• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur puisi ``Sajak Ibu`` karya Wiji Thukul dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X semester 1 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Struktur puisi ``Sajak Ibu`` karya Wiji Thukul dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X semester 1 - USD Repository"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR PUISI “SAJAK IBU” KARYA WIJI THUKUL DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

KELAS X SEMESTER I

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh : SUKRISTI

061224023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

STRUKTUR PUISI “SAJAK IBU” KARYA WIJI THUKUL DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

KELAS X SEMESTER I

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh : SUKRISTI

061224023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhanaku ini aku persembahkan untuk,

 

Kakek dan Nenekku tercinta

( simbah Noto Utomo berdua )

“Aku mempersembahkan karya sederhanaku ini istimewa untuk kakek dan

nenekku sebagai ungkapan terima kasihku atas cinta, doa, dan bimbingan

(6)

MOTTO HIDUP

Untuk mencapai hal-hal yang hebat, kita tidak

hanya berusaha tetapi juga harus bermimpi

Tidak hanya berencana, tetapi juga percaya.

(Anatole

 

France)

 

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Agustus 2011

Penulis,

Sukristi

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Sukristi,

Nomor Induk Mahasiswa : 061224023,

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

STRUKTUR PUISI “SAJAK IBU” KARYA WIJI THUKUL DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

KELAS X SEMESTER I

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 25 Agustus 2011

Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

Sukristi. 2011. Struktur Puisi “Sajak Ibu” Karya Wiji Thukul dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X Semester I. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian tentang struktur puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul, bertujuan mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul. Penelitian ini juga menjelaskan implementasi struktur puisi sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan tersebut untuk menganalisis struktur fisik dan struktur batin yang terdapat dalam puisi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dengan metode ini, peneliti menggambarkan fakta-fakta yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, kemudian mengolah dan menafsirkannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa puisi terdiri dari dua struktur pokok yaitu struktur fisik puisi dan struktur batin puisi.

Diksi dalam puisi “Sajak Ibu” menggunakan bahasa sehari-hari dan sudah diberi makna khusus oleh penyair sehingga pembaca menjadi lebih mudah memahami isi puisi tersebut. Pengimajian dalam puisi “Sajak Ibu” lebih menekankan pada gambaran konkret tentang kasih sayang ibu kepada anak-anaknya. Pengimajian dalam puisi tersebut digambarkan atas bayangan konkret tentang apa yang dirasakan penyair. Bahasa figuratif dalam puisi “Sajak Ibu” yang dipergunakan oleh penyair adalah metafora dan repetisi. Dalam puisi “Sajak Ibu” terdapat dua rima yaitu rima tengah dan rima akhir. Tipografi yang tampak dalam puisi “Sajak Ibu” adalah penggunaan huruf kecil pada setiap awal barisnya dan penyusunan kata-kata yang mewujudkan larik-larik panjang dan pendek.

Puisi “Sajak Ibu” bertemakan kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya yang dipadu dengan budi pekerti. Puisi ini bernada lugas, penyair hanya ingin bercerita tentang kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya. Suasana yang muncul dalam puisi tersebut adalah suasana rasa haru dan bangga. Melalui puisi tersebut, penyair juga menyampaikan amanatnya kepada pembaca. Amanat-amanat dalam puisi tersebut adalah (1) menghargai besarnya kasih sayang ibu terhadap anak-anaknya, (2) menghargai segala harapan baik ibu terhadap anak-anaknya, (3) menghormati orang tua kita, (4) mencintai ibu dengan tulus seperti ketulusan cinta ibu kepada anak-anaknya, dan (5) menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan.

(10)

ABSTRACT

Sukristi. 2011. The Structure of Wiji Thukul’s Sajak Ibu Poetry and The Implementatioin in Literature Study in The First Grade of Senior High School in The First Semester. Thesis. Yogyakarta: Indonesian, Local language and Literature Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

The purpose of the research about Wiji Thukul’s Sajak Ibu poetry structure is to describe the physic and inner structure of Sajak Ibu poetry by Wiji Thukul’s. The research also explains the implementation of poetry structure as a literature study in senior high school. The approach which is used in the research is structural approach. It’s used to analyze physical and inner structure that contain in the poetry.

The method that is used for the research is qualitative method. By this method researcher describes the facts that have relationship with the problem researched then to be managed and interpreted. The result of the analysis shows the poetry consist of two main structures, physical and inner.

The diction in Wiji Thukul’s poetry uses daily language and has been given special meaning by the poet, so the reader can comprehend the content of the poetry easier. The imaging of Sajak Ibu’s poetry is more emphasize on the actual image about maternal affection from the mother to thier children. The imaging from the poetry is defined by the real image is felt by the poet. Sajak Ibu’s poetry figurative language is used by the poet is metaphor and repetition. In

Sajak Ibu’s poetry contain two rhymes, middle and closing rhymes. The visible typography from Sajak Ibu’s poetry is the using lower case on every beginning the line and the composition of words that show the long and short rows.

The theme of Sajak Ibu’s poetry is about maternal affection form the mother to her children combined with good manner. The tone is simple, the poet just wants to tell about the affection of a mother to their children. The poetry creates the commotion and proud ambiences. By the poetry, the poet wants to give mandates to their readers. The mandates are (1) Appreciate maternal affection from a mother to their children (2) Appreciate maternal hope from a mother to their children (3) Respect our parents (4) Love our mother with honest just like her love to their children (5) Do His command and avoid His prohibition.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

melimpahkan berkat dan karuniaNya yang luar biasa, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul Struktur puisi “Sajak Ibu” Karya Wiji Thukul dan

Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X Semester 1 dengan

baik. Skripsi tersebut ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan

Daerah.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat dukungan,

semangat, bimbingan, kerjasama, nasihat, dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab

itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan

melimpahkan berkatNya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. J. Prapta Diharja, S. J., M. Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang

telah dengan penuh kesabaran dan ketelitian dalam memberikan

bimbingan, pengarahan dan nasihat-nasihat kepada peneliti dalam

mengerjakan skripsi ini

3. Drs. G. Sukadi selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan, bimbingan, serta masukan-masukan yang sangat bermanfaat

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Ketua Program Studi PBSID yang selalu

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis agar cepat

(12)

5. Seluruh dosen PBSID yang dengan penuh kesabaran, kedisiplinan, dan

kesetiaan dalam mendidik, membimbing, dan mendampingi penulis

selama menempuh perkuliahan di PBSID.

6. C. Suparjono, S. Pd., selaku guru bahasa Indonesia SMA Stella Duce

Bantul, Yogyakarta yang telah memberikan dukungan serta

masukan-masukan bagi penulis dalam proses penyusunan skripsi.

7. Kakek dan Nenek saya tercinta yang tak henti-hentinya memberikan

dukungan kepada penulis baik melalui doa maupun nasihat-nasihat yang

sangat bermanfaat bagi penulis. 

8. Bapak dan Ibu saya, Valentinus Sumartono dan Valentina Tawanti yang

selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan studi.

9. Adik-adik saya tercinta, Cicilia Christanti dan Laura Krisna Anggraeni

yang selalu mewarnai hari-hari penulis dan memberi semangat kepada

penulis dalam menyelesaikan studi.

10.FX. Sudadi, karyawan sekretariat PBSID yang selalu sabar dan memberi

kelancaran bagi penulis selama berproses dalam kuliah dan menyelesaikan

skripsi.

