No. Daftar FPIPS : 1493/UN.40.2.2/PL/2013
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT SEBAGAI
KONTROL SOSIAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN
TINDAK PIDANA KORUPSI
(Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of
Governance Studies/BIGS di Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh : Dede Iyan Setiono
0901605
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT SEBAGAI KONTROL SOSIAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI
(Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of
Governance Studies/BIGS di Bandung)
Oleh : Dede Iyan Setiono
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
© Dede Iyan Setiono 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT SEBAGAI KONTROL SOSIAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI
(Studi Kasus Bandung Institute of Governance Studies)
Oleh:
DEDE IYAN SETIONO 0901605
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I
Dr. Cecep Darmawan, S.Pd.,S.Ip,.M.Si NIP. 19690929 199402 1 001
Pembimbing II
Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 19750414 200501 1 001
Mengetahui:
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Skripsi ini telah diuji pada,
Hari, Tanggal : Kamis, 28 Februari 2013
Tempat : Gedung FPIPS UPI
Panitia ujian terdiri dari
1. Ketua :
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001
2. Sekretaris :
Syaifullah,S.Pd.,M.Si
NIP. 19721112 199903 1 001
3. Penguji : 3.1.
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001 3.2.
Syaifullah, S.Pd., M.Si NIP. 19721112 199903 1 001 3.3.
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
DEDE IYAN SETIONO (0901605), “PERAN LEMBAGA SWADAYA
MASYARAKAT SEBAGAI KONTROL SOSIAL DALAM UPAYA
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus Terhadap Lembaga
Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung). Korupsi merupakan isu yang krusial saat ini, dikatakan demikian karena korupsi sudah membudaya. Korupsi tidak hanya terjadi dikalangan pemerintahan saja tetapi korupsi sudah merambah pada kalangan masyarakat bawah. Dalam perkembangannya korupsi sering menjadi penghambat proses pembangunan maupun pelaksanaan pemerintah, harus ada strategi dan peran serta pihak lain yang dapat membantu dalam pemberantasannya.
Secara umum penelitian ini didasarkan pada empat rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana peran BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi; 2) Bagaimana langkah yang dilakukan BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi; 3) Kendala apa yang dihadapi BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi; 4) Upaya apa yang dilakukan BIGS dalam mengatasi kendala yang dihadapi.
Untuk mengungkap permasalah tersebut diatas, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah LSM BIGS dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
DEDE IYAN SETIONO (0901605), "THE ROLE OF THE COMMUNITY AS A CONTROL NONGOVERNMENTAL SOCIAL CRIME PREVENTION EFFORTS OF CORRUPTION (Study Case Against NGOs Bandung Institute of
Governance Studies / BIGS in Bandung).
Corruption is a crucial issue at this time, say so because corruption is entrenched. Corruption not only among governments alone but corruption has penetrated the society down. In the development of corruption is often a barrier to the development and implementation of the government, there should be a strategy and the role of others who can help in its eradication.
In general, the study is based on four problem formulation, namely: 1) How BIGS role in efforts to prevent corruption; 2) How do BIGS step in the prevention of corruption, 3) what obstacles faced BIGS in prevention of corruption and 4) What efforts do BIGS in overcoming the obstacles encountered.
To uncover the problems mentioned above, this study used a qualitative approach with case study method. As for the object of this study is the NGO BIGS with data collection techniques such as observation, interviews and documentary study.
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah ………...
B. Rumusan Masalah ………
C. Tujuan penelitian ………..
D. Kegunaan Penelitian ……….
E. Penjelasan Istilah ………..
F. Teknik Penelitian ……….
G. Subjek dan Lokasi Penelitian ………...
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………....
A. Tinjauan Umum Tentang LSM ………
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6. Karakteristik LSM ………..………
7. Bentuk LSM ………...…………
8. Peran LSM ……….
9. Hubungan LSM dengan Negara ……….………
10.Perkembangan LSM ………..…….
B. Tinjauan Umum tentang Kontrol Sosial ……….
1. Pengertian Kontrol Sosial ………..
2. Cara Kontrol Sosial ………...…….
3. Sifat Kontrol Sosial …….……….………..
4. Fungsi Kontrol Sosial ………..……..
5. Peran Lembaga dalam Kontrol Sosial ………
C. Tinjauan Umum Tentang Korupsi ………….………..………....
7. Pemerintah dan Korupsi ……….
8. Korupsi Sebagai Suatu Masalah Budaya ………..
9. Upaya Penanggulangan Korupsi ………
10.Instrumen Anti Korupsi ………..
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III. METODELOGI PENELITIAN ………..
A. Metode Penelitian ………...
B. Jenis dan Sumber Data ………..
C. Teknik Pengumpulan Data ………..…….
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………..…..
E. Validitas Data ………..…..
F. Jadwal Penelitian ………..….
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….
