INTEGRAL RIEMANN-DARBOUX
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Matematika
Oleh:
Maria Asepti Endarwati NIM: 033114002
PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
RIEMANN-DARBOUX INTEGRAL
THESIS
Presented As a Partial Fulfillment of The Requirements To Obtain The Sarjana Sains Degree
In Mathematics
By:
Maria Asepti Endarwati Student Number: 033114002
MATHEMATICS STUDY PROGRAM DEPARTEMENT OF MATEMATICS FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yan telah disebutkan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
vi
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Orang Tuaku, dan adik-adikku tercinta,
Keluarga besarku, dosen-dosenku, dan sahabat-sahabatku.
Pabila cinta datang kepadamu, sambutlah,
Meski dibalik sayap-sayapnya yang lembut,
terdapat pisau tajam yang siap
menghunusmu..
(Khalil Jibran)
vii ABSTRAK
viii ABSTRACT
x
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah melimpahkan kepada penulis dalam menyusun sampai selesainya penulisan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi dan melengkapi persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Sains pada Program Studi Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari banyak pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Herry Pribawanto Suryawan, S.Si, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.
2. Ibu Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si, M.Si, selaku Ketua Program Studi Matematika Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, S.Si, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik angkatan 2003 yang dengan sabar mendampingi penulis selama kuliah di USD.
xi
5. Perpustakaan USD dan Staf/ Karyawan Perpustakaan USD yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis dalam mencari informasi pendukung penyusunan skripsi ini.
6. Orang tuaku (Bapak Anjar dan Ibu Endah), adik-adikku (Agung dan Chilli), sahabat-sahabatku (Mas Patup, Mas Deeon, Mbak Tika, Mas Anto) yang tanpa henti memberi dukungan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman angkatan 2003, Eko, Ridwan, Koko, Merry, Dewi, Mekar, Anin, Anggi, Valent dan Ririn, yang bersama-sama menjalani kuliah di USD dalam senang maupun susah.
8. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis dengan besar hati menerima saran dan kritik serta masukan yang dapat membuat skripsi ini menjadi lebih baik dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Yogyakarta, Februari 2009
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL (INGGRIS) ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1
2. Perumusan Masalah ... 1
3. Tujuan Penulisan ... 2
4. Pembatasan Masalah ... 2
5. Metode Penulisan ... 2
6. Manfaat Penulisan ... 3
7. Sistematika Penulisan ... 3
xiii
2. Barisan dan Limit Barisan Bilangan Real ... 14
3. Limit Fungsi ... 20
4. Fungsi Kontinu ... 23
5. Turunan ... 27
BAB III INTEGRAL DARBOUX 1. Integral Darboux ... 32
2. Partisi Penghalus ... 44
3. Teorema Darboux ... 48
4. Syarat Terintegral Darboux ... 50
5. Integral dari Jumlah dan Selisih dari Fungsi Terintegral Darboux ... 57
BAB IV INTEGRAL RIEMANN 1. Integral Riemann dan Hubungannya dengan Integral Darboux ... 75
2. Fungsi-fungsi Terintegral Riemann ... 86
3. Integral dan Turunan ... 94
4. Teorema Fundamental Kalkulus ... 96
5. Teorema Nilai Rata-rata dari Kalkulus Integral ... 103
6. Pengintegralan Parsial ... 106
7. Mengubah Variabel dalam Integral Riemann ... 110
8. Teorema Nilai Rata-rata Kedua ... 113
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan ... 123
2. Saran ... 124
1. Latar Belakang Masalah
Salah satu konsep penting dalam analisis adalah teori integral. Telah banyak jenis integral yang berkembang dalam analisis. Salah satu jenis integral yang cukup populer adalah integral Riemann. Integral Riemann tidak hanya digunakan dalam bidang matematika saja tetapi juga digunakan dalam bidang-bidang lainnya, terutama dalam fisika dan ilmu keteknikan.
Sebelum adanya integral Riemann, I. Newton (1642-1727) menyusun salah satu teori integral berdasarkan kalkulus, khususnya menggunakan anti derivatif. Kemudian barulah G. F. B. Riemann (1826-1866), pada tahun 1854, menyusun teori integral dengan cara lain, yaitu menggunakan partisi dan jumlah Riemann. Pada tahun 1875, integral Riemann dimodifikasi oleh I. G. Darboux (1842-1917) dengan menggunakan jumlah atas dan jumlah bawah.
Oleh karena itu, dalam skripsi ini akan membahas bagaimana pendekatan integral Riemann menggunakan integral Darboux dan akan diperlihatkan bahwa pada garis real R integral Darboux ekuivalen dengan integral Riemann.
2. Perumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: 1. Apakah definisi dan sifat-sifat integral Darboux di R ?
3. Bagaimana hubungan antara integral Riemann di R dan integral Darboux di R?
3. Tujuan Penulisan
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains dalam bidang Matematika. Selain itu, skripsi ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui definisi dan sifat-sifat integral Darboux di R. 2. Mengetahui definisi dan sifat-sifat integral Riemann di R.
3. Mengetahui bagaimana hubungan integral Riemann di R dan integral Darboux di R.
4. Pembatasan Masalah
Dalam skripsi ini, masalah yang akan dibahas hanyalah mengenai integral Riemann di R dan integral Darboux di R serta hubungan keduanya. Khususnya hanya dibahas fungsi-fungsi yang terdefinisi pada interval tertutup terbatas di R.
5. Metode Penulisan
6. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah memahami konsep integral Riemann di R dan integral Darboux di R serta hubungan keduanya. Selanjutnya, diharapkan nantinya dapat digunakan untuk pengembangan teori di bidang analisis real maupun bidang-bidang yang lain.
7. Sistematika Penulisan
Sistematika yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah: I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 2. Perumusan Masalah 3. Tujuan Penulisan 4. Pembatasan Masalah 5. Metode Penulisan 6. Manfaat Penulisan 7. Sistematika Penulisan
II. SISTEM BILANGAN REAL DAN FUNGSI REAL 1. Sistem Bilangan Real
2. Barisan dan Limit Barisan Bilangan Real 3. Limit Fungsi
4. Fungsi Kontinu 5. Turunan
1. Integral Darboux 2. Partisi Penghalus 3. Teorema Darboux
4. Syarat Terintegral Darboux
5. Integral dari Jumlah dan Selisih dari Fungsi Terintegral Darboux IV.INTEGRAL RIEMANN
1. Integral Riemann dan Hubungannya dengan Integral Darboux 2. Fungsi-fungsi Terintegral Riemann
3. Integral dan Turunan
4. Teorema Fundamental Kalkulus
5. Teorema Nilai Rata-rata dari Kalkulus Integral 6. Pengintegralan Parsial
7. Mengubah Variabel dalam Integral Riemann 8. Teorema Nilai Rata-rata Kedua
V. PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Saran
Dalam bab ini akan dibahas materi-materi yang akan digunakan sebagai
landasan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya. Materi-materi tersebut antara
lain: sistem bilangan real R, barisan bilangan real, limit fungsi real dan fungsi
kontinu, serta turunan fungsi real.
