• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PERAN ATAU FUNGSI BANK GARANSI DALAM

B. Pemberian Bank Garansi dalam Praktek Perbankan

1. Subjek Hukum dalam Pemberian Bank Garansi

Pada dasarnya subjek hukum terdiri dari manusia (natuurlijke persoon) dan badan hukum (rechtspersoon), namun dalam pemberian bank garansi pada prakteknya subjek hukum yaitu :

a. Perorangan dan perusahaan perorangan. b. Badan usaha dan badan hukum.

Untuk badan usaha ini terbagi 2 yaitu:

1) Badan usaha yang tidak berbadan hukum;

64 R.I.SK.BI,nomor:23/72/KEP/DIR,tgl.28-02-1991.”Tentang Pemberian Bank Garansi”

45

2) Badan usaha yang berbadan hukum

Selanjutnya untuk itu terhadap pemilikan perusahaan dikelompokkan menjadi : 1). Perusahaan swasta yang dimiliki oleh pengusaha swasta;

2). Perusahaan Negara yang dimiliki oleh Negara atau badan usaha milik Negara (BUMN).

Menurut Soenawar Soekowati

Bahwa subjek hukum adalah manusia yang berkepribadian hukum (legal personality) dan segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban.65

Selanjutnya mengenai badan hukum R.Subekti mengatakan bahwa badan hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri,dapat digugat atau menggugat didepan hakim.66

Untuk itu pihak bank dalam menganalisis, dalam rangka pemberian bank garansi. Tentunya analisis yuridisnya akan berbeda antara calon debitor perorangan dengan badan hukum yaitu sebagai berikut :

a. Perorangan

Untuk calon pemohon bank garansi perorangan menurut hukum ada beberapa golongan orang yang dinyatakan tidak cakap bertindak dalam perbuatan hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

65Chaidir Ali,1991,Badan Hukum, Alumni Bandung,hlm. 7. 66Ibid, hlm.19.

1). Orang yang masih dibawah umur

Membicarakan masalah orang yang masih dibawah umur masih beraneka ragam, karena belum adanya keseragaman batasan umur antara undang-undang yang satu dengan Undang-Undang lainnya, hal ini terlihat bahwa Undang-Undang Nomor.30 tahun 2004 tetang Jabatan Notaris dalam Pasal 39 menyebutkan bahwa dewasa berumur 18 tahun, Undang-Undang No.12 tahun 2006, tentang kewarganegaraan, Pasal 9 huruf a menyebutkan bahwa dewasa berumur 18 tahun.67

Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak disebutkan dalam pasal 1 angka 1 bahwa dewasa berumur 18 tahun.68 Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, Pasal 50 menyatakan bahwa dewasa berumur 18 tahun.69 Sedangkan dalam prakteknya untuk dilakukannya pengikatan jaminan Badan Pertanahan Nasional tetap berpendirian bahwa dewasa berumur 21 tahun atau telah menikah sebelum berumur 21 tahun.70 Yurisprodensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor. 477/K/Pdt. Tanggal 13 okotober 1976, menyatakan bahwa dewasa berumur 18 tahun.71

67RI. Undang-undang No.12 tahun 2006, pasal 9 huruf a,tentang kewarga negaraan.

68 Hadi Setia Tunggal,2009.Undang-Undang Perlindungan Anak, Jakarta, Harvarindo, hlm.5. 69 MR.Martiman Projohamidjojo, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia,Jakarta,Indonesia legal center publishing, hlm.85.

70

Herlien Budiono, 2008, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Bandung, PT.Citra Aditua Bakti, hlm.369.

71 Winanto Wiryomartani, Kajian Hukum Dalam Praktek, (Batam : Pembekalan Dan Penyegaran Pengetahuan Ikatan Notaris Indonesia), 2-3 Juli 2010, hlm.9.

47

Sehingga pihak bank dalam menganalisis seorang itu dinyatakan cakap bertindak dalam hukum menjadi rancu dan muncul pertanyaan undang-undang yang mana diberlakukan untuk menyatakan orang itu dinyatakan dewasa.

