatan: No. Campuran : I, II, IV, VII, VIII, IX, X dan XI digunakan untuk lapis permukaan

No. Campuran : II, digunakan untuk lapis permukaan perat (leveling) dan lapis perantara (binder) No. Campuran : V, digunakan untuk lapis permukaan (surface) dan lapis antara (binder)

commit to user

Pada kolom yang diarsir merupakan type gradasi yang digunakan dalam penelitian ini ( Petunjuk Pelaksanaan Laston untuk Jalan Raya, SKBI No.2.4.26.1987.UDC : 625.75 (02) )

2. Kebersihan

Kebersihan agregat akan menentukan kuatnya ikatan/daya lekat aspal terhadap batuan. Agregat yang mengandung subtansi asing perusak harus dihilangkan sebelum digunakan dalam campuran perkerasan, seperti tumbuh-tumbuhan, partikel halus dan gumpalan Lumpur dan lain-lain, karena substansi asing dapat mengurangi daya lekat aspal terhadap aspal terhadap batuan.

3. Bentuk butir

Kemampuan mengunci antar batuan sangat dipengaruhi oleh bentuk batuan yang akan menentukan stabilitas konstruksi. Bentuk batuan yang menyerupai kubus dan bersudut tajam mempunyai kemampuan saling mengunci yang lebih tinggi dibandingkan dengan batuan yang berbentuk bulat, sehingga menambah kestabilan suatu campuran.

Agregat yang pipih dan panjang menimbulkan banyak kesulitan jika digunakan sebagai bahan konstruksi. Selain akan menimbulkan segregasi selama proses pencampuran, agregat ini mempunyai kekuatan yang rendah.

4. Tekstur permukaan

Tekstur permukaan yang kasar dan kasat akan memberikan gaya gesek yang lebih besar sehingga dapat menahan gaya-gaya pemisah yang bekerja pada batuan. Selain itu tekstur yang kasar akan memberikan adhesi yang lebih baik antar aspal dan batuan. Batuan yang halus lebih mudah terselimuti aspal, namun tidak dapat menahan kelekatan aspal yang baik. Bila tekstur permukaan semakin kasar umumnya stabilitas dan durabilitas campuran akan semakin tinggi.

5. Kekuatan dan kekerasan

Agregat merupakan bagian dalam perkerasan yang mendukung stabilitas mekanik.Agregat harus mempunyai suatu kekuatan dan kekerasan untuk menghindarkan terjadinya kerusakan akibat beban lalu lintas dan kehilangan kestabilan. Agregat dalam campuran lapis aspal beton harus cukup tahan terhadap tumbukan maupun gesekan antar batuannya (interparticle friction) karena agregat

commit to user

disini akan menjadi pendukung utama dalam campuran aspal beton sebagai lapis perkerasan.

6. Berat jenis agregat

Berat jenis agregat menunjukkan perbandingan berat volume agregat dan berat volume air. Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran dengan aspal, karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga menentukan banyaknya pori.

Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang lebih banyak, disamping itu agregat dengan pori yang besar membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak.

7. Porositas

Porositas berpengaruh besar terhadap nilai ekonomis suatu campuran lapis perkerasan. Makin besar porositas batuan maka aspal yang digunakan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan kemampuan absorbsi dari batuan terhadap aspal juga semakin tinggi. Terkadang porositas juga mempengaruhi stabilitas lapis perkerasan secara tidak langsung. Batuan yang mempunyai porositas tinggi biasanya kekerasannya kurang. Banyaknya pori dalam batuan yang besar akan dapat mengganggu kelekatan aspal dengan batuan.

8. Kelekatan aspal terhadap batuan

Daya lekat terhadap aspal sangat dipengaruhi oleh sifat agregat yang mengandung air. Air yang terserap oleh agregat sulit dihilangkan seluruhnya walaupun melalui proses pengeringan. Agregat yang bersifat hydrophilic (senang air) ini tidak baik digunakan sebagai bahan campuran aspal, karena mudah terjadi stripping yaitu terlepasnya lapisan aspal dari agregat akibat pengaruh air. (Petunjuk Pelaksanaan Laston Untuk Jalan Raya, Bina Marga 1987)

Penggunaan agregat untuk suatu jenis permukaan dipengaruhi oleh gradasi dari agregat tersebut. Gradasi adalah ukuran butiran dalam agregat. Gradasi dapat dibedakan menjadi 3 macam (Kreb, dan Welker, 1971), yaitu :

1. Well graded, type gradasi terbaik. Kandungan agregat pada well graded meliputi hampir semua fraksi agregat mulai dari yang kasar sampai yang

commit to user

halus, sehingga dapat mengurangi rongga udara dalam campuran. Dengan demikian well graded sangat baik untuk campuran aspal beton pada lapis perkerasan jalan dengan beban lalu lintas berat.

2. Gap graded, gradasi yang dalam distribusi ukuran butirnya mempunyai kelebihan dan kekurangan salah satu atau beberapa butiran dengan ukuran tertentu (tidak menerus), sehingga dapat mengakibatkan timbulnya rongga udara dalam campuran. Bila rongga udara dalam campuran tersebut terjadi maka kekuatan serta stabilitas struktur akan berkurang.

3. Uniform atau one size, gradasi agregat yang dalam ukuran butirnya mengandung butiran yang ukurannya hampir sama/seragam. Tidak beda dengan tipe gap graded, uniform graded dapat mengakibatkan timbulnya rongga udara dalam campuran.

Perkerasan aspal beton mempunyai gradasi baik (Well graded) yaitu agregat yang mempunyai ukuran butiran dari yang besar sampai kecil dalam porsi yang hampir seimbang.

Secara garis besar agregat terbagi dalam dua macam yaitu agregat kasar dan agregat halus. Agregat kasar terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah, sedangkan agregat halus terdiri dari pasir alam, pasir buatan atau pasir terak dan bisa juga merupakan gabungan dari bahan-bahan tersebut. (Petunjuk Pelaksanaan Laston Untuk Jalan Raya, 1987)

Berdasarkan besar partikel-partikel agregat, pembagi ukuran agregat bisa dilihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Pembagian Ukuran Agregat

Jenis Agregat Petunjuk Pelaksanaan Laston Untuk Jalan Raya Agregat Kasar Tertahan saringan No. 8 atau 2,38 mm

Agregat Halus Lolos pada saringan No. 8 atau 2,38 mm

Tingginya kadar agregat kasar dalam campuran Aspal Beton (LASTON) diharapkan akan mampu memberikan gaya geser dalam dan tahanan geser yang tinggi dalam menahan beban yang bekerja.

commit to user

c. Bahan Pengisi (Filler)

Filler merupakan sekumpulan mineral agregat yang umunya lolos saringan no. 200. Fungsi dari filler dalam campuran aspal dengan agregat adalah mengisi rongga-rongga (voids) diantara agregat kasar sehingga rongga udara menjadi lebih kecil dan kerapatan massanya menjadi lebih besar, Dengan bubuk isian yang berbutir halus maka luas permukaan butir akan bertambah, sehingga luas bidang kontak yang ditimbulkan antara butiran juga akan bertambah luas, yang diakibatkan tahanan terhadap gaya geser menjadi lebih besar yang selanjutnya stabilitas geseran akan bertambah.

Bahan yang sering digunakan sebagai filler umumnya adalah abu batu, abu batu kapur (limestone dust), abu terbang (fly ash), semen Portland, kapur padam atau bahan non plastis lainnya (Bina Marga,1987)

Filler adalah agregat yang lolos saringan No. 200 (75mikron), bersifat non plastis.

Filler bersifat mendukung agregat kasar bersama dengan agregat halus. Filler dapat memperluas bidang kontak yang ditimbulkan butiran, sehingga mengakibatkan tahanan terhadap gaya geser bertambah. (Setyawan, 2004)

Filler pada campuran aspal dibutuhkan untuk memberi kohesi yang cukup pada aspal, agar aspal dapat mempertahankan agregat pada tempatnya.

Filler dapat berfungsi ganda dalam campuran (Totomiharjo, 1995) :

Bila dicampur dengan aspal, filler akan membentuk bahan pengikat yang berkonsistensi tinggi sehingga akan mengikat butiran agregat secara bersama- sama.

Sebagai bagian dari agregat, filler akan mengisi rongga dan menambah kontak agregat sehingga akan meningkatkan kekuatan campuran.

Kuantitas filler dalam campuran akan mempengaruhi stabilitas campuran, hal ini disebabkan adanya reduksi rongga-rongga udara, tetapi kalau kadar filler terlalu tinggi dapat mengakibatkan campuran menjadi terlalu keras (hars) atau dengan kata lain campuran akan jadi rapuh. (Saker, 1979)

commit to user

Dokumen terkait