• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT SEBAGAI KONTROL SOSIAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI : Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT SEBAGAI KONTROL SOSIAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI : Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS : 1493/UN.40.2.2/PL/2013

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT SEBAGAI

KONTROL SOSIAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN

TINDAK PIDANA KORUPSI

(Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of

Governance Studies/BIGS di Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh : Dede Iyan Setiono

0901605

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT SEBAGAI KONTROL SOSIAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI

(Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of

Governance Studies/BIGS di Bandung)

Oleh : Dede Iyan Setiono

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

© Dede Iyan Setiono 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT SEBAGAI KONTROL SOSIAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI

(Studi Kasus Bandung Institute of Governance Studies)

Oleh:

DEDE IYAN SETIONO 0901605

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd.,S.Ip,.M.Si NIP. 19690929 199402 1 001

Pembimbing II

Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 19750414 200501 1 001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Skripsi ini telah diuji pada,

Hari, Tanggal : Kamis, 28 Februari 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia ujian terdiri dari

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Syaifullah,S.Pd.,M.Si

NIP. 19721112 199903 1 001

3. Penguji : 3.1.

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001 3.2.

Syaifullah, S.Pd., M.Si NIP. 19721112 199903 1 001 3.3.

(5)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

DEDE IYAN SETIONO (0901605), “PERAN LEMBAGA SWADAYA

MASYARAKAT SEBAGAI KONTROL SOSIAL DALAM UPAYA

PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus Terhadap Lembaga

Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung). Korupsi merupakan isu yang krusial saat ini, dikatakan demikian karena korupsi sudah membudaya. Korupsi tidak hanya terjadi dikalangan pemerintahan saja tetapi korupsi sudah merambah pada kalangan masyarakat bawah. Dalam perkembangannya korupsi sering menjadi penghambat proses pembangunan maupun pelaksanaan pemerintah, harus ada strategi dan peran serta pihak lain yang dapat membantu dalam pemberantasannya.

Secara umum penelitian ini didasarkan pada empat rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana peran BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi; 2) Bagaimana langkah yang dilakukan BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi; 3) Kendala apa yang dihadapi BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi; 4) Upaya apa yang dilakukan BIGS dalam mengatasi kendala yang dihadapi.

Untuk mengungkap permasalah tersebut diatas, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah LSM BIGS dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

(6)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

DEDE IYAN SETIONO (0901605), "THE ROLE OF THE COMMUNITY AS A CONTROL NONGOVERNMENTAL SOCIAL CRIME PREVENTION EFFORTS OF CORRUPTION (Study Case Against NGOs Bandung Institute of

Governance Studies / BIGS in Bandung).

Corruption is a crucial issue at this time, say so because corruption is entrenched. Corruption not only among governments alone but corruption has penetrated the society down. In the development of corruption is often a barrier to the development and implementation of the government, there should be a strategy and the role of others who can help in its eradication.

In general, the study is based on four problem formulation, namely: 1) How BIGS role in efforts to prevent corruption; 2) How do BIGS step in the prevention of corruption, 3) what obstacles faced BIGS in prevention of corruption and 4) What efforts do BIGS in overcoming the obstacles encountered.

To uncover the problems mentioned above, this study used a qualitative approach with case study method. As for the object of this study is the NGO BIGS with data collection techniques such as observation, interviews and documentary study.

(7)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ………...

B. Rumusan Masalah ………

C. Tujuan penelitian ………..

D. Kegunaan Penelitian ……….

E. Penjelasan Istilah ………..

F. Teknik Penelitian ……….

G. Subjek dan Lokasi Penelitian ………...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………....

A. Tinjauan Umum Tentang LSM ………

(8)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

6. Karakteristik LSM ………..………

7. Bentuk LSM ………...…………

8. Peran LSM ……….

9. Hubungan LSM dengan Negara ……….………

10.Perkembangan LSM ………..…….

B. Tinjauan Umum tentang Kontrol Sosial ……….

1. Pengertian Kontrol Sosial ………..

2. Cara Kontrol Sosial ………...…….

3. Sifat Kontrol Sosial …….……….………..

4. Fungsi Kontrol Sosial ………..……..

5. Peran Lembaga dalam Kontrol Sosial ………

C. Tinjauan Umum Tentang Korupsi ………….………..………....

7. Pemerintah dan Korupsi ……….

8. Korupsi Sebagai Suatu Masalah Budaya ………..

9. Upaya Penanggulangan Korupsi ………

10.Instrumen Anti Korupsi ………..

(9)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III. METODELOGI PENELITIAN ………..

A. Metode Penelitian ………...

B. Jenis dan Sumber Data ………..

C. Teknik Pengumpulan Data ………..…….

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………..…..

E. Validitas Data ………..…..

F. Jadwal Penelitian ………..….

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….

A. Profil BIGS ………

B. Laporan Hasil Penelitian ………

C. Deskripsi Hasil Penelitian ………..……

D. Analisis Hasil Penelitian ………..…..

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….

