• Tidak ada hasil yang ditemukan

Barisan dan Limit Barisan Bilangan Real

Dalam dokumen Integral riemann-darboux - USD Repository (Halaman 16-33)

BAB II SISTEM BILANGAN REAL DAN FUNGSI REAL

2. Barisan dan Limit Barisan Bilangan Real

4. Fungsi Kontinu 5. Turunan

1. Integral Darboux 2. Partisi Penghalus 3. Teorema Darboux

4. Syarat Terintegral Darboux

5. Integral dari Jumlah dan Selisih dari Fungsi Terintegral Darboux IV.INTEGRAL RIEMANN

1. Integral Riemann dan Hubungannya dengan Integral Darboux 2. Fungsi-fungsi Terintegral Riemann

3. Integral dan Turunan

4. Teorema Fundamental Kalkulus

5. Teorema Nilai Rata-rata dari Kalkulus Integral 6. Pengintegralan Parsial

7. Mengubah Variabel dalam Integral Riemann 8. Teorema Nilai Rata-rata Kedua

V. PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Saran

Dalam bab ini akan dibahas materi-materi yang akan digunakan sebagai landasan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya. Materi-materi tersebut antara

lain: sistem bilangan real R, barisan bilangan real, limit fungsi real dan fungsi

kontinu, serta turunan fungsi real.

1. Sistem Bilangan Real R

Dalam subbab ini akan dipaparkan tentang himpunan bilangan real R serta

sifat-sifatnya. Sistem bilangan real R ternyata dibentuk dari sistem bilangan yang lebih sederhana, antara lain sistem bilangan asli N=

{

1,2,3,4,K

}

yang anggotanya disebut bilangan asli (positive integer), sistem bilangan cacah N0=

{

0,1,2,3,4,K

}

yang anggotanya disebut bilangan cacah (counting number), sistem bilangan bulat

Z=

{

L,−3,−2,−1,0,1,2,3,K

}

yang anggotanya disebut bilangan bulat (integer),

dan sistem bilangan rasional Q

⎩ ⎨ ⎧ = m n n m , : Z dan n≠0 ⎭ ⎬ ⎫ yang anggotanya

disebut bilangan rasional atau pecahan.

Definisi 2. 1. 1.

Pada sistem bilangan real R untuk setiap pasangan terurut a,b∈R, terdefinisi

elemen a+b dan ab dari R berturut-turut disebut penjumlahan dan perkalian

1. a,b∈R maka a+b∈R ( Tertutup pada penjumlahan )

2. a+b=b+a, untuk semua a,b∈R (Sifat komutatif terhadap

penjumlahan)

3.

(

a+b

)

+c=a+

(

b+c

)

, untuk semua a,b,c∈R ( Sifat asosiatif terhadap penjumlahan )

4. terdapat elemen tunggal 0∈R sehingga a+0=0+a=a, untuk semua

a R ( Elemen identitas untuk penjumlahan )

5. untuk masing-masing a∈R terdapat elemen tunggal −a∈R sehingga

( ) ( )

− = − + =0

+ a a a

a (Elemen invers untuk penjumlahan )

6. a,b∈R maka ab∈R ( Tertutup pada perkalian )

7. ab=ba, untuk semua a,b∈R ( Sifat komutatif terhadap perkalian ) 8.

( )

ab c=a

( )

bc , untuk semua a,b,c∈R ( Sifat asosiatif terhadap perkalian )

9. terdapat elemen tunggal 1∈R sehingga 1a =a1=a untuk semua a∈R

(Elemen identitas untuk perkalian)

10.untuk setiap a≠0,a∈R terdapat elemen tunggal −1

a R sehingga

1

1 =

aa ( Elemen invers untuk perkalian )

11.

(

a+b

)

c=ac+bc, untuk semua a,b,c∈R ( Sifat distributif )

Definisi 2. 1. 2.

Diberikan himpunan bilangan real R. Terdapat himpunan bagian tak kosong P

dari R, yang disebut himpunan dari bilangan real positif, yang memenuhi:

2. jika a,b∈P maka ab∈P

3. jika a∈R maka tepat satu yang terpenuhi dari: ∈

a P, a=0, −a∈ P ( Sifat trikotomi )

Definisi 2. 1. 3.