11.Teman-teman PBSID angkatan 2006, khususnya kelas A, atas kerja sama

dan semangatnya.

12.Seluruh karyawan, staff, dan para satpam Universitas Sanata Dharma

(13)

13.Filipus Kristanto Ariadi, yang telah dengan sabar dan setia mendampingi

dan menemani penulis serta memberikan dukungan, semangat, dan

nasihat-nasihat bagi penulis dalam menyelesaikan studi.

14.Sahabat-sahabatku prodi PBSID, Bernadeta Devi Primasari, Yosephin

Dwi Astuti, Laurentia Erika, Ekaristi Margaretha, Norma Kristiani,

Fransisca Ninik, Arni Pamungkas, Yohanes Yanris, dll. Terima kasih atas

kebersamaan dan semangat kalian selama ini. Tanpa kalian, hidup saya

tidak akan berwarna.

15.Sahabat-sahabat pendamping PIA Sacra Familia Paroki HKTY Ganjuran,

Johanes Deddy, Asdika Gaharani, Filipus Kritanto, Alexander Joko

Wintolo, Isabella Resita, Anna Easti, Fransisca Mia, Erdha, dll. Terima

kasih atas semangat dan canda tawa kalian yang telah sungguh memberi

warna indah bagi penulis.

16.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Yogyakarta, 25 Agustus 2011

Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... iv

MOTTO ……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………vii

ABSTRAK ……… ..viii

ABSTRACT ………. .. ix

KATA PENGANTAR ……….. x

DAFTAR ISI ………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Batasan Istilah ... 6

1.6Sistematika Penyajian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Penelitian yang Relevan ... 9

(15)

2.2.1 Struktur Fisik Puisi ... 12

2.2.2 Struktur Batin Puisi ... 17

2.3 Keterkaitan Antar Unsur ... 21

2.4 Pembelajaran Sastra di SMA ... 24

2.5 Pembelajaran Puisi ... 27

2.6 Pengembangan Silabus dan RPP Puisi ... 30

2.6.1 Silabus ... 30

2.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Pendekatan Penelitian ... 42

3.3 Metode Penelitian ... 43

3.4 Sumber Data ... 44

3.5 Instrumen Penelitian ... 45

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.7 Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV ANALISIS PUISI “SAJAK IBU” KARYA WIJI THUKUL .. 49

4.1 Analisis Struktural ... 49

4.1.1 Struktur Fisik Puisi “Sajak Ibu” ... 49

4.1.1.1 Diksi ... 50

4.1.1.2 Denotasi dan Konotasi... ... 53

4.1.1.3 Pengimajian dan Kata Konkret... 58

(16)

4.1.1.6 Tipografi ... 64

4.1.2 Struktur Batin Puisi “Sajak Ibu” ... 65

4.1.2.1 Tema ... 65

4.1.2.2 Nada dan Suasana ... 70

4.1.2.3 Perasaan Puisi ... 72

4.1.2.4 Amanat Puisi ... 73

4.2 Keterkaitan Antar Unsur ... 76

BAB V IMPLEMENTASI PUISI “SAJAK IBU” KARYA WIJI THUKUL DALAM PEMBELAJARAN DI SMA KELAS X SEMESTER I ... 80

BAB VI PENUTUP ... 100

6.1 Kesimpulan ... 100

6.2 Implikasi ... 102

6.3 Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul ...……... 107

2. Identitas buku kumpulan puisi “Aku Ingin Jadi Peluru”

karya Wiji Thukul ... 108

3. Biografi Wiji Thukul ... 109

4. Lembar penilaian Produk Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sastra di SMA kelas X,

Semester 1………... 112

5. Biodata guru penilai ... 115

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan

bahasa dengan pengkonsentrasian struktur batin dan struktur fisiknya (Waluyo,

1987: 25). Puisi sebagai jenis sastra memiliki susunan bahasa yang relatif padat

dibanding dengan karya sastra prosa (Sumardi, 1985: 3). Hal tersebut yang

menjadi titik dasar perbedaan antara puisi dengan prosa. Dalam menikmati atau

membaca sebuah puisi tidak jarang ditemukan analisis yang lebih rumit dibanding

analisis pada sebuah prosa.

Di dalam sebuah puisi salah satu unsur yang sangat penting adalah diksi.

Diksi merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan dalam penciptaan

puisi. Seorang penyair ketika menulis sebuah puisi tentu akan sangat

memperhatikan diksi yang akan dia gunakan karena dari diksi itulah, makna dan

maksud puisi akan dibingkai dan pada akhirnya akan dinikmati oleh pembaca.

Dalam memilih diksi dengan tepat, penyair atau penulis puisi harus mengerti dan

menguasai dengan baik sebuah bahasa. Bahasa atau kata-kata dalam puisi yang

disusun sedemikian rupa dapat menyalurkan pikiran dan perasaan penulisnya

dengan baik dan tepat (Badrun, 1989: 9).

Di dalam puisi, bahasa disusun sedemikian rupa agar memperindah bentuk

(19)

menggunakan majas atau bahasa yang figuratif. Bahasa yang banyak digunakan

dalam puisi adalah bahasa konotatif. Makna yang dilukiskan dalam sebuah puisi

berupa makna kias melalui lambang dan kiasan (Waluyo, 1987: 24). Oleh sebab

itu, pembaca puisi mendapat kebebasan dalam menginterpretasikan atau

menafsirkan puisi yang ia baca.

Saat ini, puisi telah merambah pada banyak hal termasuk dalam dunia

pendidikan. Sebagai sebuah karya sastra, puisi selalu memberi pesan atau amanat

kepada pembaca untuk selalu berbuat baik, karena di dalam karya sastra terdapat

butir-butir moral yang dapat dijadikan sebagai kajian dan renungan bagi

pembacanya (Alwi, 2002: 240).

Kegiatan menganalisa sebuah puisi adalah upaya untuk memberikan arti

atau makna pada puisi itu sendiri. Mengartikan sebuah puisi memerlukan

penghayatan yang sangat dalam dan cermat. Hal itu disebabkan karena puisi

berbeda dengan prosa. Menganalisis puisi dapat dikatakan sebagai hal yang cukup

sulit karena di dalam sebuah puisi mengandung makna yang tersirat yang

menuntut pembaca harus dapat menginterpretasikan bahasa di dalam puisi agar

dia dapat menikmati puisi tersebut sebagai sebuah karya sastra. Di dalam

membahas sebuah puisi, hal-hal yang dapat kita lakukan adalah dengan

menganalisis unsur-unsur yang sangat detail baik dari unsur struktur batin maupun

unsur struktur fisiknya. Struktur fisik merupakan medium pengungkap struktur

batin puisi yang unsur-unsur pembangunnya terdiri dari diksi, pengimajinasian,

(20)

dalam puisi merupakan unsur-unsur yang membangun puisi, terdiri dari tema,

nada, suasana, perasaan, dan amanat (Waluyo, 1987: 28).

Dalam penelitian ini, karya sastra yang akan diteliti adalah puisi ”Sajak

Ibu” karya Wiji Thukul pada buku kumpulan puisinya yang berjudul Aku Igin

Jadi Peluru diterbitkan pada tahun 2004 oleh Indonesia Tera. Aku Ingin Jadi

Peluru berisi 136 puisi yang dibagi atas lima buku atau lima kumpulan puisi.