2). Orang yang tidak sehat pikirannya/gila

Dalam hal ini adalah orang yang dibawah pengampuan yang diatur dalam Pasal 433 sampai dengan Pasal 462 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Sehubungan dengan itu pihak bank dalam memberikan fasilitas kredit atau pemberian bank garansi dilakukan analisis secermat mungkin, konsekwensinya apabila pihak bank terlanjur telah melakukan perjanjian, maka perjanjian tersebut dianggap tidak sah. Oleh karena itu ketelitian dan kecermatan dalam menganalisis pihak bank diperlukan kejelian agar dapat meminimalkan kerugian bagi pihak bank. Selain itu juga dalam mengalisis data-data pendukung lainnya tentunya pihak bank tetap memperhatikan hal yang tersebut dibawah ini.

a. Seorang laki-laki belum berumur 21 tahun (Pasal 330) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, namun apabila orang tersebut telah menikah, maka menurut hukum orang tersebut dianggap cakap bertindak untuk melakukan perbuatan hukum, untuk itu dalam melakukan perbuatan hukum perjanjian pemberian bank garansi maka persetujuan istri mutlak diperlukan karena harta yang diperoleh selama masa perkawinan adalah merupakan harta bersama(gemeenschap). b. Bahwa apabila seorang istri akan melakukan perbuatan hukum untuk melakukan

c. Seorang yang belum dewasa tidak boleh bertindak sendiri melainkan senantiasa harus diwakili oleh orang tuanya atau walinya untuk melakukan perbuatan hukum hal ini diatur dalam Pasal 345 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. d. Dalam praktek perbankan setiap pemberian kredit/pemberian bank garansi dalam

penandatanganan perjanjiannya baik perjanjian yang disediakan oleh bank maupun dihadapan notaris suami/istri harus hadir bersama-sama atau apabila diantara mereka tidak dapat hadir memberikan kuasa/persetujuan, karena dianggap untuk keperluan bersama(gemeenschaps schuld).

Kemudian apabila yang akan menjadi debitor adalah perorangan, maka pihak bank melakukan penelitian yang berkaitan dengan identitas tentang keabsahannya dan keasliannya berikut segala sesuatu kelengkapan yuridisnya yaitu :

1). Kartu identitas (KTP) dan kartu keluarga

Bertujuan bank akan lebih mudah untuk mengetahui alamat terakhir calon debitor dan menetapkan domisisli hukum, dan tidak akan terjadi kesalahan untuk dilakukannya pengikatan kredit/pemberian bank garansi dan dapat melihat tandatangannya sesuai kartu identitas debitor.

2). Akta nikah

Bertujuan untuk mengetahui kebenarannya apakah calon debitor adalah sebagai pasangan suami istri yang diikat perkawinan yang sah menurut hukum perkawinan.

49

Apabila diantara salah satu suami atau istri berhalangan tidak dapat hadir untuk menandatangani perjanjian kredit /pemberian bank garansi, maka dapat memberikan pertujuan secara tertulis secara dibawah tangan dengan dilegalisasi oleh dan atau dihadapan notaris dan atau secara akta otentik.

b. Perusahaan perorangan

Berbicara mengenai peraturan perusahaan perorangan hingga saat ini belum ada peraturan secara resmi, akan tetapi dengan perkembangan masyarakat secara umum telah menerima usaha dagang adalah merupakan perusahaan perorangan, yang mana dalam mendirikan perusahaan tersebut, pengusaha tersebut datang kekantor notaris untuk membuat akta pendiriannya dengan akta otentik.

c. Perusahaan yang bukan berbadan hukum

Bentuk perusahaan firma diatur dalam buku kesatu, titel ketiga, bagian kedua Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang diatur dalam Pasal 16-35 dan berlaku juga ketentuan yang diatur dalam Pasal 1618-1652 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hal ini ditegaskan dalam Pasal 15 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang berbunyi :

Bahwa persekutuan-persekutuan yang disebut didalam titel ini diatur oleh perjanjian-perjanjian antara pihak-pihak oleh kitab undang-undang ini dan oleh hukum perdata.72 Dalam pendirian perusahaan firma diharuskan dengan akta notaris sebagaimana ditentukan dalam Pasal 22 Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang. Selain itu perusahaan yang bukan berbadan hukum adalah persekutuan komanditer dalam perkembangan masyarakat secara umum dikenal dengan CV

(Commanditair Vennootschap) sebagaimana diatur dalam Pasal 19 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang berbunyi :

Bahwa persekutuan dengan jalan meminjam uang atau disebut juga persekutuan

komanditer, diadakan antara seorang sekutu atau lebih yang bertanggung jawab secara pribadi dan untuk seluruhnya dengan seorang atau lebih sebagai peminjam uang.73

d. Perusahaan yang berbadan hukum

Pendirian perseroan terbatas dimulai dari para pihak untuk mendirikan perseroan terbatas dengan akta yang dibuat dihadapan notaris, kemudian mengajukan permohonan untuk pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan pendaftaran serta pengumuman dalam berita Negara / tambahan berita negara Republik Indonesia, untuk pengesahan perseroan diatur dalam Pasal 9 ayat 1 UUPT, sedangkan pendaftaran perseroan diatur dalam Pasal 29 UUPT dan pengumuman perseroan dalam tambahan berita negara diatur dalam Pasal 30 UUPT, kesemuanya ini merupakan kewenangan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.74

73Ibid. hlm.17.

