• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Problem-Problem Sosial Dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul: Pendekatan Sosiologi Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Problem-Problem Sosial Dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul: Pendekatan Sosiologi Sastra"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

sastra yang ada. Dalam perkembangannya, puisi mengalami pasang surut sesuai

pertumbuhan dan perkembangan zaman. Karya sastra berbentuk puisi telah hidup

berabad-abad lamanya, sebab puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua.

Karya-karya besar dunia yang bersifat monumental yang ditulis dalam bentuk

puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

(Herman J. Waluyo, 1995: 1). Puisi merupakan media untuk mengungkapkan

problem-problem sosial yang bermediumkan kata-kata. Kata-kata tersebut

merupakan kata pilihan yang sesuai dengan gejolak perasaan yang ingin diluapkan

sang penyair.

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani, yaitu poema

yang berarti membuat atau poeisis yang berarti perbuatan. Sedangkan, dalam

bahasa Inggris disebut dengan poem atau poetry yang berarti membuat atau

pembuatan. Artinya, dengan puisi seseorang telah menciptakan dunia tersendiri

yang mungkin berisikan pesan-pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik

maupun batiniah (Aminuddin, 2010: 134).

Puisi sebagai suatu bentuk seni sesungguhnya merupakan suatu bentuk

(2)

commit to user

tidak berpihak, sebab puisi memiliki pemihakan yang besar atas hati nurani. Puisi

merupakan manifestasi endapan jiwa seorang penyair dalam berbagai

pengalaman, dalam berbagai realitas kehidupan. Sebagai suatu hasil kreativitas,

penciptaan sebuah puisi dituntut tidak hanya merupakan hasil suatu karya seni,

tetapi lebih dari itu, sebuah puisi harus merupakan suatu wujud pembelaan atas

hati nurani.

Penciptaan sebuah puisi merupakan cerminan kenyataan yang berada di

sekitar penyair ataupun yang dialami penyair sendiri. Hal itu pula yang

melatarbelakangi munculnya puisi-puisi Wiji Thukul. Wiji Thukul hidup di

tengah-tengah kekuasaan rezim Orde Baru, di mana ketidakadilan,

kesewenang-wenangan, dan kekerasan menjadi suatu penyebab munculnya problem-problem

sosial dalam realitas kehidupan masyarakat. Pencekalan, penculikan,

penangkapan, hingga penghilangan orang adalah suatu persoalan yang biasa

dihadapi seorang seniman di masa kekuasaan rezim Orde Baru. Sadar akan peran

sastra yang mempunyai kekuatan, mengakibatkan para penyair pada zaman itu

terus bersemangat menyuarakan aspirasinya untuk mengguncang hati penguasa

pada waktu itu.

Menurut Herman J. Waluyo (1995: 5), ada 5 macam tema yang ada dalam

puisi, yaitu tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme atau kebangsaan,

kedaulatan rakyat, dan keadilan sosial. Menurut isinya, puisi-puisi Wiji Thukul

termasuk dalam tema kedaulatan rakyat karena di dalamnya memuat respon dan

(3)

commit to user

sebagai akibat adanya problem-problem sosial yang terjadi dalam masyarakat.

Problem-problem sosial tersebut muncul karena adanya kesewenang-wenangan

pihak yang berkuasa yaitu dalam penggusuran rumah, perampasan tanah, dan

pengekangan kebebasan berbicara. Selain itu, puisi Wiji Thukul juga memuat

tema kemanusiaan karena Wiji Thukul berjuang bukan hanya untuk dirinya

sendiri, melainkan untuk orang-orang yang senasib dengannya.