Buku 1: Lingkungan Kita Si Mulut Besar berisi 46 puisi.. Buku 2: Ketika Rakyat

Pergi berisi 17 puisi. Buku 3: Darman dan Lain-lain berisi 16 puisi. Buku 4: Puisi

Pelo berisi 29 puisi. Dan Buku 5: Baju Loak Sobek Pundaknya berisi 28 puisi.

Dalam catatan penerbit, Buku 5 merupakan kumpulan sajak-sajak yang ditulis

Wiji Thukul ketika ia berada di masa pelarian.

Dalam proses kreatifnya, Wiji Thukul memiliki prinsip tersendiri. Puisi

bagi dia adalah media yang mampu menyampaikan permasalahan dirinya selaku

orang kecil, orang-orang tertindas, yang secara kebetulan mewakili suara kaum

tertindas pada umumnya. Dia sesungguhnya tidak bermaksud membela rakyat

(penyair kerakyatan), melainkan membela dirinya sendiri, lingkungan, komunitas

yang menghidupi dirinya: tukang pelitur, istri tukang jahit, bapak tukang becak,

mertua pedagang barang rongsokan, dan lingkungan hidupnya yang melarat.

Hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah analisis struktur puisi,

baik struktur fisik maupun struktur batin. Struktur merupakan aspek yang penting

dalam sebuah puisi. Struktur puisi digunakan oleh peneliti sebagai topik penelitian

(21)

dan puisi tersebut juga cukup mudah dipahami oleh para pembaca pada umumnya

dan bagi para siswa SMA pada khususnya.

Saat ini kurikulum pembelajaran SMA masih tegas mengungkapkan

pentingnya pembelajaran sastra di SMA oleh sebab itu, melalui penelitian ini

diharapkan para siswa mampu menikmati, menghayati, dan memanfaatkan karya

sastra untuk mengembangkan kepribadian mereka serta mampu memperluas

pemahaman siswa tentang makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra.

Dalam puisi ”Sajak Ibu” ini menurut pandangan peneliti mengandung makna dan

pesan moral yang tinggi dan mampu dipetik nilainya oleh siswa ketika mereka

membaca puisi ini.

Puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul ini juga mempunyai nilai yang sangat

dalam yaitu ketika pembaca membaca puisi tersebut, pembaca diarahkan untuk

sadar terhadap betapa besar pengorbanan dan kasih sayang ibu kepada kita.

Semua manusia yang ada di muka bumi ini lahir melalui seorang ibu, oleh sebab

itu peneliti beranggapan bahwa setiap orang yang ada di muka bumi ini mengerti

bagaimana keberadaan seorang ibu dan seperti apa seharusnya kita berperilaku

kepada ibu. Dari hal-hal tersebut, peneliti memiliki motivasi dan tertarik untuk

meneliti puisi ”Sajak Ibu” karya Wiji Thukul.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti bermaksud meneliti

atau menganalisis struktur puisi ”Sajak Ibu” karya Wiji Thukul. Permasalahan

(22)

1. Bagaimanakah struktur puisi ”Sajak Ibu” karya Wiji Thukul ?

2. Bagaimanakah implementasi hasil analisis struktur puisi ”Sajak Ibu” karya

Wiji Thukul dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X Semester I?

1.3 Tujuan Penelitian

Melalui penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan permasalahan di atas

dalam dua tujuan. Dua tujuan itu adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan struktur puisi ”Sajak Ibu” karya Wiji Thukul.

2. Mendeskripsikan implementasi hasil analisis struktur puisi ”Sajak Ibu”

karya Wiji Thukul dalam pembelajaran di SMA kelas X Semester I.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pengembangan sastra (kritik sastra)

Bagi pengembangan sastra (kritik sastra), semoga penelitian ini

dapat menambah wawasan kajian sastra Indonesia yang berkaitan dengan

pemakaian bahasa oleh penyair khususnya dalam karya sastra puisi.

2. Bagi pembelajaran di SMA

Bagi pembelajaran di SMA, semoga penelitian ini dapat

memberikan alternatif materi pembelajaran sastra bagi anak didik di SMA.

Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat membantu para guru dalam hal

meningkatkan kualitas dan kreativitas siswa dalam mengungkap makna

(23)

3. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

untuk penelitian selanjutnya berupa penelitian tentang kemampuan

menganalisis struktur puisi pada jenjang pendidikan.

1.5 Batasan Istilah

Batasan istilah yang diurai untuk mendukung penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Puisi

Puisi merupakan cabang kesenian yang disebut sastra

(kesusastraan). Sastra atau kesusastraan berarti bahasa indah, berirama,

dan mempunyai bentuk tertentu, (Sabirin, 1989: 3).

2. Analisis Struktur

Analisis struktur adalah yang melihat bahwa unsur-unsur struktur

dalam karya sastra saling berhubungan erat dan saling menentukan artinya,

(Pradopo, 1987: 118).

3. Struktur Fisik

Struktur fisik merupakan medium pengungkap struktur batin puisi.

Unsur-unsur pembangun puisi yang terdiri dari diksi, pengimajian, bunyi,

bahasa kiasan, citraan, sarana retorika, tipografi, dan faktor

ketatabahasaan, (Waluyo, 1987: 66).

(24)

Struktur batin dalam puisi adalah unsur-unsur yang membangun

puisi, terdiri dari tema, nada, perasaan, suasana, dan amanat, (Waluyo,

1987: 28).

5. Implementasi

Implementasi yaitu suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau

inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik

berupa perubahan, pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap,

(Susilo, 2008: 174). Menurut Depdikbud (1988: 347), implementasi adalah

pelaksanaan dan penerapan.

6. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan pemerolehan suatu mata pelajaran atau

keterampilan melalui pelajaran, pengalaman atau pengajaran,

(Rombepajung, 1988: 39).

1.6 Sistematika penyajian

Sistematika penyajian adalah penjabaran secara sistematis suatu penelitian

berdasarkan teori dan metode yang digunakan dalam penelitian. Skripsi ini terdiri

dari enam bab. Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab V,dan Bab VI. Bab I adalah

pendahuluan yang berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika

penyajian. Di dalam Bab II adalah landasan teori yang berisi penelitan yang

relevan, analisis struktural, keterkaitan antar unsur puisi, pembelajaran sastra di

SMA, pembelajaran puisi, dan pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan

(25)

metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional. Langkah-langkah

tersebut adalah, jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, sumber

data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab

IV adalah analisis puisi ”Sajak Ibu” Karya Wiji Thukul yang akan berisi analisa

secara struktural puisi tersebut. Bab V adalah implementasi puisi “Sajak Ibu”

dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X Semester I. Pada Bab VI yakni

penutup yang meliputi kesimpulan, implikasi, dan saran.

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

Uraian tentang landasan teori ini meliputi enam hal, yakni: (1) Penelitian

yang Relevan, (2) Analisis Struktural, (3) Keterkaitan Antar Unsur Puisi, (4)

Pembelajaran Sastra di SMA, (5) Pembelajaran Puisi, (6) Pengembangan Silabus

dan RPP Puisi.