A. KESIMPULAN ………..

5. Untuk Peneliti Selanjutnya ...

(10)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Skor CPI Negara Asean ... ... 2

Tabel 2.1 Tipe Pemerintahan yang Korup ... ... 42

Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data ... ... 51

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... ... 61

Tabel 4.1 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data Peran BIGS dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi ………..……... 86

Tabel 4.2 Triangulasi dengan Tiga Sumber Peran BIGS dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi ... ... 87

Tabel 4.3 Triangulasi dengan Tiga Sumber Langkah yang dilakukan dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi ... 90

Tabel 4.4 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data Langkah yang dilakukan BIGS dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi………... 91

Tabel 4.5 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data Kendala yang dihadapi dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi ……… 94

(11)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cara Pengendalian Sosial ………... 29

Gambar 2.2 Sifat Pengendalian Sosial ………... 29

Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data …... 55

Gambar 3.2 Komponen dan Analisis Data ………..……... 58

Gambar 3.3 Triangulasi dengan Tiga Sumber ……….... 59

Gambar 3.4 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data ………. 59

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BIGS ……….…....64

Gambar 4.2 Flowchart Project BIGS ………..….... 66

(12)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara hukum yang demokratis, namun perilaku

korupsi semakin meluas yang dilakukan secara terorganisir dan sistematis memasuki

seluruh aspek kehidupan, menjadikan negara ini sebagai salah satu negara terkorup di

dunia. Disinyalir korupsi terjadi bukan hanya pada tingkat pusat tetapi juga pada

tingkat daerah dan bahkan menembus ke tingkat pemerintahan yang paling kecil di

daerah.

Korupsi di Indonesia sudah sangat merajalela dan menjadi fenomena sosial

yang terjadi pada tatanan pemerintahan. Fenomena korupsi dalam administrasi publik

sering kali menjadi persoalan utama pada pemerintahan. Penyalahgunaan kekuasaan

dari pelaksanaan fungsi pemerintahan menjadi bagian dalam melakukan tindak

pidana korupsi.

Menurut penelitian Transparency International tahun 2012 skor Indonesia

adalah 32, pada urutan 118 dari 176 negara yang diukur. Posisi Indonesia sejajar

dengan Republik Dominika, Ekuador, Mesir, dan Madagaskar. Indeks Persepsi

Korupsi (IPK) adalah instrumen pengukuran tingkat korupsi berdasarkan persepsi di

negara-negara seluruh dunia dengan cara menghitung indeks agregat yang dihasilkan

dari penggabungan beberapa indeks yang dihasilkan berbagai lembaga. Indeks ini

mengukur tingkat persepsi korupsi sektor publik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh

pejabat negara dan politisi. Dengan melihat perbandingan IPK yang diperoleh maka

dapat ditinjau apakah negara tersebut sebuah negara yang korup atau tidak. Indeks

pengukuran memiliki skala antara 0 (sangat korup) sampai dengan 10 (sangat bersih).

Dalam perkembangannya korupsi sering kali menjadi faktor penghambat

dalam proses pembangunan maupun pelaksanaan pemerintahan suatu negara.

(13)

2

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ada strategi dan peran serta dari pihak lain yang dapat membantu pemberantasan

korupsi ini. Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak tinggal diam dalam mengatasi

praktek-praktek korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan

berupa peraturan perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, sampai dengan Undang-Undang tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu pemerintah juga membentuk

komisi yang berhubungan langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Dikawasan ASEAN posisi Indonesia bisa di lihat dibawah ini:

Tabel 1.1

Skor CPI Negara ASEAN

Negara Skor CPI Peringkat

Singapura 87 5

Brunei Darussalam 55 46

Malaysia 49 54

Thailand 37 88

Filipina 34 108

Indonesia 32 118

Vietnam 31 123

Myanmar 15 172

Sumber: http://www.ti.or.id/index.php/publication/2012/12/12/corruption-perception-index-2012diakses pada 26/12/2012

Upaya pencegahan praktek korupsi juga dilakukan di lingkungan eksekutif

atau penyelenggara negara, dimana masing-masing instansi memiliki unit pengawas

dan pengendali dalam instansi yang berupa inspektorat. Fungsi inspektorat

mengawasi dan memeriksa penyelenggaraan kegiatan pembangunan di instansi

(14)

3

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis sesuai sasaran. Disamping pengawasan

internal, ada juga pengawasan dan pemeriksaan kegiatan pembangunan yang

dilakukan oleh instansi eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Selain lembaga internal dan eksternal, lembaga swadaya masyarakat (LSM)

juga ikut berperan dalam melakukan pengawasan kegiatan pembangunan, terutama

kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh penyelenggara negara.

LSM merupakan suatu wadah untuk masyarakat atau warga negara dalam

berorganisasi, di dalamnya terdapat masyarakat yang memiliki satu latar belakang

pemikiran dan satu tujuan yang sama seperti pendidikan, budaya, agama dan banyak

lagi yang lainnya. LSM berjalan atas motivasi dan keinginan yang bangkit atas dasar

solidaritas sosial. Sebagai salah satu bentuk lembaga yang menyalurkan peran serta

masyarakat sehingga memiliki kegiatan khas karena dilandasi oleh motivasi yang

khas pula dari anggotanya.

Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1985 Tentang

Organisasi Kemasyarakatan menyebutkan, bahwa:

“Organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota

masyarakat warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang berdasarkan Pancasila.”

Sebagai badan penggerak masyarakat melangkahkan kegiatannya di luar dari

birokrasi politik, LSM mengorientasikan kegiatannya pada daya masyarakat,

kegiatannya pun manifestasi dari solidaritas sosial, bukan semata-mata karena ada

imbalan ekonomis. Salah satu ciri dari LSM adalah mendorong partisipasi

masyarakat yang lebih luas, oleh sebab itu dengan adanya wadah berupa lembaga

swadaya masyarakat akan meningkatkan sikap kritis masyarakat terhadap

(15)

4

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pengawasan terhadap pemerintah tentu LSM menjadi tempat yang tepat untuk

melakukan perlawanan terhadap musuh bersama ini. Partisipasi masyarakat dapat

terwadahi oleh adanya LSM.

Dilihat dari sisi akademis dan kaitannya dengan PKn, ini termasuk kepada

konsep PKn mengenai masyarakat madani. Menurut Neera Candoke (1995:5):

“Masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik rasional masyarakat yang secara eksplisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi, dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu menjamin masyarakat madani”.

Menurut Candoke, Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan

pilar-pilar demokrasi yang meliputi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pers yang

bebas, supremasi hukum, perguruan tinggi dan partai politik.

Sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional dan tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional maka terungkap bahwa fungsi Pendidikan

Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah “sebagai pendidikan demokrasi dan

pendidikan kebangsaan”.

Melihat fakta dan data yang telah terurai di atas, maka penulis tergerak untuk

meneliti sejauh mana LSM berperan dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi.

Maka dengan ini penulis akan melakukan sebuah penelitian dengan judul : PERAN

LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT SEBAGAI KONTROL SOSIAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus

Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance

Studies/BIGS di Bandung)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(16)

5

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana langkah yang dilakukan BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana

korupsi?

3. Kendala apa yang dihadapi BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana

korupsi?

4. Upaya apa yang dilakukan BIGS untuk mengatasi kendala dalam upaya

pencegahan tindak pidana korupsi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi

2. Untuk mengetahui langkah yang dilakukan BIGS dalam upaya pencegahan tindak

pidana korupsi

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi BIGS dalam upaya pencegahan tindak

pidana korupsi

4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan BIGS untuk mengatasi kendala dalam

upaya pencegahan tindak pidana korupsi

D. Kegunaan penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dalam

rangka pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan,

khususnya dalam segi ilmu hukum.

2. Kegunaan Praktis

a. Memberikan informasi kepada khalayak tentang peran BIGS dalam upaya

pencegahan tindak pidana korupsi.

b. Memberikan informasi kepada khalayak tentang langkah yang dilakukan BIGS

(17)

6

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

c. Memberikan informasi kepada khalayak tentang kendala yang dihadapi BIGS

dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi.

d. Memberikan informasi kepada khalayak tantang upaya BIGS untuk mengatasi

kendala dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi

E. Penjelasan Istilah

1. Penjelasan Tentang Lembaga Swadaya Masyarakat

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi

Kemasyarakatan menyebutkan bahwa:

“Organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota

masyarakat warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang berdasarkan Pancasila”.

Menurut INMENDAGRI Nomor 8 Tahun 1990 menyebutkan bahwa :

“LSM adalah organisasi/lembaga yang dibentuk oleh masyarakat warga

negara Republik Indonesia secara sukarela atas kehendak sendiri dan berminat serta bergerak dibidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya.”

2. Penjelasan Tentang Kontrol Sosial

Soekanto (2012:179), menyatakan bahwa:

“Arti sesungguhnya dari kontrol sosial jauh lebih luas. Dalam pengertian

pengendalian sosial tercakup segala proses direncanakan atau tidak, bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku”.

Roucek dalam Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2010:252), mengartikan

pengendalian sebagai: “proses baik direncanakan maupun tidak direncanakan, yeng

(18)

7

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku”. Sementara Berger

memberikan batasan atau pengertian pengendalian sosial dengan: “berbagai cara

yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang berbuat

menyimpang”. Adapun Cohen mengemukakan pengendalian sosial: “sebagai cara -cara yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan

kehendak kelompok atau masyarakat luas tertentu”.

Lawang dalam Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2010:252), membatasi

pengendalian sosial merupakan: “semua cara yang digunakan masyarakat untuk

mengembalikan si penyimpang pada garis yang normal atau yang sebenarnya”.

Adapun Roucek melihat pengendalian sosial dari aspek edukatif. Ia membatasi

pengendalian sosial sebagai: “segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan yang bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga

masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku”.

Adapun Karel J. veeger dalam Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2010:252), melihat

pengendalian sosial sebagai:

“Titik kelanjutan dari proses sosialisasi dan berhubungan dengan cara dan metode yang digunakan untuk mendorong seseorang berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat yang jika dijalankan secara

efektif, perilaku individu akan konsisten dengan perilaku yang diharapkan”.

