SKRIPSI
OLEH
HERI SETYO KUSWANTO
NIM : 08C10104009
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT
1 1.1 Latar Belakang
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di pelanet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadirsebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan letusan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu : melalui penguapan, hujan, dan aliran air diatas permukaan tanah (meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia (Wikipedia, 2011).
Air merupakan kebutuhan paling vital bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Tubuh manusia terdiri dari sekitar 65 % air. Makhluk hidup yang kekurangan air cukup banyak dapat berakibat fatal atau bahkan mengakibatkan kematian. Manusia memerlukan 2,5 – 3 liter air untuk minum dan makan (Sutjahyo, 2000).
Data Departemen Kesehatan (2004), syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia tetapi masih terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri misalnya (Escherichia coli) atau zat- zat berbahaya.
Bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 1000 C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini (Suprihatin dalam kompas, 2003).
Menurut Athena, dkk (2003), air minum dalam kemasan adalah air yang mengalami proses pemurnian baik secara ultraviolet, ozonisasi ataupun keduanya dengan tahap filtrasi. Hal ini membuat air bersih ini dapat dipakai untuk berbagai keperluan.
Negara Indonesia pertama kali memproduksi air minum dalam kemasan dengan merk Aqua pada tahun 1972. Air minum dalam kemasan berkembang pesat. Harga air minum dalam kemasan terasa mahal dan hanya dapat dijangkau oleh golongan ekonomi menengah ke atas. Harga yang ditawarkan air minum isi ulang dapat lebih murah lantaran tidak memerlukan biaya pengiriman dan pengemasan (Zuhri, 2009).
Persyaratan bagi masing- masing standar kualitas air minum masih perlu di tentukan oleh 4 (empat) aspek yaitu : persyaratan fisik, kimia, biologis, dan radiologis. Persyaratan fisik ditentukan oleh faktor- faktor kekeruhan warna, bau, maupun rasa. Persyaratan kimia ditentukan oleh konsentrasi bahan-bahan kimia seperti arsen, klor, tembaga, sianida, besi dan sebagainya. Persyaratan biologis ditentukan baik oleh mikroorganisme yang pathogen, maupun yang non pathogen (Waterpluspure, 2010).
Masyarakat atau pasar masih memiliki persepsi bahwa depot air minum isi ulang ini air bakunya adalah berasal dari sumber mata air pegunungan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air baku dapat diambil dari berbagai sumber.
Tingkat higienitas depot air minum isi ulang memang tidak dapat ditentukan. (Siswanto, 2004).
Di Kabupaten Nagan Raya jumlah depot air minum isi ulang berdasarkan pendataan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2011 mencapai 29 unit yang terbagi menjadi beberapa wilaya h kerja Puskesmas di antaranya 8 unit berada pada wilayah kerja Puskesmas K uala. Hasil pendataan dari Dinas Kesehatan Nagan Raya tahun 2011, tidak satupun usaha depot air minum isi ulang yang melakukan pemeriksaan kualitas air secara mikrobiologis.
Kecamatan Kuala merupakan kecamatan yang memiliki tempat dan letak yang strategis dengan batasan wilayah Sebelah Utara Kecamatan Suka Makmue, Sebelah selatan Kecamatan Kuala Pesisir, Sebelah Barat Kabupaten Aceh Barat, Sebelah Timur Kecamatan Tadu Raya.
Kecamatan kuala memiliki luas kecamatan 120,89 Km² dan memiliki persentase luas Kecamatan terhadap luas kabupaten 3,41 persen. jumlah penduduk yang terdata oleh Badan Pusat Stastistik Kabupaten Nagan Raya adalah berjumlah 18.965 jiwa dari 17 Desa yang dimiliki oleh Kecamatan Kuala.
Hasil dari observasi dilapangan penulis mencurigai adanya kandungan E. coli dalam usaha depot air minum isi ulang yang berada di Kecamatan K uala, selain dari bahan baku yang bersumber dari sumur bor ada sebagian depot yang mengangkut air bakunya dengan cara menggunakan wadah dan diangkut dengan kendaraan transportasi dari jarak sumur bor ke depot pengolahan sekitar 2 km.
Kegiatan pemeriksaan kualitas air yang disediakan oleh usaha depot air minum isi ulang di Kecamatan kuala sangat penting untuk dilaksanakan karena mayoritas masyarakat lebih banyak memilih mengkonsumsi air minum isi ulang. Berdasarkan data dari Puskesmas Kecamat Kuala jumlah masyarakat yang menggunakan air minum isi ulang sebagai air minum sehari- hari mempunyai persentase 75%, dan menjadi sangat penting bila kandungan kadar mikrobiologis diatas baku mutu air minum yang telah ditetapkan. Dengan lebihnya kandungan kadar mikrobiologis diatas baku mutu yang telah ditetapkan akan mengakibatkan dampak bagi kesehatan seperti penyakit, diare, disentri. Penyakit tersebut merupakan penyakit yang lebih dominan di Kecamatan Kuala.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang kandungan mikrobiologis yang mungkin terdapat pada air minum hasil olahan yaitu usaha yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang yang ada di wilayah Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah apakah ada kandungan mikrobiologis E.coli pada produksi air minum di sejumlah depot air minum isi ulang di wilayah Kecamatan K uala Kabupaten Nagan Raya.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Hasil pemaparan dari latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kandungan mikrobiologis pada air minum isi
ulang dari semua usaha depot yang ada di Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mendapatkan hasil analisis sumber air baku & pengolahan air pada depot air minum isi ulang tersebut.
