• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Banding Kualitas Semen Ayam Lokal dengan Pengencer Ringer Laktat-Kuning Telur dengan Penambahan SDS 0.025% dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap 3: Uji Banding Kualitas Semen Ayam Lokal dengan Pengencer Ringer Laktat-Kuning Telur dengan Penambahan SDS 0.025% dan

Vitamin E 2%

Karakteristik Semen Segar Berbagai Rumpun Ayam Lokal

Hasil evaluasi semen segar ayam pelung, sentul, kampung dan merawang secara makroskopis (volume, pH, viskositas dan warna semen) dan mikroskopis (gerakan massa, konsentrasi, viablitas, motilitas dan abnormalitas sperma) disajikan pada Tabel 7. Semen dari keempat rumpun ayam ini mempunyai pH netral yang berkisar 6.8 sampai 7.2, berwarna putih susu, dan konsistensi yang

kental. Gerakan massa spermatozoa termasuk baik, sedangkan konsentrasi spermatozoa berkisar 2.86±0.04 x 109 sel mL-1 sampai 3.15±0.09 x 109 sel mL-1 dan motilitas spermatozoa berkisar 77.50±1.12% sampai 82.50±1.12%.

Tabel 7 Karakteristik semen segar berbagai rumpun ayam lokal

Parameter Rumpun ayam lokal

Pelung Sentul Kampung Merawang Volume semen (mL) 0.14±0.01b 0.12±0.01b 0.30±0.03a 0.10±0.01b pH semen 7.0±0.05a 7.0±0.15a 7.2±0.09a 6.8±0.09a Konsistensi semen Kental Kental Kental Kental Warna semen Putih susu Putih susu Putih susu Putih susu

Gerakan Massa +++ +++ +++ ++

Konsentrasi spermatozoa/mL

(x 109 sel) 3.15±0.09a 3.05± 0.06ab 2.91±0.11b 2.86±0.04b Viablitas

spermatozoa (%) 93.25±0.82a 92.84±0.82a 90.93±1.13a 92.17±0.99a Motilitas

spermatozoa (%) 82.50±1.12a 82.50±1.12a 77.50±1.12b 82.50±1.12a Abnormalitas

spermatozoa (%) 7.61±0.78ab 8.80±0.77a 9.09±0.77a 5.43±0.75b Total

spermatozoa/ejakulat

(x 109 sel) 0.45±0.02b 0.38± 0.04bc 0.87± 0.08a 0.29± 0.02c +: kurang baik, ++: baik, +++: sangat baik; huruf berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf uji 5% (P<0.05).

Berdasarkan hasil penelitian, rumpun ayam berpengaruh terhadap volume semen, konsentrasi, motilitas, dan abnormalitas spermatozoa serta jumlah spermatozoa/ejakulat (P<0.05). Ayam kampung memiliki volume semen yang paling tinggi diantara ayam lokal lainnya yaitu 0.30±0.02 mL. Rataan volume semen yang diperoleh dari ketiga rumpun ayam, yaitu pelung, sentul dan merawang berturut-turut adalah 0.14±0.01 mL, 0.12±0.01 mL, dan 0.10±0.01 mL. Nilai ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Iskandar et al. (2005) sebesar 0.30±0.11 mL pada ayam pelung, Natamijaya et al. (2003) sebesar 0.25±0.04 mL pada ayam sentul dan Iman-Rahayu et al. (2005) sebesar 0.38±0.08 mL pada ayam merawang. Rataan volume semen ayam kampung adalah 0.30±0.03 mL, hampir sama dengan hasil penelitian Wiyanti et al. (2013) sebesar 0.30±0.06 mL.

Hasil penelitian menunjukkan rataan konsenetrasi spermatozoa paling tinggi dihasilkan oleh ayam pelung sedangkan yang terendah dihasilkan oleh ayam merawang.Konsentrasi spermatozoa ayam pelung (3.15±0.09x 109 sel mL-1) dan ayam merawang (2.86±0.04 x 109 sel mL-1) pada penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitain Iskandar et al. (2005) sebesar 2.38±0.36 x 109 sel mL-1 pada ayam pelung dan Iman-Rahayu et al. (2005) sebesar 1.75±0.38 x 109 sel mL-1 pada ayam merawang. Konsentrasi spermatozoa ayam sentul pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Soeparna et al. (2005) sebesar 3.03 x 109 sel mL-1,