2. 1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan apa yang disajikan peneliti adalah penelitian

Moria (2002) dalam bentuk skripsi yang berjudul Analisis Metafora Dalam

Kumpulan Sajak “ Sajak-Sajak Sepatu Tua” karya Rendra dan Implementasinya

dalam Pembelajaran Sastra di SMU. Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian tersebut adalah metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Nawawi

(1998: 63) adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Hasil penelitian Moria berupa deskripsi mengenai metafora dan

implementasinya di SMU. Metafora yang paling banyak muncul dalam kumpulan

sajak, ”Sajak-Sajak Sepatu Tua”karya Rendra adalah metafora implisit sebanyak

158 metafora, kemudian metafora eksplisit sebanyak 22 metafora, dan metafora

mati tidak ada. Kumpulan sajak,”Sajak-Sajak Sepatu Tua” karya Rendra dapat

(27)

pembelajarannya adalah menemukan bermacam-macam ungkapan, peribahasa,

dan majas yang terdapat dalam bacaan dan menjelaskan maknanya.

Andreas Sri Hartanto (1999) juga melakukan penelitian yang sejenis dengan

apa yang disajikan oleh peneliti dan Moria (2002) dengan judul Analisis Struktur

Bahasa Puisi Kumpulan Sajak “Nikah Ilalang” karya Dorothea Rosa Herliany.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitiannya

berupa persajakan yang bervariatif. Kosakata yang digunakan merupakan

kosakata sehari-hari. Diksi yang digunakan mencerminkan kekosongan,

kengerian, dan kekerasan. Bahasa yang digunakan lugas perbandingan,

perumpamaan epis, personifikasi, sinekdok, dan metafora. Citraan yang

digunakan adalah penglihatan, pendengaran, gerak, pengecapan, penciuman, dan

perabaan. Gaya bahasa yang digunakan adalah surialis. Secara retorika

menggunakan pertanyaan retoris, antitesis, repetisi, retorik retisende, hiperbola,

simetri, ironi, paralelisme, dan elipsis. Bentuk visual yang menonjol adalah

keterkaitan unsur satu dengan yang lain.

Kumpulan sajak “Sajak-Sajak Sepatu Tua” karya Rendra dapat digunakan

sebagai bahan pembelajaran sastra di SMU kelas X. Butir pembelajarannya adalah

membaca puisi dan menemukan unsur-unsur yang membangun puisi. Penelitian

terdahulu hanya meneliti metafora dalm kumpulan sajak, analisis struktur bahasa,

dan struktur novel. Oleh karena itu, peneliti merasa penelitian tentang struktur

(28)

2. 2 Analisis Struktural

Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks. Oleh sebab itu,

untuk memahami karya sastra khususnya puisi, karya satra (puisi) tersebut harus

dianalisis. Namun, sebuah analisis yang tidak tepat pada akhirnya akan

menghasilkan bagian-bagian analisis yang tidak ada unsur keterkaitannya. Dari

hal tersebut, maka dalam analisis karya sastra khususnya puisi, bagian-bagian itu

harus dapat dipahami sebagai bagian dari keseluruhan (Pradopo, 1995:120).

Analisis struktur adalah analisis yang melihat bahwa unsur-unsur struktur

dalam karya sastra saling berhubungan erat dan saling menentukan, artinya karya

sastra merupakan sebuah struktur yang sangat kompleks. Sebuah karya sastra

dikatakan sebuah struktur karena terdiri dari susunan unsur-unsur yang antara

unsur satu dengan unsur yang lain terdapat hubungan timbal balik dan saling

menguntungkan. Dalam tujuan untuk memahami karya sastra khususnya puisi

secara tuntas harus memperhatikan jalinan atau pertautan unsur-unsur sebagai

bagian dari keseluruhan (Pradopo, 1995:118).

Puisi terdiri dari dua unsur pokok, yakni struktur fisik dan struktur batin.

Unsur-unsur puisi itu tidaklah berdiri sendiri-sendiri, namun merupakan sebuah

struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan dari unsur yang satu dengan unsur

yang lainnya. Unsur-unsur tersebut juga menunjukkan diri secara fungsional,

artinya unsur-unsur tersebut berfungsi bersama unsur yang lain dan di dalam

kesatuan dengan totalitasnya (Waluyo, 1987:28).

Dalam analisis sebuah puisi, struktur puisi mempunyai peranan yang penting

(29)

diungkapkan. Struktur fisik dan struktur batin dalam sebuah puisi akan

mengungkap keseluruhan unsur yang ada di dalam puisi.

2.2.1 Struktur Fisik Puisi

Unsur-unsur atau struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode puisi,

yakni unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi. Unsur-unsur itu

dapat ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur itu merupakan kesatuan yang utuh.

Menurut Herman Waluyo (1987: 71) unsur-unsur itu adalah sebagai berikut:

1. Diksi

Alat untuk menyampaikan perasaan dan pikiran sastrawan adalah bahasa.

Baik tidaknya tergantung dari kecakapan sastrawan mempergunakan kata-kata.

Seorang penyair harus cermat dalam memilih kata-kata sebab kata-kata yang

ditulis harus dipertimbangkan makananya, komposisi bunyi dalam rima dan

irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lain, dan kedudukan kata dalam

keseluruhan puisi itu (Waluyo, 1987: 72).

Menurut Owen Barfield via Pradopo (1991: 54), mengemukakan bahwa bila

kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya

menimbulkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan imajinasi estetika hasilnya

disebut diksi puitis. Jadi, diksi perlu diperhatikan untuk mendapatkan kepuitisan

dan mendapatkan nilai estetik.

2. Denotatif dan Konotatif

Denotatif dan konotatif menunjuk pada arti suatu kata. Denotasi sebuah kata

adalah definisi kamusnya, yaitu pengertian menunjuk benda atau hal yang diberi

(30)

sedangkan konotasi adalah arti tambahan dari kata denotasi. Arti tambahan

tersebut muncul dari tafsiran yang keluar dari denotasinya.

3. Pengimajian

Ada hubungan yang erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi

yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi

lebih konkret, seperti yang kita hayati melalui penglihatan, pendengaran, atau cita

rasa. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan

pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan (Waluyo,

1987: 78).

Baris atau bait puisi mengandung gema suara (imaji auditif), benda nampak

(imaji visual), atau sesuatu yang dirasakan, diraba, atau disentuh (imaji taktif).

Ungkapan perasaan penyair dijelmakan ke dalam gambaran konkret mirip musik

atau gambar atau cita rasa tertentu.

4. Kata Konkret

Dalam upaya untuk memperkonkret imaji (daya bayang) pembaca, maka

kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat

menyarankan kepada arti yang menyeluruh. Kata konkret erat hubungannya

dengan penggunaan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir dalam

memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau

merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian, pembaca terlibat

penuh secara batin ke dalam puisinya (Waluyo, 1987: 81). Menurut Pradopo

(1991: 55) kata konkret adalah penggunaan kiasan atau lambang dalam sebuah

(31)

5. Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan

bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Melalui

pengulangan bunyi, puisi menjadi lebih merdu jika dibaca. Dalam upaya

menciptakan pengulangan bunyi, penyair juga mempertimbangkan lambang

bunyi. Melalui cara itulah pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan

suasana puisi.

Ritma sangat berhubungan erat dengan bunyi, kata, frasa, dan kalimat.

Ritma berasal dari bahasa Yunani yaitu rheo yang berarti gerakan-gerakan air

yang teratur, terus-menerus, dan tidak putus-putus. Slamet Muljana menyatakan

bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek,

keras/ lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga

memnetuk keindahan (Waluyo, 1987: 94).

6. Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan

drama. Perbedaan itu tampak pada susunan kalimat atau kata-katanya yang

biasanya membentuk bait (Waluyo, 1987: 97).

Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf,

namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir di

tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum

tentu terpenuhi tulisan, hal ini tidak berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa.