Wiji Thukul adalah penyair yang gigih, baik dalam memperjuangkan

gagasannya maupun dalam memperjuangkan hidup dan kebenaran yang

diyakininya. Wiji Thukul mampu dengan tepat menggambarkan keterwakilan

kelas sosialnya. Dia menganggap bahwa kemiskinan bukanlah hadiah dari Tuhan,

melainkan peluang dan kesempatan hidup layak yang telah dirampas oleh

penguasa. Wiji Thukul yang merasa menjadi bagian dari realita itu merasa bahwa

sebuah perubahan dan perlawanan harus dilakukan. Maka dari itu, muncullah

puisi-puisi Wiji Thukul sebagai respon terhadap penguasa yang bertindak

sewenang-wenang, yang terangkum dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru.

Buku kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru merupakan buku kumpulan

puisi Wiji Thukul yang menampilkan sosok kepenyairan Wiji Thukul secara

lengkap. Dalam buku tersebut memuat 5 sub bagian kumpulan. Pembagian ini

tidak didasarkan pada kriteria-kriteria yang rumit dan formal, melainkan lebih

pada tujuan mempermudah penikmatan atas sajak-per-sajak, tema-per-tema,

(4)

commit to user

untuk mengangkat nuansa atas tangkapan tematik yang alamiah lewat gaya

seorang pembaca awam (Wiji Thukul, 2004: vii).

Kelengkapan kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru menjadi kata kunci

untuk mendokumentasikan kepenyairan Wiji Thukul yang muncul di tengah

pergumulan sejarah, ketika disadari bahwa Wiji Thukul adalah bagian yang tidak

bisa kita lupakan begitu saja. Puisi-puisinya merupakan bagian dari sebuah kutub

yang cukup penting dalam sastra Indonesia dan untuk itu harus diabadikan (Wiji

Thukul, 2004: viii).

Sajak-sajak puisi yang terangkum dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi

Peluru menarik untuk dikaji karena memuat berbagai macam problem sosial yang

dialami masyarakat kalangan bawah. Hal-hal tersebut dapat dengan mudah

diketahui karena (1) sajak-sajak yang terangkum dalam kumpulan puisi Aku Ingin

Jadi Peluru terkesan sederhana, diksi-diksi yang dipakai begitu biasa, bahkan

lumrah ditemui dalam kehidupan sehari-hari; (2) puisi Wiji Thukul

mengedepankan penyampaian amanat lebih penting untuk memberi penyadaran

akan kondisi sosial; (3) Wiji Thukul lebih memprioritaskan akan pemahaman

puisinya agar bisa dipahami oleh masyarakat awam, sehingga pilihan kata yang

digunakan adalah kata-kata sederhana yang biasa digunakan dalam kehidupan

sehari-hari.

Deskripsi gambaran problem sosial dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi

Peluru tersebut penting untuk dipaparkan karena peristiwa-peristiwa yang ada di

(5)

commit to user

Baru. Sistem pemerintahan pada masa tersebut dinilai pengarang tidak memiliki

keberpihakan terhadap masyarakat golongan bawah, sehingga muncullah

problem-problem sosial. Adanya problem-problem sosial tersebut memicu

pengarang untuk melakukan perlawanan demi tercapainya perubahan ke arah yang

lebih baik. Adanya masalah tersebut tidak harus kita acuhkan begitu saja karena

dapat menjadi wacana dan pengalaman yang dapat diambil manfaatnya untuk

masyarakat dan pemerintah demi tercapainya kehidupan yang harmonis.

Uraian di atas memberikan gambaran begitu eratnya hubungan antara

karya sastra dan masyarakat. Sosiologi sastra sebagai salah satu ilmu yang

mempelajari hubungan antara sastra, sastrawan, dan masyarakat mempunyai

peranan penting dalam pengkajian puisi, sebab sosiologi sastra tidak hanya

membicarakan karya itu sendiri tetapi juga hubungan masyarakat dan lingkungan,

serta kebudayaan yang menghasilkannya. Sosiologi sastra diharapkan dapat

menjembatani hubungan antara pengarang sebagai pencipta karya sastra (puisi),

dengan masyarakat sebagai pembaca sehingga pesan yang ingin disampaikan

pengarang dapat sampai dan diterima oleh para pembaca.

Kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru seluruhnya memuat 141 buah.

Peneliti memilih puisi-puisi mana saja yang menggambarkan problem sosial di

masyarakat. Dari pemilihan tersebut, peneliti menemukan tujuh puisi yang sesuai

dengan penelitian ini, yakni mempunyai kesamaan tema dan dalam satu puisinya

dapat untuk menjawab lebih dari satu permasalahan yang diketengahkan dalam

(6)

commit to user

dari Puisiku, Kuburan Purwoloyo, Peringatan, Bunga dan Tembok, Nyanyian

Akar Rumput, dan Sajak Suara. Penelitian ini mengambil judul Problem-Problem

Sosial dalam Kumpulan Puisi “Aku Ingin Jadi Peluru” Karya Wiji Thukul.

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi

sastra. Pendekatan sosiologi sastra dipakai berdasarkan pertimbangan

menonjolnya masalah sosial di setiap puisinya.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan dengan tujuan agar pembahasan dalam

penelitian ini tetap terarah dan tidak menyimpang. Oleh karena itu, penelitian ini

dibatasi pada:

1. Telaah sosiologi sastra, yakni menelaah karya sastra dengan

memperhatikan segi-segi kemasyarakatan, dan memperhatikan pengarang

sebagai penulis karya sastra dengan latar belakang sosial budayanya, serta

teks itu sendiri. Dalam memahami permasalahan yang terdapat dalam

karya sastra secara sosiologi sastra, mau tidak mau akan berhubungan

dengan permasalahan yang nyata dalam struktur masyarakat. Dengan

demikian, pendekatan sosiologi sastra dapat mengkaji mengenai

problem-problem sosial yang ada di tengah masyarakat. Namun, dalam pembatasan

ini khusus mengkaji mengenai problem sosial yang ada dalam kumpulan

(7)

commit to user

kejahatan kemanusiaan, dan masalah generasi muda dalam masyarakat

modern.

2. Respon pengarang terhadap tiga problem sosial, yakni kemiskinan,

kejahatan kemanusiaan, dan masalah generasi muda dalam masyarakat

modern, dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul.

3. Pembatasan hanya pada tujuh puisi dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi

Peluru karya Wiji Thukul, yang memiliki kesesuaian terhadap

permasalahan yang diangkat. Ketujuh puisi tersebut antara lain Nyanyian

Abang Becak, Apa yang Berharga dari Puisiku, Kuburan Purwoloyo,

Peringatan, Bunga dan Tembok, Nyanyian Akar Rumput, dan Sajak Suara.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah

sebagai berikut.

1. Problem-problem sosial apa sajakah yang dikemukakan dalam kumpulan

puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul?

2. Bagaimanakah respon pengarang terhadap problem-problem sosial yang

ada dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul?

D. Tujuan Penelitian

(8)

commit to user

1. Mendeskripsikan problem-problem sosial yang ada dalam kumpulan puisi

Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul.

2. Mendeskripsikan respon pengarang terhadap problem-problem sosial

dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

yang bersifat keilmuan. Di samping itu dapat menambah wawasan

penelitian terhadap puisi, khususnya penelitian dengan pendekatan

sosiologi sastra. Penelitian ini diharapkan juga mampu menjadi pijakan

bagi penelitian selanjutnya, sebab masih banyak aspek yang belum diteliti.

2. Secara praktis penelitian ini berusaha memberikan pengetahuan pembaca

dan masyarakat mengenai adanya problem-problem sosial di era Orde

Baru yang termuat dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru, sehingga

dapat diketahui dan dipahami bagaimana permasalahan sosial di tengah

masyarakat pada waktu itu dan respon pengarang terahadap

problem-problem sosial yang ada. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan pengetahuan kepada pembaca bahwa di masa lalu, bangsa

kita memiliki seorang Wiji Thukul, yakni seorang penyair yang berjuang

dengan karyanya untuk memperoleh keadilan di tengah-tengah sistem

(9)

commit to user

hingga sekarang dan kini tinggallah karyanya sebagai bukti

keberadaannya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk

memberikan gambaran mengenai gambaran langkah-langkah suatu penelitian.

Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.

Bab pertama berisi, 1) latar belakang penelitian, yang meliputi alasan

penulis untuk meneliti kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru; 2) pembatasan

masalah, berisi batasan permasalahan yang akan diteliti sehingga tidak dibahas

permasalahan lain yang tidak sesuai dengan teori yang akan dipakai dalam

penelitian ini; 3) perumusan masalah, mengungkapkan pokok permasalahan

secara lebih khusus yang akan dibahas dalam penelitian ini; 4) tujuan penelitian,

berisi tujuan dalam penelitian; 5) manfaat penelitian, berupa manfaat teoritis dan

manfaat praktis penelitian ini dilakukan.

Bab kedua adalah kajian pustaka dan kerangka pikir. Kajian pustaka dalam

bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam penelitian. Teori yang digunakan

dalam penelitian ini adalah adalah teori sastra berdasarkan pemikiran Wellek &

Warren mengenai sosiologi karya sastra. Kerangka pikir berisi penggambaran

secara jelas langkah-langkah yang dilakukan penulis untuk mengkaji dan

(10)

commit to user

Bab ketiga berisi metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan

untuk memberikan gambaran proses penelitian, yaitu pendekatan, objek

penelitian, sumber data, data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kajian

pustaka. Untuk teknik analisis data, akan digunakan beberapa tahap yaitu, 1)

pengumpulan data, dilakukan dengan mencatat dari buku bacaan, artikel dan

jurnal; 2) reduksi data, yaitu dilakukan dengan memilih, memusatkan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar dari catatan

yang terkumpul; 3) penyajian data. Penyajian data dilakukan setelah semua data

terkumpul dan direduksi.

Bab keempat berisi analisis, yang meliputi pembahasan dari permasalahan

yang dikaji yaitu mengungkapkan dan mendeskripsikan mengenai

problem-problem sosial dan respon pengarang terhadap problem-problem-problem-problem sosial dalam

kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru.

Bab kelima merupakan bagian penutup yang berisi simpulan dan saran.

Bab ini berisi simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis

terhadap kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul dengan

Referensi

Dokumen terkait

4.13 Manfaat Hasil Penyuluhan Gizi Pada Perilaku Ibu Dalam Pemberian Asi Untuk Mendukung Program Asi Eksklusif Berkaitan Dengan Pengetahuan Tentang Hal Yang Harus Dilakukan Ibu

Parts of this thesis have been orally presented on the International Conference on Adaptive and Intelligent Agro-industry (ICAIA), August 3rd 2015 in Bogor,

Efektivitas Pelatihan Teknik “Parenting” Di Lembaga Grup Miracles At Home (Rumah Parenting) Dalam Meningkatkan Kualitas Pengasuhan Anak Usia Dini Di Dalam Keluarga.

Tugas Akhir dengan judul “PERANCANGAN INVENTORY PENJUALAN BARANG PADA TOKO JUANNA CIPTA MEDIA COMPUTER WONOGIRI” ini telah dipertahankan dan dipertanggung jawabkan di hadapan

Livelihood Category Coastal Fishermen Coastal Labourers Labourers on Fish farms Landless Labourers Livestock rearers Petty Traders Riverine fishermen Te nant farmers

Ketentuan mengenai pengaturan lokasi tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 9 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.3.

850°C, 870°C dan 920°C dengan waktu penahanan 20 menit, kemudian didinginkan cepat dengan media pendingin oli. Hasil dari penelitian ini adalah semua spesimen hasil treatment

Dari analisis sidik ragam dapat dilihat suhu penyimpanan berbeda sangat nyata, sedangkan waktu penyimpanan dan interaksi antara suhu dengan lama waktu penyimpanan