• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bangun Nuansa Kekeluargaan

Dalam dokumen KEPEMIMPINAN EMPATI MENURUT AL QUR'AN. (Halaman 109-121)

BAB VI: PEKA TERHADAP MASALAH DAN BERSINERGI DALAM

C. Bangun Nuansa Kekeluargaan

100

orang yang menggerakkannya. Jika orang yang menggerakkan organisasi merupakan orang dengan kemampuan yang baik, maka akan baik pula gerak organisasi tersebut, dan sebaliknya. Hal ini merupakan cara meminimalisir permasalahan yang akan terjadi dalam jangka panjang. Jika pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut itu bagus, maka kemungkinan permasalahan yang terjadi menjadi lebih kecil. Hal tersebut dikarenakan kemampuan yang baik setelah mendapatkan pengembangan dari pemimpinnya.

C. Bangun Nuansa Kekeluargaan

Segala hal yang dilakukan seorang pemimpin untuk pengikutnya semata-mata untuk kebaikan para pengikut dan perkembangan organisasinya. Seorang pemimpin tidak mengharap imbalan atau balasan yang sesuai dengan apa yang telah dilakukan pemimpinnya. Akan tetapi, pemimpin hanya mengharapkan loyalitas pengikut terhadap organisasinya. Hal ini sebagaimana yang telah diterangkan dalam surat asy-Syura ayat 23.



























































Artinya: “Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”

101

Berdasarkan asbabun nuzul surat asy-Syura ayat 23, bahwa sekelompok sahabat Anshor merasa masih kurang dalam pengabdian kepada Rasulullah. Oleh sebab itu, mereka memberikan sebagian harta mereka kepada Rasulullah. Namun, Rasulullah mengatakan kepada sahabat Anshor, bahwa mereka telah menolongnya ketika diusir oleh kaumnya sendiri. Kemudian mereka juga memberi tempat tinggal kepada kaumnya dan membantunya dalam berdakwah. Hal tersebut dirasa sudah cukup oleh Rasulullah.167 Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad menyampaikan kepada kaumnya, bahwa ia tidak meminta balasan apapun di dalam menjalankan tugas menyeru dan menyampaikan agama yang benar. Akan tetapi, Rasulullah mengharapkan kasih sayang terhadap dirinya dan kerabatnya.

Secara kebahasaan, kata yaqtarif berasal dari fi’il ma>d}i> iqtaraf yang berarti berbuat, mengerjakan, atau melakukan. Dalam konteks ayat di atas, Allah menjelaskan, bahwa orang yang mengerjakan kebaikan akan ditambah nilai kebaikannya oleh Allah.168

Menurut Ibn Faris yang dikutip oleh Quraish Shihab, kata mawaddah di ambil dari kata wudda yang terdiri dari huruf wauw dan dal bertasydid

yang mengandung arti cinta dan harapan. Menurut al-Biqa’i yang dikutip oleh Quraish Shihab, rangkaian huruf tersebut mengandung arti kelapangan dan kekosongan. Ia adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak

167

Kementrian Agama, Al-Hakam: Al-Qur’an Tafsir Per Kata., hal. 487.

168

102

buruk.169 Jadi, kata ini mengandung makna cinta. Cinta yang tampak dalam sikap dan perilaku akan menghasilkan kepatuhan sebagai hasil rasa kagum kepada seseorang.

Konsep kepemimpinan seperti ini mengharuskan seorang pemimpin untuk menjadi orang yang memiliki empati yang besar. Ia mampu menjadi seorang pendengar, mampu menyembuhkan, dan mampu melayani. Seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Hubungan yang baik antara pemimpin dan pengikut akan menghasilkan kekuatan positif.

Dengan melihat perilaku dari sahabat Anshor, kepemimpinan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dapat menumbuhkan rasa hormat para pengikut kepadanya. Rasa hormat merupakan pengakuan seorang pengikut kepada seorang pemimpin. Dengan begitu, seorang pengikut menganggap pemimpin tersebut lebih baik daripada dirinya. Hal ini akan membuat mereka membantu seorang pemimpin dengan sukarela dan tanpa paksaan. Ketaklukkan seorang pengikut kepada pemimpinnya lebih tepat disebut penyerahan diri kepada hal yang membawanya kepada sesuatu yang lebih baik. Pengikut memilih berada di bawah seorang pemimpin bukan karena rasa takut. Akan tetapi, kepekaan dan kepercayaan pemimpin terhadap pengikutnya membuat mereka merasa nyaman dengan pemimpin tersebut.

169

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 12., hal. 491.