2. Untuk mengetahui tingkat kandungan bakteriologis E. coli pada air minum dari beberapa depot air minum isi ulang yang ada di wilayah Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat penelitian ini sebagai salah sumber informasi dan bahan bacaan yang dapat dipergunakan untuk penelitian-penelitian dan juga dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten maupun daerah untuk memperbaiki kondisi konsumsi air minum yang tidak sehat karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat tentang hal memenuhi kebutuhan air minum yang sehat.
1.4.2 Manfaat Aplikatif
1. Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Nagan Raya untuk dapat mengelola kualitas air minum yang sehat dan layak untuk di konsumsi.
2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya untuk memberikan penyuluhan bagi usah depot air minum isi ulang.
3. Bagi Puskesmas, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang gamb aran kualitas air minum isi ulang secara mikrobiologis.
4. Sebagai masukan bagi Universitas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi.
5. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk dapat lebih selektif dalam memilih air minum yang sehat untuk memenuhi kebutuhan air minum sehari- hari
7 2.1 Peranan Air
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan. Air juga dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, sehingga merupakan modal dasar pembangunan dan penting bagi kelangsungan hidup. Air minum seharusnya dibedakan dengan air bersih, air bersih dipergunakan untuk berbagai kepentingan rumah tangga seperti mandi, mencuci piring, dan mencuci pakaian, tetapi tidak dapat langsung diminum, karena mungkin masih mengandung bakteri patogen (Zuhri, 2009).
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga perempat bagian tubuh kita terdiri dari air dan tidak ada seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga di gunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain- lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga di tularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana- mana (Chandra, 2006).
Mengkonsumsi air minum isi ulang kini banyak dipilih warga kelas menengah kebawah untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Selain ekonomis, air minum isi ulang juga dinilain lebih praktis dan mudah di peroleh. Namun
demikian, masyarakat sebaiknya tidak sembarangan memilih depot air minum isi ulang. Karena diduga, banyak depot air minum yang kualitasnya tidak memenuhi syarat, sehingga dapat memicu resiko timbulnya penyakit. Pakar Kesehatan Lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Budi Haryono, menyatakan, depot air minum isi ulang di beberapa daerah terbukti tercemar. Hasil penelitian menunjukan, pencemaran bakteri di beberapa depot air minum mengancam kesehatan masyarakat terutama kelompok yang sangat rentan seperti bayi dan anak-anak (Asep 2010).
2.2 Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/ 2010, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 907/MENKES /SK/VII tahun 2002, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, yang dimaksud air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
2.3 Sumber Air Minum
Menurut Chandra (2006), air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman.
Batasan–batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain : a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. c. Tidak berasa dan tidak berbau.
d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan.
Menurut (Selamet, 2007). Air yang terdapat dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber, Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi : 1. Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air dibumi. Walaupun pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen dan amonia. 2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan – badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, air terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya. 3. Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses – proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat
air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan serta persediaannya cukup di sepanjang tahun, walaupun saat musim kemarau. Tetapi air tanah juga mengandung zat–zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi seperti magnesium, kalsium, dan logam berat.
2.3.1 Syarat Kualitas Air Minum
Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk pengelolaan air minum, harus diperiksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada masyarakat. Sebab, air baku belum tentu memenuhi standar, maka sering dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum. Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492 / Menkes / Per / IV/2010, meliputi :
1. Parameter wajib a. Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna.
b. Persyaratan mikrobiologis
Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi kuman
Escherichia coli dan total Bakteri Coliform, sebab keberadaan bakteri
air. Standar kandungan Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform dalam
air minum 0 per 100 ml sampel. 2. Parameter Tambahan
a. Persyaratan K imia
Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan – bahan kimia (organik, anorganik, pestisida dan desinfektan) melebihi ambang batas yang telah ditetapkan, sebab akan menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh konsumen.
b. Persyaratan Radioaktif
Kadar maksimum cemaran radioaktif dalam air minum tidak boleh melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.
2.3.2 Manfaat Air Bagi Kesehatan
Menurut Zuhri (2009), bagi manusia air minum merupakan kebutuhan utama untuk berbagai keperluan, seperti mandi, cuci, kakus dan dalam produksi pangan mengingat bahwa berbagai penyakit dapat ditularkan melalui air saat manusia memanfaatkannya, maka untuk memutuskan penularan penyakit tersebut diperlukansistem penyediaan air bersih maupun air minum yang baik bagi manusia. Air juga digunakan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan oleh tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh darah yang berada disekitar alveoli. Disamping itu, transportasi zat – zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air.