1. Sistem Bilangan Real R
Dalam subbab ini akan dipaparkan tentang himpunan bilangan real R serta
sifat-sifatnya. Sistem bilangan real R ternyata dibentuk dari sistem bilangan yang lebih
sederhana, antara lain sistem bilangan asli N=
{
1,2,3,4,K}
yang anggotanyadisebut bilangan asli (positive integer), sistem bilangan cacah N0=
{
0,1,2,3,4,K}
yang anggotanya disebut bilangan cacah (counting number), sistem bilangan bulat
Z=
{
L,−3,−2,−1,0,1,2,3,K}
yang anggotanya disebut bilangan bulat (integer),dan sistem bilangan rasional Q
⎩ ⎨
⎧ ∈
= m n
n m
,
: Z dan n≠0
⎭ ⎬ ⎫
yang anggotanya
disebut bilangan rasional atau pecahan.
Definisi 2. 1. 1.
Pada sistem bilangan real R untuk setiap pasangan terurut a,b∈R, terdefinisi
elemen a+b dan ab dari R berturut-turut disebut penjumlahan dan perkalian
1. a,b∈R maka a+b∈R ( Tertutup pada penjumlahan )
2. a+b=b+a, untuk semua a,b∈R (Sifat komutatif terhadap
penjumlahan)
3.
(
a+b)
+c=a+(
b+c)
, untuk semua a,b,c∈R ( Sifat asosiatif terhadappenjumlahan )
4. terdapat elemen tunggal 0∈R sehingga a+0=0+a=a, untuk semua
∈
a R ( Elemen identitas untuk penjumlahan )
5. untuk masing-masing a∈R terdapat elemen tunggal −a∈R sehingga
( ) ( )
− = − + =0+ a a a
a (Elemen invers untuk penjumlahan )
6. a,b∈R maka ab∈R ( Tertutup pada perkalian )
7. ab=ba, untuk semua a,b∈R ( Sifat komutatif terhadap perkalian )
8.
( )
ab c=a( )
bc , untuk semua a,b,c∈R ( Sifat asosiatif terhadap perkalian )9. terdapat elemen tunggal 1∈R sehingga 1a =a1=a untuk semua a∈R
(Elemen identitas untuk perkalian)
10.untuk setiap a≠0,a∈R terdapat elemen tunggal a−1∈R sehingga
1
1 =
−
aa ( Elemen invers untuk perkalian )
11.
(
a+b)
c=ac+bc, untuk semua a,b,c∈R ( Sifat distributif )Definisi 2. 1. 2.
Diberikan himpunan bilangan real R. Terdapat himpunan bagian tak kosong P
dari R, yang disebut himpunan dari bilangan real positif, yang memenuhi:
2. jika a,b∈P maka ab∈P
3. jika a∈R maka tepat satu yang terpenuhi dari: ∈
a P, a=0, −a∈ P ( Sifat trikotomi )
Definisi 2. 1. 3.
Misal a,b∈R.
a. Jika a−b∈P, maka dapat ditulis a>b atau b<a.
b. Jika a−b∈P∪
{ }
0 , maka dapat ditulis a≥b atau b≤a.Teorema 2. 1. 5.
Jika a,b,c∈R, maka berlaku
a. jika a<b dan b<c, maka a<c
b. a<b maka a+c<b+c
c. a<b dan c>0, maka ca<cb
d. a<b dan c<0, maka ca>cb
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 2.1.7.
Teorema 2. 1. 4.
a. Jika a∈R, dan a≠0, maka a2 >0. b. 1>0
c. Jika n∈N, maka n>0.
Lihat Bartle[1], Teorema 2.1.8.
Teorema 2. 1. 5.
Jika a∈R dan 0≤a<ε, untuk setiap ε >0, maka a=0.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 2.1.9.
Teorema 2. 1. 6.
Jika ab>0, maka berlaku
a. a>0 dan b>0, atau
b. a<0 dan.b<0.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 2.1.10.
Akibat 2. 1. 7.
Jika ab<0, maka berlaku
a. a<0 dan b>0, atau
b. a>0dan.b<0.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Akibat 2.1.11.
Definisi 2. 1. 8.
didefinisikan sebagai
⎩ ⎨ ⎧
< −
≥ =
. 0 jika ,
0 jika ,
x x
x x
x
Teorema 2. 1. 9.
Jika x,y∈R, maka
1. x 2 = x2 = −x 2
2. xy = x ⋅ y
3. ,
y x y x
= dengan y≠0
Bukti.
Lihat Malik[4], Teorema 6, halaman 28.
Teorema 2. 1. 10. (Ketidaksamaan Segitiga)
Untuk semua x,y∈R, berlaku
1. x+y ≤ x + y , dan
2. x−y ≥ x − y .
Bukti.
Lihat Malik[4], Teorema 7, halaman 29.
Definisi 2. 1. 11.
b a− .
Misal a∈R dan ε >0. Persekitaran ε dari a adalah himpunan
( )
a ={
x∈ x−a <ε}
V R : .
Teorema 2. 1. 12.
Diberikan a∈R . Jika x berada pada persekitaran V
( )
a untuk setiap ε >0, makaa x= .
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 2.2.8.
Definisi 2. 1. 13.
Himpunan bagian tak kosong A dari R dikatakan:
1. Terbatas ke atas jika terdapat elemen K∈R sehingga
K
x≤ , untuk semua x∈A.
Elemen K tersebut merupakan batas atas dari A.
2. Terbatas ke bawah jika terdapat elemen k∈R sehingga
k
x≥ , untuk semua x∈A.
Elemen k tersebut merupakan batas bawah dari A.
3. Terbatas jika terbatas ke atas dan terbatas ke bawah.
4. Tidak terbatas jika tidak terbatas ke atas atau tidak terbatas ke bawah.
Definisi 2. 1. 14.
batas atas terkecil ( supremum ) di R dan ditulis
A M =sup ,
jika terdapat elemen M ∈R sehingga
a. M adalah batas atas untuk A, yaitu x≤M , untuk semua x∈A,
b. Tidak ada batas atas yang lebih kecil dari M, yaitu
Jika M′<M , maka terdapat x∈A sehingga x>M′,
Atau dengan kontrapositifnya,
Jika M′ adalah batas atas untuk A, maka M ≤M′.
Lemma 2. 1. 15.
Batas atas u dari suatu himpunan tak kosong S dari R dikatakan supremum jika
dan hanya jika untuk setiap ε >0 terdapat sε ∈S sehingga u−ε <sε.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Lemma 2.3.4.
Definisi 2. 1. 16.
Misal A adalah himpunan bagian tak kosong dari R. Himpunan A mempunyai
batas bawah terbesar ( infimum ) di R dan ditulis
A m=inf ,
jika terdapat elemen m∈R sehingga
a. m adalah batas bawah dari A, yaitu m≤x, untuk semua x∈A,
b. tidak ada batas bawah yang lebih besar dari m, yaitu
Lemma 2. 1. 17.
Batas bawah v dari suatu himpunan tak kosong S dari R dikatakan infimum jika
dan hanya jika untuk setiap ε >0 terdapat bε ∈S sehingga u−ε >bε.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Lemma 2.3.4.
Definisi 2. 1. 18.
Setiap himpunan real R disebut lengkap jika setiap himpunan bagian tak kosong
yang terbatas ke atas mempunyai batas atas terkecil (supremum) pada R.
Sejalan dengan hal di atas, dapat juga disebut lengkap jika himpunan bagian tak
kosong yang terbatas ke bawah mempunyai batas bawah terbesar (infimum).
Teorema 2. 1. 19.
a. Misal S adalah himpunan bagian tak kosong dari R yang terbatas ke atas,
dan a∈R, maka
(
a S)
a supSsup + = + .
b. Misal A dan B adalah himpunan bagian tak kosong dari R yang memenuhi:
b
a≤ , untuk semua a∈A dan b∈B
maka
B A inf
sup ≤ .
c. Misal f dan g adalah fungsi bernilai real yang terbatas dengan domainnya
⊆
D R.
( )
x g( )
x fD x D
x∈ ∈
≤sup
sup .
ii) Jika f
( ) ( )
x ≤g y , untuk semua x,y∈D, maka( )
x g( )
y fD y D
x∈ ∈
≤inf
sup .
Bukti.
Lihat Bartle[1], Contoh 2.4.1. dan Contoh 2.4.2.
Teorema 2. 1. 20.
Himpunan A⊂R disebut Archimedean jika untuk setiap x∈A, maka terdapat
bilangan nx∈N sehingga x<nx.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 2.4.3.
Teorema 2. 1. 21. (Teorema Kepadatan)
Jika x dan y adalah sebarang bilangan real dengan x< y, maka terdapat bilangan
rasional r∈Q sehingga x<r< y.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 2.4.8.
Teorema 2. 1. 22.
Jika x dan y adalah sebarang bilangan real dengan x< y, maka terdapat bilangan
irasional z∈Q sehingga x< z< y.
Lihat Bartle[1], Teorema 2.4.9.
2. Barisan dan Limit Barisan Bilangan Real
Dalam subbab ini akan dipaparkan tentang barisan bilangan real dan limit barisan
beserta sifat-sifatnya yang akan digunakan pada bab selanjutnya.
Definisi 2. 2. 1.
Barisan bilangan real
{ }
Sn adalah fungsi yang terdefinisi pada himpunanbilangan asli N dan daerah hasilnya (range) termuat dalam himpunan bilangan
real R. dan disimbolkan dengan S:N→R.
Contoh 2. 2. 2.
a. Jika b∈R, barisan
{ } {
bn = b,b,b,K}
yang anggotanya adalah bilangan bsemua, biasa disebut barisan konstanta b.
b. Barisan Fibonacci
{ }
fn , barisan didefinisikan sebagai berikut:(
2)
, ;
1 ;
1 2 1 1
1 = f = f + = f − + f n≥
f n n n .
Definisi 2. 2. 3.
Barisan
{ }
Sn dikatakan konvergen ke bilangan real l∈R atau l adalah limit dari{ }
Sn jika untuk setiap ε >0, terdapat bilangan bulat m>0 sehinggaε
< −l
Barisan yang mempunyai limit disebut barisan konvergen dan jika tidak
mempunyai limit atau tidak konvergen disebut divergen.
Definisi 2. 2. 4.
Barisan
{ }
Sn dikatakan terbatas jika terdapat bilangan real K >0 sehinggaK
Sn ≤ , untuk semua n∈N.
Teorema 2. 2. 5.
Setiap barisan real yang konvergen pasti terbatas.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 3.2.2.
Teorema 2. 2. 6.
a. Jika
{ }
Xn dan{ }
Yn adalah dua barisan yang berturut-turut konvergen ke xdan y, dan misal c∈R, maka barisan
{
Xn+Yn}
,{
Xn −Yn}
,{
XnYn}
, dan{ }
cXn berturut-turut konvergen ke x+y,x−y,xy dan cx.b. Jika
{ }
Xn konvergen ke x dan{ }
Zn adalah barisan bilangan real tak nolyang konvergen ke z dan jika z≠0, maka barisan
⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧
n n
Z X
konvergen ke
z x
.
Bukti.
Teorema 2. 2. 7.
Jika
{ }
Xn adalah barisan bilangan real yang konvergen ke x dan jika Xn ≥0,untuk semua n∈N , maka x=lim
{ }
Xn ≥0.Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 3.2.4.
Teorema 2. 2. 8.
Jika
{ }
Xn dan{ }
Yn adalah dua barisan yang konvergen dan Xn ≤Yn, untuksemua n∈N , maka
{ }
Xn lim{ }
Ynlim ≤ .
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 3.2.5.
Teorema 2. 2. 9.
Misalkan
{ }
Xn ,{ }
Yn , dan{ }
Zn adalah barisan bilangan real dengann n
n Y Z
X ≤ ≤ , untuk semua n∈N ,
dan lim
{ }
Xn =lim{ }
Zn , maka{ }
Yn konvergen dan{ }
Xn lim{ }
Yn lim{ }
Znlim = = .
Bukti.
Teorema 2. 2. 10.
Misal barisan
{ }
Sn konvergen ke s, maka barisan nilai mutlak{ }
Sn konvergenke s . Dengan kata lain jika s=lim
{ }
Sn , maka s =lim{ }
Sn .Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 3.2.9.
Definisi 2. 2. 11.
Misal
{ }
Sn adalah barisan bilangan real. Barisan{ }
Sn dikatakan monoton naikjika memenuhi ketidaksamaan
L
L≤ ≤ ≤
≤ ≤
≤ 2 3 +1
1 S S Sn Sn
S .
Barisan
{ }
Sn dikatakan monoton turun jika memenuhi ketidaksamaanL
L≥ ≥ ≥
≥ ≥
≥ 2 3 +1
1 S S Sn Sn
S ..
Barisan
{ }
Sn dikatakan monoton jika barisan itu monoton naik ataupun monotonturun.
Teorema 2. 2. 12.
Barisan bilangan real yang monoton akan konvergen jika dan hanya jika barisan
itu terbatas. Lebih lanjut:
a. Jika
{ }
Sn adalah barisan naik terbatas , maka{ }
Sn =sup{
Sn :n∈N}
lim .