103

Menurut Otazo, pemimpin yang melibatkan pengikutnya dalam setiap pengambilan keputusan dapat mendorong tumbuhnya komunikasi yang baik. Dari waktu ke waktu tidak ada persaingan dan konflik. Jadi, secara keseluruhan perasaan satu keluarga menciptakan suasana kerja yang saling mendukung dan saling melindungi.170

Pemimpin yang mampu menciptakan nuansa kekeluargaan dalam organisasi atau kelompoknya dapat menciptakan kenyamanan bagi para pengikutnya. Hal ini disebabkan para pengikut merasa tidak ada sekat atau batasan dirinya dengan pemimpinnya. Ia akan merasa lebih percaya diri dengan dirinya.

Kepemimpinan yang menerapkan sistem kekeluargaan akan mampu membuat para anggotanya lebih terbuka. Mereka akan menganggap tempat kerja menjadi rumah mereka. Mereka akan lebih nyaman untuk menyampaikan hal-hal yang ada dalam pikiran mereka. Para pemimpin akan lebih mudah mengetahui permasalahan yang terjadi pada anggotanya. Hal ini karena keterbukaan anggota tersebut. Anggota tersebut juga tidak sungkan untuk mengingatkan pemimpinnya bila ada sesuatu yang salah. Dengan begitu, pemimpin akan lebih mudah menyelesaikan masalah yang terjadi pada dirinya dan anggotanya.

170

BAB VII

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil dari temuan penelitian, maka dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa terdapat empat sifat pemimpin empati yang disebutkan dalam surat at-Taubah ayat 128. Sifat-sifat tersebut adalah ‘azi>is, h{ari>s{, ra’u>f, dan rahi>m. Selain tiu, terdapat tiga poin konsep kepemimpinan empati menurut al-Qur’an.

Pertama, menghormati harga diri orang lain. Menghormati harga diri orang lain akan menjaga hubungan baik antara satu dengan yang lain, sebagaimana dijelaskan dalam surat an-Nisa’ ayat 86. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga dan menggunakan interaksi yang baik. Hal ini diterangkan dalam surat al-Furqan ayat 63. Interaksi yang baik menggunakan perkataan yang lemah lembut, benar serta tepat sasaran, dan perkataan yang mulia. Hal ini telah disebutkan dalam surat Thaha ayat 44, surat an-Nisa’ ayat 9, dan surat al-Irsa’ ayat 23. Selain itu, dalam setiap perkataan tersebut diimbangi dengan ketegasan, sebagaimana diterangkan dalam surat al-Maidah ayat 54. Penghormatan dilakukan dengan teguran yang baik. Hal ini telah diterangkan dalam surat al-Hujurat ayat 11. Surat Ali Imran ayat 134 menggambarkan sifat seseorang yang senang menghormati orang lain, yakni sabar, pemaaf, dan berbuat baik.

Kedua, kiat mendengar dan merespon yang baik. Mendengar merupakan salah satu pekerjaan yang paling berat. Maka dari itu, kiat

105

mendengar yang baik menjadi perhatian penting. Hal ini melihat kasus yang dijelaskan dalam surat Shad ayat 24. Dalam berdialog, mendengar dan merespon merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini sebagaimana dialog yang dilakukan oleh Allah dan para malaikat dalam surat al-Baqarah ayat 30. Merespon dengan baik sangat dianjurkan. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam surat an-Nisa’ ayat 63 dan surat al-Isra’ ayat 28. Merespon yang baik dapat dilakukan dengan memberikan umpan balik positif, memberikan umpan balik korektif, dan menghindari umpan balik negatif.

Ketiga, peka terhadap masalah dan bersinergi dalam menyelesaikannya. Diceritakan dalam surat Ali Imran ayat 159, bahwa terjadi permasalahan dalam perang Uhud. Hal tersebut dikarenakan kelalaian para prajurit yang menyalahi perintah Nabi. Nabi tidak memarahi para prajurit. Tapi, Nabi bermusyawarah dengan mereka untuk menyelesaikan masalah tersebut. Membangun sinergi atau kerja sama dalam menyelesaikan masalah telah dicontohkan olehnya.

Kepekaan terhadap masalah dan bersinergi dalam menyelesaikannya merupakan bagian penting dalam kepemimpinan. Hal tersebut dikarenakan seorang pemimpin merupakan seorang teladan dan panutan. Seorang pemimpin juga menjadi penolong para pengikutnya menuju ke jalan yang lebih baik. Hal tersebut semata-mata demi kebaikan para pengikutnya. Hal ini diterangkan dalam surat al-Anbiya’ ayat 73 dan surat asy-Syura ayat 23.

106

B. Saran dan Rekomendasi

Kepemimpinan empati merupakan kepemimpinan yang menggunakan konsep kepekaan terhadap orang lain. Menghargai dan menjaga perasaan orang lain menjadi fokus utama untuk meningkatkan semangat kerja. Jadi, konsep kepemimpinan ini alangkah baiknya diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Para pemimpin yang menggunakan konsep ini dapat memaksimalkan kinerja bawahannya. Hal ini dikarenakan empati merupakan alat untuk efektivitas kepemimpinan. Dalam kebijakan organisasi, konsep ini akan membuat hubungan sosial menjadi lebih baik. Hal itu dapat dilihat ketika mengimplementasikan kiat mendengar dan merespon yang baik.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti kurang melakukan eksplorasi terhadap sumber-sumber tafsir yang bercorak adabi ijtima’i yang lain. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan peneliti dalam menjangkau literatur-literatur yang berbahasa asing, khususnya bahasa Arab.

DAFTAR PUSTAKA

A. William, et all, 2007, Empathy in the Workplace: A Tool for Effective Leadership, Center for Creative Leadership, New York.

Ad-Dimasyqi. Ibnu Katsir, 2002, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Bahrun Abu Bakar, juz 11, Sinar Baru Algensindo, Bandung.

Ad-Dimasyqi. Ibnu Katsir, 2003, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, jilid 2, Bina Ilmu, Surabaya.

Ad-Dimasyqi. Ibnu Katsir, 2003, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, jilid 3, Bina Ilmu, Surabaya.

Ad-Dimasyqi. Ibnu Katsir, 2003, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, jilid 4, Bina Ilmu, Surabaya.

Ad-Dimasyqi. Ibnu Katsir, 2003, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, jilid 6, Bina Ilmu, Surabaya.

Ad-Dimasyqi. Ibnu Katsir, 2003, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, jilid 7, Bina Ilmu, Surabaya.

Adi. Rianto, 2005, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Granit, Jakarta. Afiff. Faisal, 2011, Kepemimpinan Empati, diakses pada tanggal 3 Oktober 2016

dari http://fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/1931-kepemimpinan-empati

Afriyadi. Ferry, 2015, Efektivitas Komunikasi Interpersonal Antara Atasan dan Bawahan Karyawan PT. Enterprsindo Samarinda, Jurnal Ilmu Komunikasi, vol. 3, no.1.

Al-Bukha>ri. Abu> ‘Abd Allah Muhammad bin Isma’i>l, 2002, Sahi>h al-Bukha>ri, Da>r Ibn Kathi>r, Beriut.

An-Nadwy. Abul Hasan Ali Al-Hasany, 2008, Riwayat Hidup Rasulullah SAW,

PT Bina Ilmu, Surabaya.

Arifin. M., 2010, Kepemimpinan dan Motivasi Kerja, Teras, Yogyakarta.

Asyarie. Sukmadjaja dan Rosy Yusuf, 2009, Indeks Al-Qur’an, Pustaka, Bandung. Athoillah. Anton, 2010, Dasar-dasar Manajemen, Pustaka Setia, Bandung.

Azwar. Syaifuddin, 2003, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Baidan. Nashruddin, 1998, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Budiningsih. Asri, 2004, Pembelajaran Moral, Rineka Cipta, Jakarta.

Buntara. Egrita, 2013, Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan, diakses

pada tanggal 15 Desember 2016 dari

http://www.bppk.depkeu.go.id/publikasi/artikel/418-artikel-soft-competency/10872-kemampuan-mendengarkan-dan-kepemimpinan.

Faletahan. Aun Falestien, 2002, Teori Kepemimpinan Situasional dan Perilaku Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, Skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Fauziah. Nailul, 2014, ”Empati, Persahabatan, dan Kecerdasan Adversitas Pada Mahasiswa yang Sedang Skripsi” Jurnal Psikologi Undip, vol. 13, no. 1. Forum Karya Ilmuah Purna Siswa, 2011, Al-Qur’an Kita: Studi Ilmu, Sejarah dan

Hamka, 1984, Tafsir Al Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta.

Hanbal. Ahmad bin Muhammad, 1995, Al-Musnad, Juz 11, Da>r al-Hadi>th, Kairo. Hendrikus. Dori Wuwur, 2015, Retorika, PT Kansius, Yogyakarta.

Kamaludin .Undang Ahmad dan Muhammad Alfan, 2010, Etika Manajemen

Islam, Pustaka Setia, Bandung.

