• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.3.2 Bakteri Gram Positif

Bakteri gram positif mempunyai struktur dinding sel yang tebal (15-80µ m) dan berlapis tunggal (mono). Komponen utama penyusun dinding sel adalah peptidoglikan dan asam teikoat (Pelczar et al, 1986 ).

2.3.2.1 Bakteri Stahpylococcus epidermidis

Berikut sistematika bakteri Sthapylococcus epidermidis (Breed, et al, 1957):

Divis (Dvisio) : Bacteriophyta Kelas (Classis) : Schizomycetes Bangsa (ordo) : Eubacteriales Suku (Familia) : Micrococcaceae Marga (Genus) : Staphylococcus

Jenis (Spesies) : Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif, aerob atau anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8 - 1,0 µm tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni berwarna putih bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37oC tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu kamar 20oC. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol, berkilau, tidak menghasilkan pigmen, berwarna putih porselen sehingga Staphylococcus epidermidis disebut Staphylococcus albus, koagulasi-negatif dan tidak meragi manitol.(Jawetz et al, 2001).

Staphylococcus epidermidis terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz et al, 2001). Bakteri penyebab utama dari endokarditis bakterial pada penderita setelah operasi jantung(Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003).

2.3.2.2 Bakteri Streptococcus viridans

Berikut sistematika bakteri Streptococcus viridans (Breed, et al, 1957): Divis (Dvisio) : Bacteriophyta

Kelas (Classis) : Schizomycetes Bangsa (ordo) : Lactobacillales Suku (Familia) : Streptococcaceae Marga (Genus) : Streptococcus

Jenis (Spesies) : Streptococcus Viridans

Streptococcus Viridans merupakan bakteri gram positif, anaerob fakultatif, tidak bergerak, berbentuk koloni yang tersusun dalam bentuk rantai, diameter 0,6-1,0 µm. Tumbuh cepat pada suhu 37oC. Bakteri ini merupakan flora normal pada tenggorokan, kulit, selaput otak, saluran kemih serta merupakan penyebab penting dari penyakit saluran pernapasan manusia (endokarditis subakut)( Jawetz, et al, 2001).

Streptococcus Viridans tidak menghasilkan hemolisin yang mudah larut

(β-hemolisis) pada agar darah dan tidak menghasilkan karbohidrat C spesifik.

Sehingga Beberapa spesies menimbulkan α-hemolisis yaitu kuman mengubah hemoglobin menjadi hijau. Beberapa spesies lagi tidak menghemolisis sel darah

disebut sebagai indefferent (α) Streptococcus(Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003).

Bakteri gram negatif mempunyai struktur dinding sel yang tipis ( 10- 15 nm) dan berlapis tiga (multi). Dinding sel meliputi peptidoglikan dan selaput luar yang mengandung tiga polimer yaitu lipoprotein, fosfolipida dan lipopolisakarida (Pelczar et al, 1986 ).

2.3.3.1 Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Berikut sistematika bakteri Pseudomonas aeruginosa (Breed, et al, 1957): Divis (Dvisio) : Bacteriophyta

Kelas (Classis) : Schizomycetes Bangsa (ordo) : Pseudomonadales Suku (Familia) : Pseudomonodaceae Marga (Genus) : Pseudomonas

Jenis (Spesies) : Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif aerob abligat berbentuk batang, bergerak, berukuran sekitar diameter 0,5 – 8 x 1,5 – 3,0 µm, terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan kadang – kadang membentuk rantai yang pendek. Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni halus bulat dengan fluoresensi kehijauan. Bakteri ini menghasilkan piosianin suatu pigmen kebiru – biruan yang tak berfluoresensi, yan berdifusi kedalam agar. Fluorensi dapat dihasilkan bila biakan diinkubasi pada suhu 20 - 30o C dari pada yang diinkubasi pada suhu 35 - 37o C (Jawetz et al, 2001).

Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam biasanya terdapat di lingkungan yang lembab. Bakteri ini menyebabkan penyakit bila pertahanan tubuh inang abnormal. Dalam jumlah kecil, bakteri ini sering terdapat pada flora usus normal dan kulit manusia serta merupakan patogen utama dari kelompok

Pseudomonas. Bakteri ini ini menimbulkan infeksi pada luka, meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi mata (Jawetz et al, 2001).

2.3.3.2 Bakteri Citrobacter diversus

Berikut sistematika bakteri Citrobacter diversus (Breed et al, 1957): Divis (Dvisio) : Bacteriophyta

Kelas (Classis) : Schizomycetes Bangsa (ordo) : Eubacteriales Suku (Familia) : Eubacteriaceae Marga (Genus) : Citrobacter

Jenis (Spesies) : Citrobacter diversus

Citrobacter diversus sel terisolasi dari air, kotoran, tanah dan makanan serta dari kotoran manusia dan hewan lainnya, dimana mereka mungkin penduduk normal, Citrobacter diversus dapat ditemukan dalam air seni, dahak, dan spesimen klinis lainnya. Organisme ini patogen opurtunistik dan dapat menginfeksi tubuh pada semua tempat termasuk kulit (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003).

2.3.4 Fase Pertumbuhan Bakteri

Bakteri mengalami pertumbuhan melalui beberapa fase, yaitu: 1) Fase Penyesuaian Diri (Lag phase)

Pada saat dipindahkan ke media yang baru, bakteri tidak langsung tumbuh dan membelah, meskipun kondisi media sangat mendukung untuk pertumbuhan. Bakteri biasanya akan mengalami masa penyesuaian untuk menyeimbangkan pertumbuhan.

2) Fase Logaritmik (Exponensial phase)

Selama fase ini, populasi meningkat dua kali pada interval waktu yang teratur. Jumlah koloni bakteri akan terus bertambah seiring lajunya aktivitas metabolisme sel.

3) Fase tetap/ Fase Stasioner (Stationary phase)

Pada fase ini terjadi kompetisi antara bakteri untuk memperoleh nutrisi dari media untuk tetap hidup. Sebagian bakteri mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah sehingga jumlah sel bakteri yang hidup menjadi tetap.

4) Fase kematian (Death phase)

Pada fase ini, sel bakteri akan mati lebih cepat daripada terbentuknya sel baru. Laju kematian mengalami percepatan yang eksponensial (Lee, J, 1983).

Gambar 2. Kurva Fase Pertumbuhan dimana : 1. Fase penyesuaian diri

(Lag phase), 2. Fase Logaritmik (Exponensial phase), 3. Fase stasioner (Stationary phase), 4. fase kematian (Death phase).

Pembiakan bakteri dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi bakteri. Zat hara diperlukan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan. Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen dan hidrogen. Dalam bahan dasar media dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino dan vitamin. Media biakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu:

I. Bedasarkan asalnya, media dibagi atas:

1) Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat, magnesium fosfat.

2) Media non-sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat di alam. Contohnya: ekstrak daging, pepton (Lay, 1994).

II. Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi: 1) Media selektif

Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit satu bahan yang dapat menghambat perkembang biakan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membolehkan perkembang biakan mikroorganisme tertentu yang ingin diisolasi.

2) Media diferensial

Media ini digunakan untuk menyeleksi suatu mikroorganisme dari berbagai jenis dalam suatu lempengan agar.

3) Media diperkaya

Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang diperoleh dari lingkungan alami karena jumlah mikroorganisme yang ada terdapat dalam jumlah sedikit (Irianto, K, 2006).

III. Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas (Irianto, K, 2006): 1) Media padat/ solid

2) Media semi solid 3) Media cair

2.3.6 Pengukuran Aktivitas Antibakteri

Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode dilusi (pengenceran) atau dengan metode difusi.

a. Metode Dilusi

Metode ini menggunakan antimikroba dengan konsentrasi yang berbeda-beda dimasukkan pada media cair. Media tersebut langsung diinokulasikan dengan bakteri dan diinkubasi. Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan konsentrasi terkecil suatu zat antibakteri dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri uji. Metode dilusi agar membutuhkan waktu lama dalam pengerjaannya sehingga jarang digunakan (Jawetz et al, 2001).

b. Metode Difusi

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar dengan menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang. Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi

zat yang bersifat sebagai antibakteri di dalam media padat melalui pencadang. Daerah hambatan pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih di sekitar cakram. Luas daerah hambatan berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri, semakin kuat daya aktivitas antibakterinya maka semakin luas daerah hambatnya. Metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalnya: pH, suhu, zat inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas dari bahan obat (Jawetz et al, 2001).

2.3.7 Identifikasi Bakteri

Identifikasi bakteri dilakukan berdasarkan pada morfologi, sifat biakan dan sifat biokimia dari bakteri. Mikroorganisme yang akan diisolasi dapat berupa biakan murni atau populasi campuran. Pemurnian dilakukan dengan cara menggores suspensi mikroba yang akan diisolasi pada agar lempengn. Setelah diperoleh biakan murni dapat dilakukan pewarnaan gram. Setelah diperoleh biakan murni dapat dilakukan serangkaian uji untuk memperoleh ciri morfologi dan biokimia (Lay,1994).

Metode Isolasi Biakan Bakteri

a) Cara gores

Ose yang telah steril dicelupkan ke dalam suspensi mikroorganisme yang diencerkan, lalu dibuat serangkaian goresan sejajar yang tidak saling menutupi di atas permukaan agar yang telah padat.

b) Cara sebar

Suspensi mikroorganisme yang telah diencerkan diinokulasikan secara merata dengan menggunakan hockey stick pada permukaan media padat. c) Cara tuang

Pengenceran inokulum yang berturut-turut diletakkan pada cawan petri steril dan dicampurkan dengan medium agar cair, lalu dibiarkan memadat. Koloni yang berkembang akan tertanam di dalam media tersebut (Stanier, RY et al, 1982).

Tahapan isolasi a. Pembiakan

Suspensi bakteri digoreskan pada agar lempengan, agar miring atau media cair. Sifat biakan dari suatu mikroorganisme tergantung penampilannya pada berbagai media.

b. Pewarnaan

Dibuat pewarnaan gram untuk mengetahui sifat gram serta morfologi suatu mikroorganisme.

c. Uji biokimia

Setelah diperoleh koloni yang terpisah dilakukan berbagai uji biokimia yang didasarkan pada hasil metabolisme yang disebabkan oleh daya kerja enzim.

d. Pengawetan biakan mikroorganisme

Bila biakan hasil isolasi koloni sudah ditentukan ciri-cirinya serta sudah ditetapkan sebagai biakan murni maka biakan mikroorganisme ini dapat diawetkan sebagai biakan pokok (Lay, 1994).

Dokumen terkait