{ }
Sn =inf{
Sn :n∈N}
lim .
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 3.3.2.
Definisi 2. 2. 13.
Misal
{ }
Sn adalah barisan bilangan real dan n1<n2 <n<L<nk <L adalahbarisan naik tegas dari bilangan asli. Barisan
{ }
k n
S yang didefinisikan dengan
{
, ,K, ,L}
2
1 n nk
n S S
S
disebut dengan subbarisan dari
{ }
Sn .Teorema 2. .2. 14.
Jika barisan
{ }
Sn konvergen ke bilangan real s, maka sebarang subbarisan{ }
k n S
juga konvergen ke s.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 3.4.2.
Teorema 2. 2. 15.
Diberikan barisan bilangan real
{ }
Sn . Pernyataan di bawah ini saling ekuivalen:a. Barisan
{ }
Sn tidak konvergen ke x∈R .b. Terdapat bilangan ε0 >0 sehingga untuk sebarang k∈N , terdapat
N
∈
k
n sehingga nk ≥k dan S s ε0
k
c. Terdapat bilangan ε0 >0 dan subbarisan
{ }
k n
S sehingga S s ε0
k n − ≥
untuk semua k∈N .
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 3.4.4.
Definisi 2. 2. 16.
Jika barisan bilangan real
{ }
Sn memenuhi salah satu pernyataan di bawah ini,maka
{ }
Sn divergen.a.
{ }
Sn mempunyai dua subbarisan{ }
k n
S dan
{ }
k r
S yang konvergen tetapi
limitnya tidak sama.
b.
{ }
Sn tak terbatas.Teorema 2. 2. 17.
Jika
{ }
Sn adalah barisan bilangan real, maka terdapat subbarisan dari{ }
Sn yangmonoton.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 3.4.7.
Definisi 2. 2. 18.
Barisan
{ }
Sn dikatakan barisan Cauchy atau barisan fundamental jika untuksetiap 0ε > , terdapat bilangan real H∈N sehingga
ε
<
− n
m S
Teorema 2. 2. 19. (Kriteria Cauchy)
Barisan bilangan real konvergen jika dan hanya jika barisan tersebut adalah
barisan Cauchy.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 3.5.5.
3. Limit Fungsi
Pada subbab ini akan dipaparkan tentang limit pada fungsi bilangan real.
Definisi 2. 3. 1.
Fungsi f dikatakan mendekati limit l untuk x mendekati c jika untuk setiap ε >0
terdapat δ >0 sehingga untuk 0< x−c <δ mengakibatkan f
( )
x −l <ε, danditulis
( )
x l fc
x→ =
lim .
Definisi 2. 3. 2.
Diberikan fungsi f.
Jika fungsi f mendekati limit l untuk x mendekati c dari sisi kiri disebut limit kiri
dari f pada c, dan ditulis
( )
x l fc
xlim→− = ,
jika diberikan ε >0 terdapat δ >0 sehingga untuk 0<c−x<δ mengakibatkan
( )
x −l <εJika fungsi f mendekati limit l untuk x mendekati c dari sisi kanan disebut limit
kanan dari f pada c, dan ditulis
( )
x l fc
xlim→+ = ,
jika diberikan ε >0 terdapat δ >0 sehingga untuk 0<x−c<δ mengakibatkan
( )
x −l <εf .
Teorema 2. 3. 3.
Fungsi f dikatakan mempunyai limit pada titik c jika dan hanya jika limit kanan
dan limit kiri pada titik c ada dan nilai keduanya sama, atau ditulis
( )
x l fc
x→ =
lim jika dan hanya jika f
( )
x lc
xlim→ − = = xlim→c+ f
( )
x .Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 4.3.2.
Definisi 2. 3. 4.
Jika fungsi f mempunyai limit l pada titik c, maka dapat dikatakan bahwa f
konvergen ke l pada c, dan jika f tidak mempunyai limit pada titik c, maka dapat
dikatakan f divergen pada titik c.
Teorema 2. 3. 5.
Jika f dan g adalah fungsi yang terdefinisi pada daerah sekitar titik c sehingga
( )
x l f cx→ =
lim dan g
( )
x mc
x→ =
a.
(
f g)( )
x f( )
x g( )
x l mc x c
x c
x→ ± =lim→ ±lim→ = ±
lim ,
b.
( )( )
fg x f( )
x g( )
x lmc x c x c
x→ =lim→ ⋅lim→ =
lim ,
c.
( )
( )
( )
ml x g
x f x
g f
c x
c x c
x ⎟⎟⎠ = =
⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛
→ →
→ lim
lim
lim , jika m≠0.
Bukti:
Lihat Malik[4], Teorema 1, halaman 158.
Teorema 2. 3. 6. (Kriteria Cauchy untuk Limit berhingga)
Fungsi f mendekati limit berhingga untuk x mendekati c jika dan hanya jika untuk
setiap ε >0 terdapat persekitaran N dari c sehingga
( ) ( )
x′ − f x′′ <εf , untuk semua x′,x′′∈N;x′,x′′≠c.
Bukti:
Lihat Malik[4], Teorema 2, halaman 164.
Teorema 2. 3. 7.
Jika f mempunyai titik limit c∈R, maka f terbatas pada persekitaran titik c.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 4.2.2.
Definisi 2. 3. 8.
Diberikan fungsi f dan titik c∈I⊆R.
∞ =
→c f x
lim ,
jika untuk setiap α∈R terdapat δ >0 sehingga untuk semua x∈I dengan
δ
0< x−c < , maka f
( )
x >α.Fungsi f dikatakan mendekati ke -∞ untuk x→c, dan ditulis
−∞ =
→c f x
lim ,
jika untuk setiap β∈R terdapat δ >0 sehingga untuk semua x∈I dengan
δ
0< x−c < , maka f
( )
x <β.Definisi 2. 3. 9.
Fungsi f dikatakan mendekati l untuk x→∞, dan ditulis
l f
x→∞ =
lim atau f
( )
x lx→∞ =
lim ,
jika diberikan sebarang ε >0 akan terdapat K >0 sehingga untuk sebarang
K
x > berlaku f
( )
x −l <ε.4. Fungsi Kontinu
Dalam subbab ini akan dipaparkan tentang fungsi bilangan real yang kontinu
beserta sifat-sifatnya.
Definisi 2. 4. 1.
Fungsi f dikatakan kontinu pada titik c dengan a<c<b, jika
( )
x f( )
c fc
x→ =
dengan kata lain, fungsi f kontinu pada titik c jika untuk setiap ε >0 terdapat
0 >
δ sehingga
( ) ( )
x − f c <εf , di mana x−c <δ.
Definisi 2. 4. 2.