Air dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan fisiologi tubuh. Air juga berguna untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar cepat dicerna. Komponen sel terbanyak dalam tubuh manusia terdiri dari air, maka jika kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik (Depkes RI, 2006).
Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia yang memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air bersih atau air minum bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit yang dibawa oleh air. Air minum yang memenuhi kualitas maupun kuantitas sangat membantu menurunkan angka kesakitan penyakit perut terutama penyakit diare.
2.4 Penggolongan Air Minum
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 907/ MENKES /SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas air minum adalah (Purwana dan Rachmadi, 2003):
a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga. b. Air yang didistribusikan melalui tangki air
c. Air kemasan
d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat.
2.5 Karakteristik Air Minum
Air minum dipengaruhi oleh kondisi Negara masing- masing, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia dilanda krisis air karena semakin menurunnya kualitas air akibat pencemaran, maka dikeluarkan standar persyaratan kualitas air minum. Indonesia memiliki standar persyaratan kualitas air ditetapkan oleh Departemen Kesehatan mulai tahun 1975, kemudian diperbaiki tahun 1990 dan diperbaiki lagi tahun 2002. K ualitas air minum memiliki persyaratan sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat - syarat dan Pengawasan Kualitas air minum, adalah meliputi persyaratan: Bakteriologi, Kimiawi, Radioaktif dan Fisik (Purwana dan Rachmadi, 2003).
2.6 Pengolahan Air Minum
Pengolahan adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini sangat penting artinya bagi air minum. Perkembangan peradaban serta semakin banyaknya aktivitas manusia, maka akan menambah pencemaran terhadap air. Laporan keadaan lingkungan di dunia pada tahun 1992 menyatakan bahwa air sudah saatnya menjadi benda ekonomis, karena itu pengelolaan sumber daya air sangat penting. Pengolahan air minum dilakukan tergantung dari kualitas air baku yang digunakan baik pengolahan sederhana sampai dengan pengolahan yang kompleks. Pengolahan air baku ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas air sehingga aman dan tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat yang menggunakannya (Purwana dan Rachmadi, 2003).
Prinsip pengolahan air minum terdiri dari (Purwana dan Rachmadi, 2003). 1). Pengolahan Fisik
Pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran- kotoran kasar, penyisiran lumpur serta mengurangi zat-zat organik.
2). Pengolahan K imia
Pengolahan kimia yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat kimia untuk membantu proses selanjutnya, misalnya dengan pembubuhan kapur.
3). Pengolahan Bakteriologis
Suatu pengolahan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung dalam air minum yakni dengan cara pembubuhan bahan desinfektan.
Proses sanitasi air dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu (Widianti dan Ristiati, 2004).
1. Sanitasi air yang paling sederhana dengan memanaskan air hingga titik didih. 2. Dengan klorinasi atau pencampuran kaporit kedalam air.
3. Penggunaan senyawa perak.
Alternatif ini jarang digunakan. Perak nitrat biasanya digunakan dengan mencampurkannya ke dalam air.
4). Ultraviolet.
Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup. Sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (micro watt detik per sentimeter persegi). Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktunya cukup. Residu atau hasil samping tidak ada dari proses penyinaran dengan UV. Lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus telah melalui filter halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi).
2.7 Depot Air Minum
2.7.1 Pengertian Depot Air Minum
Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen (Depperindag, 2004). Proses pengolahan air pada prinsipnya harus mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi (Suprihatin, 2003).
2.7.2 Peralatan Depot Air Minum
Alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum pada depot air minum isi ulang adalah :
1. Storage Tank
Storage tank berguna sebagai penampungan air baku yang dapat menampung air sebanyak 3000 liter.
2. Stainless Water Pump
Stainless Water Pump berguna sebagai pemompa air baku dari tempat storage tank kedalam tabung filter.
3. TabungFilter
Tabung Filter mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu :
a. Tabung yang pertama adalah active sand media filteru ntuk menyaring partikel – partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.
b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.
c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik.
4. Mikro Filter
Mikro Filter merupakan saringan yang terbuat dari polyprophylene / Polipropilena memiliki ketahanan kimia yang sangat baik, kuat dan memiliki kepadatan terendah dari plastik yang digunakan dalam kemasan. Ia memiliki titik leleh tinggi, sehingga ideal untuk panas- mengisi cairan
yang berfungsi untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air minum.
5. Flow Meter
Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir kedalam galon isi ulang.
6. Lampu ultraviolet dan ozon
Lampu ultraviolet dan ozon berguna sebagai desinfeksi pada air yang telah diolah.
7. Galon isi ulang
Galon isi ulang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menampung atau menyimpan air minum didalamnya. Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.