74 Habib Adjie, 2008, Status Badan Hukum, Prinsip-prinsip dan Tanggung Jawab Sosial

51

Dalam menjalankan perusahaan para pengurus membutuhkan jasa perbankan yang bertujuan agar perusahaannya dapat berkembang sesuai yang diharapkan, dalam hal ini perusahaan mendapat proyek untuk melaksanakan pekerjaan yang mana persyaratan dari pemilik proyek(bouwheer)mensyaratkan menyerahkan bank garansi untuk menjamin kepastian pembayaran kepada bouwheer apabila perusahaan wanprestasi, untuk itu bank memberikan bank garansi apabila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bank, untuk menjamin pembayaran kepada bank, sebagai jaminan perseroan kepada bank tersebut adalah harta kekayaan perseroan yang mana segala harta kekayaan yang dimiliki perseroan akan menjadi jaminan utang-utang perseroan, hal ini merupakan inti dari prinsip perlindungan untuk kepentingan kreditor/bank.

Hal ini diatur dalam Pasal 3 ayat 2 huruf d UUPT. Menurut M.Yahya Harahap.75

Klasifikasi perseroan ada 3 yaitu : 1). Perseroan tertutup

Pada perseroan tertutup mempunyai ciri khusus, antara lain :

a. Pemegang sahamnya terbatas dan tertutup hanya pada orang-orang yang masih kenal dan diantara mereka masih ada ikatan keluarga dan tertutup untuk orang luar.

b. Sahamnya jumlahnya sedikit yang ditetapkan dalam anggaran dasar dan sudah ditentukan dengan tegas siapa yang boleh menjadi pemegang saham. c. Sahamnya juga atas nama orang-orang tertentu secara terbatas.

2). Perseroan publik

Pasal 1 angka 8 UUPT 2007 menyebutkan :

Bahwa perseroan publik adalah perseroan yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal.

Dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang pasar modal Pasal 1 angka 22 perseroan publik harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Saham perseroan yang bersangkutan, telah memiliki sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham,

b) Memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp.3000.000.000,-(tiga miliar rupiah),

c) Atau suatu jumlah pemegang saham dengan jumlah modal disetor yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.

3). Perseroan terbuka (Perseroan Tbk)

Perseroan terbuka sebagaimana dinyatakan pada Pasal 1 angka 7 UUPT 2007, yang berbunyi :

Bahwa perseroan terbuka adalah perseroan publik atau perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal.

Jadi yang dimaksud dengan perseroan Tbk menurut Pasal 1 angka 7 UUPT 2007, adalah :

a) Perseroan publik yang telah memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 22 undang-undang no.8 tahun 1995 yakni memiliki pemegang saham sekurang-kurangnya Rp.3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah).

b) Perseroan yang melakukan penawaran umum saham dibursa efek.

Namun demikian terhadap subjek hukum yang berbadan hukum dalam hal ini adalah perseroan terbatas, penerapan dalam praktek masih mengandung polemik dalam pengikatan pemberian kredit/pemberian bank garansi, karena walaupun dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas berlaku tanggal 16 agustus 2007, dalam praktek masih terdapat anggaran dasar Perseroan Terbatas yang sudah disesuaikan dengan Undang-Undang No.40 tahun 2007 memuat ketentuan yang bertentangan dengan undang-undang tersebut, sebagai contoh tentang

53

kewenangan direksi untuk meminjan uang yang dibatasi dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari sekurang-kurangnya seorang anggota komisaris.

Sedangkan Pasal 108 ayat 4 Undang-Undang No.40 tahun 2007 menyebutkan : “Bahwa anggota dewan komisaris merupakan majelis dan setiap anggota dewan komisaris tidak bisa bertindak sendiri-sendiri malainkan berdasarkan putusan dewan komisaris. Oleh karenanya Notaris yang membuat perjanjian kredit tersebut tetap harus meminta persetujuan tertulis terlebih dahulu dari seluruh anggota dewan komisaris dan tidak cukup bila persetujuan diberikan oleh hanya seorang komisaris, seperti ditetapkan dalam anggaran dasar tersebut.”76

2. Perjanjian kredit/ pemberian bank garansi

Dokumen terkait