• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skema pipa SSWJ I dan SSWJ II (Sumber : PGN).

1. Gas dari PGN

PGN (Perusahaan Gas Negara) adalah salah satu pemasok gas terbesar PLN. Sumber gas PGN berasal dari lapangan ConocoPhillips di Jambi. Gas ini disalurkan ke pembangkit PLN melalui pipa South Sumatera West Java (SSWJ) I dan SSWJ II, yang membelah daratan dan lautan untuk menghubungkan Sumatera dan Jawa. SSWJ I membentang dari Pagardewa, Sumatera Selatan, sepanjang 445 km dengan diameter 24” sampai 32” menuju Bojonegara, Banten, untuk

Offtake Station SBU Distric Area

Existing Main Distribution Pipeline Under Development Main Distribution Pipeline Constructed in 2007 (Under Tender Process) SSWJ Transmition Pipeline Palembang SSWJ II SSWJ I Banten Bogor Bekasi Karawang Cirebon

menyalurkan gas ke sejumlah pembangkit seperti PLTGU Cilegon. Adapun SSWJ II membentang sepanjang 654 km dengan diameter 16” hingga 32” dari station Grissik, Jambi, ke station Muara Bekasi, Jawa Barat, dengan kapasitas pipa saat ini 530 bbtud

Pembangkit PLN yang menerima gas dari PGN adalah PLTGU Cilegon kapasitas 750 MW. Unit bisnis PLN Pembangkitan Jawa Bali (PJB) ini beroperasi komersial sejak Mei 2006. Untuk mengoperasikan PLTGU Cilegon, PLN mendapat pasokan gas antara lain dari PGN. Pasokannya sebanyak 27,27- 30 bbtud. Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) berlaku mulai 2009 sampai 2019 dengan harga gas rata-rata sebesar ± USD 6,4 per mmbtu berdasarkan kelompok tarif K2 aturan tarif PGN.

Selain ke PLTGU Cilegon, PGN menyuplai gas ke PLTG Priok. Hal ini tertuang dalam PJBG antara PT Indonesia Power (IP) dengan PGN. Gas dari PGN sebesar 27-30 sampai 31 Agustus 2013.

Pada 1 Mei 2012, PGN menaikkan harga gas ke industri dari ± USD 6,4 per mmbtu menjadi ± USD 10,13 per mmbtu atau naik 55%. PGN beralasan, kenaikan harga jual gas ke industri untuk mengimbangi keputusan ConocoPhillips dan Pertamina EP, dua pemasok gas utama PGN, yang menaikkan harga jualnya. Saat itu, ConocoPhillips menaikkan 203% harga gas ke PGN menjadi USD 5,61 per mmbtu. Sementara Pertamina EP menaikkan harga gas ke PGN 147%, menjadi USD 5,5 per mmbtu. Kenaikan harga gas PGN menimbulkan banyak protes dari sebagian besar pelanggan PGN, sehingga Pemerintah mengevaluasi kenaikan harga itu. Pemerintah akhirnya memutuskan sejak 1 September 2012, diberlakukan kenaikan harga gas bertahap dari tarif USD 6,74/MMBTU + Rp 750/m3 ekuivalen dengan USD 9 per mmbtu dan untuk tahap selanjutnya menjadi USD 7,56/MMBTU+ Rp 750/m3 mulai 1 April 2013.

Kenaikan harga berlaku juga bagi PLN yang mendapat pasokan gas melalui pipa SSWJ yang dioperasikan oleh PGN. Namun PLN

PLTGU Cilegon 740 MW (Sumber : PLN).

mengusulkan agar harga gas yang melalui pipa SSWJ diberlakukan skema terbuka (open access). Dengan skema itu, maka harga tidak boleh ditetapkan oleh Direksi PGN tetapi oleh BPH MIGAS sebagai Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH MIGAS) dengan wewenang menetapkan sejumlah ongkos (toll fee) tertentu untuk gas yang melewati pipa tersebut.