2.7.3 P roses P roduksi Depot Air Minum
Urutan proses produksi di Depot Air Minum Isi Ulang menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651/MPP/Kep/10/2004 tentang persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, yaitu :
1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir).
carbonat atau poly vinyl carbonat, harus bebas dari bahan – bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas : a. Khusus digunakan untuk air minum
b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman c. Harus mempunyai manhole / lubang pembuangan
d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui keran
e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi.
Tangki galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan seperti stainless stell, poly carbonat atau poly vinyl carbonat, tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan dan desinfeksi bagian luar minimal 3 (tiga) bulan sekali. Air baku harus diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk diperiksa terhadap standar mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2. Penyaringan bertahap terdiri dari :
a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring pertikel – artikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir – butir silica (SiO2) minimal 80 %.
b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.
c. Saringan / Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 (sepuluh) mikron.
3. Desinfeksi
Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu
ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi
selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet
(UV).
a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pangan seperti stainless stell, poly carbonat atau poly vinyl carbonat dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen, dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai tempat air minum.
b. Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.
c. Penutupan
Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen atau yang disediakan oleh Depot Air Minum.
2.7.4 Proses Desinfeksi pada depot Air Minum
Proses desinfeksi merupakan upaya yang dilakukan untuk menghilangkan atau membunuh bakteri dalam air minum, yang dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1. Ozonisasi
Ozon termasuk oksi dan kuat yang mampu membunuh kuman patogen, termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan akan ikut di sanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran pada kemasan. O zon merupakan bahan sanitasi air yang efektif di samping sangat aman.
Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh bakteri – bakteri saja, maka sebelum dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu dilakukan penyaringan agar zat – zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam air dapat dihilangkan. Ozon bersifat bakterisida, virusida, algasida serta mengubah senyawa organic komplek menjadi senyawa yang sederhana.
Penggunaan ozon lebih banyak diterima oleh konsumen karena tidak meninggalkan bau dan rasa. Desinfeksi dengan system ozonisasi, kualitas air dapat bertahan selama kurang lebih satu bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan yang idak menggunakan ozonisasi, kualitas air hanya bertahan beberapa hari saja sehingga air tidak layak dikonsumsi. Sebab tanpa ozonisasi, pertumbuhan bakteri dan jamur berlangsung cepat.
2. Ultraviolet
Radiasi sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang lebih pendek dari spektrum antara 100 – 400 nm, dapat membunuh bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi dalam air. Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 254 nm mampu menembus dinding sel mikroor ganisme sehingga dapat merusak Deoxyribonukleat Acid (DNA) dan Ribonukleat Acid
(RNA) yang bisa menghambat pertumbuhan sel baru dan dapat menyebabkan
kematian bakteri. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Yang harus diperhatikan adalah intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup. Untuk sanitasi air yang efektif, diperlukan intensitas sebesar 30.000 mw detik per cm2. Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktunya cukup. Supaya efektif, lampu ultraviolet harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang akan disinari ultraviolet harus melalui filter halus dan karbon aktif terlebih dahulu, untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, dan Fe atau Mn (Sembiring, 2008).
3. Reverse Osmosis
Proses ini merupakan proses pemurnian air dengan hasil kualitas air non mineral. Proses ini melalui alat yang disebut Membran semi permeabel, membran
tersebut sudah merupakan air bebas meniral bakteri, virus dan logam- logam berat lainnya.
2.8 Pengertian Bakteri
Bakteri (dari kata latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok
bakteri yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta me miliki peran besar dalam kehidupan di bum. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/intisel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dan sel eukariot yang lebih kompleks. Bakteri dapat di temukan hampir di semua tempat: di tanah, air, udara dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya bakteri berukuran 0,5-5 µm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 µm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki
dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptodoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitas ini disebabkan oleh flagel (wikipedia, 2012).
2.8.1 Bakteri Escherichia Coli
Bakteri E. coli merupakan parameter ada tidaknya materi fekal di dalam
suatu habitat sangat diharuskan untuk penentuan kualitas air yang aman. K husus uuntuk bakteri E. coli, kehadirannya di dalam air atau bahan makanan yang
berhubungan dengan kepentingan manusia yang tidak diharapkan. Karena kehadiran kelompok mikroba tersebut menandakan bahwa air atau makanan tersebut telah tercemar oleh koli tinja, yaitu materi fekal yang berada bersama tinja atau feces manusia. Bakteri golongan coliform adalah bakteri yang bersifat
gram negative, tidak membentuk spora memfermentasikan laktosa pada suhu 35º C atau 37º C dengan menghasilkan asam, gas dan aldehide dalam waktu 24-48 jam. Begitu bakteri golongan coliform tinja memiliki kemampuan yang sama,
hanya saja ia lebih toleran terhadap suhu yang lebih tinggi, yaitu 44º C. Jumlah bakteri Coliform/100cc air digunakan sebagai indikator atau mewakili semua kelompok mikrobiologis, bila dalam 100 ml sampel air terdapat 500 bakteri
Escherichia coli kemungkinan adanya penyakit gastroentritis. (Sutrisno, 2006).
