EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
( Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012 )
(Skripsi)
Oleh
ZELVINA CHARUNISA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Zelvina Charunisa
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012)
Oleh
ZELVINA CHARUNISA
Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama kelompok, dimana setiap siswa memperoleh kesem-patan belajar secara keseluruhan konsep sebelum siswa belajar spesialisasinya untuk menjadi ekspert. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest only design dengan populasi seluruh siswa kelas VII, sampel diambil 2 kelas dari 8 kelas yang ada secara acak dan diperoleh kelas VII-E dan VII-H sebagai sampel penelitian. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung.
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 BandarlampungSemester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh
ZELVINA CHARUNISA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh Zelvina Charunisa
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGASAWDITINJAU
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23BandarlampungSemester
Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Nama Mahasiswa : Zelvina Charunisa Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021060
Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dra. Nurhanurawati, M.Pd. Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd.
NIP 19670808 199103 2 001 NIP19610524 198603 1 006
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Nurhanurawati, M.Pd. ____________
Sekretaris : Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. ____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman,M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Zelvina Charunisa
NPM : 0743021060
Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah dia-jukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengeta-huan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-bitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandarlampung, November 2012 Yang menyatakan,
Materai 6000
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Kiling-Kiling Kecamatan Negeri Besar Kabupaten
Way Kanan pada tanggal 02 Mei 1990. Penulis merupakan anak pertama dari lima
bersaudara pasangan Zulthoni dan Amrina Abdul Majid, Ama.Pd.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita
Tiuh Baru tahun 1994. Pada tahun 1995 pendidikan dasar di SD Negeri 1 Tiuh
Baru Kabupaten Waykanan dan selesai pada tahun 2001. Pada tahun 2004,
pe-nulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Negeri
Besar Kabupaten Waykanan dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di
SMA Arjuna Bandarlampung pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Non Reguler. Pada tahun 2011,
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 6
MOTTO
Sukses itu pilihan….
Jadilah yang terbaik dari yang terbaik, walaupun dianggap
bukan yang terbaik…
(Zelvina Charunisa)
Orang yang cenderung merendahkan orang lain adalah orang
yang ingin berbuat baik, tetapi belum mampu melakukannya
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil ’Alamin…
Segala Puji hanya milik Allah SWT, atas Rahmat dan Nikmat yang tak terhitung. Shalawat dan Salam kepada Rasululloh
Muhammad SAW
Kupersembahkan skripsiku ini untuk
bunda dan ammi tercinta
yang selalu berada dibelakangku dan senantiasa menguatkanku untuk tetap bisa melangkah kedepan.
Berharap suatu hari aku dapat membuat kalian menangis bangga.
Keempat adikku, Nina, Putri, Irham dan sari Terima kasih untuk doa dan dukungannya.
Riadi
Terima kasih tak pernah lelah membantu dan memberi semangat.
Para Guru dan Dosen yang kuhormati Terima kasih untuk ilmu dan pengalaman.
Sahabat yang telah memberi warna dihidup ini.
SANWACANA
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyu-sunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran dekanat
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas
Lampung dan selaku Pembimbing Akademik sekaligus pembimbing II atas
kesediannya memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, memberikan
nasihat, masukan, saran, motivasi, kritik, dan sumbangan pemikiran kepada
iii 4. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku pembimbing 1 atas kesediaannya
memberikan motivasi, bimbingan, saran dan kritik selama perkuliahan dan
penyusunan skripsi;
5. Ibu Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku penguji utama atas kesediaannya
memberikan bimbingan, kritik, dan saran baik selama perkuliahan maupun
selama penyusunan skripsi.
6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
menyele-saikan studi;
7. Ibu Hj. Astrida, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan
arahan dan masukan selama penelitian;
8. Bunda dan Ammi tercinta, keempat adikku (Nina, Putri, Irham dan Sari), serta
semua keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendoakan dan selalu
menjadi penyemangat dalam hidupku.
9. Riadi, yang tak pernah lelah memberi motivasi dan semangat.
10. Sahabat-sahabatku yang tergabung dalam Y2L Y2D (Berta Apriza, Fitri
Apriani, Helen Dea Lestari, Mulya Sari, Sri Rejeki, Vera Lidya dan Yesi Aria
Sari). Terimakasih untuk persahabatan yang indah ini.
11. My best friend : Berta, Vera dan Sri. Terimakasih untuk kebersamaannya
selama ini, maaf selalu merepotkan. Persahabatan ini tidak akan pernah ku
lupakan.