A. Profil BIGS ………
B. Laporan Hasil Penelitian ………
C. Deskripsi Hasil Penelitian ………..……
D. Analisis Hasil Penelitian ………..…..
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….
A. KESIMPULAN ………..
5. Untuk Peneliti Selanjutnya ...
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Skor CPI Negara Asean ... ... 2
Tabel 2.1 Tipe Pemerintahan yang Korup ... ... 42
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data ... ... 51
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... ... 61
Tabel 4.1 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data Peran BIGS dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi ………..……... 86
Tabel 4.2 Triangulasi dengan Tiga Sumber Peran BIGS dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi ... ... 87
Tabel 4.3 Triangulasi dengan Tiga Sumber Langkah yang dilakukan dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi ... 90
Tabel 4.4 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data Langkah yang dilakukan BIGS dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi………... 91
Tabel 4.5 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data Kendala yang dihadapi dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi ……… 94
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Cara Pengendalian Sosial ………... 29
Gambar 2.2 Sifat Pengendalian Sosial ………... 29
Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data …... 55
Gambar 3.2 Komponen dan Analisis Data ………..……... 58
Gambar 3.3 Triangulasi dengan Tiga Sumber ……….... 59
Gambar 3.4 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data ………. 59
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BIGS ……….…....64
Gambar 4.2 Flowchart Project BIGS ………..….... 66
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara hukum yang demokratis, namun perilaku
korupsi semakin meluas yang dilakukan secara terorganisir dan sistematis memasuki
seluruh aspek kehidupan, menjadikan negara ini sebagai salah satu negara terkorup di
dunia. Disinyalir korupsi terjadi bukan hanya pada tingkat pusat tetapi juga pada
tingkat daerah dan bahkan menembus ke tingkat pemerintahan yang paling kecil di
daerah.
Korupsi di Indonesia sudah sangat merajalela dan menjadi fenomena sosial
yang terjadi pada tatanan pemerintahan. Fenomena korupsi dalam administrasi publik
sering kali menjadi persoalan utama pada pemerintahan. Penyalahgunaan kekuasaan
dari pelaksanaan fungsi pemerintahan menjadi bagian dalam melakukan tindak
pidana korupsi.
Menurut penelitian Transparency International tahun 2012 skor Indonesia
adalah 32, pada urutan 118 dari 176 negara yang diukur. Posisi Indonesia sejajar
dengan Republik Dominika, Ekuador, Mesir, dan Madagaskar. Indeks Persepsi
Korupsi (IPK) adalah instrumen pengukuran tingkat korupsi berdasarkan persepsi di
negara-negara seluruh dunia dengan cara menghitung indeks agregat yang dihasilkan
dari penggabungan beberapa indeks yang dihasilkan berbagai lembaga. Indeks ini
mengukur tingkat persepsi korupsi sektor publik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh
pejabat negara dan politisi. Dengan melihat perbandingan IPK yang diperoleh maka
dapat ditinjau apakah negara tersebut sebuah negara yang korup atau tidak. Indeks
pengukuran memiliki skala antara 0 (sangat korup) sampai dengan 10 (sangat bersih).
Dalam perkembangannya korupsi sering kali menjadi faktor penghambat
dalam proses pembangunan maupun pelaksanaan pemerintahan suatu negara.
2
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ada strategi dan peran serta dari pihak lain yang dapat membantu pemberantasan
korupsi ini. Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak tinggal diam dalam mengatasi
praktek-praktek korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan
berupa peraturan perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, sampai dengan Undang-Undang tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu pemerintah juga membentuk
komisi yang berhubungan langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dikawasan ASEAN posisi Indonesia bisa di lihat dibawah ini:
Tabel 1.1
Skor CPI Negara ASEAN
Negara Skor CPI Peringkat
Singapura 87 5
Brunei Darussalam 55 46
Malaysia 49 54
Thailand 37 88
Filipina 34 108
Indonesia 32 118
Vietnam 31 123
Myanmar 15 172
Sumber: http://www.ti.or.id/index.php/publication/2012/12/12/corruption-perception-index-2012diakses pada 26/12/2012
Upaya pencegahan praktek korupsi juga dilakukan di lingkungan eksekutif
atau penyelenggara negara, dimana masing-masing instansi memiliki unit pengawas
dan pengendali dalam instansi yang berupa inspektorat. Fungsi inspektorat
mengawasi dan memeriksa penyelenggaraan kegiatan pembangunan di instansi
3
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis sesuai sasaran. Disamping pengawasan
internal, ada juga pengawasan dan pemeriksaan kegiatan pembangunan yang
dilakukan oleh instansi eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Selain lembaga internal dan eksternal, lembaga swadaya masyarakat (LSM)
juga ikut berperan dalam melakukan pengawasan kegiatan pembangunan, terutama
kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh penyelenggara negara.