2.8.2 Penyakit – Penyakit yang Disebabkan Oleh Bakteri Escherichia Coli Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya epidemic penyakit - penyakit saluran pencernaan makanan, seperti, kolera, typus, disentri, diare, dan penyakit cacing. Bibit penyakit ini berasal dari feces manusia yang menderita penyakit -penyakit tersebut. Indikator yang menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah dikotori feces adalah dengan adanya Escherichia coli dalam air tersebut, karena dalam feces manusia, baik sakit maupun sehat terdapat bakteri. Escherichia coli
organ. Bakteri ini juga merupakan penyebab utama meningitis pada bayi yang baru lahir dan penyebab infeksi tractus urinarius (pyelonephritis cysticis) pada manusia yang dirawat dirumah sakit (infeksi nasokomial). Pencegahan infeksi bakteri ini dilakukan dengan perawatan yang sebaik – baiknya di rumah sakit, antara lain: pemakaian antibiotik secara tepat, tindakan antiseptik secara benar. Penyakit yang dapat timbul akibat terjadinya pencemaran bakteri Escherichia coli adalah :
1. Diare
Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan
diseluruh dunia. Escherichia coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat – sifat virulensinya dan setiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda. Gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang – kadang disertai dengan muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, serta darah dan lendir dalam feces. Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
2. Infeksi Saluran Kemih
Penyebab yang paling lazim infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama kira – kira 90 % wanita muda. Gejala yang ditimbulkan yaitu: sering kencing, disuria, hematuria, dan piuria. Kebanyakan infeksi ini disebabkan oleh Escherichia coli dengan
3. Sepsis
Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, Escherichia coli
dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak
memiliki antibodi Ig M. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih.
4. Miningitis
Escherichia coli merupakan salah satu penyebab utama meningitis
pada bayi. Escherichia coli dari kasus meningitis ini mempunyai antigen.
Antigen ini bereaksi silang dengan polisakarida sampai golongan B dari N meningitidis.
2.9 Skema Penelitian
Gambar 2.1: langkah-langkah skema Penelitian Persiapan
Pengambilan Sampel
Pemeriksaan Air Negatif
Hasil
27 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimen yang dilakukan di UPTD balai laboratorium Kesehatan Banda Aceh dengan menggunakan metode MPN (Most Prabable Number) dengan pendekatan Cross
Secsional (Notoadmodjo, 2005) yaitu data yang diteliti dan diukur dalam waktu
yang bersamaan pada sumber depot air isi ulang hasil olahan yang mempengaruhi keberadaan mikrobiologis pada air minum isi ulang yang melebihi baku mutu yang di tentukan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan K uala Kabupaten Nagan Raya. Waktu penelitian direncanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2013.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sumber air minum isi ulang yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya yang berjumlah 8 unit usaha depot air minum isi ulang.
3.3.2 Sampel
Sampel diperlakukan dengan prosedur yang seharusnya dilakukan yaitu : dengan mencatatkan waktu, persiapan dalam pengambilan sampel sampai dengan perlakuan dan pengujian sampel.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada rumusan (Arikunto, 2002 ) yang menjelaskan bahwa apabila pengambilan sampel pada subjek penelitian kurang dari 100, maka dapat diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi bila jumlah subjek lebih dari 100 dapat diambil 10-20% dari populasi. Penentuan jumlah sampel penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel secara Total Sampling.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Prime r
Pengumpulan data dilakukan secara langsung mengumpulkan sampel air minum isi ulang. Untuk pemeriksaan bakteriologis Escherichia coli diperiksa
pada UPTD Balai Laboratorium Keshatan Banda Aceh. 3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder berupa data laporan yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya, Puskesmas Kecamatan K uala dan referensi dari internet yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Variabel Penelitian No
1. Variabel Sumber Air Baku
Definisi
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Persediaan air sebagai sumber produksi air minum isi ulang wawancara Kuesioner Layak Tidak layak Ordinal
2 Variabel Escherichia Coli
Definisi
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Parameter ada tidaknya materi fekal di dalam air minum isi ulang
Pemeriksaan laboratorium Oven, Inkubator Positif ≥ 0/100ml Negatif 0/100ml Ratio 3.6 Aspek Pengukuran
3.6.1 Kandungan Bakteriologis Escherichia Coli
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Ripublik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
Positif : Bila kadar bakteriologis escherichia coli pada air minum isi ulang
menunjukan > 0 dari jumlah per 100 ml sampel
Negatif : Bila kadar bakteriologis escherichia coli pada air minum isi ulang
3.7 Teknik Pengambilan Sampel 3.7.1 Persiapan
Sebelum pengambilan sampel dilakukan maka terlebih dahulu mempersiapkan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan sampel yaitu :
1) Menyediakan botol berwarna yang sudah di sterilkan sebanyak jumlah sampel
2) Memberikan kode sampel pada masing masing botol sampel
3) Menyediakan termos sebagai wadah sampel dan diisikan dengan es batu dalam bungkus secukupnya
4) Menyediakan kapas dan alkohol 70% 5) Menyediakan korek api
3.7.2 Cara Pengambilan Sampel
Berikut teknik pengambilan sampel pada depot air minum isi ulang :
1) Botol yang sudah di sterilkan pada saat hendak mengambil sampel tidak dianjurkan melepaskan pembungkus pada botol dan tutupnya
2) Gunakan kapas alkohol 70% yang berfungsi untuk membersihkan lubang pada kran air minum isi ulang yang terbuat dari bahan plastik, dan gunakan korek api untuk membakar kran air minum isi ulang yang terbuat dari bahan tara pengan
3) Pada saat hendak memasukan sampel pastikan air yang terendap pada salura kran air minum isi ulang dekeluarkan terlebih dahulu, selanjutnya bukakan penutup botol tanpa melepaskan pembungkusnya dan bakar
lubang botol sampel menggunakan korek api dan kemudian masukan sampel seukuran ¾ ml.
