• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : Kesimpulan dan saran terhadap hasil analisa dari bab-bab sebelumnya

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Hubungan Hukum antara Pelaku Usaha dan Konsumen

A. Barang Rekondisi yang Mengandung Cacat Tersembunyi

Rekondisi adalah barang seken yang disulap dengan sedikit perbaikan dan make up sehingga terlihat baru untuk kemudian dibuat dus dan label. Lalu dengan

garansi yang diberikan, harga bisa jauh di atas harga baru.65 Secara kualitas, tentu saja barang-barang tersebut memiliki kualitas lebih rendah dari barang resminya.

Barang yang beredar di masyarakat dibagi menjadi empat: 66 a. Barang original/asli.

b. Barang PI (parrarel import)/black market.

c. Barang rekondisi.

d. Barang palsu.

Barang original/asli adalah barang yang masuk ke Indonesia melalui jalur resmi dan mempunyai distributor tunggal, barang berjenis ini dijamin penuh oleh distributor baik garansi maupun keasliannya. Hal ini dapat dilihat dari kartu garansi yang diterbitkan oleh distributor. Konsumen dapat melihat kode barang pada kemasan, kartu garansi dan isi harus sama persis. Kode barang umumnya telah masuk di database distributor. Jadi konsumen dapat melihat ciri-ciri tersebut secara nyata dan bisa langsung dicek ke distributor tidak mengira-ngira.67

65 Munarman, pengertian-rekondisi. http://komputer-fix.blogspot.com html. diakses tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 10.00 Wib

66 Rudi Suryanto, awas-barang-rekondisi-sudah-banyak, http://endirafid.blogspot.com/

.html. diakses tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 10.00 Wib.

67 Ibid.

Barang PI (parrarel import)/black market adalah barang yang masuk ke Indonesia melalui jalur importir, bukan jalur distribusi resmi.68 Biasanya barang jenis ini dijual dengan harga lebih murah dari yang resmi. Apakah barang tersebut asli atau palsu, itu tergantung dari kejujuran si importir sendiri. Ada importir yang mengimpor barang-barang secara utuh masih dalam segel pabrik ada juga yang mengambil secara satu persatu (dirakit di Indonesia). Metode perakitan sangat berpengaruh pada barang yang akan dijual. Soal garansi tentunya hanya dari importir tersebut yang menjamin. Konsumen tidak akan mendapatkan kode barang yang terdaftar di distributor resmi sehingga segala bentuk klaim atas barang tersebut ke distributor pasti ditolak. Tetapi kadang konsumen mendapatkan barang dengan kualitas bagus dan dapat bertahan lebih lama.

Barang rekondisi sering membuat konsumen tertipu, barang yang dikatakan baru padahal isinya bekas pakai. Membedakan barang itu asli atau rekondisi sebenarnya tidak terlalu sulit sebab konsumen bisa cek kode barang kemasan, isi dan kartu garansi, sama atau tidak. Jika sama berarti barang yang konsumen dapat adalah barang resmi dan jika tidak sama barang tersebut hampir bisa dipastikan barang rekondisi. Konsumen bisa membawa ke distributor resmi untuk mengetahui kebenarannya. Barang berjenis ini sangat merugikan konsumen dikarenakan usia spart part akan lebih pendek dan biasanya mereka memakai merek sendiri ada juga yang memakai merek yang sudah ada dengan melakukan sedikit perbaikan sehingga terlihat seperti baru.

Barang palsu benar-benar merugikan konsumen, karena jelas barang yang tidak berkualitas. Barang jenis ini biasanya mempunyai kemasan yang buruk,

68 Ibid.

label pada kemasan atau isi tidak solid, tidak ada garansi, umur pemakaian jauh lebih pendek.

Tidak semua barang yang beredar di pasar memiliki kualitas yang prima.

Ada saja barang-barang yang dipasarkan ala kadarnya, bahkan tidak memenuhi standar-standar yang telah digariskan. Sebagai pembeli yang pintar harus punya kesadaran untuk selalu meneliti sebelum membeli agar tidak menyesal dikemudian hari.69

UU No. 8 Tahun 1999 tidak mengatur tentang pengertian barang cacat dan barang cacat tersembunyi baik dalam bab tentang ketentuan umum yang memberikan pengertian terhadap berbagai istilah maupun pada bab-bab selanjutnya, dan barang cacat bukan merupakan satu-satunya alasan dasar pertanggungjawaban pelaku usaha, karena UU No. 8 Tahun 1999 hanya menentukan bahwa pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat mengomsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.70

Di Indonesia, cacat pada barang didefenisikan sebagai berikut: “setiap barang yang tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya, baik karena kesengajaan atau kealpaan dalam proses maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat-syarat keamanan bagi manusia atau harta benda mereka dalam penggunaannya, sebagaimana diharapkan orang.71

69 http://destikanababan.blogspot.com/ diakses pada 10 November 2016 Pukul 21.00 Wib.

70 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit., .hal.30.

71 A.Z. Nasution, Sekilas Hukum Konsumen. Hukum Perlindungan Konsumen Sebagai Pengantar, Diadit Media, Yogyakarta, 2001, hal. 94

Pendapat lain mengatakan, yang dimaksud barang cacat adalah barang yang tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya, karena tiga hal yaitu:72

1. Cacat manufaktur (Manufacturing Defect)

Cacat produk atau manufaktur adalah keadaan produk yang umumnya berada dibawah tingkat harapan konsumen atau dapat pula cacat itu sedemikian rupa sehingga membahayakan harta bendanya, kesehatan tubuh, atau jiwa konsumen. Cacat barang atau manufaktur adalah apabila suatu produk dibuat tidak sesuai dengan persyaratan sehingga akibatnya barang tersebut tidak aman bagi konsumen.