sedangkan konsentrasi ayam kampung lebih rendah dari hasil penelitian Wiyanti et al. (2013) sebesar 3.13±0.29 x 109 sel mL-1. Motilitas spermatozoa ayam pelung, sentul dan merawang bernilai sama sebesar 82.50±1.12% dan lebih tinggi dari ayam kampung (77.50±1.12%). Motilitas spermatozoa pada penelitian ini lebih rendah dari penelitiaan sebelumnya yaitu 80% (Iskandar et al. 2005), 71.95% (Soeparna et al. 2005) dan 77±4.22% (Wiyanti et al. 2013) berturut-turut untuk ayam pelung, sentul dan kampung. Sedangkan motilitas spermatozoa ayam merawang adalah 82.50±1.12% lebih rendah dari hasil penelitian Iman-Rahayu et al. (2005) sebesar 90%. Abnormalitas spermatozoa ayam kampung (9.09±0.77%) dan sentul (8.80±0.77%) lebih tinggi dari ayam merawang yang hanya sebesar 5.43±0.75%. Perbedaan kualitas spermatozoa tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan individu dan umur ayam, suhu lingkungan, pakan, serta frekuensi penampungan. Jumlah spermatozoa/ejakulat ayam kampung lebih tinggi (P<0.05) dari ketiga rumpun ayam lainnya. Hal ini disebabkan volume yang dihasilkan ayam kampung jauh lebih tinggi dibandingkan ayam lainnya.

Pengaruh Rumpun Ayam Lokal terhadap Kualitas Semen dalam Pengencer Ringer Laktat-Kuning Telur dengan Penambahan SDS 0.025% dan Vitamin E 2%

Motilitas spermatozoa selama penyimpanan menunjukkan adanya perbedaan di antara keempat rumpun ayam (P<0.05). Pada penyimpanan 0, 48 dan 60 jam motilitas ayam pelung, sentul dan merawang lebih tinggi daripada ayam kampung (P<0.05). Setelah penyimpanan 12 jam, motilitas spermatozoa ayam pelung lebih tinggi daripada ayam kampung (P<0.05), sedangkan motilitas spermatozoa ayam sentul dan merawang tidak berbeda dengan kedua rumpun ayam lainnya. Pada penyimpanan 24 jam, motilitas spermatozoa ayam pelung lebih tinggi daripada ayam sentul dan motilitas spermatozoa ayam sentul lebih tinggi daripada ayam kampung (P<0.05). Setelah penyimpanan 36 jam, motilitas spermatozoa ayam pelung lebih tinggi daripada ayam sentul dan merawang, sedangkan motilitas spermatozoa ayam kampung lebih rendah daripada ayam sentul dan merawang (P<0.05). Pada akhir pengamatan (jam ke-72), motilitas spermatozoa ayam pelung lebih tinggi daripada ayam sentul dan motilitas spermatozoa ayam sentul lebih tinggi daripada ayam kampung (P<0.05) (Tabel 8).

Viabilitas spermatozoa setelah pengenceran (penyimpanan 0 jam) tidak menunjukkan adanya perbedaan antar rumpun ayam (P>0.05). sedangkan lama penyimpanan 12 jam sampai 72 jam menunjukkan adanya perbedaan diantara keempat rumpun ayam (P<0.05). Viabilitas spermatozoa ayam pelung lebih tinggi daripada ayam kampung dan merawang (P<0.05), sedangkan motilitas spermatozoa ayam sentul tidak berbeda dengan ketiga rumpun ayam lainnya pada penyimpanan 12 jam. Pada penyimpanan 24 jam, viabilitas spermatozoa ayam pelung lebih tinggi daripada ayam merawang (P<0.05), tetapi tidak ada perbedaan viabilitas spermatozoa antara ayam sentul dan kampung. Setelah penyimpanan 36 dan 48 jam, viabilitas spermatozoa ayam pelung lebih tinggi daripada ayam sentul dan merawang, sedangkan viabilitas spermatozoa ayam kampung lebih rendah daripada ayam sentul dan merawang (P<0.05). Viabilitas spermatozoa ayam pelung lebih tinggi daripada ayam sentul dan viabilitas spermatozoa ayam sentul lebih tinggi daripada ayam kampung (P<0.05), tetapi viabilitas spermatozoa ayam

merawang tidak berbeda dengan ayam pelung dan sentul setelah penyimpanan 60 dan 72 jam (Tabel 9).

Tabel 8 Persentase motilitas spermatozoa berbagai rumpun ayam lokal dengan suplementasi vitamin E 2% dalam pengencer ringer laktat-kuning telur dengan SDS 0.025%

Waktu (jam)

Rumpun ayam lokal

Pelung Sentul Kampung Merawang

0 82.50±1.12a 82.50±1.12a 77.50±1.12b 82.50±1.12a 12 77.50±1.12a 75.83±0.83ab 72.50±1.12b 74.17±1.54ab 24 72.50±1.12a 68.33±1.05b 64.17±1.54c 65.83±1.54bc 36 66.67±1.05a 61.67±1.67b 55.00±1.83c 60.00±1.29b 48 59.17±1.54a 55.83±2.01a 47.50±2.14b 54.17±0.83a 60 52.50±1.71a 47.50±1.12a 41.67±2.47b 47.50±1.71a 72 46.67±1.67a 40.00±1.83b 33.33±2.47c 40.83±2.39ab Huruf berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf uji 5% (P<0.05).

Tabel 9 Persentase viabilitas spermatozoa berbagai rumpun ayam lokal dengan suplementasi vitamin E 2% dalam pengencer ringer laktat-kuning telur dengan SDS 0.025%

Waktu (jam)

Rumpun ayam lokal

Pelung Sentul Kampung Merawang

0 93.25±0.82a 92.84±0.82a 90.93±1.13a 92.17±0.99a 12 88.04±0.84a 86.23±0.37ab 84.66±0.93b 84.75±1.23b 24 81.94±1.12a 80.95±1.06ab 77.96±1.38bc 76.83±1.26c 36 76.68±0.96a 72.73±1.31b 66.78±1.46c 73.35±0.76b 48 71.72±1.40a 65.55±1.73b 59.93±1.85c 66.99±1.26b 60 62.83±0.90a 56.39±1.86b 50.49±2.49c 59.29±1.40ab 72 55.21±1.22a 48.75±1.80b 42.74±2.43c 52.64±0.92ab Huruf berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf uji 5% (P<0.05).

Penurunan Kualitas Semen Berbagai Rumpun Ayam Lokal dalam Pengencer Ringer Laktat-Kuning Telur dengan Penambahan SDS 0.025% dan Vitamin E 2%

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan dalam penurunan motilitas dan viabilitas spermatozoa selama penyimpanan kecuali setelah penyimpanan 36 jam (P<0.05). Penurunan motilitas spermatozoa ayam pelung dan merawang sebesar 5.83±0.83%, lebih rendah daripada ayam sentul

(6.67±1.05%) dan ayam kampung (9.17±0.83%) (P<0.05) (Gambar 5). Penurunan viabilitas spermatozoa ayam kampung (11.18±0.92%) lebih tinggi daripada ayam sentul (8.22±0.66%) dan penurunan viabilitas spermatozoa ayam sentul lebih tinggi daripada ayam pelung (4.76±0.53%) dan merawang (3.48±0.73%) (P<0.05) (Gambar 6).

Gambar 5 Penurunan motilitas spermatozoa berbagai rumpun ayam lokal selama periode penyimpanan pada suhu 5 °C. Garis vertikal di atas balok data menunjukkan galat baku dan huruf yang berbeda di atas balok data menunjukkan perbedaan nyata pada taraf uji 5% (P<0.05).

Gambar 6 Penurunan viabilitas spermatozoa berbagai rumpun ayam lokal selama periode penyimpanan pada suhu 5 °C. Garis vertikal di atas balok data menunjukkan galat baku dan huruf yang berbeda di atas balok data menunjukkan perbedaan nyata pada taraf uji 5% (P<0.05).

Hasil penelitian ini menunjukkan rumpun ayam berpengaruh terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa. Selama periode penyimpanan, rataan motilitas dan viabilitas spermatozoa paling tinggi dihasilkan oleh ayam pelung sedangkan yang terendah dihasilkan oleh ayam kampung. Pada penyimpanan 72 jam, nilai motilitas dan viabilitas spermatozoa ayam pelung berturut-turut sebesar 46.67±1.67% dan 55.21±1.22%, sedangkan pada ayam kampung sebesar 33.33±2.47% dan 42.74±2.43%. Nilai ini lebih rendah dibandingkan penelitian

a a b a a a a a ab a a a a a a a a a a a b a a a 0 2 4 6 8 10 12 12 24 36 48 60 72 P enurun an mot il it as sper matoz oa ( % )

Periode penyimpanan (jam)

Pelung Sentul Kampung Merawang a a c a a a a a b a a a a a a a a a a a c a a a 0 2 4 6 8 10 12 14 12 24 36 48 60 72 P enurun an viabili tas sper matoz oa ( % )

Periode penyimpanan (jam)

Pelung Sentul Kampung Merawang

Mayesta et al. (2013) yang menyatakan motilitas dan viabilitas spermatozoa ayam kampung bisa mencapai 59.33±1.50 % dan 60.33±0.52%.

Motilitas spermatozoa pada penyimpanan 48 jam dari keempat rumpun ayam dalam penelitian ini adalah ayam pelung sebesar 59.17±1.54%, ayam sentul sebesar 55.83±2.01%, ayam kampung sebesar 47.50±2.14% dan ayam merawang sebesar 54.17±0.83%. Nilai ini lebih tinggi dari hasil penelitian Al-Daraji (2011) yang melaporkan motilitas spermatozoa ayam leghorn yang disimpan selama penyimpanan 48 jam hanya mencapai 25.8%. Berdasarkan penelitian Saleh dan Isyanto (2011), motilitas spermatozoa ayam kate lokal dalam pengencer ringer laktat yang disimpan pada suhu 5 oC selama 3 jam hanya dapat bertahan hingga 60%. Sedangkan dalam penelitian ini, motilitas spermatozoa sampai penyimpanan 24 jam dari semua rumpun ayam (ayam pelung, sentul, kampung dan merawang) masih bisa bertahan di atas 60%. Hal ini sesuai dengan pendapat Siudzinska dan Lukaszewicz (2008) yang menyatakan kualitas semen sangat dipengaruhi oleh spesies dan rumpun unggas. Selain itu, perbedaan kualitas spermatozoa juga dapat disebabkan oleh perbedaan individu dan umur ayam, suhu lingkungan, pakan, serta frekuensi penampungan.

Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Semen yang Disimpan pada Suhu 5 oC

Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama sampai dengan tahap ke-3, motilitas dan viabilitas spermatozoa ayam menurun seiring dengan lama penyimpanan. Proses metabolisme spermatozoa terus berlangsung meskipun dilakukan penyimpanan pada suhu rendah (5 oC), hanya saja akan terjadi penurunan laju metabolisme. Hasil metabolisme spermatozoa berupa adenosine tri phosphat (ATP) sangat dibutuhkan untuk motilitas dan daya hidup spermatozoa.

Beberapa faktor yang berperan dalam mempertahankan kualitas semen selama penyimpanan meliputi bahan pengencer yang digunakan dan kondisi penyimpanan seperti waktu, aerasi, dan temperatur (Dumpala et al. 2006; Siudzinska dan Lukaszewicz 2008). Motilitas spermatozoa memerlukan energi sedangkan sumber energi di dalam pengencer sangat terbatas dan semakin lama akan semakin berkurang. Selain itu, proses metabolisme spermatozoa menghasilkan hasil sampingan berupa asam laktat yang dapat menyebabkan perubahan pH pada medium sekitarnya (Latif et al. 2005; Siudzinska dan Lukaszewicz 2008), sedangkan pH akan memengaruhi daya hidup spermatozoa. Menurut Siudzinska dan Lukaszewicz (2008), spermatozoa unggas masih bisa bertahan pada pH 6 sampai 8. Semakin lama penyimpanan mengakibatkan semakin banyak spermatozoa yang mati yang akan merubah pH menjadi semakin asam dan akibatnya akan mematikan spermatozoa lainnya.

Periode penyimpananan yang semakin lama menjadikan viabilitas spermatozoa menurun. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah nutrisi spermatozoa dalam pengencer yang ikut mengalami penurunan sehingga viabilitas spermatozoa ayam dalam penelitian ini mengalami penurunan. Berkurangnya jumlah nutrisi spermatozoa disebabkan oleh penggunaan energi untuk aktivitas mekanik (gerak) dan kimiawi (biosintesis). Sesuai dengan pendapat Solihati et al. (2006) bahwa semakin berkurangnya cadangan makanan dan ketidakseimbangan cairan

elektrolit akibat metabolisme spermatozoa dapat menyebabkan kerusakan membran sel spermatozoa.

Membran plasma spermatozoa banyak mengandung makromolekul yang dibutuhkan dalam proses metabolisme dan sebagai pelindung organel-organel di dalam sel dari kerusakan mekanik. Soler et al. (2003) menambahkan metabolisme sel akan berlangsung baik jika membran plasma sel berada dalam keadaan utuh sehingga mampu dengan baik mengatur lalu lintas masuk dan keluar dari sel semua substrat dan elektrolit yang dibutuhkan dalam proses metabolisme. Hasil metabolisme berupa energi ATP yang diperlukan untuk daya gerak (motilitas) spermatozoa. Dengan demikian, kerusakan membran plasma sel akan mengakibatkan terganggunya suplai energi dan akhirnya menurunkan motilitas dan daya hidup spermatozoa.

Dokumen terkait