• Tidak ada hasil yang ditemukan

AYO BANGKIT BELAJAR DARI TRADISI DAN ALAM SEMESTA Melani Setiawan

Dalam dokumen Seni Rupa Bali Sebagai Aset Pustaka Buda (Halaman 66-72)

APRESIASI, HARAPAN & TANTANGAN

AYO BANGKIT BELAJAR DARI TRADISI DAN ALAM SEMESTA Melani Setiawan

(Seorang Dokter yang Mencintai Seni Rupa tinggal di Jakarta)

Bali menyimpan kekayaan budaya yang tiada dua, di antaranya seni lukis mazab Ubud dan Batuan yang menyimpan rahasia ulung tradisi dan semesta alamnya yang cantik. Lukisannya detail dan berlapis, memiliki nilai filosofi kehidupan bersahaja, seirama dengan ketekunan, setangguh akan keyakinan, indah dan puitis. Pokoknya unik dan menjadikan Bali kian romantik.

Hal ini tentu menjadikan Bali sebagai salah satu pilar seni rupa Indonesia. Warisan kekayaan budaya yang tidak akan mampu terkalahkan oleh seni-seni terbaru. Tidak hanya seni rupa tetapi juga seni tari, seni musik dan nilai-nilai apapun yang menjadikan kita nyaman dan rindu akan anugerah keindahan.

Namun sayang sungguh disayang di era mutahir ini generasi muda kerap melenceng dari kearifan tradisi dan budaya. Tidak sedikit dari mereka ikut-ikutan dalam menyederhanakan tradisi menggantikannya seperti memencet tombol mesin-mesin otomatis. Selera instant nampaknya menjadi pilihan pintas untuk sebuah industri dari kekuatan moderenitas. Barangkali mereka memang belum sadar kalau akar tradisi merupakan inspirasi terbesar dari proses perjalanan kehidupan.

Dalam kondisi dan perilaku yang berlarut seperti ini, bisa saja generasi muda terkini akan kehilangan makna dari kesejatian cinta dan hidup bersahaja, karena ada hawa nafsu dari perilaku mesin yang perlahan akan menggerus mental dan rasa asih, asah, dan asuh.

Maka mari tingkatkan kesadaraan menumbuh kembangkan seni lukis tradisi sebagai upacara hati untuk kembali menempatkan talenta rasa dan jiwa bersama kemuliaan alam. Menarik garis satu persatu lalu mewarnainya dengan pewarna alam, menoreh kisah demi kisah sehingga terbingkai estetika cerita adalah suatu peradaban yang mahal dan peristiwa ini kelak akan memberi kekuatan rasa dan jiwa.

Sungguh hal ini merupakan sesuatu yang tidak boleh terlupakan sebagai wahana dimana kita pernah tumbuh bersamanya. Karena hidup berangkat dari alam dan patut memberi sebagiannya untuk keseimbangan alam di mana kita berteduh, tumbuh dan belajar.

Made Muliana “Bayak”

(Perupa Kontemporer menetap Guwang & Aktivis Lingkungan)

Gianyar telah lama terkenal sebagai gudangnya seni dan seniman, tapi demikian banyaknya karya seni dan seniman, masih sedikit yang menjadikan praktek seni dan kesenian itu sebagai sebuah pelayanan terhadap lingkungan dan masyarakat dalam beberapa hal. Untuk sebuah gerakan sosial dan budaya, seni menjadi sangat penting ketika semua larut dalam pragmatisme hidup. Di Gianyar Belum banyak karya seni dan seniman yang menyuarakan kesadaran kolektif atas apa yg terjadi di masalalu, kini dan nanti. Padahal dalam masyarakat yang berkembang, kesenian selain memberi keuntungan materi semestinya memberikan sumbangan yang besar pada sistem pendidikan, lingkungan, politik, sosial dan budaya, sehingga bisa menjadi cermin kesadaran bagi kemjuan generasi masa depan.

I Wayan Santrayana, S.Pd., M.Pd. (Pelukis & Pengajar SMKN 1 Sukawati)

Menurut saya pribadi program melukis 1000 meter ini sangat bagus sebagai media komunikasi, baik antara seniman pemula maupun senior dalam rangka menyatukan persepsi memposisikan diri dalam perkembangan seni rupa di Bali dan Gianyar khususnya. Kedepannya saya harapkan perhatian pemerintah Gianyar tetap berlanjut dan berkala dalam memfasilitasi dan berkontribusi dalam acara seperti ini karena kesenian adalah nafas dari kabupaten Gianyar. Hal ini tentu membutuhkan management yang baik dan profesional untuk menuju pelaksanaan yang lebih baik kedepannya.

Putu Fajar Arcana

(Sastrawan asal Bali, tinggal di Jakarta,Wartawan senior Kompas)

Secara keseluruhan para pelukis Bali sejak Pita Maha sampai generasi terkini, tetap setia dengan tahapan-tahapan melukis yang begitu rumit. Mereka terbiasa membuat sket dari pensil, kemudian dengan media yang sama pada bidang-bidang sket diberi sentuhan terang-gelap, sebelum akhirnya ditimpa dengan tinta. Sampai tahap ini lukisan sudah jadi dalam bentuk hitam putih. Tinggalah kemudian tahap paling akhir memberi warna-warna transparan, sehingga arsiran terang-gelap membentuk kontur yang sangat detail. Dalam melukis daun misalnya, para pelukis Bali akan mengerjakannya satu persatu, sehingga penggambaran daun benar-benar detail. Pada lukisan Bali masa ini tidak pernah ditemukan para pelukis bekerja langsung dengan cat, sebagaimana kemudian kita temui pada generasi pelukis Bali lulusan sekolahan.

Dipetik dari Lukisan Bali, Pengabdian dan Penghambaan dalam Buku Perjalanan Seni Lukis Indonesia; Koleksi Bentara Budaya terbit 2004

Wayan Karja, MFA

(Pelukis dan Dosen FSRD ISI Denpasar)

Saya sangat bahagia dan salut atas diselenggarakannya kegiatan melukis 1000 meter. Selangkah lebih maju sebagai kota budaya, Gianyar terus berbenah dalam upaya membangkitkan dan memajukan potensi seni dan budaya yang ada di wilayahnya. Kegiatan ini dapat merangsang bangkitnya potensi-potensi seni lukis sebagai upaya untuk memperkaya budaya dan membangun mental masyarakat yang berbasis kesenian. Konsistensi kegiatan serupa ini seharusnya terus dilakukan secara berkesinambungan dengan berbagai bentuk aktivitas dan kreativitas yang lebih besar dan variatif, sehingga dampak dan manfaatnya semakin dirasakan masyarakat.

Dewa Ola

(Pelukis Muda Pengosekan, Ubud)

Even ini dapat dikatakan sebagai sebuah karya besar, bayangkan saja bahwa lukisan memiliki panjnag 1000 meter dengan gaya yang beragam. Kebanyakan teman-teman pelukis ikut berpartisipasi karena even ini dalam program pemerintahan daerah merupakan hal yang baru. Sehingga rasa ingin tahu teman-teman perupa yang besar walaupun dalam hal timbal balik terhadap seniman masih belum jelas, apalagi dihadapkan dengan waktu yang relatif cukup singkat. Even ini juga dipandang sebagai sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya namun dimasa mendatang tentunya harus dipersiapkan dengan lebih matang lagi. Akan lebih baik jika pada tahun-tahun mendatang dana dialokasikan untuk membuat pameran besar semacam Bienale, even yang nantinya dapat menjadi barometer perkembangan seni rupa Bali. Dan bergaung secara nasional dan internasional, karena Bali punya potensi untuk itu, tinggal keseriusan pemerintah untuk mendukungnya.

Dewa Rai Sutrisna

(Kepala Desa Tegalalang)

Even ini luar biasa. Mudah-mudahan menjadi hal yang positif bagi para seniman lukis dan peserta lukis 1000 meter di Tegalalang menyambut sangat antusias. Harapannya kedepan adalah Gianyar sebagai Kota Seni di Bali dalam ajang ulang tahunnya sudah tentu harus memperhatikan seniman, terlebih seni rupa. Di Gianyar, jumlah museum seni cukup banyak namun milik Swasta (pribadi), alangkah baiknya jika di Kota Seni ini, pemerintah daerah mempunyai museum seni rupa sebagai media antara pelukis Gianyar dan masyarakat, selain itu adanya galeri yang mewadahi karya seniman dan juga even seperti

workshop seni. Pada intinya agar karya-karya yang berkualitas dari

seniman Gianyar mempunyai tempat yang layak dan dapat dilihat oleh masyarakat Gianyar, Nasional bahkan dunia Internasional.

Wayan Sujendra

(Ketua Batur Ulangun (Himpunan Pelukis Batuan)

Sebenarnya seluruh peserta yang ikut dalam even ini menyambut positif, sebab dari awal perkumpulan ini misinya ingin melestarikan seni lukis Batuan. Lebih dari pada itu, para pelukis juga ingin memperkenalkan seni lukis Batuan di Gianyar, walaupun bertaruh dalam hal menyelesaikan karya. Karena dari sekian peserta dari Batuan ada yang melukis secara tradisi dengan tata cara tradisi yang memerlukan waktu lebih lama, tentu saja hal itu merupakan sebuah pertaruhan nama besar jika tidak terselesasikan tepat waktu. Karena Batuan mempunyai karakteristik tradisinya tersendiri, jadi ini seperti identitas kedaerahan yang kami bawa sebagai duta ke Kota Gianyar. Harapannya, pemerintah dapat lebih memperhatikan seniman dengan cara membangun fasilitas pameran yang memenuhi standar, promosi even berupa pameran reguler bertaraf nasional dan internasional, yang terpublikasi dengan baik.

Made Suwisma

(Koordinator pelukis Tampaksiring)

Kami para pelukis sangat antusias menyambut event melukis sepanjang 1km serangkaian HUT Kota Gianyar, hal tersebut karena Tampaksiring mempunyai potensi seni khususnya seni rupa lukis yang berlatar belakang akademis maupun otodidak. Dapat dikatakan selama ini wilayah Tapaksiring sebagai lokasi wisata spiritual ternyata memiliki potensi seni lukis itu namun hal tersebut serupa mati suri dan melalui event inilah antusias para pelukis disini dapat dilihat. Event melukis sepanjang 1km sedikit tidaknya mampu membangkitkan semangat para pelukis di Tampaksiring, seperti bangun dari tidur panjang. Atas dasar inilah ada inisiasi dari teman-teman pelukis di Tampaksiring akan membentuk sebuah organisasi seniman lukis yang pada nantinya ikut berpartisipasi dalam kancah dunia seni. Kesan yang baik tersebut timbul dari perhatian pemerintah, sedikit tidaknya dari bantuan material seperti kanvas dan cat sangat membantu dan juga sebaga suatu kebanggaan atas wujud apresiasi pemerintah daerah terhadap seniman. Selain itu, melalui event ini kedepan diharapkan akan terus bergulir dengan performa dan persiapan yang tentunya lebih diperbaiki dan matang.

Nyoman Erawan

(Perupa dari Sukawati)

Dalam sejarahnya seni rupa Bali tumbuh dari bawah, Pita Maha lahir dari pedesaan Ubud, Batuan dari seniman-seniman alam para sangging

dan undagi. Mereka sebetulnya adalah para master dengan keahlian tinggi serta memiliki pengetahuan yang berasal dari kearifan lokal. Kalaupun kemudian mereka mengalami evolusi perkembangan menjadi lebih modern, dengan karya yang menampilkan ekspresi individu namun bukan berarti meninggalkan akar. Justru sebaliknya, mereka mengembangkan ekspresi baru dari dasar pijakan yang jelas dan kuat, sehingga karya-karya yang lahir sangat inovatif sekaligus juga mengakar.

Kemudian ketika zaman berkembang, pendidikan modern pun hadir, lahirlah seniman akademis. Namun lagi-lagi mereka tak pernah merelakan diri terbenam dengan gaya dan estetika universal (Barat), laju kreativitas mereka tak dapat lepas sepenuhnya dari ikatan nilai-nilai dari kearifan lokal Bali khususnya. Sehingga lahirlah sebentuk interpretasi baru terhadap nilai- nilai lokal tersebut, artinya Bali tidak serta-merta ditinggalkan dan ketika Barat dirangkul. Justru sebaliknya representasi alam Barat dipakai untuk memperkaya nilai lokal. Sehingga terjadi pengayaan yang luar biasa pada khasanah seni rupa Bali modern dan kontemporer.

Selama ini seniman, dan seni rupa Bali bergerak dengan jalannya sendiri dan mandiri, tanpa menunggu kepedulian pemerintah. Kini ketika pemerintah menyadari bahwa ada potensi luar biasa telah tumbuh secara mandiri, haruslah memperhatikan dengan seksama spirit dan daya kreativitas yang menyebabkan perkembangan itu terjadi. Sehingga pemerintah dapat menempatkan diri secara signifikan pada arus perkembangan itu, dan dapat memfasilitasi kreativitas yang luar biasa dari masyarakat seni rupa Bali. Khsusnya yang ada di Gianyar dengan program-program yang terstruktur. Medan seni rupa Bali kini membutuhkan wahana yang tertata, dengan perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang, karena kreativitas dalam berseni rupa dalam kenyataannya adalah entitas kehidupan yang membutuhkan energi dan nafas yang panjang.

Program yang terstruktur itu misalnya pameran rutin seperti Annual (1 tahunan), Biennale (2 tahunan) atau Triennale (3 tahunan). Even-even terstruktur seperti itu melibatkan perencanaan dan dikonsep dengan baik, sehingga mencapai sasaran yang jelas untuk mendukung dan menopang kreativitas seniman. Dan ketika sudah berjalan secara regular dengan perencanaan dan alokasi pendanan yang memadai, jelas akan mengangkat martabat seni rupa di medan yang lebih luas baik nasional dan internasional. Bahkan juga dapat mengangkat nama daerah dan Negara. Ambilah contoh Venice Biennale yang telah berumur ratusan tahun, berawal dari even seni rupa nama daerah dan Negara pun kemudian terangkat, dan menjadi agenda rutin masyarakat dunia untuk hadir ke sana. Even seni rupa itupun kemudian menjadi bagian dari destinasi pariwisata yang khas, yaitu pariwisata seni rupa.

Dalam dokumen Seni Rupa Bali Sebagai Aset Pustaka Buda (Halaman 66-72)