• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Nonverbal sebagai Makna Warna dalam Perayaan Imlek

METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2 Bahasa Nonverbal sebagai Makna Warna dalam Perayaan Imlek

Warna merupakan identitas atau simbol bagi si pemakainya. Dalam perayaan Imlek, warna merah dan keemasan sangat sarat dengan etnis Tionghoa. Jika dilihat secara spesifik, warna merah dan keemasan terbagi atas 2 makna, yakni makna secara umum (universal) dan makna secara khusus.

Warna Makna secara umum (universal) Makna secara khusus (pada etnis Tionghoa)

Merah - Berani (pada bendera kebangsaan

Indonesia, warna merah berarti gagah berani atau pantang menyerah).

- Dukacita (pada masyarakat Kota

Medan, apabila salah seorang mendapat kemalangan atau dukacita, maka di ujung jalan atau di depan rumah akan dibuat bendera berwarna merah. Hal ini mempunyai arti yang sama dengan warna merah pada rambu-rambu lalu lintas, yang menyatakan berhenti) - Kebahagiaan/Sukacita - Keberhasilan - Semangat Hidup - Keberuntungan Keemasan (emas)

- Kemewahan (karna semua

benda-benda yang bersifat mewah atau mahal berwarna emas)

- Kata emas dalam bahasa

mandarin adalah ‘jin’, dan makna lain dari ‘jin’ adalah uang (rejeki).

Namun, jika dianalisis secara mitologi akan diperoleh suatu mitos mengapa warna merah dan keemasan sangat sarat dalam perayaan Imlek. Disini, masyarakat Tionghoa bersedia untuk berbagi cerita.

Dahulu kala ada seekor monster jahat yang memiliki kepala panjang dan tanduk yang tajam. Monster yang bernama nian ini sangat ganas, dia berdiam di dasar lautan, namun setiap tahun baru dia muncul ke darat untuk menyerang penduduk desa dan menelan hewan ternak. Oleh karena itu setiap menjelang tahun baru, seluruh penduduk desa selalu bersembunyi dibalik pegunungan untuk menghindari serangan monster nian ini. Pada suatu hari saat menjelang pergantian tahun, semua penduduk desa sedang sibuk mengemasi barang-barang untuk mengungsi ke pegunungan, datanglah seorang lelaki tua berambut abu-abu ke desa itu. Dia memohon ijin menginap semalam pada seorang wanita tua dan meyakinkannya bahwa dia dapat mengusir monster nian ini. Tak ada satupun yang mempercayainya. Wanita tua ini memperingatkan dia untuk ikut bersembunyi bersama penduduk desa lainnya, tetapi lelaki tua ini bersikukuh menolaknya. Akhirnya penduduk desa meninggalkannya sendirian di desa itu. Ketika monster nian mendatangi desa untuk membuat kekacauan, tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara ledakan petasan. Nian menjadi sangat ketakutan ketika melihat warna merah, kobaran api dan mendengar suara petasan itu. Pada saat bersamaan pintu rumah terbuka lebar lalu muncullah lelaki tua itu dengan mengenakan baju berwarna merah sambil tertawa keras. Nian terkejut, dan segera angkat kaki dari tempat itu. Hari berikutnya, penduduk desa pulang dari tempat persembunyiannya, mereka terkejut melihat seluruh desa utuh dan aman. Sesaat mereka baru menyadari atas peristiwa yang terjadi. Lelaki tua itu sebenarnya adalah Dewata yang datang untuk menolong penduduk desa mengusir monster nian ini. Mereka juga menemukan 3 peralatan yang digunakan lelaki tua itu untuk mengusir nian. Mulai dari itu, setiap perayaan Tahun Baru Imlek mereka memasang kain merah, menyalakan petasan dan menyalakan lentera sepanjang malam, menunggu datangnya Tahun Baru.

Warna merah, yang melambangkan kebahagiaan, keberhasilan dan semangat hidup. Sebagaimana darah dalam nadi, pengalaman hidup yang penuh semangat dan membahagiakan itu harus mengalir dan meresapi berbagai bagian tubuh untuk kehidupan yang lebih baik. Sedangkan warna keemasan, yang dalam bahasa Mandarin disebut jin, dan makna lain dari kata jin adalah uang. Warna ini melambangkan sebuah harapan agar di tahun berikutnya berlimpah uang (rejeki). Sehingga seluruh peralatan dan makanan yang disajikan dalam perayaan tahun baru Imlek berwarna merah dan keemasan, yaitu :

1. Angpao

Angpao pada tahun baru Imlek diberikan untuk anak-anak yang berkaitan dengan pertambahan umur/pergantian tahun. Di zaman dulu, hadiah ini biasanya berupa manisan, permen dan makanan. Untuk selanjutnya, karena perkembangan zaman, orang tua merasa lebih mudah memberikan uang dan membiarkan anak-anak memutuskan hadiah apa yang akan dibeli.