LSM merupakan suatu wadah untuk masyarakat atau warga negara dalam
berorganisasi, di dalamnya terdapat masyarakat yang memiliki satu latar belakang
pemikiran dan satu tujuan yang sama seperti pendidikan, budaya, agama dan banyak
lagi yang lainnya. LSM berjalan atas motivasi dan keinginan yang bangkit atas dasar
solidaritas sosial. Sebagai salah satu bentuk lembaga yang menyalurkan peran serta
masyarakat sehingga memiliki kegiatan khas karena dilandasi oleh motivasi yang
khas pula dari anggotanya.
Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1985 Tentang
Organisasi Kemasyarakatan menyebutkan, bahwa:
“Organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota
masyarakat warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila.”
Sebagai badan penggerak masyarakat melangkahkan kegiatannya di luar dari
birokrasi politik, LSM mengorientasikan kegiatannya pada daya masyarakat,
kegiatannya pun manifestasi dari solidaritas sosial, bukan semata-mata karena ada
imbalan ekonomis. Salah satu ciri dari LSM adalah mendorong partisipasi
masyarakat yang lebih luas, oleh sebab itu dengan adanya wadah berupa lembaga
swadaya masyarakat akan meningkatkan sikap kritis masyarakat terhadap
4
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pengawasan terhadap pemerintah tentu LSM menjadi tempat yang tepat untuk
melakukan perlawanan terhadap musuh bersama ini. Partisipasi masyarakat dapat
terwadahi oleh adanya LSM.
Dilihat dari sisi akademis dan kaitannya dengan PKn, ini termasuk kepada
konsep PKn mengenai masyarakat madani. Menurut Neera Candoke (1995:5):
“Masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik rasional masyarakat yang secara eksplisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi, dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu menjamin masyarakat madani”.
Menurut Candoke, Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan
pilar-pilar demokrasi yang meliputi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pers yang
bebas, supremasi hukum, perguruan tinggi dan partai politik.
Sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional dan tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional maka terungkap bahwa fungsi Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah “sebagai pendidikan demokrasi dan
pendidikan kebangsaan”.
Melihat fakta dan data yang telah terurai di atas, maka penulis tergerak untuk
meneliti sejauh mana LSM berperan dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi.
Maka dengan ini penulis akan melakukan sebuah penelitian dengan judul : PERAN
LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT SEBAGAI KONTROL SOSIAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus
Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance
Studies/BIGS di Bandung)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana langkah yang dilakukan BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana
korupsi?
3. Kendala apa yang dihadapi BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana
korupsi?
4. Upaya apa yang dilakukan BIGS untuk mengatasi kendala dalam upaya
pencegahan tindak pidana korupsi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi
2. Untuk mengetahui langkah yang dilakukan BIGS dalam upaya pencegahan tindak
pidana korupsi
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi BIGS dalam upaya pencegahan tindak
pidana korupsi
4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan BIGS untuk mengatasi kendala dalam
upaya pencegahan tindak pidana korupsi
D. Kegunaan penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dalam
rangka pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan,
khususnya dalam segi ilmu hukum.
2. Kegunaan Praktis
a. Memberikan informasi kepada khalayak tentang peran BIGS dalam upaya
pencegahan tindak pidana korupsi.
b. Memberikan informasi kepada khalayak tentang langkah yang dilakukan BIGS
6
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
c. Memberikan informasi kepada khalayak tentang kendala yang dihadapi BIGS
dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi.
d. Memberikan informasi kepada khalayak tantang upaya BIGS untuk mengatasi
kendala dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi
E. Penjelasan Istilah
1. Penjelasan Tentang Lembaga Swadaya Masyarakat
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan menyebutkan bahwa:
“Organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota
masyarakat warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila”.
Menurut INMENDAGRI Nomor 8 Tahun 1990 menyebutkan bahwa :
“LSM adalah organisasi/lembaga yang dibentuk oleh masyarakat warga
negara Republik Indonesia secara sukarela atas kehendak sendiri dan berminat serta bergerak dibidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya.”
2. Penjelasan Tentang Kontrol Sosial
Soekanto (2012:179), menyatakan bahwa:
“Arti sesungguhnya dari kontrol sosial jauh lebih luas. Dalam pengertian
pengendalian sosial tercakup segala proses direncanakan atau tidak, bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku”.
Roucek dalam Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2010:252), mengartikan
pengendalian sebagai: “proses baik direncanakan maupun tidak direncanakan, yeng
7
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku”. Sementara Berger
memberikan batasan atau pengertian pengendalian sosial dengan: “berbagai cara
yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang berbuat
menyimpang”. Adapun Cohen mengemukakan pengendalian sosial: “sebagai cara -cara yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan
kehendak kelompok atau masyarakat luas tertentu”.
