• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Alat dan Bahan

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Alat dan Bahan

a. Alat :

1) Inkubator 37ºC dan 44 ºC 2) Oven

3) Tabung reaksi 4) Rak tabung reaksi 5) Lampu bunsen 6) Autocleve 7) Petri dish 8) Tabung Durham 9) Ose cicin dan jarum

b. Bahan :

1) Sampel air minum isi ulang 2) Alkohol 70%

3) Media laktosa cair (sudah steril)

4) Media BGLB/BGBL (Briliant Green Bile Lactose Broth) 5) Media LB (lactose bile broth)

6) Media EMB (Eosin Methylene Blue Agar) dan EA (sudah steril) 7) Pawarna gas

8) Kapas, karet, kertas payung, dan korek api

3.8.2 Pemeriksaan Mikrobiologis E.coli

Teknis penelitian ini adalah hipotesis tentang kandungan bakteriologis escherichia coli pada air minum isi ulang, analisis pemeriksaan menggunakan metode MPN. Prosedur penelitian dilakukan dengan cara menggunakan MPN (Most Probable Number) dalam penentuan kadar bakteri ataupun mikrobiologis yang terkandung di dalam usaha air minum isi ulang. Cara kerja metode MPN : Metode MPN (Most Probable Number) yang menggunakan sistem tabung 3-3-3 atau 5-5-5 dengan tahapan sebagai berikut (Greenberg, 2005).

1. Uji Penduga (presumtive test)

Uji penduga merupakan uji kuantitatif bakteriologis yang terkandung di dalam air minum isi ulang dengan menggunakan metode MPN yang digunakan adalah tabung 5-5-5 dengan media LB (Lactose Broth) diisi

sampel air minum sebanyak 10 ml, 1 ml, 0,1 ml, lalu diinkubasi pada inkubator 37ºC pengamatan selama 2 x 24 jam;

2. Uji Penguat (confirmed test)

Hasil dari uji penduga setelah sampel di inkubasikan pada inkubator 37ºC selama 2x24 jam dilanjutkan dengan uji penguat dengan melihat hasil sampel yang telah diinkubasikan, nilai hasil ditunjukan pada tabung durham yang berisikan sampel berubah membentuk gas dan warna keruh, pada tahap ini ada pemisahan antara sampel yang positif dan negatif, sampel yang positif di pisahkan sesuai dengan sistem yang digunakan yaitu tabung 5-5-5 masing-masing tabung berisikan sampel sebanyak 10ml, 1ml, 0,1ml. Setelah pemesihan selesai dikerjakan maka sampel yang positif membentuk gas dan berwarna keruh di uji dengan media BGLB (Briliant Green Lactose Broth) yaitu dengan cara memindahkan sampel yang positif ke media BGLB, masing- masing sampel dipindahkan sebanyak 1 ose sesuai dengan nilai tabung yang positif. Pada uji ini sampel di inkubasikan selama 1x24 jam pada inkubator 44ºC.

3. Uji Pelengkap (comleted test)

Pengujian selanjutnya dilakukan uji kelengkapan, Penghitungan MPN menggunakan rumus : (Greenberg, 2005).

100 x jumlah tabung positif gas/semua tabung yang negatif (ml) x jumlah semua tabung (ml)

34 4.1. Hasil pe nelitian

Dari hasil pengujian di laboratorium didapatkan hasil pemeriksaan pada air minum isi ulang diwilayah Kecamatan K uala Kabupaten Nagan Raya sebagai berikut :

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium UPTD balai laboratorium Kesehatan Banda Aceh

No Kode sampel

Sumber air baku

Baku mutu hasil Positif /negatif

1 01 Sumur Bor 0/100ml 0/100ml Negatif

2 02 Sumur Bor 0/100ml 2/100ml positif

3 03 Sumur Bor 0/100ml 1898/100ml positif

4 04 Sumur Bor 0/100ml 18/100ml Positif

5 05 Sumur Bor 0/100ml 0/100ml Negatif

6 06 Sumur Bor 0/100ml 9/100ml positif

7 07 Mata Air

pegunungan

0/100ml 14/100ml positif

8 08 Sumur Bor 0/100ml 0/100ml Negatif

Sumber : data primer (diolah tahun 2013)

Tabel 4.2. Persentase hasil peme riksaan air minum isi ulang berdasarkan kadar E.coli di Wilayah Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya

No Kadar E.coli Jumlah Persen %

1 Positif 5 62,5

2 Negatif 3 37,5

Total 8 100

Berdasarkan tabel 4.2. dari delapan sampel air minum isi ulang yang di katagorikan sebagai air yang positif mengandung E.coli berjumlah lima sampel (62,5%) dan sampel air minum isi ulang yang di katagorikan sebagai air yang negatif mengandung E.coli berjumlah tiga sampel (37,5%).