Di dalam tradisi Tionghoa, orang yang wajib dan berhak memberikan angpao biasanya adalah orang yang telah menikah, karena pernikahan dianggap merupakan batas antara masa kanak-kanak dan dewasa. Selain itu, ada anggapan bahwa orang yang sudah menikah biasanya lebih mapan secara ekonomi. Selain memberikan angpao kepada anak-anak, mereka juga wajib memberikan angpao kepada orang yang dituakan.

Bagi yang belum menikah, tetap berhak menerima angpao walaupun secara umur, seseorang itu sudah termasuk dewasa. Ini dilakukan dengan harapan angpao dari orang yang telah menikah akan memberikan nasib baik kepada orang yang menerima, dalam hal ini tentunya jodoh. Bila seseorang yang belum menikah ingin memberikan angpao, sebaiknya cuma memberikan uang tanpa amplop merah. Namun, dalam perayaan Imlek, jumlah uang

yang ada dalam sebuah angpao haruslah dalam angka genap. Karena, angka genap melambangkan kebahagiaan.

Angpao adalah bungkusan berwarna merah yang berisi uang. Angpao selalu ada pada perayaan imlek. Dan makna yang terkandung dalam warna merah pada sebuah angpao adalah melambangkan kebahagiaan (sukacita).

2. Lampion atau Lentera Merah

Lampion atau Lentera Merah awalnya hanya benda yang tidak mempunyai suatu makna khusus bagi masyarakat Tionghoa. Sampai suatu waktu, banjir melanda rumah penduduk Tionghoa. Mereka berusaha menyelamatkan diri dengan naik ke atap rumah dan membawa lentera merah. Banjir terus meninggi dan membuat orang-orang mulai putus asa. Lalu, Jenderal Li memerintahkan anak buahnya untuk menyelamatkan rakyat yang membawa lentera merah. Untuk memperingati kebaikan hati Jenderal Li dalam menyelamatkan rakyat jelata, maka bangsa Tionghoa selalu menggantung lentera merah pada setiap perayaan penting, seperti pada Perayaan Tahun Baru Imlek sebagai makna keberuntungan.

Lampion atau lentera merah selalu ada pada perayaan imlek. Dan makna yang terkandung dalam warna merah pada sebuah lampion adalah melambangkan keberuntungan.

3. Kue Keranjang atau Kue Bakul

Kue Keranjang atau Nian Gao atau lebih sering disebut kue keranjang (tii kwee) adalah kue wajib pada perayaan Imlek. Kue ini mendapat nama dari cetakannya yang terbuat dari keranjang. Nian sendiri berati tahun dan Gao berarti kue dan juga terdengar seperti kata tinggi, oleh sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Kue keranjang disusun makin ke atas makin mengecil, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rejeki atau kemakmuran. Pada zaman dahulu banyaknya atau tingginya kue

keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dan ditutup dengan kertas berwarna merah dibagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan selalu dipenuhi kebahagiaan.

Kue keranjang hanya muncul pada saat perayaan Imlek saja. Kue keranjang ini disusun makin ke atas makin mengecil dan meletakkan kertas warna merah pada bagian atas kue. Dan makna yang terkandung dalam warna merah pada sebuah angpao adalah melambangkan kebahagiaan (sukacita).

4. Barongsai

Barongsai atau tari singa sering diadakan pada perayaan Imlek. Barongsai adalah suatu pertunjukan berupa tarian atau gerakan-gerakan tertentu dengan para penari yang menggunakan kostum seperti singa. Barongsai ini dipercayai dengan pukulan gendang yang kuat dan bunyi simbal yang memekakkan telinga serta wajah singa yang menari dengan agresif sekali dapat mengusir roh jahat. Tarian yang menggunakan kostum berwarna merah dan keemasan ini diharapkan dapat mengusir roh jahat dan mendatangkan kebahagiaan bagi penonton.

Dan makna yang terkandung dalam warna merah dan keemasan pada kostum barongsai adalah melambangkan kebahagiaan (sukacita) dan mendatangkan rejeki (uang) yang berlimpah pada tahun berikutnya.

5. Petasan

Petasan yang selalu diledakkan pada saat malam tahun baru ini bertujuan untuk menakut i monster jahat dan mengusir roh jahat. Petasan ini berwarna warna merah. Dan makna yang terkandung dalam warna merah adalah melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan.

6. Lilin

Sepasang lilin berwarna merah adalah sebagai alat penerangan yang menyimbolkan bahwa manusia harus menjadi penerang bagi manusia lainnya. Penerang juga bisa berarti memberikan jalan keluar bagi orang lain yang punya permasalahan. Dari awal menyala sampai padam lilin selalu menjadi penerang, demikian halnya dengan manusia keberadaannya harus menjadi penerang sejak kecil hingga akhir hayatnya.

Dan makna yang terkandung dalam warna merah pada lilin adalah melambangkan semangat hidup yang akan terus bertambah di tahun berikutnya.