Lawang dalam Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2010:252), membatasi
pengendalian sosial merupakan: “semua cara yang digunakan masyarakat untuk
mengembalikan si penyimpang pada garis yang normal atau yang sebenarnya”.
Adapun Roucek melihat pengendalian sosial dari aspek edukatif. Ia membatasi
pengendalian sosial sebagai: “segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan yang bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga
masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku”.
Adapun Karel J. veeger dalam Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2010:252), melihat
pengendalian sosial sebagai:
“Titik kelanjutan dari proses sosialisasi dan berhubungan dengan cara dan metode yang digunakan untuk mendorong seseorang berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat yang jika dijalankan secara
efektif, perilaku individu akan konsisten dengan perilaku yang diharapkan”.
Dengan demikian pengendalian sosial dapat dilakukan sebelum
penyimpangan terjadi (Preventif) dan setelah penyimpangan itu terjadi (Represif).
Selain itu pengendalian sosial dapat dilakukan oleh individu terhadap individu
lainnya, juga dapat dilakukan oleh individu terhadap suatu kelompok sosial.
3. Penjelasan Tentang Korupsi
Syed Hussein Alatas (1986:11), menyatakan bahwa:
“Korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi atau
kelompok.Meurut pemakaian umum istilah “korupsi” pejabat, kita menyebut
8
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
oleh seorang swasta dengan maksud mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada kepentingan-kepentingan si pemberi”.
Sementara pendapat yang di paparkan oleh Masyarakat Transparansi
Indonesia (MTI) dalam Harmanto (2011:32) bahwa:
“Korupsi sebagai “suatu perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang
dilakukan karena adanya suatu pemberian. Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa
ada catatan administrasi”.
Istilah korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan
pribadi. Ini meliputi pelanggaran sepihak oleh pejabat pemerintah seperti
penggelapan dan nepotisme, serta pelanggaran menghubungkan aktor publik dan
swasta seperti penyuapan, pemerasan menjajakan, pengaruh dan penipuan.
F. Teknik Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Dipilihnya
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian yaitu peran lembaga swadaya masyarakat dalam upaya
pencegahan tindak pidana korupsi.
Dalam penelitian kualitataif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun kelapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas semuanya.
Nasution dalam Sugiyono (2012:223), menyatakan bahwa:
9
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Sugiyono memaparkan (2012:205), dalam penelitian kualitatif akan terjadi
tiga kemungkinan terhadap masalah yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian.
Pertama masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir
penelitian sama. Kedua, masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian
berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan.
Ketiga, masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total,
sehingga harus ganti masalah.
G. Subjek dan Lokasi Penelitian
Subjek dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Menurut
Sugiyono (2012:218-219):
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.
Subjek penelitian ini adalah beberapa anggota LSM Bandung Institute of
Governance Studies (BIGS), juga beberapa orang aparat pemerintahan kota Bandung
serta masyarakat yang dipandang mengetahui data yang diharapkan, sehingga dapat
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Adapun lokasi
penelitian yang penulis lakukan bertempat di sekretariat LSM Bandung Institute of
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian. Peneliti ingin mengetahui
bagaimana peran LSM dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Pada penelitian ini penulis
ingin mengetahui bagaimana LSM Bandung Institute of Government Studies (BIGS)
dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi.
Menurut Nasution (2003:5), Secara metodologis penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Hakikat penelitian kualitatif adalah untuk mengamati orang
dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami
bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)
disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. disebut sebagai
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.
Nasution (1996:5) mengemukakan bahwa: “Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan
mereka, berusaha untuk memahami bahasa mereka dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti sebagai instrumenutama (key instrument) harus turun ke lapangan dan berada di lapangan dalam waktu
49
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
tertentu dengan mengumpulkan data-data dari hasil interaksi peneliti dengan
mereka.
Lebih lanjut Nasution (1996:5), mengungkapkan bahwa: “Peneliti harus
mampu memahami dan berusaha mengerti bahasa dan tafsiran mereka, untuk itu
penelitian kualitatifini tidak dilakukan dalam waktu yang singkat”.
Desain penelitian kualitatif tidak didasarkan pada suatu kebenaran yang
mutlak, tetapi kebenaran itu sangat kompleks karena selalu dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial, historis, serta nilai-nilai. Menurut Nasution (1996:17), “penelitian kualitatif sebenarnya meliputi sejumlah metode penelitian antara kerja lapangan, penelitian lapangan, studi kasus dan lain-lain”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.
Menurut Arikunto (1980:215) :
“Ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengaflikasikannya dan menginterpretasikannya”
Menurut Endang Danial (2009:63) metode studi kasus merupakan metode
yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi
lingkungan terhadap individu, kelompok, instiusi dan komunitas masyarakat tertentu.
