• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gas

MIGAS), yang telah dibubarkan dan diganti menjadi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK MIGAS). Waktu itu, dalam kontrak tertulis kesepakatan selama 12 tahun, tapi bisa saja sebelum 12 tahun cadangan gas telah habis, sehingga komitmen PJBG tidak terpenuhi. Padahal, PLN sudah melakukan pengadaan dan pembangunan pembangkit serta membangun jaringan, tetapi kemudian gas ternyata tidak ada.

Boleh dikatakan, ada ketidakpastian bagi PLN untuk security

of supply. Diperparah dengan tak adanya klausul penalti dalam

kontrak itu, karena ketentuan yang disetujui oleh SKK MIGAS adalah best effort (upaya tebaik yang dapat dilakukan pemasok dalam memenuhi komitmen penyaluran gas). Lantaran keberadaan benda-benda dalam perut bumi memang tak bisa diukur dengan pasti. Inilah kelemahannya.

Director of Business Development Transgasindo Arief Transindra Kushermawan menunjukkan peta line pipe miliknya kepada Dirut PLN Nur Pamudji usai penandatanganan gas

transportation agreement (GTA) yang akan memanfaatkan gas sebesar 35 mmscfd dari JOB

Kendati seharusnya jika mengacu pada perkembangan teknologi yang makin canggih, sesungguhnya bisa didapat perkiraan akurat dengan selisih 0,01% atau minimal antara 90% hingga 99% sesuai keadaan sebenarnya. Terlebih saat ini, dengan semakin banyak ilmuwan yang berkecimpung menekuni studi tentang tanah (geologi) dan mengetahui sifat-sifat tanah hingga kondisi yang ada di dalamnya, maka prediksi awal sebenarnya semakin mendekati kenyataan.

Pada tataran proses, Divisi Gas dan BBM mencari gas bersama dengan SKK MIGAS atau lembaga dan instansi yang memiliki sumber gas serta menjadi pemasok. Lalu untuk meyakinkan, dimintakan sertifikat cadangan gas dari instansi yang berwenang seperti LEMIGAS untuk memberi keyakinan bahwa cadangan gas benar-benar ada, termasuk seberapa besar perkiraan gas yang ada dalam tanah tersebut.

Tak cukup di situ saja strategi Divisi Gas dan BBM mencari gas. Upaya lain adalah melakukan swap gas. Hal ini karena keterbatasan CNG Jakabaring.

infrastruktur pipa gas dan tidak terintegrasinya jaringan pipa mengakibatkan sumber gas yang terdapat pada suatu daerah tidak dapat disalurkan ke daerah lain. Misalnya, sumber gas lapangan Sungai Kenawang Jambi Merang di daerah Jambi. Ternyata gas ini tidak dapat disalurkan ke Pulau Jawa untuk memenuhi kebutuhan gas di Muara Tawar, karena belum ada pipa yang menghubungkan Sungai Kenawang ke titik serah pipa South Sumatera West Java (SSWJ) milik PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Selama ini, yang terhubung dengan pipa SSWJ adalah gas dari lapangan ConocoPhilips. Untuk itu, dilakukanlah mekanisme swap. Gas dari Jambi Merang ke Muara Tawar disalurkan ke Chevron. Sebagai gantinya, gas ConocoPhilips ke Chevron dialirkan ke Muara Tawar. Gas mengalir setelah seluruh aspek komersial dan legal disepakati. q

Selalu ada jalan lain menuju Roma. Agaknya istilah ini tepat sekali disematkan pada Divisi Gas dan BBM jika menilik sepak terjangnya dalam memburu gas. Dihadang bermacam permasalahan, mereka tak mau tinggal diam. Solusi-solusi jitu terus dipikirkan, sehingga berbuah jalan keluar dari permasalahan yang menelikungnya. Salah satu solusi yang dicanangkan untuk mengatasi masalah adalah penerapan teknologi CNG (Compressed Natural Gas).

CNG adalah teknologi penyimpanan gas dengan memampatkannya pada tekanan tinggi sampai 250 bar. Dengan metode ini, dapat diperoleh volume gas yang besar dengan dimensi ukuran tempat penyimpan yang lebih kecil, bisa mencapai seperdua ratus dari volume normal. Fluktuasi beban pelanggan memang mengharuskan PLN menggunakan gas lebih banyak pada waktu beban puncak. Masalahnya adalah pemasok gas menginginkan penyaluran gas dengan volume dan laju alir (flow rate) yang konstan (flat), tidak ada perbedaan signifikan antara base load dan

peak load. Untuk itu, gas harus ditampung dengan menggunakan

teknologi CNG. Dengan menggunakan teknologi ini, gas hanya dikeluarkan pada saat beban puncak, sehingga bisa menghasilkan listrik dengan daya lebih besar.

Ide ini muncul untuk mengatasi permasalahan keterbatasan yang kerap terjadi di pemasok yang tidak mampu memenuhi kebutuhan PLN dengan pola penyerapan yang mempunyai fluktuasi

Solusi

untuk

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

SOLUSI PEMENUHAN BEBAN PUNCAK

pemakaian tinggi (swing). Pada saat beban puncak (pagi sampai dengan malam) kebutuhannya tinggi, sedangkan di luar waktu beban puncak (tengah malam sampai dini hari) kebutuhannya rendah. Apabila pola ini menggunakan gas dari pipa, maka dapat menyebabkan kerusakan pada instalasi pipa akibat vibrasi ketika volume sangat tinggi dan kerusakan di sumur gas ketika penyerapan sangat rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka digunakanlah teknologi CNG, sehingga penyerapan gas pada pipa menjadi konstan.

Ide jitu berikutnya adalah pemanfaatan LNG (Liquefied Natural

Gas) termasuk implementasi teknologi mini LNG. LNG dan mini

CNG Jakabaring.

cair, namun mini LNG volumenya lebih kecil (di bawah 50 bbtud). Adapun kapal pengangkut mini LNG umumnya berkapasitas sampai 20.000 m3. Ide ini untuk membantu menekan biaya pembangkit listrik sehingga lebih banyak dana yang bisa dialokasikan untuk menambah kapasitas dan memenuhi kebutuhan listrik. Khusus Teknologi Mini LNG sangat tepat sehingga solusi bahan bakar bagi pembangkit-pembangkit yang tersebar di pulau-pulau kecil. Disadari atau tidak, Indonesia merupakan negara dengan ribuan pulau, dari pulau kecil yang hanya dihuni ratusan kepala keluarga hingga pulau besar tempat bermukimnya jutaan kepala keluarga.

Pulau-pulau kecil tidak semuanya memiliki sumber daya yang bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Moda transportasi gas untuk memenuhi kebutuhan pulau-pulau tersebar yang letaknya

Tube Skid CNG Jakabaring.

sangat jauh dari sumber gas mempergunakan transportasi energi dalam bentuk LNG. Melalui moda transportasi LNG ini, volume kecil akan menghasilkan gas hasil regasifikasi dalam jumlah cukup besar (sampai 600 kali dari volume LNG). Sekarang pun dikembangkan mini LNG, yaitu fasilitas pengolah gas menjadi LNG skala kecil serta menggunakan kapal LNG kecil sebagai moda transportasi. Model ini sangat cocok dengan kondisi sumber pasokan gas dan kondisi geografis Indonesia.

Solusi-solusi itu menunjukkan keseriusan PLN dalam menangani pasokan listrik dengan memanfaatkan bahan bakar yang lebih murah ketimbang BBM. Upaya perbaikan dan pembenahan terus dilakukan agar memperoleh hasil maksimal. Maklum, saat ini Divisi Gas dan BBM diperkuat 13 orang pegawai saja. Sedangkan harus diakui, gas adalah salah satu unsur ketahanan energi nasional, sehingga isu mengenai gas merupakan isu nasional. q

Mendulang

Gas

di Pulau

Andalas

B

erupaya keras mendapatkan gas dari bumi negeri sendiri, Divisi Gas dan BBM membidik Andalas sebagai satu sasaran utama. Andalas alias Pulau Sumatera memang memiliki sumber cadangan gas yang melimpah. Tidak salah apabila PLN banyak membangun pembangkit listrik berbahan bakar gas di Pulau Sumatera.

Berikut ini adalah sumber-sumber gas yang ada di Pulau Sumatera.

Pulau Sumatera terdapat beberapa lokasi pemanfaatan CNG dan LNG. PLTG Panaran PLTGU Belawan PLTMG Rengat PLTG Teluk Lembu PLTMG Dun (+CNG Plant)

PLTMG Sungai Gelam (+CNG Plant)

CNG Jakabaring

PLTG Inderalaya PLTG Borang

PLTG Talang Duku PLTMG Sungai Gelam (+CNG Plant)

Dokumen terkait