Fungsi f dikatakan kontinu pada interval tertutup
[ ]
a,b jika f kontinu pada setiaptitik pada interval tersebut.
Fungsi f dikatakan diskontinu pada titik c jika f tidak kontinu pada titik tersebut,
dan titik c disebut sebagai titik diskontinuitas dari fungsi f.
Teorema 2. 4. 3.
Jika fungsi f dan g adalah dua fungsi yang kontinu pada titik c dan d adalah
sebarang bilangan real, maka fungsi f +g,f −g, fg,df juga kontinu pada titik c
dan jika g
( )
c ≠0, maka fungsig f
juga kontinu pada titik c.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 5.2.2.
Teorema 2. 4. 4.
Fungsi f yang terdefinisi pada interval I kontinu pada titik c∈Ijika dan hanya
jika untuk setiap barisan
{ }
cn pada I yang konvergen ke c, didapat( )
c f( )
c f nn→∞ =
lim .
Lihat Malik[4], Teorema 4, halaman 167.
Definisi 2. 4. 5.
Fungsi f dikatakan terbatas pada interval tertutup
[ ]
a,b jika terdapat konstanta0 >
M sehingga
( )
x Mf ≤ , untuk semua x∈
[ ]
a,b .Teorema 2. 4. 6. (Teorema Keterbatasan)
Jika fungsi f kontinu pada interval tertutup
[ ]
a,b , maka f terbatas pada intervaltersebut.
Bukti:
Lihat Malik[4], Teorema 5, halaman 174.
Teorema 2. 4. 7. (Teorema Lokasi Akar)
Jika fungsi f kontinu pada interval tertutup
[ ]
a,b dan jika f( )
a <0< f( )
b , ataujika f
( )
a >0> f( )
b , maka terdapat bilangan α∈( )
a,b sehingga f( )
α =0.Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 5.3.5.
Teorema 2. 4. 8. (Teorema Nilai Tengah)
Jika fungsi f kontinu pada
[ ]
a,b dan f( )
a ≠ f( )
b , maka fungsi f mencapai semuaBukti:
Lihat Malik[4], Teorema 9, halaman 177-178.
Akibat 2. 4. 9. (Teorema Nilai Ektrim)
Jika fungsi f kontinu pada interval tertutup
[ ]
a,b , maka fungsi f mencapai semuanilai di antara batas-batasnya.
Bukti:
Lihat Malik[4], Akibat, halaman 178.
Teorema 2. 4. 10. (Teorema Titik Tetap)
Jika fungsi f kontinu pada
[ ]
a,b dan f( )
x ∈[ ]
a,b , untuk setiap x∈[ ]
a,b , maka fmempunyai titik tetap, yaitu terdapat titik c∈
[ ]
a,b sehingga f( )
c =c.Bukti:
Lihat Malik[4], Teorema 10, halaman 178-179.
Definisi 2. 4. 11.
Fungsi f terdefinisi pada
[ ]
a,b dikatakan memenuhi sifat nilai menengah pada[ ]
a,b jika untuk setiap x1,x2∈[ ]
a,b dengan x1 <x2 dan untuk setiap A yangberada di antara f
( )
x1 dan f( )
x2 memuat titik c∈(
x1,x2)
dengan f( )
c = A.Definisi 2. 4. 12.
Fungsi f yang terdefinisi pada interval I dikatakan kontinu seragam pada I jika
( ) ( )
x2 − f x1 <εf untuk sebarang titik x1,x2∈I dengan x2 −x1 <δ.
Teorema 2. 4. 13.
Jika fungsi f kontinu pada interval tertutup, maka f kontinu seragam pada interval
tersebut.
Bukti:
Lihat Malik[4], Teorema 12, halaman 180-181.
5. Turunan
Dalam subbab ini akan dipaparkan tentang turunan fungsi bilangan real beserta
sifat-sifat yang akan dipakai pada pembahasan selanjutnya.
Definisi 2. 5. 1.
Diberikan fungsi bernilai real f yang terdefinisi pada interval I =
[ ]
a,b ⊆R.Fungsi tersebut terdiferensial (mempunyai turunan) pada titik c∈
[ ]
a,b jika( ) ( )
c xc f x f
c
x −
−
→
lim ada, dan dapat disimbolkan dengan f′
( )
c . Limit tersebut akanada jika limit kanan dan limit kiri ada dan bernilai sama.
( ) ( )
c xc f x f
c
x −
−
− →
lim disebut turunan kiri dan disimbolkan dengan f′
( )
c− ,sedangkan
( ) ( )
c x
c f x f
c
x −
−
+ →
lim disebut turunan kanan dan disimbolkan dengan
( )
+ ′cDefinisi 2. 5. 2.
Fungsi f yang terdefinisi pada interval
[ ]
a,b akan mempunyai turunan pada titikujung a, yaitu f′
( )
a ada jika( ) ( )
a x
a f x f
a
x −
−
+ →
lim ada. Untuk itu, akan mempunyai
turunan pada titik ujung b jika f′
( )
b =( ) ( )
b x
b f x f
b
x −
−
− →
lim .
Teorema 2. 5. 3.
Jika fungsi f mempunyai turunan pada sebuah c∈I⊆R , maka f kontinu pada
titik tersebut.
Bukti:
Lihat Bartle[1], Teorema 6.1.2.
Teorema 2. 5. 4.
Jika fungsi f, g mempunyai turunan pada titik c dan a adalah sebarang konstanta,
maka
a. Fungsi af mempunyai turunan pada c dan
( ) ( )
af ′ c =a f′( )
c .b. Fungsi f +g dan f −g mempunyai turunan pada c dan
(
f ±g) ( )
′ c = f′( )
c ±g′( )
c .c. Fungsi fg mempunyai turunan pada c dan
d. Jika g
( )
c ≠0, fungsig f
mempunyai turunan pada c dan
( )
( ) ( ) ( ) ( )
(
( )
)
2 cg
c g c f c g c f c g
f ′ = ′ − ′
⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛
.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 6.1.3.
Akibat 2. 5. 5.
Jika fungsi f1, f2,K,fn mempunyai turunan pada titik c, maka
a. Fungsi f1+ f2 +L+ fn mempunyai turunan pada c dan
(
f1+ f2 +L+ fn) ( )
′ c = f1′( )
c + f2′( )
c +L+ fn′( )
c .b. Fungsi f1 f2Kfn mempunyai turunan pada c dan
(
) ( )
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
( ) ( )
2( )
.1
2 1 2
1 2
1
c f c f c f
c f c f c f c f c f c f c f f f
n
n n
n
′ +
+
′ +
′ = ′
K L
K K
K
Pada kasus khusus jika f1 = f2 =K=fn = f , akibat 2.5.5 menjadi:
a.
( ) ( )
nf ′ c =n(
f′( )
c)
.b.