Dengan demikian pengendalian sosial dapat dilakukan sebelum

penyimpangan terjadi (Preventif) dan setelah penyimpangan itu terjadi (Represif).

Selain itu pengendalian sosial dapat dilakukan oleh individu terhadap individu

lainnya, juga dapat dilakukan oleh individu terhadap suatu kelompok sosial.

3. Penjelasan Tentang Korupsi

Syed Hussein Alatas (1986:11), menyatakan bahwa:

“Korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi atau

kelompok.Meurut pemakaian umum istilah “korupsi” pejabat, kita menyebut

(19)

8

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

oleh seorang swasta dengan maksud mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada kepentingan-kepentingan si pemberi”.

Sementara pendapat yang di paparkan oleh Masyarakat Transparansi

Indonesia (MTI) dalam Harmanto (2011:32) bahwa:

“Korupsi sebagai “suatu perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang

dilakukan karena adanya suatu pemberian. Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa

ada catatan administrasi”.

Istilah korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan

pribadi. Ini meliputi pelanggaran sepihak oleh pejabat pemerintah seperti

penggelapan dan nepotisme, serta pelanggaran menghubungkan aktor publik dan

swasta seperti penyuapan, pemerasan menjajakan, pengaruh dan penipuan.

F. Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Dipilihnya

pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang akan

dikaji dalam penelitian yaitu peran lembaga swadaya masyarakat dalam upaya

pencegahan tindak pidana korupsi.

Dalam penelitian kualitataif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus

divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun kelapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan

atas semuanya.

Nasution dalam Sugiyono (2012:223), menyatakan bahwa:

(20)

9

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Sugiyono memaparkan (2012:205), dalam penelitian kualitatif akan terjadi

tiga kemungkinan terhadap masalah yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian.

Pertama masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir

penelitian sama. Kedua, masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian

berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan.

Ketiga, masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total,

sehingga harus ganti masalah.

G. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Menurut

Sugiyono (2012:218-219):

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.

Subjek penelitian ini adalah beberapa anggota LSM Bandung Institute of

Governance Studies (BIGS), juga beberapa orang aparat pemerintahan kota Bandung

serta masyarakat yang dipandang mengetahui data yang diharapkan, sehingga dapat

memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Adapun lokasi

penelitian yang penulis lakukan bertempat di sekretariat LSM Bandung Institute of

(21)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian. Peneliti ingin mengetahui

bagaimana peran LSM dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Pada penelitian ini penulis

ingin mengetahui bagaimana LSM Bandung Institute of Government Studies (BIGS)

dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi.

Menurut Nasution (2003:5), Secara metodologis penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Hakikat penelitian kualitatif adalah untuk mengamati orang

dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami

bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic

karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)

disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih

banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. disebut sebagai

metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat

kualitatif.

Nasution (1996:5) mengemukakan bahwa: “Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan

mereka, berusaha untuk memahami bahasa mereka dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti sebagai instrumenutama (key instrument) harus turun ke lapangan dan berada di lapangan dalam waktu

(22)

49

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tertentu dengan mengumpulkan data-data dari hasil interaksi peneliti dengan

mereka.

Lebih lanjut Nasution (1996:5), mengungkapkan bahwa: “Peneliti harus

mampu memahami dan berusaha mengerti bahasa dan tafsiran mereka, untuk itu

penelitian kualitatifini tidak dilakukan dalam waktu yang singkat”.

Desain penelitian kualitatif tidak didasarkan pada suatu kebenaran yang

mutlak, tetapi kebenaran itu sangat kompleks karena selalu dipengaruhi oleh

faktor-faktor sosial, historis, serta nilai-nilai. Menurut Nasution (1996:17), “penelitian kualitatif sebenarnya meliputi sejumlah metode penelitian antara kerja lapangan, penelitian lapangan, studi kasus dan lain-lain”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.

Menurut Arikunto (1980:215) :

“Ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengaflikasikannya dan menginterpretasikannya”

Menurut Endang Danial (2009:63) metode studi kasus merupakan metode

yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi

lingkungan terhadap individu, kelompok, instiusi dan komunitas masyarakat tertentu.

Metode ini akan melahirkan prototipe atau karakteristik tertentu yang khas dari

kajiannya.

Dengan menggunakan metode ini diharapkan peneliti dapat memperoleh

infomasi yang mendalam tentang gambaran real mengenai peran LSM dalam upaya

pencegahan tindak pidana korupsi.

Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrument penting yang berusaha

(23)

50

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pengumpulan data lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong

(2000:132) bahwa:

“Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya”

Selain itu, penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan antar

personal, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan

kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian, dengan

demikian diharapkan peneliti dapat lebih leluasa mencari informasi dan mendapatkan

data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan

penelitian. Selain itu penulis juga berusaha untuk mendapatkan pandangan dari orang

di luar sistem dari subjek penelitian, atau dari pengamat, untuk menjaga subjektifitas

hasil penelitian.

B. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari orang dan benda. Orang sebagai

informan dalam arti sebagai subyek yang mengemukakan data-data yang dibutuhkan

oleh peneliti, sedangkan benda merupakan sumber data dalam bentuk dokumen

seperti artikel dan berita yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yakni

data primer dan data sekunder. Pemilihan data primer berdasarkan pada kapasitas

subjek penelitian yang dinilai dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

peneliti secara menyeluruh. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini

adalah; anggota LSM Bandung Institute of Governance Studies, aparat pemerintah

dan masyarakat umum.

Untuk memperkuat analisis data penelitian tentang peran lembaga swadaya

(24)

51

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dengan data sekunder, yakni Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, buku-buku, dan artikel-artikel yang

menunjang penelitian.

Untuk lebih jelasnya, jenis dan sumber data dalam penelitian ini dapat dilihat

dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

Jenis dan Sumber Data

No Jenis Data Sumber Data

1  Primer

Data berupa informasi dalam bentuk lisan

yang langsung diperoleh penulis dari

sumber aslinya

Data yng digunakan berupa data tertulis

yang diperoleh dari berbagai sumber yang

berkaitan dengan tujuan penelitian

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dalam bahasa Indonesia sering digunakan istilah pengamatan.

(25)

52

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat/merekam

segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena tertentu. Sutrisno

Hadi dalam Sugiyono (2007:145) mengemukakan bahwa observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

biologis dan psikologis.

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012:226), menyatakan bahwa:

“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas”.

Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Dipertegas oleh Marshall (1995) dalam Sugiyono (2008:310) mengemukakan

“through observation, the researcher learn about behavior and the meaning

attached to house behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan

makna dari perilaku tersebut. Dalam bahasa Indonesia sering digunakan istilah

pengamatan. Alat ini digunakan untuk mengamati; dengan melihat,

mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang terjadidengan cara

mencatat/merekam segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena

tertentu.

Observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana yang

diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya. Metode

ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda,

kondisi, situasi, proses, atau perilaku.

Menurut Spradley (1980:52) tahapan observasi ditunjukkan seperti bagan

berikut. Berdasarkan bagan berikut terlihat bahwa, tahapan observasi ada tiga

(26)

53

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Observasi dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai

obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan

diteliti, maka peneliti melakukan penjelajah umum, dan menyeluruh, melakukan

deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data

direkam, Oleh karena itu hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang

belum tertata.

Observasi tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation, dan

peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Bila dilihat dari segi analisis maka

peneliti malakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap

semua yang ditemui. Merujuk pada pendapat diatas, melalui observasi, peneliti

mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan data secara mendalam dan lebih

terperinci. Sehingga data yang diperlukan dapat dengan mudah untuk

dikategorisasikan.

2. Wawancara

Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2012:231) mendefinisikan wawancara

sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through

question and responses, resulting in communication and joint construction of

meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Selanjutnya Estergberg (2002) dalam Sugiyono (2012:233) menyatakan

bahwa: “interviewing is at the heart of social research. If you look through almost

any sociological journal, you will find that much social research is based on

interview, either standardized or more in-depth”. Wawancara merupakan hatinya

penelitian sosial. Bila anda lihat jurnal dalam ilmu sosial, maka anda akan temui

semua penelitian sosial didasarkan pada wawancara, baik yang standar maupun yang

(27)

54

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pada dasarya wawancara dalam penelitian merupakan suatu kegiatan

untuk memperoleh informasi langsung dari responden, dalam hal ini responden

mengungkapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti.

Wawancara dilakukan dengan cara tatap muka antara pewawancara (peneliti)

dengan responden dan kegiatannya dilakukan secara lisan.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Hal ini sesuai dengan

pengertian wawancara yaitu teknik kumpulan data dengan cara mengadakan dialog,

tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh.

Melalui proses wawancara ini peneliti berusaha untuk mencari informasi

mengenai peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam upaya pencegahan

tindak pidana korupsi, langkah-langkah pencegahan, kendala-kendala yang dihadapi

dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi dan upaya-upaya yang dilakukan

untuk mengatasi kendala yang dihadapi.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang

diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian.

Biasanya dikatakan data sekunder yaitu data yang telah dibuat dan dikumpulkan

oleh orang atau lembaga lain. Sebagaimana diungkap Bogdan dalam Sugiyono

(2012:240) mengungkapkan; „In most tradition of qualitative research, the phrase

personal document is used broadly to refer to any first person narrative

produced by an individual which describes his or her own actions, experience and

(28)

55

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan

sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan

masalah penelitian.

4. Triangulasi

Sugiyono (2012:241), menyatakan bahwa dalam teknik pengumpulan data,

triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti

melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek

kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa

fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah

ditemukan.

Gambar 3.1

Macam-macam Teknik Pengumpulan Data

Sumber: Diadopsi oleh peneliti dari Sugiyono (2012:225)

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik

Pengumpulan data

Observasi

Wawancara

Studi Dokumentasi

(29)

56

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal

ini Nasution dalam Sugiyono (2005:89) menyatakan:

“Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded.”