Metode ini akan melahirkan prototipe atau karakteristik tertentu yang khas dari
kajiannya.
Dengan menggunakan metode ini diharapkan peneliti dapat memperoleh
infomasi yang mendalam tentang gambaran real mengenai peran LSM dalam upaya
pencegahan tindak pidana korupsi.
Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrument penting yang berusaha
50
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pengumpulan data lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong
(2000:132) bahwa:
“Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya”
Selain itu, penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan antar
personal, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan
kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian, dengan
demikian diharapkan peneliti dapat lebih leluasa mencari informasi dan mendapatkan
data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan
penelitian. Selain itu penulis juga berusaha untuk mendapatkan pandangan dari orang
di luar sistem dari subjek penelitian, atau dari pengamat, untuk menjaga subjektifitas
hasil penelitian.
B. Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari orang dan benda. Orang sebagai
informan dalam arti sebagai subyek yang mengemukakan data-data yang dibutuhkan
oleh peneliti, sedangkan benda merupakan sumber data dalam bentuk dokumen
seperti artikel dan berita yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yakni
data primer dan data sekunder. Pemilihan data primer berdasarkan pada kapasitas
subjek penelitian yang dinilai dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti secara menyeluruh. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini
adalah; anggota LSM Bandung Institute of Governance Studies, aparat pemerintah
dan masyarakat umum.
Untuk memperkuat analisis data penelitian tentang peran lembaga swadaya
51
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dengan data sekunder, yakni Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, buku-buku, dan artikel-artikel yang
menunjang penelitian.
Untuk lebih jelasnya, jenis dan sumber data dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Jenis dan Sumber Data
No Jenis Data Sumber Data
1 Primer
Data berupa informasi dalam bentuk lisan
yang langsung diperoleh penulis dari
sumber aslinya
Data yng digunakan berupa data tertulis
yang diperoleh dari berbagai sumber yang
berkaitan dengan tujuan penelitian
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dalam bahasa Indonesia sering digunakan istilah pengamatan.
52
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat/merekam
segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena tertentu. Sutrisno
Hadi dalam Sugiyono (2007:145) mengemukakan bahwa observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis.
Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012:226), menyatakan bahwa:
“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas”.
Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Dipertegas oleh Marshall (1995) dalam Sugiyono (2008:310) mengemukakan
“through observation, the researcher learn about behavior and the meaning
attached to house behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan
makna dari perilaku tersebut. Dalam bahasa Indonesia sering digunakan istilah
pengamatan. Alat ini digunakan untuk mengamati; dengan melihat,
mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang terjadidengan cara
mencatat/merekam segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena
tertentu.
Observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana yang
diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya. Metode
ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda,
kondisi, situasi, proses, atau perilaku.
Menurut Spradley (1980:52) tahapan observasi ditunjukkan seperti bagan
berikut. Berdasarkan bagan berikut terlihat bahwa, tahapan observasi ada tiga
53
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Observasi dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai
obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan
diteliti, maka peneliti melakukan penjelajah umum, dan menyeluruh, melakukan
deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data
direkam, Oleh karena itu hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang
belum tertata.
Observasi tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation, dan
peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Bila dilihat dari segi analisis maka
peneliti malakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap
semua yang ditemui. Merujuk pada pendapat diatas, melalui observasi, peneliti
mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan data secara mendalam dan lebih
terperinci. Sehingga data yang diperlukan dapat dengan mudah untuk
dikategorisasikan.
2. Wawancara
Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2012:231) mendefinisikan wawancara
sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through
question and responses, resulting in communication and joint construction of
meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Selanjutnya Estergberg (2002) dalam Sugiyono (2012:233) menyatakan
bahwa: “interviewing is at the heart of social research. If you look through almost
any sociological journal, you will find that much social research is based on
interview, either standardized or more in-depth”. Wawancara merupakan hatinya
penelitian sosial. Bila anda lihat jurnal dalam ilmu sosial, maka anda akan temui
semua penelitian sosial didasarkan pada wawancara, baik yang standar maupun yang
54
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pada dasarya wawancara dalam penelitian merupakan suatu kegiatan
untuk memperoleh informasi langsung dari responden, dalam hal ini responden
mengungkapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti.
Wawancara dilakukan dengan cara tatap muka antara pewawancara (peneliti)
dengan responden dan kegiatannya dilakukan secara lisan.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Hal ini sesuai dengan
pengertian wawancara yaitu teknik kumpulan data dengan cara mengadakan dialog,
tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh.
Melalui proses wawancara ini peneliti berusaha untuk mencari informasi
mengenai peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam upaya pencegahan
tindak pidana korupsi, langkah-langkah pencegahan, kendala-kendala yang dihadapi
dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi dan upaya-upaya yang dilakukan
untuk mengatasi kendala yang dihadapi.