7. Buah Jeruk

Buah jeruk yang disajikan setiap hari raya Imlek mempunyai kisah dan makna tersendiri. Dalam bahasa Mandarin, jeruk disebut Jik yang juga berarti selamat. Maka timbullah ungkapan Mandarin, Tah Jik, yang artinya besar selamat atau amat selamat. Buah jeruk biasanya diletakkan di atas meja ruang tamu. Buah yang dipilih terutama yang sepasang atau lebih, terutama yang memiliki daun di dekat buahnya. Jeruk tersebut ditempeli kertas merah dan juga disajikan di meja altar dekat tempat sembahyang sampai hari Cap Go Meh. Buah Jeruk yang dipilih pun harus yang rasanya manis, agar kehidupannya selalu diberi kebahagiaan dan keberhasilan.

Dan makna yang terkandung dalam warna merah pada kertas merah yang ditempel pada buah Jeruk adalah melambangkan kebahagiaan dan keberhasilan yang sejalan dengan makna dari buah Jeruk tersebut.

8. Ikan

Ikan yang disajikan pada saat perayaan Imlek, melambangkan rejeki. Karena dalam bahasa Mandarin kata "ikan" sama bunyinya dengan kata "yu" yang berarti

rejeki. Oleh sebab itu, pada malam tahun baru imlek ikan sebagai makanan utama etnis Tionghoa, dengan harapan agar tahun berikutnya, rejeki akan mudah didapat.

Ikan yang disajikan pada perayaan Imlek dipilih dengan warna merah dan keemasan. Dan, makna yang terkandung dalam warna merah dan keemasan pada seekor ikan adalah keberhasilan dan rejeki pada tahun berikutnya.

9. Tarian Naga atau Liang Liong

Tarian naga ini selalu ada setiap perayaan Imlek. Dalam bahasa Mandarin, naga disebut long atau juga diartikan agung. Liang artinya terang, berkilauan sehingga tari ini menyimbolkan bahwa naga sebagai bentuk keagungan mampu menerangi semua orang. Dalam budaya Tionghoa naga dianggap sebagai makhluk suci perantara atau penjaga kekayaan dewa-dewa. Karena naga dianggap sebagai penjaga kekayaan dewa-dewa, maka kostum yang dipakai pada saat memainkan tarian naga ini adalah emas.

Dan makna yang terkandung dalam warna emas pada kostum naga adalah melambangkan kekayaan atau kemakmuran.

10.Buah Naga

Buah Naga yang selalu hadir menyemarakkan perayaan Imlek dipercaya sebagai lambang kejayaan. Karena naga tersebut adalah mahkluk suci bagi etnis Tionghoa.

Dan makna yang terkandung dalam warna merah kulit luar dan dalam pada buah Naga adalah melambangkan keberhasilan yang juga sama dengan makna dari buah naga tersebut.

11.Buah Pisang

Buah yang sudah pasti ada pada perayaan Imlek adalah pisang raja atau pisang mas. Pisang dalam bahasa Mandarin disebut xiangjiao, xiang ‘disukai, digemari’ atau bisa juga bermakna ‘membantu, menolong’. Tanaman pisang hanya berbuah sekali dalam hidupnya dan sebelum mati tunas-tunas baru sudah ada sekitarnya. Dalam pandangan etnis Tionghoa, hal ini melambangkan bahwa manusia sebelum meninggal harus telah melakukan kebajikan dan memiliki keturunan. Manusia harus bisa menjadi panutan bagi generasinya dan harus bias tolong menolong dan berbudi luhur agar disukai dan digemari orang lain.

Dan makna yang terkandung dalam warna emas buah Pisang adalah melambangkan mas atau kemakmuran.

12.Arak

Arak selalu hadir untuk meramaikan perayaan tahun baru atau yang biasa disebut perayaan Imlek. Arak yang dalam bahasa Mandarin disebut jiu ‘menolong, memberi bantuan’. Arak merupakan hasil permentasi air tape beras atau ketan. Arak mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai penghangat badan di musim dingin, sebagai campuran obat-obatan tradisional dan juga sebagai penyedap masakan. Arak ini melambangkan bahwa manusia harus bermanfaat atau berguna bagi masyarakat.

Kebiasaan minum arak berbeda dengan budaya minum minuman keras yang memabukkan. Ini hanya merupakan tradisi & kebiasaan orang Tionghoa untuk memeriahkan perayaan Imlek. Dan, juga merupakan wujud penghargaan tuan rumah terhadap tamu undangan yang datang. Tuan rumah menyediakan arak tapi bukan berarti tuan rumah mengajak para tamu undangan untuk mabuk-mabukan tetapi maknanya lebih untuk menghormati dan menghargai tamu.

Dan, arak yang diminum ini menggunakan sloki berwarna merah, yang mempunyai makna sebagai semangat hidup. Agar di tahun berikutnya, etnis Tionghoa semakin bersemangat menjalani hidup dan menjalin hubungan yang baik antar sesama.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait