• Tidak ada hasil yang ditemukan

bahwa tanggung jawab pemenuhan hak atas air tetap

diserahkan kepada pemerintah?

Tidak bolehkah swasta diberikan

peranan untuk mengelolanya?

namun merumuskan sejumlah norma untuk melindungi hak konsumsi masyarakat. Pertama, kovenan ini benar-benar mengutuk diskriminasi di bidang ekonomi dan bidang-bidang lain. Kedua, kovenan ini menanggapi daya beli yang tidak memadai dengan merumuskan hak setiap orang atas standar kehidupan yang memadai, maupun hak atas jaminan sosial, pelayanan medis dan pendi- dikan.

Dengan demikian, jika kita mengunakan konsep James W. Nickel tentang hak ekonomi, maka hak atas air hanya meru- pakan hak ekonomi yang me- nyangkut konsumsi. Ini berarti orang perseorangan maupun swasta tidak mempunyai hak ekonomi menyangkut produksi. Hal senada pun juga pernah diutarakan Vandhana Shiva. Dalam bukunya Water Wars Privatisasi Polusi dan Profit, Vandhana Shiva berargumen bahwa sebagai hak asasi, hak atas air merupakan hak guna (usufructuary rights) yang artinya air boleh dimanfaatkan tapi tidak bisa di- miliki.

Namun, jika kita melihat carut marut pengelolaan air di Indonesia, apakah kita tetap bersikukuh bahwa tanggung jawab pemenuhan hak atas air tetap diserahkan kepada pemerintah? Tidak bolehkah swasta diberikan pe- ranan mengelola mengingat fakta me- nunjukkan bahwa penduduk perkotaan yang terlayani air perpipaan sebesar 40 persen (sekitar 33 juta penduduk), perdesaan sebesar 8 persen (sekitar 10 juta penduduk), dan tingkat kebocoran rata-rata nasional mencapai 40 persen. Dari sekitar 306 PDAM, 90 persen dalam kondisi yang tidak layak operasi (Majalah Percik Edisi Mei 2005, ha- laman 45).

Kalau kita berbicara tentang carut marut pengelolaan air di Indonesia,

sebenarnya ada tiga penyebab utama. Pertama, peraturan yang mengatur ten- tang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yakni UU No. 5 tahun 1962 sudah ketinggalan zaman alias sudah tidak up to datelagi. Banyak pasal yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman dan sebaiknya harus ada revisi. Selain itu juga perlu ditambahkan ketentuan yang meliputi

transparansi, akuntabilitas, profesio- nalisme dan kemandirian Perusahaan Daerah dalam mengelola keuangan.

Penyebab kedua yakni korupsi di tubuh PDAM. Adanya otonomi daerah menyebabkan korupsi di PDAM makin menggila. Berbagai dana bantuan dari negara donor dan Bank Dunia yang seharusnya digunakan untuk memper- baiki infrastruktur pengelolaan air di- sunat oleh oknum PDAM dan pejabat di daerah. Akibatnya total utang PDAM mencapai Rp 5,2 trilyun dan kualitas pelayanan air tidak membaik bahkan justru makin parah.

Penyebab ketiga, kurangnya ke- mandirian keuangan yang disebabkan oleh makin kuatnya intervensi pe- mimpin di daerah. Tidak mengheran- kan kalau di beberapa daerah, PDAM dijadikan mesin uang dalam membiayai

kehidupan partai politik di tingkat lokal. Dengan adanya kesemrawutan pengelolaan air yang dilakukan peme- rintah seharusnya kita tidak perlu khawatir terhadap privatisasi air. Privatisasi akan dapat memberikan harapan baru untuk terciptanya pelayanan air yang lebih baik. Ada dua alasan mengapa kita tidak boleh antipati terhadap privatisasi air.

Pertama, privatisasi air di Indonesia tidak akan menye- babkan perpindahan monopoli yang dulunya hanya dikuasai pemerintah menjadi swasta. Hal ini disebabkan ketentuan pasal 27 dan 28 UU No. 5 tahun 1999 ten- tang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, telah memberikan la- rangan kepada pelaku usaha untuk melakukan penggabungan, peleburan ataupun pengambil- alihan saham perusahaan lain yang dapat mengakibatkan ter- jadinya praktek monopoli. Karena itu dengan adanya UU No. 5 tahun 1999, kekhawatiran orang tentang fenomena monopoli air oleh swasta sungguh tidak beralasan.

Kedua, dengan adanya privatisasi, maka ada persaingan usaha di antara pesaing. Para pelaku usaha harus mela- kukan efisiensi dan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat jika ingin mempunyai banyak pelanggan. Ujung-ujungnya kalau terjadi persaingan usaha, maka cakupan pelayanan air akan semakin meluas dan harga air makin ter- jangkau oleh rakyat.