4) Untuk masalah penutupan botol pastikan lubang botol setelah selesai mengisikan sampel air minum isi ulang diperintahkan untuk membakar kembali pada lubang botol menggunakan korek api baru kemudian botol ditutupkan.
5) Setelah selesai menutup botol bungkus botol dengan pelastik seukurannya dan masukan kedalam termos yang didalamnya sudah diisikan es batu sebagai pendinginan.
3.8 Prosedur Penelitian 3.8.1 Alat dan Bahan a. Alat :
1) Inkubator 37ºC dan 44 ºC 2) Oven
3) Tabung reaksi 4) Rak tabung reaksi 5) Lampu bunsen 6) Autocleve 7) Petri dish 8) Tabung Durham 9) Ose cicin dan jarum
b. Bahan :
1) Sampel air minum isi ulang 2) Alkohol 70%
3) Media laktosa cair (sudah steril)
4) Media BGLB/BGBL (Briliant Green Bile Lactose Broth)
5) Media LB (lactose bile broth)
6) Media EMB (Eosin Methylene Blue Agar) dan EA (sudah steril)
7) Pawarna gas
8) Kapas, karet, kertas payung, dan korek api 3.8.2 Pemeriksaan Mikrobiologis E.coli
Teknis penelitian ini adalah hipotesis tentang kandungan bakteriologis
escherichia coli pada air minum isi ulang, analisis pemeriksaan menggunakan
metode MPN. Prosedur penelitian dilakukan dengan cara menggunakan MPN (Most Probable Number) dalam penentuan kadar bakteri ataupun mikrobiologis
yang terkandung di dalam usaha air minum isi ulang. Cara kerja metode MPN : Metode MPN (Most Probable Number) yang menggunakan sistem tabung 3-3-3
atau 5-5-5 dengan tahapan sebagai berikut (Greenberg, 2005).
1. Uji Penduga (presumtive test)
Uji penduga merupakan uji kuantitatif bakteriologis yang terkandung di dalam air minum isi ulang dengan menggunakan metode MPN yang digunakan adalah tabung 5-5-5 dengan media LB (Lactose Broth) diisi
sampel air minum sebanyak 10 ml, 1 ml, 0,1 ml, lalu diinkubasi pada inkubator 37ºC pengamatan selama 2 x 24 jam;
2. Uji Penguat (confirmed test)
Hasil dari uji penduga setelah sampel di inkubasikan pada inkubator 37ºC selama 2x24 jam dilanjutkan dengan uji penguat dengan melihat hasil sampel yang telah diinkubasikan, nilai hasil ditunjukan pada tabung durham yang berisikan sampel berubah membentuk gas dan warna keruh, pada tahap ini ada pemisahan antara sampel yang positif dan negatif, sampel yang positif di pisahkan sesuai dengan sistem yang digunakan yaitu tabung 5-5-5 masing-masing tabung berisikan sampel sebanyak 10ml, 1ml, 0,1ml. Setelah pemesihan selesai dikerjakan maka sampel yang positif membentuk gas dan berwarna keruh di uji dengan media BGLB (Briliant Green Lactose Broth)
yaitu dengan cara memindahkan sampel yang positif ke media BGLB, masing- masing sampel dipindahkan sebanyak 1 ose sesuai dengan nilai tabung yang positif. Pada uji ini sampel di inkubasikan selama 1x24 jam pada inkubator 44ºC.
3. Uji Pelengkap (comleted test)
Pengujian selanjutnya dilakukan uji kelengkapan, Penghitungan MPN menggunakan rumus : (Greenberg, 2005).
