• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Menurut Suprapto TM, (1995) perkerasan lentur terdiri dari 3 lapis atau lebih yaitu: lapis permukaan, lapis pondasi, lapis pondasi bawah dan tanah dasar. Lapis permukaan adalah bagian perkerasan paling atas. Fungsi lapis permukaan yang beraspal dapat meliputi :

a. Struktural

Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh perkerasan, baik beban vertikal maupun horisontal (gaya geser). Untuk ini persyaratan yang dituntut adalah kuat, kaku dan stabil.

b. Non struktural

 Lapis kedap air, mencegah masuknya air ke dalam lapis perkerasan yang berada dibawahnya.

 Menyediakan permukaan yang tetap rata agar kendaraan dapat berjalan dan memperoleh kenyamanan yang cukup.

 Membentuk permukaan yang tidak licin sehingga tersedia tahanan gesek (skid resistance) yang cukup, untuk menjamin keamanan bagi lalu lintas.  Sebagai lapis aus yaitu lapis yang boleh aus yang selanjutnya dapat

diganti dengan yang baru.

Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak lunak. Jika dipanaskan sampai temperatur tertentu aspal dapat menjadi lunak/cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada waktu penyemprotan/penyiraman pada perkerasan Mac Adam ataupun pelaburan. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya. Sifat aspal yang dapat mencair jika dipanaskan sampai suhu tertentu dan mengeras kembali jika suhu mulai turun disebut sifat

commit to user

thermoplastic. Dalam material konstruksi perkerasan lentur, jumlah atau kadar aspal cukup kecil, yaitu 4-10% berdasarkan berat dan 10-15% berdasarkan volume. (Sukirman, 1995).

Aspal terdiri dari asphaltene dan maltene. Yang dimaksud asphaltene adalah zat-zat yang mempunyai sifat-sifat fisis serupa dengan aspal, sedangkan maltene terdiri dari zat-zat yang memberikan stabilitas kepada asphaltene. Akan dapat dikatakan bahwa sifat-sifat aspal tergantung dari sifat asphaltene. Sedangkan sifat asphaltene ini tergantung dari cara pembuatannya dan/atau dari cara penggunaannya. Misalnya suatu aspal yang bermutu baik, akan tetapi dalam penggunaannya dipanaskan hingga 300o C atau lebih selama beberapa jam, maka akibatnya aspal menjadi tidak baik karena aspal akan menjadi rapuh, tidak homogen dan sebagainya. (Direktorat Penyelidikan Tanah dan Jalan, 1978)

Agregat dapat didefinisikan sebagai bahan keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan campuran, yang berupa berbagai jenis butiran atau pecahan yang termasuk didalamnya antara lain : pasir, kerikil, agregat pecah, terak dapur tinggi, abu/debu agregat. (Kosasih, Djunaidi, 1997)

Filler merupakan sekumpulan agregat halus yang pada umumnya lolos ayakan no.200 (74 mikron), bersifat non plastis. Bahan filler dapat berupa: portland cement, abu batu, kapur padam, atau bahan non plastis lainnya. Filler harus kering dan bebas dari bahan lain yang mengganggu. (Sarwono D, 2004)

Portland Cement adalah salah satu semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidolis. Portland Cement terdiri dari kombinasi senyawa : kapur, silika, oksida besi, alumina dan gypsum yang ditambahkan setelah pembakaran.

( Sarwono D, 2004)

Limbah karbit merupakan bahan sisa dari proses pembuatan gas asitilin (acetylene), berupa kapur kalsium tinggi (high calcium lime). Bahan ini mempunyai sifat seperti batu kapur, sehingga seperti halnya kapur padam, limbah karbit termasuk bahan ikat hidrolik, tetapi kualitasnya tidak setinggi semen portland. Karena sifat yang hampir sama dengan batu kapur inilah sehingga limbah karbit bisa difungsikan sebagai salah satu bahan alternatif pengganti filler

commit to user

pada campuran aspal panas. Sifatnya yang basa juga memungkinkan bahan ini bisa bereaksi dengan berbagai bahan dalam campuran aspal, sehingga bisa menyatu dengan bahan-bahan penyusun campuran aspal yang lain. (Krisbianto, 1997)

Limbah karbit merupakan material yang dihasilkan dari proses reaksi kalsium (CaC2) dengan air, dimana dari reaksi tersebut akan dihasilkan gas

asetilina (C2H2) yang lazim dimanfaatkan dalam proses pengelasan logam.

Limbah karbit berwarna putih, kalsium hidroksida [Ca(OH)2] atau hidrate alkanity

yang merupakan kapur padam. (Sarwono D, 2004)

Limbah batubara atau biasa disebut fly ash merupakan material yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara pada cerobong pembakaran. Ada dua cara pengumpulan fly ash yang terbawa dalam gas buangan sebelum mencapai cerobong, sehingga gas yang keluar dari cerobong tersebut bersih, bebas debu dan fly ash. Kedua cara tersebut adalah pertama dengan menggunakan pengendap listrik statis (electrostatic precipitator) dan kedua menggunakan karung penyaring (fabric filter, bag filter). Fly ash batubara mengandung oksida-oksida SiO2,

Al2O3, Fe2O3, dan CaO sebagai hasil pembakaran batubara. (Muchjidin, 2006)

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, ataupun bleeding. Stabilitas ini tergantung pada gesekan antara batuan (internal friction) dan kelekatan (cohesion) antara aspal dan agregat. Gesekan internal tergantung dari tekstur permukaan agregat, bentuk agregat, kepadatan campuran, dan jumlah aspal. Kekuatan kohesi bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah aspal yang menyelimuti agregat, tetapi apabila telah mencapai nilai yang optimum, maka pertambahan jumlah aspal justru akan menyebabkan penurunan stabilitas. (F.L Robert, 1971)

commit to user

Principles Of Construction Hot Mix Asphalt Pavement MS-22 (1983) mengemukakan durabilitas yang rendah pada perkerasan dapat disebabkan oleh berbagai penyebab dan efek yang ditimbulkan, yaitu :

1. Kadar aspal yang rendah mengakibatkan pelepasan butiran (raveling). 2. Kurangnya pemadatan menyebabkan pengerasan dini pada aspal yang

diikuti oleh retak-retak atau cacat pada permukaan.