4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh kadar mikrobiologis E.coli pada depot air minum isi ulang, sumber air baku yang digunakan, sistem pengolahan air dan status pemeriksaan mikrobiologis E.coli.

Berikut pembahasan dari keseluruhan depot air minum isi ulang : 4.2.1 Sampel 01

Depot dengan kode sampel 01 menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.

Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.

Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap enam bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu satu sampai dengan dua minggu.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD bala i laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 0/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini layak untuk didistribusikan dan dikonsumsi oleh masyarakat.

4.2.2 Sampel 02

Depot dengan kode sampel 02 menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.

Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.

Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap delapan bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu satu sampai dengan dua bulan.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 2/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini diatas baku mutu yang di tentukan oleh PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0/100ml. Ini artinya kualitas air minum isi ulang hasil olahan masih rendah

kualitasnya dan akan berbahaya jika dikonsumsi oleh masyarakat tanpa ada proses pemanasan kembali.

4.2.3 Sampel 03

Depot dengan kode sampel 03 menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.

Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga namun tingkat kualitas tanah yang di jadikan sebagai sumber sumur bor adalah tanah gambut ataupun tanah dengan bekas rawa yang telah mengalami pengerasan dan dimukimi oleh banyak penduduk dengan populasi jumlah penduduk sebanyak 981 jiwa.

Hasil dari wawancara tentang alat yang digunakan adalah alat biasa dan pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dilakukan pada setiap delapan bulan sekali untuk makro filter sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu dua sampai dengan tiga bulan.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 1898/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini diatas baku mutu yang di tentukan oleh PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0/100ml. Ini artinya kualitas air minum isi ulang hasil olahan masih sangat rendah

kualitasnya dan akan beresiko jika dikonsumsi oleh masyarakat karena dengan hasil yang setinggi itu kondisi air minum jauh tidak memenuhi syarat kesehatan.

Dari hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti melalui uji minum langsung yaitu membandingkan rasa antara sampel yang negatif tidak mengandung kadar E. coli dan dan sampel yang positif mengandung E.coli memang memiliki perbedaan rasa antara rasa normal dan rasa tidak normal. 4.2.4 Sampel 04

Depot dengan kode sampel 04 menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.

Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.

Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap delapan bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu satu sampai dengan empat minggu.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 18/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini diatas baku mutu yang di tentukan oleh PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu

0/100ml. Ini artinya kualitas air minum isi ulang hasil olahan masih rendah kualitasnya dan akan berbahaya jika dikonsumsi oleh masyarakat tanpa ada proses pemanasan kembali.

4.2.5 Sampel 05

Depot dengan kode sampel 05menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.

Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.

Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap enam bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu satu sampai dengan dua minggu.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 0/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini sesuai dengan peraturan PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0/100ml. dan layak untuk didistribusikan dan dikonsumsi oleh masyarakat.

Depot dengan kode sampel 06menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.

Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.

Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap delapan bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu dua sampai dengan tiga minggu, dan depot ini tidak menggunakan alat UV sebagai proses penghilangan bakteriolagis yang lolos.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 9/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini diatas baku mutu yang di tentukan oleh PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0/100ml. Ini artinya kualitas air minum isi ulang hasil olahan masih rendah kualitasnya dan akan berbahaya jika dikonsumsi oleh masyarakat tanpa ada proses pemanasan kembali.

4.2.7 sampel 07

Depot dengan kode sampel 07 menggunakan mata air pegunungan sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa

depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.

Keadaan lokasi sumber berdasarkan wawancara peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.

Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap delapan bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu dua sampai dengan tiga minggu.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 14/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini diatas baku mutu yang di tentukan oleh PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0/100ml. Ini artinya kualitas air minum isi ulang hasil olahan masih rendah kualitasnya dan akan berbahaya jika dikonsumsi oleh masyarakat tanpa ada proses pemanasan kembali.

4.2.8 Sampel 08

Depot dengan kode sampel 08 menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.

Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.

Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap enam bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu satu sampai dengan dua minggu.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 0/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini sesuai dengan peraturan PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0/100ml. dan layak untuk didistribusikan dan dikonsumsi oleh masyarakat.

43 5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil pemeriksaan kadar mikrobiologis pada air minum isi ulang diwilayah Kecamatan Kuala Kabuapten Nagan Raya ternyata ada 5 (62,5%) sampel air minum isi ulang yang positif di temukan mengandung bakteri E.coli dan tidak memenuhi syarat kesehatan, sedangkan sampel yang negatif tidak mengandung bakteri E.coli atau memenuhi syarat kesehatan sebanyak 3 (37,5%) sampel dari jumlah keseluruhan 8 (100%) sampel air minum isi ulang.

5.2 Saran

1. Kepada pemilik depot air minum isi ulang dianjurkan supaya memperhatikan tingkat kualitas air minum hasil olahan dari segi bahan baku yang digunakan baik peralatan depot yang bermutu dan memiliki tingkat kualitas peralatan yang tinggi.

2. Kepada masyarakat yang mengkonsumsi air minum isi ulang hasil olahan depot dalam memilih kebutuhan air minumnya diharapkan untuk memperhatikan depot yang berkualitas.

3. Dalam meningkatkan kualitas depot air minum isi ulang diharapkan kepada instansi tekait khususnya Dinas Kesehatan agar melakukan

peninjauan sanitasi dan kualitas peralatan depot yang digunakan sesuai dengan standar kesehatan.

4. Kepada Dinas Peridustrian dan Perdagangan diharapkan untuk melakukan pendataan terhadap bisnis air minum isi ulang yang dibuka oleh masyarakat secara ilegal tanpa meminta izin kepada pihak terkait guna untuk mengetahui status kelayakan mendirikan depot air minum isi ulang.

5. Kepada Dinas Pertambangan dan Energy diharapkan untuk melakukan pengecekan sumber yang dijadikan sebagai sumber bahan baku depot air minum isi ulang ditinjau dari segi kelayakan sumber air minum sebagai sumber bahan baku.

http//kompas.com. [diakses tanggal 20 januari 2013].

Athena, Sukar, Hendro, M.D, Anwar, M dan Haryono. 2003. Kandungan Bakteri Total Coli dan Esche richia coli pada air minum dari depot air minum isi ulang di Jakarta, Tange rang, dan Bekasi. Puslitbang Ekologi Kesehatan. Jakarta.

Budiman. Chandra. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Depkes RI. 2002. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 907/MENKES /SK/VII tahun 2002. Jakarta.

Depkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/ 2010. Jakarta.

Purwana dan Racmadi. 2003. Pedoman dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum. Depkes RI – WHO. Jakarta.

Selamet. 2007. Sumbe r Air. http://www.scribd.com. Diakses 15 Desember 2012. Sembiring. 2008. Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan.

http://www.scribd.com. Diakses 15 Desember 2012.

Siswanto. 2004. Mencegah Depot Air Minum Isi Ulang Tercemar. http://www.hakli.or.id. Diakses tanggal 1 April 2012. Suprihatin. 2003. Sebagian Air Minum Isi Ulang Tercemar Bakteri

Coliform. Tim Penelitian Laboratorium Teknologi dan Manajemen lingkungan. IPB dalam Kompas Sabtu 26 April. Jakarta.

Sutjahyo, B. 2000. Air Minum Kebijakan Ke mitraan Peme rintah dan Swasta dalam penyediaan Air Minum Pe rkotaan. Tirta Dharma. Jakarta.

Water Plus Pure. 2010. Aspek Persyaratan Standar Air dan Pengaruh Bagi Kehidupan. http://www.waterpluspure.com. Diakses 20 Desember 2012. Widianti, P.M dan Ristiati, N.P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Kolifo rm Pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas P-MIPA IKIP Negeri Singaraja. Bali

Dokumen terkait