Dengan privatisasi air, maka diha- rapkan pada masa yang akan datang tingkat korupsi perusahaan air di berba- gai daerah berangsur-angsur semakin berkurang dan pelayanan air kepada rakyat semakin membaik. Karena itu biarkanlah hak atas air mengalir dari negara ke swasta. „

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Koordinator Umum Forum Studi Politik Hukum (FSPH) FH UNAIR

WAWA S A N

D

ari berbagai studi tentang ar- keologi, saat ini sejarah per- adaban manusia dapat ditelu- suri sampai sejauh 7000-an tahun yang lalu. Khusus di bidang peradaban teknologi keairan beberapa temuan arkeologi di kawasan Timur Tengah mengungkapkan bahwa manusia sudah menerapkannya sejak 5000-an tahun yang lalu sejalan dengan pengembang- an "tulisan paku" (cuneiform). Peradab- an manusia di kawasan Teluk Persia, misalnya, sudah menerapkan budaya cocok tanam, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan sejak 5000-an tahun yang silam. Bahkan Bangsa Iraq (purba), telah mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya air (SDA) ter- padu di lembah Sungai Tigris dan Eu- phrate pada tahun 2500-an sebelum ta- rikh Masehi (SM).

Tulisan ini mencoba menelusuri misteri lorong panjang perjalanan per- adaban manusia di bidang teknologi ke- airan dan lingkungan sepanjang bukti- bukti arkeologi yang dapat ditemukan di berbagai belahan bumi, antara lain seperti peradaban Bangsa Mesir (kuno), Persia, Yaman, dan berbagai budaya purba di Timur Tengah, Turki, Yunani, Asia, budaya Maya di Amerika Tengah, dan peradaban pengairan di Nusantara Indonesia sendiri berikut pembelajaran yang dapat dipetik, serta perspektif penyelenggaraan ke depan.

BUKTI PENINGGALAN PERA- DABAN KEAIRAN

Budaya Air di Lembah Sungai Nil Berkaitan dengan peradaban manu- sia di bidang teknologi keairan, Herodo- tus Halikamassos yang sangat pupuler sebagai Bapak Sejarah Purba, seorang pengembara dan penulis bangsa

Yunani, yang hidup antara tahun 484 dan 425 SM, telah menyatakan ribuan tahun yang lalu bahwa Sungai Nil meru- pakan suatu hadiah tak ternilai bagi Bangsa Mesir. Betapa tidak, dengan kenyataan bahwa tinggi curah hujan tahunan di Kairo dan sekitarnya hanya berkisar 20-an mm, ternyata bahwa budaya pertanian di lembah Sungai Nil sudah berlangsung sekitar 5100-an tahun SM sampai sekitar 3000 tahun SM dengan melibatkan intervensi teknologi irigasi yang spektakuler pada masa itu.

Peninggalan Peradaban Yunani Budaya teknologi bangsa Yunani (Kuno) sejak lama sampai era kepah- lawanan Mycenacan, Bangsa Yunani su- dah banyak berkecimpung dalam bidang teknik hidraulik sejak sekitar Tahun 1500 SM. Misalnya, pembangun- an bendungan pembagi air Tiryns ber- lokasi sekitar empat km sebelah timur kota Tiryns dibangun dengan tujuan utama untuk pengendalian banjir di samping tujuan penting lainnya untuk penyediaan air. Bendungan tersebut - dari pasangan batu dari campuran ka- pur dan tanah liat - sampai saat ini ma- sih dalam bentuk sebagaimana seperti saat dibangunnya pada tahun 1260 SM.

Peninggalan Peradaban Bangsa Iran (Persia)

Di antara 57 warisan dunia bagi bu- daya manusia yang terdaftar oleh UNESCO, di Iran tercatat empat buah situs purbakala, salah satunya adalah suatu pusat politik dan budaya dan keagamaan masa purba yang dikenal

dengan nama Kompleks Chogha Zam- bil, dan selanjutnya, adalah bendung di kota Shushtar yang dibangun dalam ku- run waktu yang sama, mengombina- sikan antara irigasi, air bersih dan sani- tasi perkotaan serta tenaga kincir air.

Kompleks Chogha Zambil dibangun pada tahun 1250 SM oleh Raja Elamite. Bangunan tersebut dimanfaatkan seba- gai pusat kegiatan politik kebudayaan dan agama, dibangun dengan keting- gian 50 m menggunakan bahan bangun- an batu bata ukuran besar, dilengkapi jaringan suplai air modern pada waktu itu, yang mana sumber airnya diam- bilkan dari kota Dur-Untash sejarak 50 km.

Dari sumber pengambilan di sungai, air terlebih dahulu dialirkan ke waduk tampungan sementara yang dibuat se- cara khusus melalui pembendungan lembah dengan bendungan yang mam- pu menampung sementara volume air sebesar 350 m3. Air diendapkan pada waduk tersebut sebelum dialirkan ke Kompleks Chogha Zambil.

WAWA S A N

Dokumen terkait