Maka analisis ini merupakan pegangan bagi peneliti untuk penelitian

selanjutnya sampai ke teori yang grounded. Menurut Sugiyono (2005:96) : “Teori

Grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang

ditemukan dilapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus-menerus”.

Maka pada intinya grounded ini ditemukan secara induktif, berdasarkan

data-data yang ditemukan dilapangan, yang selanjutnya diuji. Namun dalam

penelitian kualitatif, analisis data lebih di fokuskan selama proses di lapangan

bersamaan dengan pengumpulan data.

1. Analisis sebelum di lapangan

Analisis sebelum di lapangan ini dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan atau data skunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus

penelitian. Menurut Sugiyono (2005:90):

“Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum penelitian memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data skunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.”

Maka pada intinya penelitian kualitatif ini telah melakukan analisis data

terlebih dahulu sebelum memasuki lapangan. Analisis data dilakukan terhadap data

(30)

57

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

masyarakat dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi. Data yang diperoleh

peneliti hasil studi pendahuluan ini sangat membantu peneliti untuk menentukan

fokus permasalahan dan lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian.

2. Analisis selama di lapangan

Analisis selama di lapangan ini merupakan suatu analisis data kualitatif

secara interaktif dan terus-menerus. Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2005:91) : “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga

alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

Miles dan Huberman (1992:16-18) mengungkapkan bahwa:

”Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan rangkain kegiatan analisis yang saling susul menyusul.”

Berikut adalah mengenai komponen-komponen analisis data menurut Miles

dan Huberman :

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan,

menggolongkan, menghasilkan penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal penting,

dicari tema atau polanya. Dengan kata lain reduksi data dilakukan untuk

mempermudah pemahaman-pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari

hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasi sesuai masalah dan

aspek-aspek permasalahan yang diteliti.

2. Penyajian Data

yaitu sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan gambaran

(31)

58

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mempermudah melihat gambaran penelitian secara menyeluruh atau bagian-bagian

tertentu dari hasil penelitian dengan cara membuat berbagai matrik, dengan demikian

peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam detail.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:252), menyatakan

bahwa:

“Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh data-data yang valid dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel”.

Penarikan kesimpulan dan verfikasi, merupakan upaya untuk mencari makna

dari data yang dikumpulkan. Upaya ini dilakukan dengan cara mencari pola tema,

hubungan, persamaan, hal-hal yang timbul, hipotesis dan lain-lain.

Gambar 3.2

(32)

59

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Sumber: Diadopsi oleh peneliti dari Sugiyono (2012:247)

E. Validitas Data

Untuk mempermudah data yang akurat dan absah, terutama yang diperoleh

melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi dibutuhkan suatu teknik yang

tepat. Salah satu teknik yang digunakan adalah memeriksa derajat kepercayaan

atau kredibilitasnya. Kredibilitas data dapat diperoleh melalui beberapa cara yaitu

sebagai berikut:

1. Memperpanjang Masa Observasi

Usaha peneliti dalam memperpanjang waktu penelitian guna memperoleh

data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data adalah dengan

meningkatkan intensitas pertemuan dan melakukan penelitian dalam kondisi yang

wajar dengan mencari waktu yang tepat guna berinteraksi dengan sumber data.

2. Pengamatan Terus-menerus

Agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat yang tertinggi,

peneliti mengadakan pengamatan secara terus-menerus terhadap subjek penelitian

untuk memperoleh gambaran nyata tentang upaya yang dilakukan LSM Bandung

Institute of Government Studies dalam pencegahan tindak pidana korupsi.

3. Triangulasi Data

Tujuan triangulasi data adalah mengecek kebenaran data tertentu dan

membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Triangulasi

dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dan

observasi yang peneliti lakukan dengan sumber data yang berbeda.

Gambar 3.3

Triangulasi dengan Tiga Sumber

Ketua BIGS Anggota BIGS

(33)

60

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2013

Gambar 3.4

Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data

Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2013

4. Menggunakan Referensi yang Cukup

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan dan kebenaran

data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara

dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil dengan cara yang

tidak mengganggu atau menarik perhatian informasi, sehingga informasi yang

diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

5. Mengadakan Member Check

Tujuan dari member check adalah agar informasi yang peneliti peroleh yang

digunakan dalam penulisan laporan dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai

dengan apa yang dimaksud oleh informan. Oleh sebab itu dalam penelitian ini,

Wawancara Observasi

(34)

61

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

peneliti menggunakan cara member check kepada subjek penelitian diakhir

kegiatan penelitian lapangan tentang fokus yang diteliti yakni tentang upaya

pencegahan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh LSM Bandung Institute of

(35)

62

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Sumber: Diolah oleh penulis tahun 2013

2 Pembuatan judul

3 Penyusunan Proposal

4 Penyusunan BAB I

5 Penyusunan BAB II

6 Penyusunan BAB III

7 Penelitian Lapangan

8 Penyusunan BAB IV

9 Penyusunan BAB V

10 Penyempurnaan SKRIPSI

(36)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, penulis menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Kesimpulan Umum

LSM BIGS telah melakukan peran kontrol sosial-nya sebagai salah satu

LSM. BIGS telah melakukan upaya pencegahan tindak pidana korupsi, diataranya

dengan mengadakan program-program pencegahan tindak pidana korupsi.

Program-program terkait upaya pencegahan tindak pidan korupsi yang dilakukan

oleh BIGS adalah program pendidikan politik anggaran, advokasi kebijakan

pemerintah dan program klinik anti korupsi. BIGS menggunakan beberapa

langkah dalam menjalankan program-programnya. Dalam proses menjalankan

programnya, BIGS tidak selalu berjalan dengan mulus tetapi menemui

kendala-kendala. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi, BIGS melakukan upaya-upaya

untuk mengatasi kendala tersebut.

2. Kesimpulan Khusus

a) Lembaga Swadaya Masyarakat mempunyai posisi yang sangat strategis

dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi. Lembaga swadaya

masyarakat merupakan kontrol sosial bagi kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan olah pemerintah. Lembaga Swadaya masyarakat Bandung

Institute of Governance Studies (BIGS) memiliki peran terhadap upaya

pencegahan tindak pidana korupsi yang kerap terjadi di Indonesia.

Program-program yang dijalankan oleh BIGS dalam upaya pencegahan tindak pidana

korupsi diantaranya adalah program pendidikan politik anggaran, program

advokasi keterbukaan informasi publik, dan program klinik anti korupsi,

b) Dalam menjalankan program-programnya, Bandung Institute of Governance

Studies (BIGS) menggunakan Metode training/pelatihan, lokakarya,

seminar, audiensi dengan pejabat publik dan melakukan riset. Media yang

(37)

99

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pencegahan tindak pidana korupsi diantaranya dengan menerbitkan bulletin,

policy paper dan news letter. BIGS juga tidak berjalan sendiri dalam upaya

pencegahan tindak pidana korupsi, tetapi melakukan kerjasama dengan

pihak-pihak yang dianggap dapat menyelesaikan ini secara bersama-sama.

Pihak yang bekerjasama dengan BIGS antara lain adalah pemerintah,

lembaga donor, dan masyarakat pada umumnya.

c) Dalam menjalankan program-programnya, BIGS tidak selamanya berjalan

dengan mulus akan tetapi ada saja kendala-kendala yang dihadapi

dilapangan. Kendala-kendala tersebut diantaranya adalah sikap tertutupnya

para pemangku kebijakan, hal ini membuat sulit untuk menggali informasi

tentang kebijakan anggaran publik. Kurangnya kesadaran politik masyarakat

juga menghambat kelancaran program. Efektifitas pelaksanaan program dan

penggunaan metode yang kurang tepat. Adanya beberapa pihak yang

memandang rendah LSM dan lebih parah lagi yang memandang LSM

dengan konotasi negatif. Selain itu sokongan atau bantuan dana juga

berpengarauh besar bagi kelancaran program BIGS.

Oleh karena itu BIGS senantiasa bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain

untuk kelancaran usahanya.

d) Dalam mengatasi kendala yang terjadi, BIGS melakukan upaya-upaya

diantaranya adalah upaya untuk meningkatkan kualitas program yang

dijalankan, yaitu dengan cara menjalin kemitraan dengan pemerintah dan

warga, menambah kapasitas pengetahuan sumberdaya manusia yang ada,

melakukan quality control terhadap program-program yang sedang berjalan,

serta dengan menerapkan monitoring dan evaluasi untuk setiap program.

Meningkatkan efektifitas metode yang digunakan, yaitu dengan cara terus

mengasah keterampilan sumber daya manusia yang ada, melakaukan

knowledge management sehingga dapat lebih bervariasi, lebih inovatif dan

lebih efektif.

Peningkatan pastisipasi masyarakat lebih banyak lagi yairtu dengan cara

(38)

100

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menulis di beberapa media masa dan melakukan penerbitan-penerbitan

bulletin.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang diambil maka penulis mengajukan beberapa

saran yang kiranya dapat menjadi masukan untuk upaya pencegahan tindak pidana

korupsi.

1. Untuk BIGS

a) Sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat, BIGS mempunyai peran yang

sangat penting dalam mengawasi kebijakan-kebijakan pemerintah yang

sedang manggung, BIGS yang mempunyai peran kontrol sosial sudah

semestinya melakukan kontrol terhadap pemerintahan, dan alangkah lebih

baiknya jika pengawasan itu lebih ditingkatkan lagi.

b) Kordinasi antara BIGS dan pemerintah yang sedang manggung seharusnya

lebih ditingkatkan lagi, hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya

cikal bakal tindak pidana korupsi.

c) BIGS yang notabene berasalkan dari kumpulan masyarakat yang peduli akan

keadaan masyarakat pada umumnya, semestinya lebih meningkatkan

partisipasi masyarakat lebih banyak lagi.

d) BIGS harus lebih meningkatkan kualitas program dan efektifitas

penggunaan metode, hal ini dimaksudkan untuk menigkatkan lagi hasil dari

program-program yang dijalankan.

2. Untuk Pemerintah

a) Pemerintah sebagai lembaga pemegang kekuasaan seharusnya lebih

transparan dalam menentukan anggaran publik.

b) Peraturan-peraturan terkait dengan anggaran publik seharusnya

disosialisasikan seoptimal mungkin kepada masyarakat, sehingga tidak

(39)

101

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

c) Adanya koordinasi antara pemerintah dengan lembaga-lembaga non

pemerintah dalam memantau proses berjalannya kebijakan, dan

mensosialisasikannya kepada masyarakat sehingga dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan.

3. Untuk Masyarakat

a) Masyarakat harus lebih peka dalam menyikapi peraturan-peratuan

pemerintah khususnya di sektor anggaran publik.

b) Masyarakat seharusnya meningkatkan partisipasi dalam upaya pengawasan

terhadap kebijakan pemerintah, salah satunya adalah dengan ikut terlibat

dengan kegiatan-kegiatan LSM dalam pengawsan anggaran publik.

c) Peningkatan wawasan politik masyarakat tidak dapat diperolah secara

instan, oleh karena itu dengan mengikuti perkumpulan-perkumpulan seperti

lembaga swadaya masyarakat pengetahuan masyarakat dapat meningkat.

4. Untuk Jurusan PKn

a) PKn yang notabene memiliki tujuan “to be good and smart citizen”,

seharusnya lebih meningkatkan lagi metode yang efektif bagi mahasiswa

guna tercapainya tujuan tersebut.

b) Jurusan PKn diharapkan untuk lebih meningkat memberikan pengajaran

nilai dan moral kepada mahasiswa, guna bekal di kehidupan yang

sebenarnya/masyarakat.

c) Jurusan PKn diharapkan dapat menanamkan keyakinan kepada mahasiswa

bahwa hidup bersih tanpa korupsi lebih baik dari pada hidup berlimpahan

hasil korupsi.

5. Untuk Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai peran LSM,

(40)

102

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

diharapkan dapat menggali lebih mendalam lagi tentang bagaimana LSM

(41)

Dede Iyan Setiono, 2013

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance Studies/BIGS di Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Afiantin, Nur dan Ahmad Fuad (2004). Perkembangan Peran LSM dalam Pengembangan Masyarakat Indonesia. Bandung: Jurusan PLS UPI

Amundsen, Inge (2000). Corruption: Definitions and Concepts Chr. Michelsen Institute Development Studies and Human Rights

Arikunto, Suharsimi. (1998). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri.

____(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bastian, Indra (2007). Akuntansi Untuk LSM dan Partai Politik. Jakarta: Gramedia

BIGS. (2010). Annual Report. Bandung: BIGS

_____(2006). Modul Pendidikan Politik Anggaran Bagi Warga. Bandung: BIGS

Darmawan, Cecep. dkk (2008). Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi. Bandung: Pustaka Aulia Press

Elly dan Usman. (2010). Pengantar Sosiologi. Bandung: Kencana

Gafar, Affan. (2000). Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Jakarta: Pustaka Pelajar

Hamid, Abidin dan Mimin Rukmini (2004). Kritik dan Otokritik LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan LSM Indonesia. Jakarta: PIRAC, Ford Foundation, dan Tifa

Hagul, Peter (1992). Pembangunan Desa Dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Rajawali Press

Harmanto. (2011). Disertasi UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Hussein Alatas, Syed.(1986). Sosiologi Korupsi, Jakarta: LP3ES

Horton dan Hunt. (1996). Sosiologi. Jakarta: Erlangga

Gambar

Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data ….................................. 55
Tabel 1.1  Skor CPI Negara ASEAN
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data
Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data
+4

Referensi

Dokumen terkait

Posisi saluran eksretorius musang luak berada di dorsolateral zona kutaneus anal kanal, berbeda dengan saluran eksretorius pada hewan anjing dan kucing yang terletak

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) memberikan bukti empiris apakah terdapat pengaruh faktor-faktor seperti leverage, porsi saham publik dan umur perusahaan terhadap

Sehingga dihasilkan asam amino dalam bentuk bebas.Hidrolisa ikatan peptida dengan cara ini merupakan langkah penting untuk menentukan komposisi asam amino dalam sebuah protein

Dalam manajemen system pemeliharaan, cara tersebut dikenal dengan pemeliharaan tak terencana atau darurat (emergency maintenance). Pada umumnya metode yang digunakan dalam

Berdasarkan indikator keberhasilan yang di tentukan, ternyata melalui penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

Konsep penentuan ukuran utama kapal yang digunakan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini yaitu pendekatan/metode dalam Fyson (1985), dimana besarnya L dapat ditentukan

Penelitian ini berlangsung di dua tempat yaitu di rumah masing-masing subyek penelitian berlokasi di Surabaya. Lokasi penelitian pertama adalah rumah subyek suami dan istri

magnet setiap bahan yang bisa menarik logam besi mantel baju panjang untuk menyelubungi tubuh matahari bola di langit yang mendatangkan terang. dan panas pada