( )
fn ′( )
c =n(
f( )
c)
n−1 f′( )
c .Teorema 2. 5. 6.
Jika fungsi f mempunyai turunan pada titik c dan f
( )
c ≠0, maka fungsif
1 juga
( )
{ }
( )
( )
21
c f
c f c
f
′ − = ′ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛
.
Bukti:
Lihat Malik[4], Teorema 2, halaman 189.
Teorema 2. 5. 7. (Teorema Nilai Rata-rata Lagrange)
Jika fungsi f kontinu pada interval tertutup
[ ]
a,b dan f mempunyai turunan padainterval terbuka
( )
a,b , maka terdapat paling sedikit satu titik c∈( )
a,b sehingga( )
( ) ( )
(
)
a ba f b f c f
− − =
′ .
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 6.2.4.
Definisi 2. 5. 8.
Jika f :A→B dan g:B→C dan jika R
( )
f ⊆D( )
g =B, maka komposisifungsi go f adalah fungsi dari A ke C dan didefinisikan dengan
(
go f)( )
x =g(
f( )
x)
, untuk semua x∈A.Definisi 2. 5. 9.
Jika f adalah fungsi monoton yang kontinu pada interval tertutup I =
[ ]
a,b , makafungsi invers (kebalikan) g = f−1 terdefinisi pada interval I dan memenuhi
( )
(
f x)
xTeorema 2. 5. 10.
Jika fungsi f terdefinisi pada interval tertutup
[ ]
a,b kontinu di titik c∈[ ]
a,b danfungsi g kontinu di titik x= f
( )
c ∈[ ]
a,b , maka komposisi fungsi go f = g( )
fkontinu di titik c.
Bukti.
Lihat Bartle[1], Teorema 5.2.6.
Teorema 2. 5. 11.
Jika f kontinu dan monoton pada interval tertutup I, maka fungsi g invers dari f
kontinu dan monoton pada interval J = f
( )
I .Bukti.
BAB III
INTEGRAL DARBOUX
1. Integral Darboux
Dalam subbab ini akan dibahas tentang integral Darboux untuk fungsi real yang
terbatas pada suatu interval tertutup dan terbatas.
Definisi 3. 1. 1.
Misal diberikan interval tertutup dan terbatas
[ ]
a,b .Partisi dari
[ ]
a,b adalah himpunan berhingga P dari titik-titik x0,x1,x2,K,xn di mana a=x0 ≤x1≤x2 ≤L≤xn−1≤xn =b.Partisi P terdiri dari n+1 titik. Jelasnya sebarang anggota partisi dari
[ ]
a,b dapatberbeda jumlahnya sesuai dengan yang diinginkan.
Berdasarkan partisi di atas didapatkan subinterval-subinterval dari
[ ]
a,b , yaitu[
x0,x1] [
, x1,x2] [
,K, xi−1,xi]
, K,[
xn−1,xn]
. Subinterval ke-i[
xi−1,xi]
disimbolkandengan Δxi. Simbol Δxi juga merupakan panjang xi−xi−1, sehingga
(
i n)
x x
xi = i− i1 =1,2,K,
Δ − .
Misalkan f adalah fungsi bernilai real yang terbatas pada
[ ]
a,b . Karena itu f jugaterbatas pada setiap subinterval yang bersesuaian dengan salah satu partisi P.
Misal Mi,mi, berturut-turut adalah supremum dan infimum dari f padaΔxi.
(
)
(
,)
, , , 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 n n n i i i n n n i i i x m x m x m x m f P L x M x M x M x M f P U Δ + + Δ + Δ = Δ = Δ + + Δ + Δ = Δ =∑
∑
− = L Lberturut-turut disebut Jumlah Darboux Atas dan Jumlah Darboux Bawah dari f
terhadap partisi P.
Jika M, m adalah batas dari f pada
[ ]
a,b , didapatkan,
M M m
m≤ i ≤ i ≤
dan mengakibatkan . i i i i i
i m x M x M x
x
mΔ ≤ Δ ≤ Δ ≤ Δ
Dengan menjumlahkan untuk i=1,2,K,n, didapatkan
(
b a) (
L P, f)
U(
P,f)
M(
b a)
.m − ≤ ≤ ≤ −
(
3.1.1)
Setiap partisi dapat memberikan sepasang jumlahan, jumlah Darboux atas dan
jumlah Darboux bawah. Dari semua partisi pada
[ ]
a,b , didapatkan himpunan Usebagai himpunan semua jumlah Darboux atas dan himpunan L sebagai himpunan
semua jumlah Darboux bawah. Ketidaksamaan (3.1.1) di atas menunjukkan
bahwa kedua himpunan ini terbatas dan setiap himpunan tersebut mempunyai
supremum dan infimum. Infimum dari himpunan jumlah Darboux atas disebut
Integral Darboux Atas dan supremum dari himpunan jumlah Darboux bawah disebut Integral Darboux Bawah dari f pada
[ ]
a,b , yakni(
)
[ ]
{
}
(
)
[ ]
{
, ; adalahpartisidari ,}
.Kedua integral tersebut dapat bernilai sama atau mungkin tidak sama.
Definisi 3. 1. 2. (Kondisi Terintegral Darboux)
Apabila dua integral di atas mempunyai nilai yang sama, yaitu
∫
∫
=∫
=−
− b
a b
a
b
a f dx f dx
dx f
maka dikatakan bahwa f terintegral Darboux terhadap
[ ]
a,b dan nilai dari integraltersebut merupakan Integral Darboux dari f terhadap
[ ]
a,b . Fakta bahwa f terintegral Darboux pada[ ]
a,b , ditulis dengan[ ]
a b D f ∈ , .Berdasarkan ketidaksamaan (3.1.1), berlaku
(
b a)
f dx M(
b a)
.m b
a ≤ −
≤
−
∫
(
3.1.2)
Jadi integral Darboux atas dan integral Darboux bawah terdefinisi untuk setiap
fungsi terbatas tetapi nilai dari keduanya tidak perlu sama pada setiap fungsi
terbatas tersebut. Terdapat fungsi yang membuat integral tersebut tidak sama,
sehingga fungsi itu tidak terintegral Darboux.
Catatan.
1. Pernyataan bahwa
∫
ba f dx ada, mengakibatkan fungsi f terbatas dan
2. Konsep integral untuk sebuah fungsi yang dibicarakan di atas dibatasi
pada dua hal, yaitu fungsi tersebut terbatas dan interval pengintegralannya
tertutup dan terbatas.
3. Dari ketidaksamaan (3.1.1) dan (3.1.2) di atas didapat bahwa,
(
b a) (
L P f)
f dx U(
P f)
M(
b a)
m b
a ≤ ≤ −
≤ ≤
− ,
∫
, .4. Karena integral Darboux atas adalah infimum dari himpunan jumlah
Darboux atas, maka untuk setiap ε1 >0 terdapat sebuah jumlah Darboux
atas U
(
P, f)
sehingga(
,)
<∫
+ε1− b a f dx
f P U
Sejalan dengan hal itu, ada jumlah Darboux bawah L
(
P, f)
sehingga(
)
>∫
−− b
a f dx
f P
L , ε1
5.
( ) (
−)
=∑
Δ −∑
Δ =∑
(
−)
Δi
i i i i
i i i
i
i x m x M m x
M f
P L f P
U . , .
(
Mi −mi)
menunjukkan osilasi dari f pada subinteval Δxi,(
P f) (
L P f)
U , − , disebut jumlah osilasi dan disimbolkan dengan ω
(
P, f)
dan nilainya tak negatif
Contoh 3. 1. 3.
Akan ditunjukkan bahwa fungsi konstan k terintegral Darboux dengan
(
)
∫
b = −akdx k b a .
(
)
(
)
(
)
, , 2 1 2 1 a b k x x x k x k x k x k f P L n n − = Δ + + Δ + Δ = Δ + + Δ + Δ = L L sehingga(
P f)
k(
b a)
L dx
k
b
a = = −
∫
− sup , .
Sejalan dengan hal di atas, diperoleh
(
)
(
)
(
)
. inf , inf 2 1 a b k x k x k x k f P U dx k n b a − = Δ + + Δ + Δ = =∫
− L Jadi(
)
∫
=−∫
= − − b a bakdx k b a
dx
k ,
yang mengakibatkan bahwa fungsi konstan k terintegral dan
(
)
∫
b = −akdx k b a .
Contoh 3. 1. 4.
Akan ditunjukkan bahwa fungsi f yang didefinisikan dengan
( )
⎩ ⎨ ⎧ = irasional jika , 1 rasional jika , 0 x x x ftidak terintegral Darboux di sebarang interval
[ ]
a,b .(
)
, 1 1 1 , 2 1 1 a b x x x x M f P U n n i i i − = Δ + + Δ + Δ = Δ =∑
= L sehingga(
,)
,infU P f b a
dx f
b
a = = −
∫
− dan(
)
{
}
. 0 0 0 0 sup , sup 2 1 = Δ + + Δ + Δ = =∫
− n b a x x x f P L dx f LDalam hal ini dipergunakan sifat kepadatan bilangan real.
Jadi
∫
∫
− − ≠ b a ba f dx f dx.
Karena itu fungsi f tidak terintegral Darboux.
Contoh 3. 1. 5.
Akan ditunjukkan bahwa x2 terintegral Darboux pada sebarang interval
[ ]
0,k ,0 >
k .
Dibuat partisi P pada
[ ]
0,k dengan cara membagi interval tersebut menjadi nbagian yang sama, sehingga ⎢⎣⎡ ⎥⎦⎤
n nk n k n k , , 2 , ,
0 K adalah partisi P,
( )
2 1 ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − n k
2 ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ n k
i berturut-turut adalah batas bawah dan batas atas fungsi di Δxi, dan
panjang masing-masing intervalnya adalah
n k . Jadi
(
)
(
)
(
)(
)
, 1 2 1 1 6 1 2 1 6 2 1 , 3 3 3 2 2 2 3 3 2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + = + + ⋅ = + + + = n n k n n n n k n n k x P U L Dan(
)
{
2 2(
)
2}
3 3 2 1 2 1 0
, = + + + + n−
n k x P L L . 1 2 1 1 6 3 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = n n k Jadi
(
)
(
2)
3
2 sup ,
3 ,
infU P x = k = L P x .
Karena itu fungsi x2 terintegral Darboux dan
3 3 0 2 k dx x k =
∫
.Definisi 3. 1. 6. (Arti
∫
ba f dx apabila b≤a)
Jika f terbatas dan terintegral Darboux pada
[ ]
b,a , untuk a>b, didefinisikanb a dx f dx f a b b
a =−
∫
>Ini mengakibatkan
b a dx
f
b
a = =
∫
0 dimana .Ketidaksamaan-ketidaksamaan yang terkait dengan integral Darboux
Sudah dibuktikan bahwa untuk fungsi f terbatas yang terintegral Darboux berlaku
(
b a)
f dx M(
b a)
b am b
a ≤ − ≥
≤
−
∫
,dimana(
3.1.3)
Jika b<a, sehingga a>b, maka dibuktikan bahwa
(
a b)
f dx M(
a b)
a bm a
b ≤ − >
≤
−
∫
,dimana ,sehingga
(
a b)
f dx M(
a b)
m a
b ≥− −
− ≥ −
−
∫
,atau
(
b a)
f dx M(
b a)
b am b
a ≥ − <
≥
−
∫
,dimana .(
3.1.4)
Teorema 3. 1. 7.
Jika f terbatas dan terintegral Darboux pada
[ ]
a,b maka terdapat bilangan λ yangberada di antara batas-batas dari f sehingga
(
b a)
dx f
b
a = −
∫
λ .Karena f terbatas dan terintegral Darboux, maka terdapat M, m sebagai batas-batas
dari f. Oleh karena itu untuk sebarang λ dengan m≤λ ≤M dan menurut
ketidaksamaan (3.1.3), diperoleh
(
b a) (
b a)
f dx(
b a)
M(
b a)
m b
a ≤ − ≤ −
≤ − ≤
− λ
∫
λsehingga
(
b a)
.dx f
b
a = −
∫
λ ■Teorema 3. 1. 8.
Jika f kontinu dan terintegral Darboux pada
[ ]
a,b maka terdapat bilangan[ ]
a bc∈ , sehingga
(
b a) ( )
f c dxf
b
a = −
∫
.Bukti.
Berdasarkan pada ketidaksamaan (3.1.3),
(
b a)
f dx M(
b a)
,m b
a ≤ −
≤
−
∫
di mana M, m, berturut-turut adalah supremum dan infimum dari f pada
[ ]
a,b .Menurut Teorema Nilai Ekstrim, terdapat bilangan x0,x1∈
[ ]
a,b sehingga( )
x mf 0 = dan f
( )
x1 =M . Dari ketidaksamaan di atas, diperoleh(
b a)
A dx f
b
a = −
∫
,di mana f
( )
x0 ≤ A≤ f( )
x1 . Kemudian dengan menggunakan Teorema NilaiTerbukti bahwa
(
b a) ( )
f c dxf
b
a = −
∫
. ■Teorema 3. 1. 9.
Jika f terbatas dan terintegral Darboux pada
[ ]
a,b dan k adalah bilangan positifsehingga f
( )
x ≤k untuk semua x∈[ ]
a,b , makaa b k dx f
b
a ≤ −
∫
.Bukti.