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang
diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian.
Biasanya dikatakan data sekunder yaitu data yang telah dibuat dan dikumpulkan
oleh orang atau lembaga lain. Sebagaimana diungkap Bogdan dalam Sugiyono
(2012:240) mengungkapkan; „In most tradition of qualitative research, the phrase
personal document is used broadly to refer to any first person narrative
produced by an individual which describes his or her own actions, experience and
55
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pada penelitian ini studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan
sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan
masalah penelitian.
4. Triangulasi
Sugiyono (2012:241), menyatakan bahwa dalam teknik pengumpulan data,
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa
fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah
ditemukan.
Gambar 3.1
Macam-macam Teknik Pengumpulan Data
Sumber: Diadopsi oleh peneliti dari Sugiyono (2012:225)
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik
Pengumpulan data
Observasi
Wawancara
Studi Dokumentasi
56
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal
ini Nasution dalam Sugiyono (2005:89) menyatakan:
“Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded.”
Maka analisis ini merupakan pegangan bagi peneliti untuk penelitian
selanjutnya sampai ke teori yang grounded. Menurut Sugiyono (2005:96) : “Teori
Grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang
ditemukan dilapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus-menerus”.
Maka pada intinya grounded ini ditemukan secara induktif, berdasarkan
data-data yang ditemukan dilapangan, yang selanjutnya diuji. Namun dalam
penelitian kualitatif, analisis data lebih di fokuskan selama proses di lapangan
bersamaan dengan pengumpulan data.
1. Analisis sebelum di lapangan
Analisis sebelum di lapangan ini dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan atau data skunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus
penelitian. Menurut Sugiyono (2005:90):
“Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum penelitian memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data skunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.”
Maka pada intinya penelitian kualitatif ini telah melakukan analisis data
terlebih dahulu sebelum memasuki lapangan. Analisis data dilakukan terhadap data
57
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
masyarakat dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi. Data yang diperoleh
peneliti hasil studi pendahuluan ini sangat membantu peneliti untuk menentukan
fokus permasalahan dan lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian.
2. Analisis selama di lapangan
Analisis selama di lapangan ini merupakan suatu analisis data kualitatif
secara interaktif dan terus-menerus. Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2005:91) : “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga
alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.
Miles dan Huberman (1992:16-18) mengungkapkan bahwa:
”Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan rangkain kegiatan analisis yang saling susul menyusul.”
Berikut adalah mengenai komponen-komponen analisis data menurut Miles
dan Huberman :
1. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan,
menggolongkan, menghasilkan penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal penting,
dicari tema atau polanya. Dengan kata lain reduksi data dilakukan untuk
mempermudah pemahaman-pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari
hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasi sesuai masalah dan
aspek-aspek permasalahan yang diteliti.
2. Penyajian Data
yaitu sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan gambaran
58
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
mempermudah melihat gambaran penelitian secara menyeluruh atau bagian-bagian
tertentu dari hasil penelitian dengan cara membuat berbagai matrik, dengan demikian
peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam detail.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:252), menyatakan
bahwa:
“Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh data-data yang valid dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel”.
Penarikan kesimpulan dan verfikasi, merupakan upaya untuk mencari makna
dari data yang dikumpulkan. Upaya ini dilakukan dengan cara mencari pola tema,
hubungan, persamaan, hal-hal yang timbul, hipotesis dan lain-lain.
Gambar 3.2
59
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Sumber: Diadopsi oleh peneliti dari Sugiyono (2012:247)
E. Validitas Data
Untuk mempermudah data yang akurat dan absah, terutama yang diperoleh
melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi dibutuhkan suatu teknik yang
tepat. Salah satu teknik yang digunakan adalah memeriksa derajat kepercayaan
atau kredibilitasnya. Kredibilitas data dapat diperoleh melalui beberapa cara yaitu
sebagai berikut:
1. Memperpanjang Masa Observasi
Usaha peneliti dalam memperpanjang waktu penelitian guna memperoleh
data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data adalah dengan
meningkatkan intensitas pertemuan dan melakukan penelitian dalam kondisi yang
wajar dengan mencari waktu yang tepat guna berinteraksi dengan sumber data.
2. Pengamatan Terus-menerus
Agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat yang tertinggi,
peneliti mengadakan pengamatan secara terus-menerus terhadap subjek penelitian
untuk memperoleh gambaran nyata tentang upaya yang dilakukan LSM Bandung
Institute of Government Studies dalam pencegahan tindak pidana korupsi.
3. Triangulasi Data
Tujuan triangulasi data adalah mengecek kebenaran data tertentu dan
membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Triangulasi
dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dan
observasi yang peneliti lakukan dengan sumber data yang berbeda.
