BAB IV ANALISIS PUISI “SAJAK IBU” KARYA WIJI THUKUL
4.1.1 Struktur Fisik Puisi “Sajak Ibu”
4.1.1.4 Bahasa Figuratif
Bahasa kiasan merupakan salah satu unsur kepuitisan dalam sebuah puisi.
Bahasa kiasan menjadikan sebuah puisi menari perhatian, menimbulkan kesegaran
hidup, memberikan suatu kejelasan khayalan dari penyair yang diungkapkan
dalam puisi atau karyanya. Bahasa kiasan yang mempengaruhi puisi “ Sajak Ibu”
adalah metafora dan repetisi. Metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata
bukan dengan arti yang sebenarnya melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan
persamaan atau perbandingan. Bahasa figuratif yang lain adalah repetisi. Repetisi
merupakan perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam satu kalimat.
Berikut ini adalah penggolongan gaya bahasa kiasan menurut Gorys Keraf dalam
bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa cetakan pertama tahun 1981 yang
di dalamnya termasuk beberapa gaya bahasa yang terdapat dalam puisi “Sajak
Ibu”.
Di bawah ini akan disajikan puisi dari Wiji Thukul berjudul “Sajak Ibu”
dan akan diuraikan baris-baris kalimat yang mengandung metafora.
Sajak Ibu
...
...
ibu adalah hati yang rela menerima
selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun
kasih sayang ibu
adalah kilau sinar kegaiban Tuhan
membangkitkan haru insan
dengan kebajikan
ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
Pada bait-bait puisi “Sajak Ibu” mengungkapkan kebanggaan anak kepada
ibunya dan menyampaikan bahwa ibu adalah hati yang rela menerima. Secara metafora kalimat tersebut dimaknai sebagai ibu bukanlah sebuah hati, melainkan
seorang manusia yang mempunyai hati dan di dalam hatinya mempunyai perasaan
yang selalu rela menerima atau ikhlas. Kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan, baris tersebut secara metafora dimaknai sebagai kasih sayang ibu yang sangat indah dan tulus kepada anak bagaikan kilau sinar dari Tuhan (
sinar yang setiap hari memancar kepada kita dan selalu memberi kahangatan serta
harapan kepada kita).
Baris terakhir puisi tersebut yang masih mengungkapkan kebanggaan anak
terhadap ibu adalah dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan. Secara metafora, baris tersebut dimaknai sebagai ibu mengajarkan kepada kita
segala yang baik (segala perbuatan yang baik dan menghasilkan kebaikan) seperti
apa yang dikehendaki Tuhan.
Bahasa figuratif selanjutnya yang terdapat dalam puisi sajak ibu adalah
repetisi. Menurut Gorys Keraf dalam buku karangannya berjudul Diksi dan Gaya
Bahasa cetakan pertama tahun 1981, repetisi adalah perulangan kata-kata yang
penting atau kata-kata kunci untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang
sesuai (Keraf, 1981: 109. Repetisi termasuk dalam ragam gaya bahasa menurut
struktur kalimat. Berikut ini akan disajikan repetisi yang terdapat pada puisi
“Sajak Ibu” karya Wiji Thukul.
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah ...
ibu tak bisa memejamkan mata
... ...
ibu menangis ketika aku mendapat susah
ibu mengangis ketika aku bahagia
ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
ibu adalah hati yang rela menerima ...
...
ibu mengenalkan aku kepada Tuhan (“Sajak Ibu”, hlm. 14)
Dalam puisi di atas jelas terlihat pengulangan kata ibu sebagai repetisi dalam puisi tersebut. Hal itu merupakan penegasan untuk puisi karena jiwa dalam
puisi tersebut ingin mengungkapkan tentang ibu dan kebanggaan seorang anak
kepada ibu. Dalam puisi tersebut juga terdapat bait yang penuh dengan repetisi
ibu menangis ketika aku mendapat susah
ibu mengangis ketika aku bahagia
ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
repetisi dalam baris-baris tersebut juga bermaksud untuk memberi penegasan
tentang apa yang dirasakan ibu (dikemas dalam satu frase yang sama ibu mengangis ketika aku dan ibu menangis ketika adikku) baik dalam keadaan menyenangkan maupun menyedihkan.
4.1.1.5 Versifikasi
Bunyi merupakan bagian dari versifikasi. Macam bunyi yang sering
muncul dalam puisi adalah rima. Rima yang terdapat dalam puisi “Sajak Ibu”
berfungsi sebagai salah satu unsur kepuitisan, yaitu sajak , dan sajak akhir. Rima
tersebut akan dibicarakan satu persatu di bawah ini:
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah
ibu akan marah besar
bila kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami
ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang
ketabahan ibuku
mengubah rasa sayur murah jadi sedap
ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia
ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara ibu adalah hati yang rela menerima
selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun
kasih sayang ibu
adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan dengan kebajikan
ibu mengenalkan aku kepada Tuhan (“Sajak Ibu”, hlm. 14)
Pada contoh di atas sajak tengah ditunjukkan dengan menggunakan kata
/bu/, /ku/, /is/, /ka/, /u/, dan /ti/. Rima tengah tersebut berfungsi sebagai penunjang kelirisan bunyi yang terdapat pada puisi tersebut.
Rima berikutnya adalah rima akhir. Rima akhir terdapat di akhir baris.
Contoh-contoh rima akhir tersebut sebagai berikut:
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
tetapi menangis ketika aku susah
ibu tak bisa memejamkan mata iila adikku tak bisa tidur karena lapar
ibu akan marah besar
bila kami merebut jatah makanan
yang bukan hak kami
ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang ketabahan ibuku
mengubah rasa sayur murah
jadi sedap
ibu menangis ketika aku mendapat susah
ibu mengangis ketika aku bahagia
ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
ibu adalah hatiyang rela menerima
selalu disakiti oleh anak-anaknya
penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu
adalah kilausinar kegaiban Tuhan
membangkitkan haru insan
dengan kebajikan
ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
(“Sajak Ibu”, hlm. 14)
Pada contoh di atas, rima akhir ditunjukkan dengan menggunakan bunyi
/ah/, /ar/, /an/, dan /a/. Rima akhir yang ada dalam puisi di atas berfungsi sebagai penambah liris bunyi yang terdapat pada puisi tersebut.