• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bank Garansi Merupakan Perjanjian yang Melibatkan Tiga

BAB IV. AKIBAT HUKUM PENCAIRAN BANK GARANSI

A. Bank Garansi Merupakan Perjanjian yang Melibatkan Tiga

1. Hubungan Hukum Antara Bank Selaku Penjamin/Kreditor Dengan Terjamin/Debitor

Hubungan hukum antara bank/kreditor dengan terjamin/debitor tertuang dalam suatu perjanjian pemberian bank garansi yang mana dalam perjanjian tersebut tentunya mencantumkan hak dan kewajiban masing-masing pihak.

a. Hak kreditor

Hak utama seorang kreditor adalah untuk menuntut debitor memenuhi perikatan, ini adalah hal terpenting kreditor. Apabila debitor lalai, kreditor langsung dapat meminta pengadilan untuk melakukan penuntutannya, tetapi untuk menghindari ongkos penuntutan lewat pengadilan, dalam praktek biasanya debitor diberi suatu pernyataan lalai (ingebrekestelling) terlebih dahulu. Jika debitor masih juga dan tetap tidak memenuhi perikatan, kreditor mempunyai hak untuk menuntut dan meminta sita.128

Sehubungan dengan itu memang hukum acara membolehkan dilakukan tindakan penyitaan terhadap harta kekayaan debitor atau tergugat sebagaimana yang diatur dalam Pasal 227 jo. Pasal 197 HIR. Pasal 720 Rv pun mengatur kebolehan penyitaan.129

128 Tan Thong Kie, 2007, Serba Serbi Praktek Notaris, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van hoeve.hlm.384.

b. Kewajiban Debitor

Kewajiban utama debitor adalah memenuhi perikatan, khususnya harus melakukannya tepat waktu dan sewajarnya (tijdig en behoorlijk) lihat Pasal 1244 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kesalahan seorang debitor dalam melunasi kewajibannya dapat dibagi sebagai berikut :

1) tidak melakukan pembayaran;

2) tidak melakukan pembayaran pada waktunya; 3) tidak melakukan pembayaran selayaknya.

Jika debitor melakukan satu atau lebih kesalahan dari ketiga kemungkinan tersebut diatas, sehingga ia tidak berprestasi ia harus dihukum untuk membayar kerugian kepada kreditor selama ia (debitor) tidak membuktikan, bahwa kelalaian itu disebabkan suatu hal yang tak terduga (een vreemde oorzaak).130

Jika diteliti lebih lanjut bahwa pada bank garansi adalah pihak bank mengikatkan dirinya atas perintah terjamin/debitor sebagaimana yang disebutkan dalam perjanjian pemberian bank garansi agar membayar kepada penerima jaminan atas permintaan pertama dengan menunjukan dokumen tertentu.

Pada bank garansi pembayaran dilakukan atas tanggungan dari pihak terjamin/debitor, sedangkan bank didalam melakukan pembayarannya atas dasar kewajiban secara langsung baik menyetorkan kerekening penerima jaminan atau dibayar secara tunai kepada penerima jaminan.131

Salah satu contoh jaminan pelaksanaan (performance bond) bahwa dalam hal ini atas permohonan nasabah/terjamin kepada bank dan menyetujuinya untuk

130Tan Thong Kie,Ibid, hlm.384-385. 131Herlien Budiono,Op.cit.hlm.396.

97

menerbitkan bank garansi dalam rangka jaminan pelaksanaan yang mana jaminan pelaksanaan adalah bentuk penanggungan yang diberikan oleh bank untuk menanggung pelaksanaan pekerjaan yang harus dilakukan kontraktor. Sehubungan dengan itu dapat dilihat dari bank garansi jaminan pelaksanaan nomor MBG7771523628110 tanggal 04/01/2010 yang diterbitkan oleh Bank Mandiri keadaan ini menunjukan bahwa bank menjamin untuk membayar kepada pihak ketiga jika debitor wanprestasi.