3. Agregat yang basah pada campuran menyebabkan film aspal lepas dari agregat mengakibatkan pelepasan butiran atau pelunakan perkerasan.

Durabilitas adalah kemampuan campuran bitumen untuk terus menerus bersatu melawan akibat dari air dan suhu. Durabilitas dari campuran dinilai berdasarkan uji dari campuran selama dan setelah 14 hari dari perendaman di dalam water bath dengan suhu 60o C. Kriteria mekanika dari durabilitas adalah resilient modulus dan marshall stability. Resilient modulus adalah ukuran nyata sifat elastis karakteristik non linier dari tanah yang pemanfaatannya pada desain perkerasan lentur dapat langsung dipergunakan. Sedangkan marshall stability adalah nilai stabilitas dari desain campuran perkerasan yang didapat dari hasil pengujian dengan alat Marshall. (Crauss, J et al , 1982)

Durabilitas menunjukkan ketahanan lapis keras terhadap disintegrasi yang disebabkan oleh beban lalu lintas. Ketahanan lapis keras dimungkinkan pula dapat berkurang karena pengaruh cuaca terhadap agregat penyusun lapis keras tersebut. (Krebs, Walker, 1971)

Permeabilitas adalah kemampuan media yang poros untuk mengalirkan fluida. Setiap material dengan ruang kosong diantaranya disebut poros, dan apabila ruang kosong itu saling berhubungan maka ia akan memiliki sifat permeabilitas. Maka batuan, beton, tanah, dan banyak material lain dapat merupakan material poros dan permeabel. Material dengan ruang kosong yang lebih besar biasanya mempunyai angka pori yang lebih besar pula. (Bowles, JE, 1986)

VIM berbanding lurus dengan koefisien permeabilitas, densitas berbanding terbalik dengan koefisien permeabilitas dan stabilitas berbanding terbalik dengan koefisien permeabilitas. (Sarwono D, Wardhani, 2005)

commit to user

Perkerasan konvensional mempunyai permukaan kedap air. Sistem drainase yang terjadi melalui permukaan sesuai kemiringan permukaan jalan. Air mengalir ke bagian tepi badan jalan kemudian masuk ke saluran samping, waktu yang dibutuhkan dalam proses ini menimbulkan adanya selapis air (genangan menyeluruh) di permukaan jalan. (Djumari, Sarwono D, 2009)

Hot mix asphalts are use as surface layers in a pavement structure to distribute stresses cause by loading and to protect underloading unbound layer from the effects of water. To adequately perform both of these finctions over the pavement design life, the mixture must also withstand the effects of air and water, resist permanent deformation and resist cracking cause the loading and environment. Hot mix asphalt consist of aggregate and binder. Properties of component material play amportant role in resultting structural characteritics of pavement. (international journal of science and technology, vol : 2, no: 41- 48, 2007).

{Campuran aspal panas digunakan sebagai lapisan permukaan pada perkerasan jalan yang berfungsi mendistribusikan tegangan akibat muatan yang diterimanya ke lapisan dibawahnya sekaligus memberi perlindungan terhadap pengaruh dari air. Untuk dapat melaksanakan kedua fungsi tersebut dengan baik selama umur rencana, campuran harus dapat melawan pengaruh dari udara dan air, agar tidak terjadi perubahan bentuk maupun retak-retak akibat beban dan pengaruh lingkungan. Campuran aspal panas terdiri dari agregat dan bahan pengikat. Proporsi komponen dari material akan menghasilkan karakteristik dari sebuah perkerasan. (Jurnal Internasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol : 2, no : 41 – 48, 2007) }

Asphalt concrete adalah salah satu jenis perkerasan lentur yang umum digunakan di Indonesia, merupakan suatu lapisan pada jalan raya yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, kemudian dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Pembuatan Lapis Aspal Beton (LASTON) dimaksudkan untuk mendapatkan suatu lapisan permukaan atau lapis antara (binder) pada perkerasan jalan yang mampu

commit to user

memberikan sumbangan daya dukung yang terukur serta berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat melindungi konstruksi dibawahnya. (Bina Marga, 1987)

Aspal beton campuran panas (hot mix) merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Untuk memudahkan pencamurannya, maka kedua material tersebut harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum dicampur. Karena dicampur dalam keadaan panas maka sering disebut Hot Mix. Pekerjaan pencampuran dilakukan di pabrik pencampur, kemudian dibawa ke lokasi dan dihampar dengan menggunakan alat penghampar (paving mechine) sehingga diperoleh lapisan yang seragam dan merata untuk selanjutnya dipadatkan dengan mesin pemadat dan akhirnya diperoleh lapisan padat Aspal Beton (Sukirman, 1995)

Dokumen terkait