Misal a,b∈R.

a. Jika ab∈P, maka dapat ditulis a>b atau b<a. b. Jika ab∈P∪

{ }

0 , maka dapat ditulis ab atau ba.

Teorema 2. 1. 5.

Jika a,b,c∈R, maka berlaku

a. jika a<b dan b<c, maka a<c

b. a<b maka a+c<b+c

c. a<b dan c>0, maka ca<cb

d. a<b dan c<0, maka ca>cb Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 2.1.7.

Teorema 2. 1. 4.

a. Jika a∈R, dan a≠0, maka a2 >0. b. 1>0

c. Jika n∈N, maka n>0.

Lihat Bartle[1], Teorema 2.1.8.

Teorema 2. 1. 5.

Jika a∈R dan 0≤a<ε, untuk setiap ε >0, maka a=0.

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 2.1.9.

Teorema 2. 1. 6.

Jika ab>0, maka berlaku a. a>0 dan b>0, atau b. a<0 dan.b<0.

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 2.1.10.

Akibat 2. 1. 7.

Jika ab<0, maka berlaku a. a<0 dan b>0, atau b. a>0dan.b<0.

Bukti.

Lihat Bartle[1], Akibat 2.1.11.

Definisi 2. 1. 8.

didefinisikan sebagai ⎩ ⎨ ⎧ < − ≥ = . 0 jika , 0 jika , x x x x x Teorema 2. 1. 9. Jika x,y∈R, maka 1. x 2 = x2 = −x 2 2. xy = xy 3. , y x y x = dengan y≠0 Bukti.

Lihat Malik[4], Teorema 6, halaman 28.

Teorema 2. 1. 10. (Ketidaksamaan Segitiga)

Untuk semua x,y∈R, berlaku

1. x+yx + y , dan

2. xyxy .

Bukti.

Lihat Malik[4], Teorema 7, halaman 29.

Definisi 2. 1. 11.

b a− .

Misal a∈R dan ε >0. Persekitaran ε dari a adalah himpunan

( )

a =

{

xxa

}

V R : .

Teorema 2. 1. 12.

Diberikan a∈R . Jika x berada pada persekitaran V

( )

a untuk setiap ε >0, maka

a x= .

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 2.2.8.

Definisi 2. 1. 13.

Himpunan bagian tak kosong A dari R dikatakan:

1. Terbatas ke atas jika terdapat elemen K∈R sehingga

K

x≤ , untuk semua xA.

Elemen K tersebut merupakan batas atas dari A.

2. Terbatas ke bawah jika terdapat elemen k∈R sehingga

k

x≥ , untuk semua xA.

Elemen k tersebut merupakan batas bawah dari A.

3. Terbatas jika terbatas ke atas dan terbatas ke bawah.

4. Tidak terbatas jika tidak terbatas ke atas atau tidak terbatas ke bawah.

Definisi 2. 1. 14.

batas atas terkecil ( supremum ) di R dan ditulis

A M =sup ,

jika terdapat elemen M ∈R sehingga

a. M adalah batas atas untuk A, yaitu xM , untuk semua xA, b. Tidak ada batas atas yang lebih kecil dari M, yaitu

Jika M′<M , maka terdapat xA sehingga x>M′, Atau dengan kontrapositifnya,

Jika M′ adalah batas atas untuk A, maka MM′.

Lemma 2. 1. 15.

Batas atas u dari suatu himpunan tak kosong S dari R dikatakan supremum jika

dan hanya jika untuk setiap ε >0 terdapat sεS sehingga u−ε <sε.

Bukti.

Lihat Bartle[1], Lemma 2.3.4.

Definisi 2. 1. 16.

Misal A adalah himpunan bagian tak kosong dari R. Himpunan A mempunyai

batas bawah terbesar ( infimum ) di R dan ditulis

A m=inf , jika terdapat elemen m∈R sehingga

a. m adalah batas bawah dari A, yaitu mx, untuk semua xA, b. tidak ada batas bawah yang lebih besar dari m, yaitu

Lemma 2. 1. 17.

Batas bawah v dari suatu himpunan tak kosong S dari R dikatakan infimum jika

dan hanya jika untuk setiap ε >0 terdapat bεS sehingga u−ε >bε.

Bukti.

Lihat Bartle[1], Lemma 2.3.4.