100 x jumlah tabung positif gas/semua tabung yang negatif (ml) x jumlah semua tabung (ml)
34 4.1. Hasil pe nelitian
Dari hasil pengujian di laboratorium didapatkan hasil pemeriksaan pada air minum isi ulang diwilayah Kecamatan K uala Kabupaten Nagan Raya sebagai berikut :
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium UPTD balai laboratorium Kesehatan Banda Aceh
No Kode sampel
Sumber air baku
Baku mutu hasil Positif /negatif
1 01 Sumur Bor 0/100ml 0/100ml Negatif
2 02 Sumur Bor 0/100ml 2/100ml positif
3 03 Sumur Bor 0/100ml 1898/100ml positif
4 04 Sumur Bor 0/100ml 18/100ml Positif
5 05 Sumur Bor 0/100ml 0/100ml Negatif
6 06 Sumur Bor 0/100ml 9/100ml positif
7 07 Mata Air
pegunungan
0/100ml 14/100ml positif
8 08 Sumur Bor 0/100ml 0/100ml Negatif
Sumber : data primer (diolah tahun 2013)
Tabel 4.2. Persentase hasil peme riksaan air minum isi ulang berdasarkan kadar E.coli di Wilayah Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya
No Kadar E.coli Jumlah Persen %
1 Positif 5 62,5
2 Negatif 3 37,5
Total 8 100
Berdasarkan tabel 4.2. dari delapan sampel air minum isi ulang yang di katagorikan sebagai air yang positif mengandung E.coli berjumlah lima sampel (62,5%) dan sampel air minum isi ulang yang di katagorikan sebagai air yang negatif mengandung E.coli berjumlah tiga sampel (37,5%).
4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh kadar mikrobiologis E.coli pada depot air minum isi ulang, sumber air baku yang digunakan, sistem pengolahan air dan status pemeriksaan mikrobiologis E.coli.
Berikut pembahasan dari keseluruhan depot air minum isi ulang : 4.2.1 Sampel 01
Depot dengan kode sampel 01 menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.
Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.
Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap enam bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu satu sampai dengan dua minggu.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD bala i laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 0/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini layak untuk didistribusikan dan dikonsumsi oleh masyarakat.
4.2.2 Sampel 02
Depot dengan kode sampel 02 menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.
Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.
Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap delapan bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu satu sampai dengan dua bulan.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 2/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini diatas baku mutu yang di tentukan oleh PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0/100ml. Ini artinya kualitas air minum isi ulang hasil olahan masih rendah
kualitasnya dan akan berbahaya jika dikonsumsi oleh masyarakat tanpa ada proses pemanasan kembali.
4.2.3 Sampel 03
Depot dengan kode sampel 03 menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.
Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga namun tingkat kualitas tanah yang di jadikan sebagai sumber sumur bor adalah tanah gambut ataupun tanah dengan bekas rawa yang telah mengalami pengerasan dan dimukimi oleh banyak penduduk dengan populasi jumlah penduduk sebanyak 981 jiwa.
Hasil dari wawancara tentang alat yang digunakan adalah alat biasa dan pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dilakukan pada setiap delapan bulan sekali untuk makro filter sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu dua sampai dengan tiga bulan.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 1898/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini diatas baku mutu yang di tentukan oleh PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0/100ml. Ini artinya kualitas air minum isi ulang hasil olahan masih sangat rendah
kualitasnya dan akan beresiko jika dikonsumsi oleh masyarakat karena dengan hasil yang setinggi itu kondisi air minum jauh tidak memenuhi syarat kesehatan.
Dari hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti melalui uji minum langsung yaitu membandingkan rasa antara sampel yang negatif tidak mengandung kadar E. coli dan dan sampel yang positif mengandung E.coli memang memiliki perbedaan rasa antara rasa normal dan rasa tidak normal. 4.2.4 Sampel 04
Depot dengan kode sampel 04 menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.
Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.
Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap delapan bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu satu sampai dengan empat minggu.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 18/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini diatas baku mutu yang di tentukan oleh PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu
0/100ml. Ini artinya kualitas air minum isi ulang hasil olahan masih rendah kualitasnya dan akan berbahaya jika dikonsumsi oleh masyarakat tanpa ada proses pemanasan kembali.
4.2.5 Sampel 05
Depot dengan kode sampel 05menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.
Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.
Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap enam bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu satu sampai dengan dua minggu.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 0/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini sesuai dengan peraturan PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0/100ml. dan layak untuk didistribusikan dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Depot dengan kode sampel 06menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.
Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.
Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap delapan bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu dua sampai dengan tiga minggu, dan depot ini tidak menggunakan alat UV sebagai proses penghilangan bakteriolagis yang lolos.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 9/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini diatas baku mutu yang di tentukan oleh PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0/100ml. Ini artinya kualitas air minum isi ulang hasil olahan masih rendah kualitasnya dan akan berbahaya jika dikonsumsi oleh masyarakat tanpa ada proses pemanasan kembali.
4.2.7 sampel 07
Depot dengan kode sampel 07 menggunakan mata air pegunungan sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa
depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.
Keadaan lokasi sumber berdasarkan wawancara peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.
Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap delapan bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu dua sampai dengan tiga minggu.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 14/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini diatas baku mutu yang di tentukan oleh PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0/100ml. Ini artinya kualitas air minum isi ulang hasil olahan masih rendah kualitasnya dan akan berbahaya jika dikonsumsi oleh masyarakat tanpa ada proses pemanasan kembali.