Karim. Mohammad, 2010, Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan

Islam, UIN-Maliki Press, Malang.

Kementerian Agama RI, 2011, Mukadimah al-Qur’an dan Tafsirnya, Lentera Abadi, Jakarta.

Kementerian Agama RI, 2011, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 2, Lentera Abadi, Jakarta.

Kementerian Agama RI, 2011, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 4, Lentera Abadi, Jakarta.

Kementerian Agama RI, 2011, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 5, Lentera Abadi, Jakarta.

Kementerian Agama RI, 2011, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 6, Lentera Abadi, Jakarta.

Kementerian Agama RI, 2011, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 8, Lentera Abadi, Jakarta.

Kementerian Agama RI, 2011, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 9, Lentera Abadi, Jakarta.

Kementrian Agama, 2013, Al-Hakam: Al-Qur’an Tafsir Per Kata, Suara Agung, Jakarta.

Kouzes. James M. dan Barry Z. Posner, 1999, The Leadership Challenge, Interaksara, Batam.

Leigh. Andrew, 1991, 20 Kiat Manajer yang Sukses, Binarupa Aksara, Jakarta. Lensufiie. Tikno, 2010, Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa, Esensi

Erlangga Grup, Jakarta.

Marianti. Maria Merry, 2009, Teori Kepemimpinan Sifat, Bina Ekonomi Majalah Ilmiah, vol. 13, no. 1.

Munir. Muhammad dan Wahyu Ilaihi, 2012, Manajemen Dakwah, Kencana,

Jakarta.

Muzakki. Ahmad, 2016, Membangun Kemandirian Ekonomi Santri Melalui

Kepemimpinan Transformasional Kiai (Studi Kasus Pondok Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin di Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk), Skripsi, Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Otazo. Karen, 2008, Kebenaran Tentang Menjadi Pemimpin, Erlangga, Jakarta. Pareek. Udai, 1996, Perilaku Organisasi, PT Ikrar Mandiriabadi, Jakarta.

Perkasa. Andika Jati, 2013, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional

Terhadap Semangat Kerja Karyawan di PT. Jamsostek Bandung, Skripsi, Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama.

Quthb. Sayyid, 2002, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, jilid 2, Gema Insani, Jakarta. Quthb. Sayyid, 2002, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, jilid 3, Gema Insani, Jakarta. Quthb. Sayyid, 2002, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, jilid 6, Gema Insani, Jakarta.

Quthb. Sayyid, 2002, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, jilid 7, Gema Insani, Jakarta. Quthb. Sayyid, 2002, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, jilid 8, Gema Insani, Jakarta. Quthb. Sayyid, 2002, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, jilid 10, Gema Insani, Jakarta. Rivai. Veithzal et.all, 2014, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi,

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

S. Evy Sumiati, 2009, Hubungan Antara Empati Kepemimpinan dan Pengetahuan Terhadap Tugas Dengan Kemampuan Melaksanakan Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer Sekolah di Taman Kanak-kanak Kota Bengkulu, Jurnal Ilmuah Manajemen Pendidikan, vol. 3, no. 4.

Shihab. M. Quraish, 2002, Tafsir Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 1, Lentera Hati, Jakarta.

Shihab. M. Quraish, 2002, Tafsir Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 2, Lentera Hati, Jakarta.

Shihab. M. Quraish, 2002, Tafsir Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 3, Lentera Hati, Jakarta.

Shihab. M. Quraish, 2002, Tafsir Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 5, Lentera Hati, Jakarta.

Shihab. M. Quraish, 2002, Tafsir Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 7, Lentera Hati, Jakarta.

Shihab. M. Quraish, 2002, Tafsir Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 8, Lentera Hati, Jakarta.

Shihab. M. Quraish, 2002, Tafsir Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 9, Lentera Hati, Jakarta.

Shihab. M. Quraish, 2002, Tafsir Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 12, Lentera Hati, Jakarta.

Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D,Alfabeta, Bandung.

Susanti. Denok Friana, 2013, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap

Efektivitas Kepemimpinan (Studi Kepemimpinan Ketua Program Vokasi UI Periode April-Desember 2012), Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Sutikno. Raja Bambang, 2007,The Power of Empathy in Leadership, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat

Bahasa, Jakarta.

Tim Reviewer MKD UINSA, 2015, Studi Al-Qur’an, UIN Sunan Ampel Press,

Dalam dokumen KEPEMIMPINAN EMPATI MENURUT AL QUR'AN. (Halaman 109-121)

Dokumen terkait