Definisi 2. 1. 18.

Setiap himpunan real R disebut lengkap jika setiap himpunan bagian tak kosong

yang terbatas ke atas mempunyai batas atas terkecil (supremum) pada R.

Sejalan dengan hal di atas, dapat juga disebut lengkap jika himpunan bagian tak kosong yang terbatas ke bawah mempunyai batas bawah terbesar (infimum).

Teorema 2. 1. 19.

a. Misal S adalah himpunan bagian tak kosong dari R yang terbatas ke atas,

dan a∈R, maka

(

a S

)

a supS

sup + = + .

b. Misal A dan B adalah himpunan bagian tak kosong dari R yang memenuhi:

b

a≤ , untuk semua aA dan bB

maka

B A inf

sup ≤ .

c. Misal f dan g adalah fungsi bernilai real yang terbatas dengan domainnya

D R.

( )

x g

( )

x f D x D x ≤sup sup .

ii) Jika f

( ) ( )

xg y , untuk semua x,yD, maka

( )

x g

( )

y f D y D x ≤inf sup . Bukti.

Lihat Bartle[1], Contoh 2.4.1. dan Contoh 2.4.2.

Teorema 2. 1. 20.

Himpunan A⊂R disebut Archimedean jika untuk setiap xA, maka terdapat

bilangan nx∈N sehingga x<nx.

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 2.4.3.

Teorema 2. 1. 21. (Teorema Kepadatan)

Jika x dan y adalah sebarang bilangan real dengan x< y, maka terdapat bilangan rasional r∈Q sehingga x<r< y.

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 2.4.8.

Teorema 2. 1. 22.

Jika x dan y adalah sebarang bilangan real dengan x< y, maka terdapat bilangan irasional z∈Q sehingga x< z< y.

Lihat Bartle[1], Teorema 2.4.9.

2. Barisan dan Limit Barisan Bilangan Real

Dalam subbab ini akan dipaparkan tentang barisan bilangan real dan limit barisan beserta sifat-sifatnya yang akan digunakan pada bab selanjutnya.

Definisi 2. 2. 1.

Barisan bilangan real

{ }

Sn adalah fungsi yang terdefinisi pada himpunan

bilangan asli N dan daerah hasilnya (range) termuat dalam himpunan bilangan

real R. dan disimbolkan dengan S:N→R.

Contoh 2. 2. 2.

a. Jika b∈R, barisan

{ } {

bn = b,b,b,K

}

yang anggotanya adalah bilangan b

semua, biasa disebut barisan konstanta b.

b. Barisan Fibonacci

{ }

fn , barisan didefinisikan sebagai berikut:

(

2

)

, ; 1 ; 1 2 1 1 1 = f = f + = f + f nf n n n . Definisi 2. 2. 3.

Barisan

{ }

Sn dikatakan konvergen ke bilangan real l∈R atau l adalah limit dari

{ }

Sn jika untuk setiap ε >0, terdapat bilangan bulat m>0 sehingga

ε

< −l

Barisan yang mempunyai limit disebut barisan konvergen dan jika tidak mempunyai limit atau tidak konvergen disebut divergen.

Definisi 2. 2. 4.

Barisan

{ }

Sn dikatakan terbatas jika terdapat bilangan real K >0 sehingga

K

Sn ≤ , untuk semua n∈N.

Teorema 2. 2. 5.

Setiap barisan real yang konvergen pasti terbatas.

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 3.2.2.

Teorema 2. 2. 6.

a. Jika

{ }

Xn dan

{ }

Yn adalah dua barisan yang berturut-turut konvergen ke x

dan y, dan misal c∈R, maka barisan

{

Xn+Yn

}

,

{

XnYn

}

,

{

XnYn

}

, dan

{ }

cXn berturut-turut konvergen ke x+y,xy,xy dan cx.

b. Jika

{ }

Xn konvergen ke x dan

{ }

Zn adalah barisan bilangan real tak nol

yang konvergen ke z dan jika z≠0, maka barisan

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ n n Z X konvergen ke z x . Bukti.

Teorema 2. 2. 7.

Jika

{ }

Xn adalah barisan bilangan real yang konvergen ke x dan jika Xn ≥0, untuk semua n∈N , maka x=lim

{ }

Xn ≥0.