Demi mendapatkan harga gas lebih kompetitif, PLN memilih untuk membeli gas langsung ke produsen tanpa melalui trader, sehingga mempersingkat rantai distribusi. Pembelian langsung ke produsen dimungkinkan dalam Peraturan Tata Kerja (PTK) BP Migas (sekarang SKK MIGAS) Nomor 29 Tahun 2009. Sebagai perbandingan, saat ini harga gas dari ConocoPhilips yang dibayar PGN hanya USD 5,6 per mmbtu dan PGN menjual gas tersebut ke PLN dengan harga USD 10,2 per mmbtu. Jika langsung membeli gas dari ConocoPhilips misalnya, setidaknya PLN bisa memperoleh gas dengan harga hanya USD 7,3 per mmbtu sudah termasuk toll fee.

Saat ini, PLN memperoleh total pasokan gas dari PGN melalui pipa SSWJ I dan II sebesar 147 bbtud. Gas yang dialirkan melalui pipa SSWJ itu digunakan untuk memasok PLTGU Muara Tawar di Bekasi sebesar 79 bbtud, PLTGU Cilegon di Banten 30 bbtud, PLTGU Tanjung Priok di Jakarta Utara 30 bbtud, dan 8 bbtud untuk PLTG Talang Duku di Sumsel dan 40 bbtud di Batam.

Untuk pembangkit Muara Tawar yang terdiri atas 5 blok dengan kapasitas total 1350 MW, PGN memasok 200 bbtud sejak 1 April 2008, lalu turun menjadi 79 bbtud sejak 2011 dan berakhir 31 Maret 2013. Gas dari PGN yang didapat dari lapangan ConocoPhilips dialirkan ke Muara Bekasi melewati pipa SSWJ II PGN. Muara Tawar juga mendapat gas dari Medco lapangan South and Central Sumatera (S & CS-eks Keramasan) sebesar 20 bbtud, yang juga dititipkan melalui pipa PGN ke Muara Tawar.

Selain itu, pembangkit Muara Tawar memperoleh pasokan gas dari lapangan Sungai Kenawang-Jambi Merang, yang dioperaikan JOB Pertamina Talisman Jambi Merang. Penyaluran gas dilakukan

dengan mekanisme swap, karena sampai saat ini pipa yang menghubungkan sumber gas lapangan Sungai Kenawang-Jambi Merang ke pipa SSWJ II PGN masih belum selesai. Dengan mekanisme swap, gas dari Jambi Merang disalurkan ke PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) melalui pipa TGI jalur Grissik-Duri. Sebagai gantinya, gas dari ConocoPhilips yang seharusnya dialirkan ke CPI melalui pipa TGI dipindahkan ke Muara Tawar melalui pipa SSWJ II PGN. Strategi ini satu upaya PLN untuk menyerap lebih banyak gas walaupun dalam kondisi keterbatasan infrastruktur pipa transmisi gas.

2. Gas dari PHE ONWJ

PLTGU Tanjung Priok dan Muara Karang dipasok juga oleh Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), sebesar 100 bbtud (JPH) dan 110 bbtud (JPMH). Sesuai PJBG, gas sejumlah 679,44 TBTU disalurkan ke Muara Karang dan Tanjung Priok sampai tahun 2017. Namun karena kebutuhan gas yang besar di kedua pembangkit itu, PLN dan PHE ONWJ sepakat untuk melakukan akselerasi penyaluran gas sebesar 20% di atas JPMH,

sehingga diperkirakan penyaluran gas secara keseluruhan berakhir sebelum 2017. Saat ini sedang dijajaki peluang untuk mendapatkan tambahan alokasi gas sebelum PJBG berakhir.

Rata-rata PHE ONWJ memasok 120-140 bbtu gas per hari ke PLTGU Tanjung Priok dan PLTGU Muara Karang. Dari produksi gas rata-rata dari blok migas PHE ONWJ yang mencapai 170,4 bbtud dengan volume harian fluktuatif. Gas itu disalurkan ke PLN dan pelanggan PHE ONWJ lain seperti Pupuk Kujang.

3. Gas Pertamina EP

Selain dari PGN, Pembangkit Muara Tawar pun mendapat pasokan gas dari PT Pertamina EP. Pasokan gas sebesar 30 bbtud itu berasal dari lapangan Pondok Tengah melalui PJBG antara anak perusahaan PLN, yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dengan Pertamina EP. Perjanjian berlaku sejak 1 Juni 2008 hingga 20 Juni 2012.

Dalam adendum terakhir yang ditandatangani tanggal 26 Desember 2012, Pertamina EP (PEP) dan PJB sepakat untuk

memasok gas ke PLTGU Muara Tawar sebesar 44.433,97 MMscf selama empat tahun. Terhitung mulai 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2015. Karena kualitas gas dari PEP kurang bagus, sehingga untuk teknis penyerapannya, gas dari PEP harus dicampur dengan gas dari PGN. Komposisinya 1 : 3 (1 PEP dan 3 PGN).

4. FSRU Jawa Barat

Fasilitas penyimpanan dan regasifikasi LNG terapung atau

Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) Jawa Barat yang

berlokasi di Teluk Jakarta dioperasikan oleh PT Nusantara Regas (NR), perusahaan patungan Pertamina dan PGN memasok gas ke PLTGU Muara Karang dan Tanjung Priok. FSRU mempunyai kapasitas storage 125.000 m3 atau setara dengan 3000 bbtu yang berasal dari kilang LNG Bontang.

Pada tahun 2013, komitmen pasokan kargo LNG dari Nusantara Regas untuk Muara Karang dan Tanjung Priok sebesar 22 kargo atau setara dengan 170 bbtud, sedangkan kapasitas regasifikasi fasilitas

FSRU mencapai 500 bbtud. Adapun komitmen volume pasokan sampai akhir kontrak pada tahun 2022 adalah 11,03 million ton.

Fasilitas FSRU berada pada jarak 15 km dari PLTGU Muara Karang, sehingga gas dialirkan melalui pipa bawah laut yang dibangun oleh PT Nusantara Regas. Pengaliran gas pertama kali dari FSRU ini dilakukan bulan Mei 2012. Realisasi penyaluran gas dari FSRU 0,7 MT seluruhnya ke Muara Karang pada tahun 2012. Saat ini sedang dilakukan pekerjaan upgrading ORFTanjung Priok sehingga pasokan gas ke Priok menjadi sebesar 200 bbtud. Berdasarkan kebutuhan, PLTGU Priok memerlukan pasokan gas s.d 300 bbtud pada periode beban puncak. Untuk dapat merealisasikannya perlu pembangunan tambahan kapasitas ORF sebesar 100 bbtud.

Dengan pasokan gas dari terminal LNG rata-rata 165 MMscfd ke PLTGU Muara Karang, maka PLTGU Muara Karang sepenuhnya menggunakan gas. Sehingga, PLN menghemat biaya pembelian bahan bakar minyak sekitar $1,650,000 per hari atau Rp 16 milyar per bulan.

5. Gas Lapangan South East Sumatera

Offshore PSC CNOOC

Selain dari PGN, PLTGU Cilegon mendapat pasokan gas dari lapangan South East Sumatera Offshore PSC yang dioperasikan CNOOC, dengan titik serah di plant gate. Kontrak dimulai 13 Maret 2006 sampai 5 September 2018, dengan jumlah penyerahan harian sebesar 80 bbtud. Kendati realisasinya pernah mengalami penurunan menjadi rata-rata 73 bbtud pada 2011 sampai pertengahan 2012, tetapi mulai bulan Juli 2012 sudah dapat memasok hingga rata-rata 80 bbtud dengan melakukan investasi baru, yaitu eksplorasi sumur baru (sumur Asti dan Mila) dan penambahan kompresor di sumur Banuwati.

6. Lapangan Daerah Operasi Hulu

Jawa Bagian Barat

Untuk menghidupkan pembangkit listrik Sunyaragi, PLN melalui anak perusahaan PT Indonesia Power membuat PJBG dengan Pertamina. Dalam perjanjian itu, Pertamina memasok gas sebesar 4,5 bbtud dari lapangan Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat, sejak tahun 2004 sampai 2012. Saat ini PJBG telah berakhir dan beberapa unit pembangkit di Sunyaragi sudah dipindahkan ke daerah lain untuk memenuhi kebutuhan kelistrikan di Sumatera. q

Provinsi

Dokumen terkait