Misal M,m berturut-turut adalah supremum dan infimum untuk f
( )
x . Perhatikan bahwa( )
x k,f ≤ untuk setiap x∈
[ ]
a,b .Jadi
( )
x k fk ≤ ≤
− ,
oleh karena itu
( )
x M k fm
k≤ ≤ ≤ ≤
− .
Yang mana untuk b≥a, ini berakibat
(
b a)
m(
b a)
fdx M(
b a) (
k b a)
k b
a ≤ − ≤ −
≤ − ≤ −
−
∫
,sehingga
(
b a)
.k dx f
b
a ≤ −
∫
b a k dx f
a
b ≤ −
∫
,dan oleh karena itu
a b k dx f
b
a ≤ −
∫
.Hasil ini berlaku secara trivial untuk a=b. ■
Teorema 3. 1. 10.
Jika f terbatas dan terintegral Darboux pada
[ ]
a,b , dan f( )
x ≥0 untuk semua[ ]
a bx∈ , , maka
⎩ ⎨ ⎧
≤ ≤
≥ ≥
∫
b f dx 00,, jikajika bb aa.a
Bukti.
Karena f
( )
x ≥0, untuk semua x∈[ ]
a,b , oleh sebab itu infimum dari f, yaitu0 ≥
m .
Selanjutnya menggunakan ketidaksamaan (3.1.3), didapat
(
−)
≤∫
b a f dxa b
m ,
sehingga
, 0 ≥
∫
ba f dx untuk b≥a.
Untuk membuktikan
∫
b ≤0,a f dx untuk b≤a, sudah jelas pada Definisi 3.1.6 di
atas, yakni
,
∫
∫
=− ba b
Jadi
, 0 ≤
∫
ba f dx untuk b≤a. ■
Teorema 3. 1. 11.
Jika f, terbatas dan terintegral Darboux pada g
[ ]
a,b , sehingga f ≥g, makaa b dx
g dx
f b
a b
a ≥
∫
≥∫
, dimanadan
a b dx
g dx
f b
a b
a ≤
∫
≤∫
, dimana .Bukti.
Perhatikan bahwa
g f ≥ ,
sehingga
[ ]
a b xg
f − ≥0, ∀ ∈ , .
Dengan menggunakan Teorema 3. 1. 10, didapatkan
(
f g)
dx b ab
a − ≥ ≥
∫
0jika ,atau
a b dx g dx
f b
a b
a ≥
∫
≥∫
jika .Sejalan dengan hal tersebut,
a b dx g dx
f b
a b
a ≤
∫
≤2. Partisi Penghalus
Dalam subbab ini akan dibahas tentang partisi penghalus dan sifat-sifatnya.
Definisi 3. 2. 1.
Untuk sebarang partisi P, panjang yang terbesar dari subinterval disebut norma
atau mesh dari partisi, dan disimbolkan dengan μ
( )
P , yakni( )
P =maxΔxi(
1≤i≤n)
μ .
Partisi P*dikatakan sebagai penghalus dari P jika P* ⊇P, yaitu setiap titik pada
P adalah titik pada P*. Dapat dikatakan juga bahwa P* memperhalus P atau
bahwa *
P lebih halus dari P.
Jika P1 dan P2 adalah dua partisi, maka dapat dikatakan bahwa P* adalah
penghalus persekutuan jika P* =P1∪P2.
Teorema 3. 2. 2.
Jika P* adalah penghalus dari sebuah partisi P, maka untuk sebuah fungsi
terbatas f, berlaku
(1) L
(
P*,f)
≥ L(
P,f)
dan(2) U
(
P*,f)
≤U(
P, f)
.Bukti.
(1) Misalkan P* mencakup satu titik lebih dari P. Misalkan titik tersebut adalah
Karena fungsi tersebut terbatas pada interval
[ ]
a,b , maka terbatas pula padasetiap subinterval Δxi
(
i=1,2,K,n)
. Misal w1,w2,mi, berturut-turut adalahinfimum dari f pada interval
[
xi−1,ξ] [
, ξ,xi] [
, xi−1,xi]
. Jelas bahwa mi ≤w1dan mi ≤w2.Dengan demikian
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)(
) (
)(
)
0 , , 2 1 1 1 2 1 1 * ≥ − − + − − = − − − + − = − − − − ξ ξ ξ ξ i i i i i i i i i x m w x m w x x m x w x w f P L f P LJika P* mempunyai p titik lebih dari P, diulang proses seperti di atas
sebanyak p kali hingga mendapatkan
(
P f)
L(
P f)
L *, ≥ , .
(2) Misalkan P* mencakup satu titik lebih dari P. Misalkan titik tersebut adalah
ξ, dan misal titik tersebut terletak pada Δxi, sehingga xi−1<ξ < xi.
Karena fungsi tersebut terbatas pada interval
[ ]
a,b , maka terbatas pula padasetiap subinterval Δxi
(
i=1,2,K,n)
. Misal v1,v2,Mi, berturut-turut adalahsupremum dari f pada interval
[
xi−1,ξ] [
, ξ,xi] [
, xi−1,xi]
. Jelas bahwa Mi ≥v1dan Mi ≥v2.Dengan demikian
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)(
) (
)(
)
0 , , 2 1 1 1 2 1 1 * ≤ − − + − − = − − − + − = − − − − ξ ξ ξ ξ i i i i i i i i i x M v x M v x x M x v x v f P U f P UJika *
P mempunyai p titik lebih dari P, diulang proses seperti di atas
(
P f)
U(
P f)
U *, ≤ , . ■
Akibat 3. 2. 3.
Jika penghalus *
P dari P memuat p titik lebih banyak daripada P, dan f
( )
x ≤kuntuk semua x∈
[ ]
a,b , maka(
)
(
)
(
)
(
,)
(
,)
(
,)
2 . dan , 2 , , , * * μ μ pk f P U f P U f P U pk f P L f P L f P L − ≥ ≥ + ≤ ≤ Bukti.Seperti pada pembuktian Teorema 3.2.2, dimisalkan *
P memuat satu titik lebih
banyak daripada P, didapatkan
(
P f)
−L(
P f) (
= w −mi)(
ξ −xi−) (
+ w −mi)(
xi−ξ)
L *, , 1 1 2 .
Karena f
( )
x ≤k untuk semua x∈[ ]
a,b , menyebabkank w m
k≤ i ≤ ≤
− 1 ,
sehingga
k m
w i 2
0≤ 1− ≤ .
Dengan kata lain,
k m
w 2
0≤ 2 − 1≤ .
Dengan demikian
(
)
(
)
(
)
(
)
, 2 2 2 2 , , 1 * μ ξ ξ k x k x k x k f P L f P L i i i ≤ Δ ≤ − + − ≤ − −Sekarang dengan menganggap setiap penambahan titik dilakukan satu persatu,
dengan cara mengulang cara seperti di atas sebanyak p kali, didapatkan
(
P f)
L(