Gambar 3.3
Triangulasi dengan Tiga Sumber
Ketua BIGS Anggota BIGS
60
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2013
Gambar 3.4
Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data
Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2013
4. Menggunakan Referensi yang Cukup
Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan dan kebenaran
data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara
dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil dengan cara yang
tidak mengganggu atau menarik perhatian informasi, sehingga informasi yang
diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.
5. Mengadakan Member Check
Tujuan dari member check adalah agar informasi yang peneliti peroleh yang
digunakan dalam penulisan laporan dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai
dengan apa yang dimaksud oleh informan. Oleh sebab itu dalam penelitian ini,
Wawancara Observasi
61
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
peneliti menggunakan cara member check kepada subjek penelitian diakhir
kegiatan penelitian lapangan tentang fokus yang diteliti yakni tentang upaya
pencegahan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh LSM Bandung Institute of
62
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Sumber: Diolah oleh penulis tahun 2013
2 Pembuatan judul
3 Penyusunan Proposal
4 Penyusunan BAB I
5 Penyusunan BAB II
6 Penyusunan BAB III
7 Penelitian Lapangan
8 Penyusunan BAB IV
9 Penyusunan BAB V
10 Penyempurnaan SKRIPSI
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kesimpulan Umum
LSM BIGS telah melakukan peran kontrol sosial-nya sebagai salah satu
LSM. BIGS telah melakukan upaya pencegahan tindak pidana korupsi, diataranya
dengan mengadakan program-program pencegahan tindak pidana korupsi.
Program-program terkait upaya pencegahan tindak pidan korupsi yang dilakukan
oleh BIGS adalah program pendidikan politik anggaran, advokasi kebijakan
pemerintah dan program klinik anti korupsi. BIGS menggunakan beberapa
langkah dalam menjalankan program-programnya. Dalam proses menjalankan
programnya, BIGS tidak selalu berjalan dengan mulus tetapi menemui
kendala-kendala. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi, BIGS melakukan upaya-upaya
untuk mengatasi kendala tersebut.
2. Kesimpulan Khusus
a) Lembaga Swadaya Masyarakat mempunyai posisi yang sangat strategis
dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi. Lembaga swadaya
masyarakat merupakan kontrol sosial bagi kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan olah pemerintah. Lembaga Swadaya masyarakat Bandung
Institute of Governance Studies (BIGS) memiliki peran terhadap upaya
pencegahan tindak pidana korupsi yang kerap terjadi di Indonesia.
Program-program yang dijalankan oleh BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana
korupsi diantaranya adalah program pendidikan politik anggaran, program
advokasi keterbukaan informasi publik, dan program klinik anti korupsi,
b) Dalam menjalankan program-programnya, Bandung Institute of Governance
Studies (BIGS) menggunakan Metode training/pelatihan, lokakarya,
seminar, audiensi dengan pejabat publik dan melakukan riset. Media yang
99
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pencegahan tindak pidana korupsi diantaranya dengan menerbitkan bulletin,
policy paper dan news letter. BIGS juga tidak berjalan sendiri dalam upaya
pencegahan tindak pidana korupsi, tetapi melakukan kerjasama dengan
pihak-pihak yang dianggap dapat menyelesaikan ini secara bersama-sama.
Pihak yang bekerjasama dengan BIGS antara lain adalah pemerintah,
lembaga donor, dan masyarakat pada umumnya.
c) Dalam menjalankan program-programnya, BIGS tidak selamanya berjalan
dengan mulus akan tetapi ada saja kendala-kendala yang dihadapi
dilapangan. Kendala-kendala tersebut diantaranya adalah sikap tertutupnya
para pemangku kebijakan, hal ini membuat sulit untuk menggali informasi
tentang kebijakan anggaran publik. Kurangnya kesadaran politik masyarakat
juga menghambat kelancaran program. Efektifitas pelaksanaan program dan
penggunaan metode yang kurang tepat. Adanya beberapa pihak yang
memandang rendah LSM dan lebih parah lagi yang memandang LSM
dengan konotasi negatif. Selain itu sokongan atau bantuan dana juga
berpengarauh besar bagi kelancaran program BIGS.
Oleh karena itu BIGS senantiasa bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain
untuk kelancaran usahanya.
d) Dalam mengatasi kendala yang terjadi, BIGS melakukan upaya-upaya
diantaranya adalah upaya untuk meningkatkan kualitas program yang
dijalankan, yaitu dengan cara menjalin kemitraan dengan pemerintah dan
warga, menambah kapasitas pengetahuan sumberdaya manusia yang ada,
melakukan quality control terhadap program-program yang sedang berjalan,
serta dengan menerapkan monitoring dan evaluasi untuk setiap program.
Meningkatkan efektifitas metode yang digunakan, yaitu dengan cara terus
mengasah keterampilan sumber daya manusia yang ada, melakaukan
knowledge management sehingga dapat lebih bervariasi, lebih inovatif dan
lebih efektif.