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 3.2.4.

Teorema 2. 2. 8.

Jika

{ }

Xn dan

{ }

Yn adalah dua barisan yang konvergen dan XnYn, untuk

semua n∈N , maka

{ }

Xn lim

{ }

Yn

lim ≤ .

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 3.2.5.

Teorema 2. 2. 9.

Misalkan

{ }

Xn ,

{ }

Yn , dan

{ }

Zn adalah barisan bilangan real dengan

n n

n Y Z

X ≤ ≤ , untuk semua n∈N ,

dan lim

{ }

Xn =lim

{ }

Zn , maka

{ }

Yn konvergen dan

{ }

Xn lim

{ }

Yn lim

{ }

Zn

lim = = .

Bukti.

Teorema 2. 2. 10.

Misal barisan

{ }

Sn konvergen ke s, maka barisan nilai mutlak

{ }

Sn konvergen ke s . Dengan kata lain jika s=lim

{ }

Sn , maka s =lim

{ }

Sn .

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 3.2.9.

Definisi 2. 2. 11.

Misal

{ }

Sn adalah barisan bilangan real. Barisan

{ }

Sn dikatakan monoton naik jika memenuhi ketidaksamaan

L L≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ 2 3 +1 1 S S Sn Sn S .

Barisan

{ }

Sn dikatakan monoton turun jika memenuhi ketidaksamaan

L L≥ ≥ ≥ ≥ ≥ ≥ 2 3 +1 1 S S Sn Sn S ..

Barisan

{ }

Sn dikatakan monoton jika barisan itu monoton naik ataupun monoton

turun.

Teorema 2. 2. 12.

Barisan bilangan real yang monoton akan konvergen jika dan hanya jika barisan itu terbatas. Lebih lanjut:

a. Jika

{ }

Sn adalah barisan naik terbatas , maka

{ }

Sn =sup

{

Sn :n∈N

}

lim .

{ }

Sn =inf

{

Sn :n∈N

}

lim .

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 3.3.2.

Definisi 2. 2. 13.

Misal

{ }

Sn adalah barisan bilangan real dan n1<n2 <n<L<nk <L adalah barisan naik tegas dari bilangan asli. Barisan

{ }

Snk yang didefinisikan dengan

{

, ,K, ,L

}

2

1 n nk

n S S

S

disebut dengan subbarisan dari

{ }

Sn .

Teorema 2. .2. 14.

Jika barisan

{ }

Sn konvergen ke bilangan real s, maka sebarang subbarisan

{ }

Snk

juga konvergen ke s.

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 3.4.2.

Teorema 2. 2. 15.

Diberikan barisan bilangan real

{ }

Sn . Pernyataan di bawah ini saling ekuivalen: a. Barisan

{ }

Sn tidak konvergen ke x∈R .

b. Terdapat bilangan ε0 >0 sehingga untuk sebarang k∈N , terdapat

N ∈ k n sehingga nkk dan S s ε0 k n − ≥ .

c. Terdapat bilangan ε0 >0 dan subbarisan

{ }

Snk sehingga S s ε0

k n − ≥

untuk semua k∈N .

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 3.4.4.

Definisi 2. 2. 16.

Jika barisan bilangan real

{ }

Sn memenuhi salah satu pernyataan di bawah ini,

maka

{ }

Sn divergen.

a.

{ }

Sn mempunyai dua subbarisan

{ }

Snk dan

{ }

Srk yang konvergen tetapi limitnya tidak sama.

b.

{ }

Sn tak terbatas.

Teorema 2. 2. 17.

Jika

{ }

Sn adalah barisan bilangan real, maka terdapat subbarisan dari

{ }

Sn yang monoton.

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 3.4.7.

Definisi 2. 2. 18.

Barisan

{ }

Sn dikatakan barisan Cauchy atau barisan fundamental jika untuk

setiap 0ε > , terdapat bilangan real H∈N sehingga

ε

<

n

m S

Teorema 2. 2. 19. (Kriteria Cauchy)

Barisan bilangan real konvergen jika dan hanya jika barisan tersebut adalah barisan Cauchy.

Bukti.

Lihat Bartle[1], Teorema 3.5.5.

Dalam dokumen Integral riemann-darboux - USD Repository (Halaman 16-33)

Dokumen terkait