4.2.8 Sampel 08
Depot dengan kode sampel 08 menggunakan air sumur bor sebagai sumber air baku. Dari hasil penelitian dalam bentuk kuesioner diperoleh bahwa depot ini tidak pernah melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk air minum isi ulang hasil olahan.
Keadaan lokasi sumber berdasarkan pengamatan peneliti menjelaskan bahwa sumber air baku letak geografisnya jauh dari pencemaran rembesan tinja ataupun limbah buangan rumah tangga.
Hasil dari wawancara tentang pergantian makro filter dan mikro fiter pada depot ini dapat dijelaskan bahwa pemilik depot selalu memperhatikan kualitas kebersihan air minumnya. Pergantian makro filter dilakukan setiap enam bulan sekali sedangkan mikro filternya dilakukan pergantian dalam waktu satu sampai dengan dua minggu.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di UPTD balai laboratorium kesehatan Banda Aceh mendapatkan hasil 0/100ml sampel untuk air minum hasil olahan depot. Artinya kualitas air minum isi ulang ini sesuai dengan peraturan PERMENKES NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0/100ml. dan layak untuk didistribusikan dan dikonsumsi oleh masyarakat.
43 5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pemeriksaan kadar mikrobiologis pada air minum isi ulang diwilayah Kecamatan Kuala Kabuapten Nagan Raya ternyata ada 5 (62,5%) sampel air minum isi ulang yang positif di temukan mengandung bakteri E.coli dan tidak memenuhi syarat kesehatan, sedangkan sampel yang negatif tidak mengandung bakteri E.coli atau memenuhi syarat kesehatan sebanyak 3 (37,5%) sampel dari jumlah keseluruhan 8 (100%) sampel air minum isi ulang.
5.2 Saran
1. Kepada pemilik depot air minum isi ulang dianjurkan supaya memperhatikan tingkat kualitas air minum hasil olahan dari segi bahan baku yang digunakan baik peralatan depot yang bermutu dan memiliki tingkat kualitas peralatan yang tinggi.
2. Kepada masyarakat yang mengkonsumsi air minum isi ulang hasil olahan depot dalam memilih kebutuhan air minumnya diharapkan untuk memperhatikan depot yang berkualitas.
3. Dalam meningkatkan kualitas depot air minum isi ulang diharapkan kepada instansi tekait khususnya Dinas Kesehatan agar melakukan
peninjauan sanitasi dan kualitas peralatan depot yang digunakan sesuai dengan standar kesehatan.
4. Kepada Dinas Peridustrian dan Perdagangan diharapkan untuk melakukan pendataan terhadap bisnis air minum isi ulang yang dibuka oleh masyarakat secara ilegal tanpa meminta izin kepada pihak terkait guna untuk mengetahui status kelayakan mendirikan depot air minum isi ulang.
5. Kepada Dinas Pertambangan dan Energy diharapkan untuk melakukan pengecekan sumber yang dijadikan sebagai sumber bahan baku depot air minum isi ulang ditinjau dari segi kelayakan sumber air minum sebagai sumber bahan baku.
http//kompas.com. [diakses tanggal 20 januari 2013].
Athena, Sukar, Hendro, M.D, Anwar, M dan Haryono. 2003. Kandungan Bakteri Total Coli dan Esche richia coli pada air minum dari depot air minum isi ulang di Jakarta, Tange rang, dan Bekasi. Puslitbang Ekologi Kesehatan. Jakarta.
Budiman. Chandra. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Depkes RI. 2002. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 907/MENKES /SK/VII tahun 2002. Jakarta.
Depkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/ 2010. Jakarta.
Purwana dan Racmadi. 2003. Pedoman dan Pengawasan Hygiene Sanitasi
Depot Air Minum. Depkes RI – WHO. Jakarta.
Selamet. 2007. Sumbe r Air. http://www.scribd.com. Diakses 15 Desember 2012. Sembiring. 2008. Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan.
http://www.scribd.com. Diakses 15 Desember 2012.
Siswanto. 2004. Mencegah Depot Air Minum Isi Ulang Tercemar. http://www.hakli.or.id. Diakses tanggal 1 April 2012.
Suprihatin. 2003. Sebagian Air Minum Isi Ulang Tercemar Bakteri
Coliform. Tim Penelitian Laboratorium Teknologi dan Manajemen
lingkungan. IPB dalam Kompas Sabtu 26 April. Jakarta.
Sutjahyo, B. 2000. Air Minum Kebijakan Ke mitraan Peme rintah dan
Swasta dalam penyediaan Air Minum Pe rkotaan. Tirta Dharma.
Jakarta.
Water Plus Pure. 2010. Aspek Persyaratan Standar Air dan Pengaruh Bagi Kehidupan. http://www.waterpluspure.com. Diakses 20 Desember 2012. Widianti, P.M dan Ristiati, N.P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Kolifo rm
Pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurusan