• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian

Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari penggabungan dua

istilah yaitu Baitul Maal dan Baitut Tamwil. Baitul Maal sendiri lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti: zakat, infaq, dan shadaqah. Sedangkan istilah Baitut Tamwil adalah sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.11

b. Organisasi

Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur yang mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada pada BMT tersebut. Struktur organisasi BMT meliputi Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok, Dewan Syariah, Pembina Manajemen, Manajer, Pemasaran, Kasir Dan Pembukuan.12

11Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi (Yogyakarta: EKONISIA, 2008) hal. 103

14

Adapun tugas dari masing-masing struktur diatas adalah sebagai berikut:13

a. Musyawarah anggota pemegang simpanan pokok memegang kekuasaan tertinggi di dalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro BMT.

b. Dewan Syariah, bertugas mengawasi dan menilai operasionalisasi BMT.

c. Pembina Manajemen, bertugas untuk membina jalannya BMT dalam merealisasikan programnya.

d. Manajer bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan memimpin BMT dalam merealisasikan programnya.

e. Pemasaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk BMT.

f. Kasir bertugas untuk melayani nasabah.

g. Pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas aset dan omzet BMT.

Dalam struktur organisasi standar dari PINBUK, pada musyawarah angota pemegang simpanan pokok melakukan koordinasi dengan Dewan syariah dan Pembina manajemen dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan oleh manajer.

13 Loc cit.

15

Seorang manajer memimpin keberlangsungan maal dan tamwil.

Tamwil terdiri dari pemasaran, kasir, dan pembukuan.14

Menurut Ahmad Sumiyanto dalam bukunya yang berjudul

BMT menuju koperasi modern, struktur minimal yang harus ada

pada setiap BMT yaitu:

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Pada Setiap BMT15

14Ibid., hal. 107

15 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju KoperasI., hal. 218

PENGURUS Teller & Akunting DPS MANAJER Rapat Anggota Tahunan Marketing Funding Marketing Lending CSO & PR Anggota

16

2. Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan merupakan salah satu aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan.16

Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.17

Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk

16 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2014) hal. 106.

17 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UUP AMP YKPN,

17

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di dalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum islam.18

b. Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya. Masyarakat merupakan individu, pengusaha, lembaga, badan usaha, dan lain-lain yang membutuhkan dana.19

Secara perinci pembiayaan memiliki fungsi antara lain:

1) Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa.

Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka pembiayaan akan membantu melancarkan lalu lintas pertukaran barang dan jasa.

2) Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund (dana menganggur).

Bank dapat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Pembiayaan

18 Ismail, Perbankan., hal. 106 19 Loc.cit.

18

merupakan satu cara untuk mengatasi gap antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang membutuhkan dana. Bank dapat memanfaatkan dana yang idle untuk disalurkan kepada pihak yang membutuhkan. Dana yang berasal dari golongan yang kelebihan dana, apabila disalurkan kepada pihak yang membutuhkan dana, maka akan efektif karena dana tersebut dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan dana.

3) Pembiayaan sebagai alat pengendali harga.

Ekspansi pembiayaan akan mendorong meningkatnya jumlah uang beredar dan peningkatan peredaran uang akan mendorong kenaikan harga. Sebaliknya, pembatasan pembiayaan akan berpengaruh pada jumlah uang yang beredar dan keterbatasan uang yang beredar di masyarkat memiliki dampak pada penurunan harga.20

4) Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada.

Pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang diberikan oleh bank syariah memiliki dampak pada kenaikan makro-ekonomi. Mitra (pengusaha) setelah mendapatkan pembiayaan dari bank syariah akan memproduksi barang, mengolah bahan baku menjadi barang jadi, meningkatkan

20 Loc.cit.

19

volume perdagangan, dan melaksanakan kegiatan ekonomi lainnya.21

3. Musyarakah

a. Pengertian Musyarakah

Secara bahasa syirkah atau musyarakah berarti mencampur. Dalam hal ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam istilah fikih

syirkah adalah suatu akad antara dua orang atau lebih untuk

berkongsi modal dan bersekutu dalam keuntungan.22

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau

lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amaal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.23

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka pengertian

musyarakah adalah pencampuran dana untuk tujuan pembagian

keuntungan.24 Pencampuran dana tersebut merupakan penggabungan dana dari pihak bank dan pengelola dengan

21 Ismail, Perbankan., hal. 108.

22 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan

Implementasi Operasional (Jakarta: Djambatan, 2001) hal. 180.

23 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani,

2016) hal.90.

20

pembagian nisbah bagi hasil sesuai dengan porsi dana yang dikontribusikan.

Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian diantara para pemilik dana/ modal untuk mencampurkan dana/ modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana atau modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.25

b. Landasan Hukum Musyarakah 1) Al-Quran

a) QS. An-Nisā (4) : 12

… ِﺚُﻠﱡﺜﻟا ﻲِﻓ ءﺎَﻛَﺮُﺷ ْﻢُﮭَﻓ …

“… maka mereka berserikat pada sepertiga…”

b) QS. Shād (38) : 24

اﻮُﻨَﻣآ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ﱠﻻِإ ٍﺾْﻌَﺑ ﻰَﻠَﻋ ْﻢُﮭُﻀْﻌَﺑ ﻲِﻐْﺒَﯿَﻟ ءﺎَﻄَﻠُﺨْﻟا ْﻦﱢﻣ ًاﺮﯿِﺜَﻛ ﱠنِإَو اﻮُﻠِﻤَﻋَو

ِتﺎَﺤِﻟﺎﱠﺼﻟا

Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang

bersarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.”

2) Al-Hadits

25 Muhammad, Manajemen., hal.23

21

ﮫﻨﻋ ﷲ ﻲﺿر َةَﺮْﯾَﺮُھ ﻲِﺑَأ ْﻦَﻋ :ُ ﱠ َﷲ َلﺎَﻗ ) ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ِ ﱠ َﷲ ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ :َلﺎَﻗ

ُهاَوَر ( ﺎَﻤِﮭِﻨْﯿَﺑ ْﻦِﻣ ُﺖْﺟَﺮَﺧ َنﺎَﺧ اَذِﺈَﻓ ,ُﮫَﺒِﺣﺎَﺻ ﺎَﻤُھُﺪَﺣَأ ْﻦُﺨَﯾ ْﻢَﻟ ﺎَﻣ ِﻦْﯿَﻜﯾِﺮﱠﺸﻟَا ُﺚِﻟﺎَﺛ ﺎَﻧَأ ُﻢِﻛﺎَﺤْﻟَا ُﮫَﺤﱠﺤَﺻَو ,َدُواَد ﻮُﺑَأ Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Allah berfirman: Aku menjadi orang ketiga dari dua orang yang bersekutu selama salah seorang dari mereka tidak berkhianat kepada temannya. Jika ada yang berkhianat, aku keluar dari

(persekutuan) mereka." Riwayat Abu Dawud dan dinilai

shahih oleh Hakim.

3) Ijma

Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata, “Kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi

musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan

pendapat dalam beberapa elemen darinya.”26

c. Rukun dan Syarat Musyarakah27 1) Rukun Musyarakah

a) Sighat (ucapan) : ijab dan qabul (penawaran dan

penerimaan).

b) Pihak yang berkontrak.

c) Objek kesepakatan berupa modal dan kerja. 2) Syarat Musyarakah

26Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah., hal. 91

27 Muhammad Firdaus NH (et.al.), cara mudah memahami akad-akad syariah (Jakarta:

22

a) Ucapan. Tidak ada bentuk khusus dari kontrak musyarakah. Ia dapat berbentuk pengucapan yang menunjukkan tujuan. Berakad dianggap sah jika diucapkan secara verbal atau ditulis. Kontrak musyarakah dicatat dan disaksikan.

b) Pihak yang berkontrak. Disyaratkan bahwa mitra harus kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.

c) Objek kontrak (dana dan kerja). Dana atau modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau yang bernilai sama. Para ulama menyepakati hal ini.

Secara umum, implementasi akad musyarakah dapat digambarkan dalam skema berikut ini:28

Gambar 1.2 Skema Akad Musyarakah

28 Irma Devita Purnamasari dan Suswinarno, Akad Syariah (Bandung: Kaifa, 2011) hal.

93

Bank Nasabah

Bagi Hasil Keuntungan

23

Dokumen terkait