2. Hubungan hukum antara terjamin (debitor) dengan penerima jaminan (bouwheer)

Hubungan hukum yang terjadi antara penerima jaminan dan terjamin adalah merupakan suatu perjanjian secara terus menerus yang perjanjian tersebut telah dibuat terlebih dahulu sebelum bank garansi tersebut diterbitkan oleh pihak bank, yang mana dalam hal ini penerima jaminan meminta atau menginginkan dari debitor suatu jaminan apabila nantinya lalai, penerima jaminan tetap menerima pembayaran yang merupakan haknya yang telah dicantumkan dalam perjanjian, dengan demikian bank garansi adalah merupakan persyaratan mutlak sebagai suatu jaminan suatu pembayaran jika debitor/terjamin tidak dapat memenuhi apa yang diperjanjikan, namun pencairan/pembayaran bank garansi tersebut dengan menunjukkan dokumen tertentu.

Dalam pembayaran /pencairan bank garansi telah dilakukan oleh bank, timbul suatu keadaan yang mana penerima jaminan telah memperoleh pembayaran atas dasar wanprestasi dari debitor yang dikemukakannya kepada bank, dilain pihak, debitor

dapat membuktikan bahwa pihaknya sudah tidak wanprestasi sehingga penerima jaminan karena keadaan yang demikian tidak berhak untuk menerima pembayaran dari pencairan bank garansi tersebut.

3. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Penerima Jaminan

Jika dilihat dari hubungan antara bank dengan penerima jaminan, sebenarnya dalam perjanjian tidak terlihat sebagai pihak yang turut menantangani perjanjian secara langsung antara pihak bank dengan penerima jaminan, namun karena mengikatkan diri untuk menjamin kepastian pembayaran, apabila pihak terjamin wanprestasi, adapun keterikatannya karena adanya perjanjian pemberian bank garansi yang diminta oleh terjamin yang disebutkan dalam perjanjian untuk membayar kepada penerima jaminan bila terjamin wanprestasi.

Oleh karena dalam perjanjian antara terjamin dengan penerima jaminan, bank bukanlah merupakan pihak, untuk itu perlu mendapat perhatian dan dicermati, karena kemungkinan akan terjadi adanya penyalah gunaan pada bank garansi, karena penerima jaminan dengan beritikad tidak baik, sehingga meminta pembayaran walaupun sebenarnya ia tidak berhak meminta dan untuk melakukannya. Sehubungan dengan itu untuk mengantisipasinya agar terhindar dari perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, maka bank membuat persyaratan yang jelas dan tegas yang bertujuan untuk mengurangi resiko yang akan timbul dikemudian hari, sehingga bank tidak melakukan pembayaran sebelum persyaratan yang telah diperjanjikan dipenuhi sebagaimana mestinya.

99

Bank garansi merupakan perjanjian untuk menanggung atau menjamin atau perjanjian garansi yang diatur didalam Pasal 1316 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan :

“Suatu perjanjian dimana seseorang telah menjamin atau menanggung seorang pihak ketiga, dengan menjanjikan bahwa orang ini akan berbuat sesuatu, dengan tidak mengurangi tuntutan pembayaran ganti rugi terhadap siapa yang telah menanggung pihak ketiga itu atau yang telah berjanji untuk menyuruh pihak ketiga tersebut menguatkan sesuatu, jika pihak ini menolak memenuhi perikatannya.132

Dalam prakteknya bank garansi adalah bentuk perjanjian penanggungan atau

borgtocht sebagai mana diatur dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahkan Bank Indonesia dalam surat edarannya nomor 23/5/UKU tanggal 28 februari 1991 menyebutkan bahwa bank garansi ditinjau dari segi hukum merupakan perjanjian penanggungan(borgtocht).

B. Akibat Hukum Terjadinya Pencairan Bank Garansi

Dokumen terkait