(32)

7. Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif (majas) merupakan bahasa yang digunakan penyair untuk

mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, biasanya kata-katanya

bermakna kias atau lambang. Menurut Perrine via Waluyo (1987: 83), bahasa

figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan

penyair, karena : (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif,

(2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi,

sehingga yang abstrak menjadi lebih konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat

dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair

untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara

untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan menyampaikan

sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.

Bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan makna kias dan

pelambangan yang menimbulkan makna lambang. Pengiasan disebut juga simile

atau persamaan, karena membandingkan atau menyamakan sesuatu hal dengan hal

lain. Bahasa kiasan ada bermacam-macam, namun meskipun bermacam-macam,

mempunyai sesuatu hal (sifat) yang umum, yaitu bahasa-bahasa kiasan tersebut

mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain

(Pradopo, 1991: 62). Bahasa figuratif terdiri dari:

a. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu

(33)

dua term atau dua bagian, yaitu term pokok (principal term) dan term kedua

(secondary term). Term pokok disebut juga tenor yang menyebutkan hal yang

dibandingkan, sedangkan term kedua atau vehicle adalah hal yang

membandingkan (Pradopo, 1991: 66).

b. Perbandingan

Perbandingan atau simile atau perumpamaan, ialah bahasa kiasan yang

menyamakan satu hal dengan hal lain dan mempergunakan kata-kata

pembanding, seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama

(Pradopo, 1991: 62).

c. Personifikasi

Keadaan atau peristiwa alam sering dikiaskan sebagai keadaan atau

peristiwa yang dialami oleh manusia. Dalam hal ini benda mati dianggap

sebagai manusia atau persona, atau di”personifikasi”kan. Hal itu digunakan

untuk memperjelas penggambaran peristiwa atau keadaan (Waluyo, 1987: 77).

d. Hiperbola

Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu

melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapatkan perhatian yang

lebih saksama dari pembaca.

e. Sinekdoki (synecdoche)

Sinekdoki adalah upaya dalam menyebutkan sebagian untuk maksud

keseluruhan (part pro toto) atau menyebutkan seluruh untuk sebagian (totem

(34)

bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal)

untuk benda atau hal itu sendiri.

2.2.2 Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi adalah unsur puisi yang dikenal juga dengan istilah

hakikat puisi. Struktur batin puisi terdiri dari tema, nada dan suasana, perasaan,

dan amanat puisi.

a. Tema

Herman Waluyo (1987: 28) mengungkapkan bahwa tema adalah gagasan

pokok subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Tema dalam karya sastra

ada yang diungkapkan secara langsung dan ada pula yang secara tidak langsung.

Tema banyak dipengaruhi oleh lingkungan yang melatarbelakangi penyair

(Badrun, 1989: 103). Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang

penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. Oleh karena itu, tema

puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus. Tema puisi harus dihubungkan dengan

penyairnya dan dengan konsep-konsep yang terimajinasikan (Waluyo, 1987: 107).

Tema dapat ditentukan dengan cara membaca keseluruhan isi puisi. Setiap

puisi pasti mengandung pokok persoalan yang hendak dikemukakan. Meskipun

penyair sering menutup-nutupi atau menyelubungi maksud ciptaannya hingga

pembaca harus bekerja keras untuk menafsirkannya, tetapi masih ada sesuatu yang

hendak dikemukakannya. Inilah yang disebut tema puisi (Situmorang, 1983: 12).

Herman Waluyo (2003: 19) mengatakan tema yang banyak yang terdapat dalam

(35)

kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan tema

kesetiakawanan.

Tema ketuhanan sering kali disebut tema religius filosofis, yaitu tema puisi

yang mampu membawa manusia untuk lebih bertakwa, lebih merenungkan

kekuasaan Tuhan, dan menghargai alam seisinya. Puisi-puisi yang bertemakan

Tuhan antara lain: “Doa” karya Chairil Anwar, “Tuhanku” karya Kirdjo Mulyo,

“Balada Penyaliban” karya Rendra, “ Doa” karya Budiman S. Hartoyo, dan

lain-lain.

Tema kemanusiaan atau tragedi yang digambarkan penyair dalam puisi, ia

berusaha meyakinkan pembaca tentang ketinggian martabat manusia. Karena itu,

manusia harus dihargai, dihormati, diperhatikan hak-haknya, dan diperlakukan

secara adil dan manusiawi. Puisi-puisi bertemakan kemanusiaan antara lain:

“Gadis Peminta-minta” dan “Orang-orang Miskin” keduanya karya Toto Soedarto

Bachtiar.

Puisi yang bertemakan patriotisme, mengajak para pembaca untuk

meneladani orang-orang yang telah berkorban demi bangsa dan tanah air.

Misalnya, puisi “Diponegoro” dan “Kerawang-Bekasi” karya Chairil Anwar,

‘Pahlawan tak Dikenal” karya Toto S. Bachtiar, “Kita adalah Pemilik Sah

Republik Ini” karya Taufiq Ismail, dan lain-lain.

Tema cinta tanah air, berupa pujaan kepada tanah kelahiran atau negeri

tercinta. Puisi-puisi Muhamad Yamin tahun 1920-an merupakan puisi yang

mengungkapkan kecintaan penyair kepada tanah air. Sementara Ajib Rosidi

(36)

Tema keadilan sosial dan protes sosial ditampilkan oleh puisi-puisi yang

menuntut keadilan bagi kaum yang tertindas. Puisi jenis ini juga disebut puisi

protes sosial karena mengungkapkan protes ketidakadilan di dalam masyarakat

yang dilakukan oleh kaum penguasa bahkan negara rakyat jelata, seperti

puisi-puisi Rendra, Taufiq Ismail, dan F. Rahadi.

b. Nada dan Suasana

Nada adalah sikap batin penyair yang hendak diekspresikan penyair

terhadap pembaca (Waluyo, 1987: 134). Melalui nada, penyair memberi kesan

yang lebih mendalam kepada pembaca karena nada puisi ikut mewarnai corak

puuisi itu. Ada nada menasehati, mencemooh, sinis, berontak, iri hati, gemas, dan

penasaran.

Jika kita berbicara tentang sikap penyair, maka kita berbicara tentang nada,

jika kita berbicara tentang suasana jiwa pembaca yang timbul setelah membaca

puisi maka kita bicara tentang suasana. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan erat karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya.

Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca,

nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana penuh

pemberontakan bagi pembaca, dan nada religius dapat menimbulkan suasana

khusuk (Waluyo, 1987: 125).

c. Perasaan

Perasaan adalah rasa yang ingin disampaikan pentair melalui puisinya

(Waluyo, 1987: 134). Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut

(37)

penyair yang satu dengan yang lainnya menghasilkan puisi yang berbeda

meskipun temanya sama.

Perasaan dalam puisi merupakan perasaan penyair menghadapi objek

dalam puisinya (rasa senang, tidak senang, benci, rindu, dan lain sebagainya).

Perbedaan sikap penyair ini menyebabkan perbedaan perasaan menghadapi objek

tertentu. Perbedaan itu disebabkan karena keterlibatan batin antara penyair yang

satu dengan yang lain. Sikap simpati dan antipati, rasa senang dan tidak senang,

rasa benci, rindu, setia kawan, dapat dijumpai dalam puisi (Waluyo, 1987: 12).

d. Amanat

Amanat adalah maksud, himbauan, pesan, atau tujuan yang hendak

disampaikan kepada pembacanya (Waluyo, 1987: 134). Amanat yang hendak

disampaikan penyair dapat ditelaah setelah memahami tema, perasaan, dan nada

puisi itu. Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan

puisinya.

Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan juga berada di balik

tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair tidak

sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan

amanat yang diberikan. Mereka yang berada dalam situasi demikian biasanya

merasa bahwa menulis puisi merupakan kebutuhan untuk berekspresi,

berkomunikasi, dan untuk aktualisasi diri (Waluyo, 1987: 130-131).

Amanat berhubungan dengan makna karya sastra (meaning and

significance). Arti karya sastra bersifat lugas, objektif, dan khusus, sedangkan

(38)

dengan orang perorangan, konsep sesorang dan situasi penyair mengimajinasikan

karyanya (hal ini erat dengan perasaan dan nada yang diungkapkan penyair).

Rumusan tema harus objektif dan sama untuk pembaca puisi, namun amanat

sebuah puisi bersifat interpretatif, artinya setiap orang mempunyai penafsiran

makna yang berbeda dengan yang lain (Waluyo, 1987: 131).

Amanat puisi dapat ditentukan dengan cara melihat pekerjaan, cita-cita,

pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut oleh penyair. Hali ini menjadi dasar

penyair ketika menciptakan sebuah puisi karena dalam menciptakan puisi, penyair

selalu mempunyai tujuan walaupun kadang-kadang tidak disadari (Situmorang,

1985: 16).

2.3 Keterkaitan antar unsur

Uraian tentang struktur fisik tidak lepas dari struktur batin puisi. Struktur

batin puisi mengungkapkan apa yang hendak disampaikan oleh penyair dengan

perasaan dan suasana jiwanya. Struktur fisik puisi adalah medium untuk

mengungkapkan makna yang dimaksud penyair. Pernyataan batin dalam tema,

perasaan, nada, dan amanat puisi juga tidak dapat dilepaskan dari struktur fisik

puisi yang terdiri dari diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif,

versifikasi, dan tipografi.

Struktur fisik puisi dapat diuraikan dengan metode puisi, yakni unsur

estetika yang membangun struktur luar puisi. Unsur-unsur tersebut dapat ditelaah

(39)

Alat untuk menyampaikan perasaan atau pikiran penyair adalah bahasa.

Penyair mencurahkan segala isi hati dan pikirannya sama seperti yang ia alami

dalam batinnya. Selain itu, penyair ingin mengekspresikannya dengan ekspresi

yang dapat menjelmakan pengalaman jiwa.

Ada hubungan yang erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi

yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu, kata-kata menjadi

lebih diperkonkret seperti apa yang kita hayati melalui penglihatan, pendengaran,

dan cita rasa. Sebagai upaya memperkonkret pengalaman sensoris dan

membangkitkan daya imaji pembaca, maka baris-baris dalam bait puisi seolah

mengandung imaji auditif, imaji visual, dan imaji taktil. Jika imaji pembaca

merupakan akibat dari pengimajian yang diciptakan penyair, maka kata konkret

dapat menjadi syarat terjadinya pengimajian itu. Dengan kata yang diperkonkret,

pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang

dilukiskan penyair.

Kata yang diperkonkret erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan

lambang. Jika penyair pandai dalam memperkonkret kata-kata, maka pembaca

seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan penyair.

Dengan demikian pembaca telah terlibat secara batin. Bahasa figuratif

menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau

kaya akan makna.

Versifikasi erat hubungannya dengan diksi, pengimajian, dan kata konkret,

karena bunyi dalam puisi mempertegas maksud dan makna puisi. Oleh karena itu,

(40)

gambaran dan mempertegas makna puisi. Tipografi erat hubungannya dengan

versifikasi (rima atau ritma). Kata-kata yang disusun mewujudkan larik-larik yang

panjang dan pendek yang membentuk satu kesatuan yang padu. Pergantian larik

panjang dan pendek bervariasi secara harmonis sehingga menimbulkan ritma yang

padu.

Tema dalam puisi erat kaitannya dengan perasaan penyair, nada yang

ditimbulkan, dan amanat yang ingin disampaikan. Dalam menciptakan puisi,

suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus mampu dihayati oleh

pembaca. Dalam mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan

penyair yang lain memiliki perasaan yang berbeda-beda. Misalnya tema

ketuhanan kita dapati dalam sajak “ Doa” karya Chairil Anwar dan “ PadaMu Jua”

karya Amir Hamzah. Sikap kedua penyair tersebut terhadap Tuhan tentu berbeda,

maka perasaan yang dihasilkan juga berbeda. Rasa ketuhanan dalam “Doa” penuh

kepasrahan dan kekhusyukan sedangkan dalam “PadaMu Jua” rasa ketuhanan

penuh dengan keraguan, penasaran, dan kekecewaan.

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah

memahami tema, perasaan, dan nada dalam puisi. Amanat tersirat dibalik

kata-kata yang disusun dan berada dibalik tema yang diungkapkan. Dalam tema

ketuhanan yang sama mungkin mempunyai amanat yang berbeda karena penyair

mempunyai perasaan, nada, dan suasana hati yang berbeda. Rumusan tema dalam

puisi hendaknya objektif dan sama untuk semua pembaca puisi, namun amanat

sebuah puisi dapat bersifat interpretatif, artinya setiap orang mempunyai

(41)

2.4 Pembelajaran Sastra di SMA

Tujuan pembelajaran sastra di SMA berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) adalah untuk meningkatkan wawasan kehidupan, kemampuan

berbahasa, pengetahuan siswa, serta untuk mengembangkan kepribadian siswa

dengan menikmati dan memanfaatkan karya sastra (BSNP. 2006). Fungsi utama

sastra adalah sebagai sarana penghalus budi, peningkatan rasa kemanusiaan,

peningkatan rasa kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, dan penyalur

gagasan, imajinasi, dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif (Pranowo, dkk.

2005: 218).

Menurut Rahmanto (1988: 16), pembelajaran sastra dapat membantu

pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: (1)

membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3)

menciptakan cipta dan rasa, dan (4) menunjang pembentukan watak. Oleh karena

itu, pengajaran sastra harus dilakukan secara benar agar dapat meningkatkan

kualitas kebudayaan manusia. Dalam hal ini, faktor yang paling penting adalah

pemilihan bahan ajar sastra dan kreatifitas guru dalam melaksanakan

pembelajaran. Menurut Reeves (via Pranowo: 2005: 222), daya edukatif puisi

(dan karya sastra yang lain) tidak terbatas jika pemilihan bahan ajarnya dilakukan

secara tepat. Dalam konteks tersebut, guru sastra berperan untuk mengembangkan

daya kreatif siswa agar terbiasa memberi makna pada karya sastra.

Menurut Farida Nugrahani via Pranowo, dkk (2005: 214), ada lima kriteria

(42)

kriteria itu antara lain: (1) Latar belakang budya siswa, (2) Aspek psikologis, (3)

Aspek kebahasaan, (4) Nilai karya sastra, (5) Keragaman karya sastra.

1. Latar Belakang Sosial Budaya

Dalam memilih bahan ajar sastra, perlu diperhatikan latar belakang

budaya siswa yang mengacu pada ciri khas masyarakat tertentu dengan

segala variasinya yang meliputi: pranata sosial, stratifikasi sosial, norma,

tradisi, etos kerja, lembaga hukum, seni, kepercayaan, agama, geografis,

dan sebagainya. Demikian pula latar belakang sastra perlu diperhatikan

antara lain: sejarah, politik, sosiologis, kultur, kepercayaan, agama,

geografis, dan sebagainya. Pada umumnya, siswa akan lebih mudah

tertarik dengan karya sastra yang latar belakangnya akrab dengan

kehidupan siswa.

Melalui pemilihan karya sastra yang dekat dengan latar belakang

siswa maka akan banyak keuntungan dan akan menimbulkan pengaruh

yang positif terhadap siswa. Sebagai contoh, siswa akan lebih

mengahargai budaya sendiri dan mampu menyadarkan siswa pentingnya

apresiasi terhadap budaya khususnya budaya sendiri.

2. Aspek Psikologis

Secara psikologis, setiap orang selalu mengalami perkembangan.

Perkembangan secara psikologis juga berpengaruh pada tanggapannya

terhadap sastra. Siswa SMA merupakan remaja yang dalam

(43)

tersebut, siswa SMA cenderung selalu ingin menunjukkan sikap idealis,

mandiri, dan segala hal yang kaitannya dengan moralitas. Sesuai dengan

hal tersebut, karya sastra yang dapat digunakan sebagai bahan ajar

adalah karya sastra yang bertemakan kepahlawanan, kritik sosial,

percintaan, perjuangan, kepercayaan, dan keagamaan.

3. Aspek Kebahasaan

Aspek kebahasaan merupakan aspek yang cukup penting dalam

kaitannya memilih bahan ajar siswa yang tepat. Hal-hal yang tercakup

dalam aspek kebahasaan meliputi kosakata yang digunakan oleh

sastrawan, struktur kata, struktur kalimat, idiom, citraan, metafora, dan

sebagainya. Selain hal-hal tersebut, guru sastra harus memperhatikan

teknik penulisan yang dipakai oleh sastrawan, ciri-ciri kebahasaan

yangkhas oleh pengarang tertentu, kohesi antar kalimat, ungkapan, dan

lain sebagainya. Dengan demikian, diharapkan para siswa mampu

memahami bahasa khususnya bahasa dalam lingkup sastra.

4. Nilai Karya Sastra

Dalam menyampaikan sastra kepada siswa, guru sastra harus

mampu menghadirkan karya sastra yang memiliki bobot kualitas dan

dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini, guru sastra harus mampu

memilih puisi-puisi, cerpen, novel yang sudah diterbitkan dan memiliki

(44)

5. Aspek Keragaman Sastra

Karya sastra yang berupa puisi, cerpen, novel, maupun drama,

seperti yang telah dikemukakan di atas, memiliki fungsi utama untuk

memperhalus budi pekerti, meningkatkan rasa kemanusiaan,

meningkatkan rasa kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, dan

sebagai penyalur gagasan, imajinasi, ekspresi, secara kreatif dan

konstruktif. Oleh sebab itu, keragaman bahan ajar sangat penting

diperhatikan khusunya dalam penentuan tema dan bentuk. Dengan bahan

ajar yang variatif, maka akan memunculkan minat ketertarikan siswa

terhadap sastra yang disebabkan karena siswa menikmati sajian

pelajaran sastra yang bervariasi.

2.5 Pembelajaran Puisi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahasa Indonesia SMA yang

menyatakan bahwa tujuan pengajaran sastra termasuk puisi sebagai salah satu

genre sastra adalah siswa mampu menikmati dan mengembangkan karya sastra

untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan pengalaman hidup,

meningkatkan kemampuan berbahasa, serta menghargai dan mengembangkan

sastra Indonesia sebagai kekayaan budaya dan sumber inspirasi. Maka,

pembelajaran puisi dengan metode hafalan sudah tidak relevan dan tidak tepat

lagi.

Agar siswa memiliki wawasan yangmemadai tentang puisi, bersifat positif

(45)

semata, tetapi harus sampai pada tahap apresiasi (Sayuti, 1994: 1-2). Selain itu,

pengajaran puisi akan lebih berhasil apabila didukung dengan tujuan, pemilihan

bahan, metode, dan strategi penyampaian serta evaluasi bahan yang sesuai dengan

keadaan siswa (Sayuti, 1994: 4).

Berikut ini adalah butir-butir pembelajaran puisi yang terdiri dari kelas X

semester I.

Kelas X Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

Memahami puisi yang

disampaikansecara

langsung atau tidak

langsung.

1. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu

puisi yang disampaikan secara langsung atau

melalui rekaman.

2. Mengungkapkan isi suatu puisi yang

disampaikan secara langsung atau melalui

rekaman

Membaca

Memahami wacana sastra

melalui kegiatan membaca

puisi dan cerpen.

1. Membacakan puisi dengan lafal, nada,

tekanan, dan intonasi

2. Menganalisis keterkaitan unsur-unsur intrinsik

suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari.

Menulis

Mengungkapkan pikiran,

1. Menulis puisi lama dengan memperhatikan

(46)

dan perasaan melalui

kegiatan menulis puisi.

2. Menulis puisi baru dengan memperhatikan

(47)

Dalam proses belajar-mengajar metode dan strategi pengajaran

mempunyai peranan penting. Penggunaan metode yang tepat akan banyak

berpengaruh terhadap berhasilnya kegiatan belajar mengajar. Pemilihan metode

yang tepat akan membuat siswa lebih terangsang untuk belajar.

Pembelajaran sastra pada penelitian ini akan diwujudkan dalam bentuk

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang didasarkan pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah penyempurnaan

dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), kurikulum ini disusun dengan

alasan bahwa kemampuan dan potensi anak berbeda-beda dari masing-masing

satuan pendidikan. Namun, dalam penyusunan kurikulum di tingkat satuan

pendidikan tetap mengacu pada standar isi yang sudah ditetapkan oleh

pemerintah.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan

kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan,

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra

Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk

memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

2.6 Pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Puisi

2.6.1 Silabus

1. Pengertian Silabus

Silabus dapat didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau

pokok-pokok isi atau materi pelajaran” (Salim, 1987: 98). Istilah silabus

(48)

penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin

dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam

rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi standar (Muslich, 2010:

23).

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, dalam buku yang mereka

terbitkan pada tahun 2006 halaman 14, silabus adalah rencana pembelajaran suatu

kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pokok atau pokok pembelajaran, indikator, penilaian,

alokasi waktu, dan sumber atau bahan atau alat. Dalam KTSP, silabus merupakan

penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian hasil belajar (Mulyasa, 2007: 190). Silabus sangat penting dalam suatu

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) karena muatan yang ada di dalamnya sangat

menentukan tercapainya suatu KBM yang lancar dan terarah.

Suatu silabus minimal memuat lima komponen utama, yakni :1) Standar

kompetensi, 2) kompetensi dasar, 3) indikator, 4) materi standar, 5) standar

proses, dan 6) standar penilaian. Pengembangan terhadap komponen-komponen

tersebut merupakan kewenangan mutlak guru, termasuk pengembangan format

silabus, dan penambahan komponen-komponen lain dalam silabus di luar

komponen minimal. Semakin rinci bentuk suatu silabus, maka akan semakin

membantu guru dalam menjabarkan ke dalam pelaksanaan pembelajaran

(49)

2. Prinsip Pengembangan Silabus

Dalam KTSP, pengembangan silabus diserahkan sepenuhnya kepada setiap

satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah mampu melaksanakannya. Oleh

karena itu, setiap satuan pendidikan diberi keleluasaan dalam mengembangkan

silabus sesuai kebutuhan dan kondisi tiap-tiap satuan pendidikan. Agar

pengembangan silabus tetap berada dalam bingkai kurikulum nasional (standar

nasional), perlu memperhatikan prinsip-prinsip tersebut antara lain:

a. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus

benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

b. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam

silabus harus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial,

emosional, dan spiritual peserta didik.

c. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam

mencapai kompetensi.

d. Konsisten

Dalam menyususun silabus sebaiknya ada hubungan yang konsisten anatara

kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, dan sistem

penilaian.

(50)

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan

sistem penilaian cukup untuk menunjang kompetensi dasar.

f. Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan

sistem penilaian harus memperhatikan perkembangan ilmu teknologi, dan seni

mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta

didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntunan

masyarakat.

h. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,

afektif, dan psikomotorik).

3. Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Secara teknis, langkah-langkah pengembangan silabus mengikuti tahapan

sebagai berikut:

a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

sebagaimana tercantum pada standar isi, dengan memperhatikan hal-hal

berikut:

1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan atau tigkat

kesulitan materi, tidak harus selalu dengan urutan yang ada dalam

(51)

2) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam

mata pelajaran

3) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata

pelajaran

b. Mengidentifikasi Materi Pokok Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pokok pembelajaran yang menunjang

pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:

1) Potensi peserta didik;

2) Relevansi dengan karakteristik daerah;

3) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual

peserta didik;

4) Kebermanfaatan bagi peserta didik;

5) Struktur keilmuan;

6) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

7) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan;

8) Alokasi waktu.

c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para

pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran

(52)

2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yangharus dilakukan

oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.

3) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki

konsep materi pembelajaran.

4) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal

mengandung dua unsur pendiri yang mencerminkan pengelolaan

pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

1) Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang

ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup

sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik.

2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata

pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata

kerja operasional yang terukur dan/ atau dapat diobservasi. Indikator

digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

e. Penentuan Jenis Penilaian

1) Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan

berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan mengguanakan tes

dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,

pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau

produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

2) Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

(53)

peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,

sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan.

f. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan

pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu

dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman,

tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu

yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk

menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang

beragam.

g. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang digunakan

untuk kegiatan pembelajaran yang berupa media cetak dan elektronik, nara

sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber

belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar

sertamateri pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi.

4. Format Silabus Berdasarkan KTSP

Berikut ini disajikan format silabus menurut Muslich dalam bukunya yang

terbit tahun 2010 berjudul KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar

(54)

Format 1

Indikator Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber : Muslich, Masnur (2010)

Format 2

Indikator Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

(55)

Format 3

Silabus

Nama Sekolah : ...

Mata Pelajaran : ...

Kelas/ Semester : ...

I. Standar kompetensi : ...

II. Kompetensi dasar : ...

III. Materi pokok : ...

IV. Pengalaman belajar : ...

V. Indikator : ...

VI. Penilaian : ...

VII. Alokasi waktu : ...

VIII. Sumber belajar : ...

(56)

2.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

1. Pengertian RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan

prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

RPP merupakan komponen yang penting dari Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), yang dalam pengembangannya harus dilakukan secara

profesional (Mulyasa, 2007: 213).

2. Fungsi RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada hakekatnya merupakan

perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang

akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Fungsi RPP terdiri atas dua hal yaitu:

a. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan RPP dalaam KTSP adalah bahwa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan

pembelajaran dengan suatu perencanaan yang matang.

b. Fungsi Pelaksanaan

Dalam pengembangan KTSP, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus

disusun secara sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan

penyesuaian dengan situasi pembelajaran yang aktual. Dengan demikian, Rencana

Pelaksaaan Pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dalam hal

ini, materi standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan kajian oleh peserta

(57)

fungsional, praktis, serta disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan,

sekolah, dan daerah.

3. Cara Pengembangan RPP

Cara pengembangan RPP dalam garis besarnya dapat mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengisi kolom identitas.

b. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang

telah ditetapkan.

c. Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta

indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah

disusun.

d. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi

dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah disusun.

e. Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok atau

pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi standar merupakan

uraian dari materi pokok.

f. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.

g. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari

kegiatan awal, inti, dan akhir.

h. Menentukan sumber atau media belajar yang akan digunakan dalam

pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian atau unit

(58)

i. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan

teknik penskoran.

4. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Satuan Pendidikan : ... D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1

Kegiatan awal : (dilengkapi dengan alokasi waktu) ... Kegiatan inti : (dilengkapi dengan alokasi waktu) ...

E. Sumber Belajar (sebutkan secara konkret) ... Contoh instrumen (soal atau tugas):

(ditambah kunci jawaban atau pedoman penilaian) ...

..., ... Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

... ...

(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Uraian tentang metodologi penelitian ini meliputi jenis penelitian,

pendekatan penelitian, metode penelitian, sumber data, instrumen penelitian,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian “Struktur puisi “Sajak Ibu” Karya Wiji Thukul dan

Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X Semester I”

termasuk penelitian kualitatif dan pengembangan. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi

pemikiran dan interpretasi terhadap segala yang diamati serta utuh karena setiap

aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

(Sugiyono, 2010: 10-11). Realitas dalam penelitian kualitatif tidak hanya yang

tampak (teramati), tatapi sampai di balik yang tampak tersebut.

Penelitian dengan topik di atas juga termasuk penelitian pengembangan.

Penelitian ini juga mengembangkan silabus dan materi pembelajaran sastra siswa

SMA kelas X. Produk yang dihasilkan berupa silabus dengan materi pembelajaran

sastra yaitu puisi.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan merupakan seperangkat asumsi dan prinsip yang berhubungan

Gambar

Tabel 3.6a Kisi-kisi Penilaian Produk Silabus Pembelajaran Sastra untuk Siswa
Tabel 3.6b Kisi-kisi Produk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sastra

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini yaitu bagaimana representasi buruh di dalam puisi karya Wiji Thukul. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui representasi buruh

“Problem -problem Sosial dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul: Pendekatan Sosiologi Sastra.” Laporan Usulan Penelitian untuk Skripsi

implementasi tokoh, alur, latar, tema, sudut pandang dan bahasa cerpen “Ibu Pergi ke Surga” dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X semester I.. Penelitian ini menggunakan jenis

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Aspek-aspek Stilistika dan Nilai Pendidikan Karakter pada Buku Kumpulan Puisi Nyanyian Akar Rumput Karya Wiji Thukul serta

Tien Agus Dyarrini.. Nilai-Nilai Moral dan Tema Puisi-Puisi dalam Kumpulan Puisi “Golf Untuk Rakyat” Karya Darmanto Jatman dan Implementasinya Sebagai Ba han Pembelajaran Sastra

Dalam penelitian ini memfokuskan pada sosiologi karya sastra, dimana peneliti akan menelaah protes sosial yang terdapat dalam puisi Sajak Bulan Mei 1998

Sedangkan tujuan penelitian yang dilakukan yakni mengkaji struktur fisik dan struktur batin puisi “Musim Gugur” karya John Dami Mukese serta relevansi dalam pembelajaran sastra

Wujud Gramatika Yang Merepresentasikan Antikapitalisme dalam Antologi Puisi “Nyanyian Akar Rumput” Karya Wiji Tukul dan Kontribusinya Terhadap Pembelajaran Puisi di SMA Kelas X