2. Cacat desain

Pengertian cacat desain sama dengan pengertian cacat manufaktur, yaitu apabila bahaya dari barang tersebut lebih besar daripada manfaat yang diharapkan oleh konsumen biasa atau bila keuntungan dari desain barang tersebut lebih kecil dari resikonya.

3. Cacat peringatan atau instruksi

Cacat peringatan atau instruksi adalah cacat barang karena jika tidak dilengkapi dengan peringatan – peringatan tertentu atau instruksi penggunaan tertentu. Suatu barang harus terdapat label yang memberikan kepada konsumen tentang petunjuk penggunaan pemakaian dan peringatan. Jadi Cacat peringatan adalah apabila buku pedoman, buku panduan, pengemasan, etiket, atau plakat tidak cukup memberikan peringatan tentang bahaya yang mungkin timbuk dari produk tersebut atau petunjuk tentang penggunaannya yang aman.

72 Adrian Sutedi, Op.Cit., hal 71

KUH Perdata memberikan pengertian mengenai cacat sebagai yang

“sungguh-sungguh” bersifat sedemikian rupa yang menyebabkan barang itu “tidak dapat digunakan” dengan sempurna sesuai dengan keperluan yang semestinya dihayati oleh benda itu, atau cacat itu mengakibatkan “berkurangnya manfaat”

benda tersebut dari tujuan yang semestinya.73

KUH Perdata mengatur mengenai barang cacat dapat dilihat dalam Pasal 1504 sampai Pasal 1512, dikenal dengan terminologi cacat tersembunyi. Pasal 1504 KUH Perdata menentukan bahwa pelaku usaha/penjual selalu diharuskan untuk bertanggung jawab atas adanya cacat tersembunyi dalam hal demikian.

Sehingga apabila pembeli mendapatkan barangnya terdapat cacat tersembunyi maka terhadapnya diberikan dua pilihan. Pilihan tersebut sesuai dengan Pasal 1507 KUH Perdata, yaitu:

1. Mengembalikan barang yang dibeli dengan menerima pengembalian harga (refund)

2. Tetap memiliki barang yang dibeli dengan menerima ganti rugi dari penjual.

Mengenai masalah apakah pelaku usaha mengetahui atau tidak akan adanya cacat tersebut tidak menjadi persoalan. Baik dia mengetahui atau tidak, penjual/atau pelaku usaha harus menjamin atas segala cacat yang tersembunyi pada barang yang dijualnya. Pasal 1506 KUH Perdata menyebutkan: Ia (pelaku usaha/penjual) diwajibkan menanggung terhadap cacat tersembunyi, meskipun ia sendiri tidak mengetahui adanya cacat itu, kecuali jika ia, dalam hal yang demikian, telah meminta diperjanjikan bahwa ia tidak diwajibkan menanggung

73 http://destikanababan.blogspot.com/ diakses pada tanggal 10 November 2016 Pukul 21.00 Wib.

sesuatu apapun. Cacat tersembunyi adalah cacat yang mengakibatkan kegunaan barang tidak sesuai dengan tujuan pemakaian semestinya.74

Menurut Adrian Sutedi, perkataan “tersembunyi” ini harus diartikan bahwa adanya cacat tersebut tidak mudah dapat dilihat oleh seseorang konsumen yang normal, bukan seorang konsumen yang terlampau teliti, sebab sangat mungkin sekali orang yang sangat teliti akan menemukan adanya cacat tersebut.75

Adanya cacat-cacat yang tersembunyi pada barang yang dibeli, konsumen dapat mengajukan tuntutan atau aksi pembatalan jual beli, dengan ketentuan tersebut dimajukan dalam waktu singkat, dengan perincian sebagaimana yang ditentukan Pasal 1508 KUH Perdata :76

1. Kalau cacat tersebut dari semula diketahui oleh pihak pelaku usaha, maka pelaku usaha wajib mengembalikan harga penjualan kepada konsumen dan ditambah dengan pembayaran ganti rugi yang terdiri dari ongkos, kerugian dan bunga.

2. Kalau cacat ini benar-benar memang tidak diketahui oleh pelaku usaha, maka pelaku usaha hanya berkewajiban mengembalikan harga penjualan serta biaya-biaya (ongkos yang dikeluarkan pembeli waktu pembelian dan penyerahan barang)

3. Kalau barang yang dibeli musnah sebagai akibat yang ditimbulkan oleh cacat yang tersembunyi, maka pelaku usaha tetap wajib mengembalikan harga penjualan kepada konsumen.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan barang yang mengandung cacat tersembunyi menurut hukum adalah keadaan yang mengakibatkan barang/benda itu tidak dapat dipakai atau mengurangi daya pakainya yang bila hal ini lebih dulu diketahui maka tidak akan terjadi jual beli atau setidak-tidaknya harga pembelian berkurang. Barang cacat tersembunyi tidak jauh berbeda dengan barang cacat pada umumnya.

74 Adrian Sutedi, Op.cit., hal.76.

75 Ibid.

76 Ibid, hal.78

B. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Akibat Perbuatan Menjual Produk