Peningkatan pastisipasi masyarakat lebih banyak lagi yairtu dengan cara
100
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
menulis di beberapa media masa dan melakukan penerbitan-penerbitan
bulletin.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang diambil maka penulis mengajukan beberapa
saran yang kiranya dapat menjadi masukan untuk upaya pencegahan tindak pidana
korupsi.
1. Untuk BIGS
a) Sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat, BIGS mempunyai peran yang
sangat penting dalam mengawasi kebijakan-kebijakan pemerintah yang
sedang manggung, BIGS yang mempunyai peran kontrol sosial sudah
semestinya melakukan kontrol terhadap pemerintahan, dan alangkah lebih
baiknya jika pengawasan itu lebih ditingkatkan lagi.
b) Kordinasi antara BIGS dan pemerintah yang sedang manggung seharusnya
lebih ditingkatkan lagi, hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya
cikal bakal tindak pidana korupsi.
c) BIGS yang notabene berasalkan dari kumpulan masyarakat yang peduli akan
keadaan masyarakat pada umumnya, semestinya lebih meningkatkan
partisipasi masyarakat lebih banyak lagi.
d) BIGS harus lebih meningkatkan kualitas program dan efektifitas
penggunaan metode, hal ini dimaksudkan untuk menigkatkan lagi hasil dari
program-program yang dijalankan.
2. Untuk Pemerintah
a) Pemerintah sebagai lembaga pemegang kekuasaan seharusnya lebih
transparan dalam menentukan anggaran publik.
b) Peraturan-peraturan terkait dengan anggaran publik seharusnya
disosialisasikan seoptimal mungkin kepada masyarakat, sehingga tidak
101
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
c) Adanya koordinasi antara pemerintah dengan lembaga-lembaga non
pemerintah dalam memantau proses berjalannya kebijakan, dan
mensosialisasikannya kepada masyarakat sehingga dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
3. Untuk Masyarakat
a) Masyarakat harus lebih peka dalam menyikapi peraturan-peratuan
pemerintah khususnya di sektor anggaran publik.
b) Masyarakat seharusnya meningkatkan partisipasi dalam upaya pengawasan
terhadap kebijakan pemerintah, salah satunya adalah dengan ikut terlibat
dengan kegiatan-kegiatan LSM dalam pengawsan anggaran publik.
c) Peningkatan wawasan politik masyarakat tidak dapat diperolah secara
instan, oleh karena itu dengan mengikuti perkumpulan-perkumpulan seperti
lembaga swadaya masyarakat pengetahuan masyarakat dapat meningkat.
4. Untuk Jurusan PKn
a) PKn yang notabene memiliki tujuan “to be good and smart citizen”,
seharusnya lebih meningkatkan lagi metode yang efektif bagi mahasiswa
guna tercapainya tujuan tersebut.
b) Jurusan PKn diharapkan untuk lebih meningkat memberikan pengajaran
nilai dan moral kepada mahasiswa, guna bekal di kehidupan yang
sebenarnya/masyarakat.
c) Jurusan PKn diharapkan dapat menanamkan keyakinan kepada mahasiswa
bahwa hidup bersih tanpa korupsi lebih baik dari pada hidup berlimpahan
hasil korupsi.
5. Untuk Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai peran LSM,
102
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
diharapkan dapat menggali lebih mendalam lagi tentang bagaimana LSM
Dede Iyan Setiono, 2013
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Afiantin, Nur dan Ahmad Fuad (2004). Perkembangan Peran LSM dalam Pengembangan Masyarakat Indonesia. Bandung: Jurusan PLS UPI
Amundsen, Inge (2000). Corruption: Definitions and Concepts Chr. Michelsen Institute Development Studies and Human Rights
Arikunto, Suharsimi. (1998). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri.
____(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bastian, Indra (2007). Akuntansi Untuk LSM dan Partai Politik. Jakarta: Gramedia
BIGS. (2010). Annual Report. Bandung: BIGS
_____(2006). Modul Pendidikan Politik Anggaran Bagi Warga. Bandung: BIGS
Darmawan, Cecep. dkk (2008). Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi. Bandung: Pustaka Aulia Press
Elly dan Usman. (2010). Pengantar Sosiologi. Bandung: Kencana
Gafar, Affan. (2000). Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Jakarta: Pustaka Pelajar
Hamid, Abidin dan Mimin Rukmini (2004). Kritik dan Otokritik LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan LSM Indonesia. Jakarta: PIRAC, Ford Foundation, dan Tifa
Hagul, Peter (1992). Pembangunan Desa Dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Rajawali Press
Harmanto. (2011). Disertasi UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Hussein Alatas, Syed.(1986). Sosiologi Korupsi, Jakarta: LP3ES
Horton dan Hunt. (1996). Sosiologi. Jakarta: Erlangga