12. Teman-teman satu atap Asrama Maria 2 : Ces, Dea, Vivi, Oted, Mita, One,
dan tetangga kosan Annisa 1 Echis terimakasih atas kebersamaannya selama
iv 13. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan
Matematika: Dina N, Cwie, Devi, Sri, Fitri, Berta, Vera, Yulva, Lia, Indah,
Reni, mbak Leni, Fiska, Vivi, Marista, Yesi, Cwil, Tanti, Achiez, Nesha,
Ratna, Uya, Robert, Indri, Bily, Bang Lihin, Dhea, Haris, Tina, Sevia, Ana,
Nana, Rita, Mb Eva, Mira, Mbak Yemi, Dina A, Monmon, Ali, Ifan, Dani,
Komang, Mbak Endah, Heru, Bank Ken, Adi, Munif, atas kebersamaannya
selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita
selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk
selamanya.
14. Teman-teman seperjuangan PPL di SMP Negeri 6 Bandarlampung: Devi, Leli,
Nuraini, Risna, risky, Rido, Yugo, Gustian, Bowo, dan Eka.
15. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai
2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2012 terima kasih atas
kebersamaannya.
16. Almamater yang mendewasakanku.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang
telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran ... 9
B. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe II ... 11
C. Pembelajaran Konvensional ... 13
D. Pemahaman Konsep Matematis ... 16
E. Kerangka Pikir ... 19
F. Anggapan Dasar ... 21
vi III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ... 22
B. Desain Penelitian ... 22
C. Prosedur Penelitian ... 23
D. Data Penelitian ... 24
E. Teknik Pengumpulan Data ... 24
F. Langkah-langkah Penelitian ... 24
G. Instrumen Peneliatian ... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38
B. Pembahasan ... 40
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 45
B. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A
DAFTAR TABEL
TabelHalaman
3.1 Desain Penelitian ... 22
3.2Interpretasi Nilai Taraf Kesukaran ... 27
3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 28
3.4 Rekapitulasi Hasil Data Tes Uji Coba ... 29
4.1 Statistik Deskriptif Data Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 32
4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 33
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan seseorang
yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk menjadikan
seseorang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi
pekerti luhur. Hal ini diungkapkan di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 (2003: 5) bahwa tujuan pendidikan nasional
ada-lah mencerdaskan dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
ma-nusia yang bertakwa terhadap Tuhan YME, berilmu, kreatif, sehat, kepribadian
yang mantap dan mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan proses interaksi antar individu maupun individu dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada individu yang
ber-sangkutan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses interaksi tersebut dapat
terjadi di dalam maupun di luar sekolah. Kegiatan pokok dalam keseluruhan
proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti
ber-hasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan, salah satunya bergantung pada
ke-giatan pembelajaran yang dialami siswa. Oleh karena itu, tuntutan mendasar yang
dialami dunia pendidikan adalah peningkatan mutu pembelajaran. Tujuan
2
belajar baik fisik, mental maupun emosional. Keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan terutama ditentukan oleh proses pembelajaran yang dialami siswa.
Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan,
pe-mahaman, penalaran, keterampilan, nilai, dan sikapnya. Agar perubahan tersebut
dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan kondisi yang siswa untuk belajar.
Untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan diperlukan cara untuk
meng-efektifkannya.
Dewasa ini, hasil belajar siswa disekolah masih rendah dilihat dari nilai ulangan
siswa. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar bagi perkembangan dan
peradaban manusia. Matematika juga sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan
masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun dalam mempelajari
matematika, tidak sedikit siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan
ilmu yang sukar untuk dipelajari. Hal ini sebenarnya tak terlepas dari peran guru
untuk merancang suatu pembelajaran agar lebih menarik. Untuk itu diperlukan
kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menerapkan model
pem-belajaran, sehingga siswa dapat berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran
dan dapat mengembangkan potensinya.
Saat ini hasil belajar siswa SMP secara umum khususnya di SMPN 23
Bandarlampung masih rendah, yang ditunjukkan dari hasil observasi di SMP
tersebut. Di sekolah, guru seringkali kesulitan menerapkan strategi pembelajaran
yang membuat siswa aktif di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari praktek pembelajaran di kelas, seringkali dalam proses
3
banyak siswa yang diam dan menundukkan kepala, hanya beberapa siswa tertentu
yang berani mencoba menjawab. Kemudian jika siswa diminta untuk
menanya-kan hal yang menjadi kesulitannya siswa tidak menjawab. Terlebih lagi jika siswa
diberi tugas rumah untuk mengerjakan soal, banyak siswa yang hanya menyalin
pekerjaan temannya dan jarang ditemukan ide-ide baru siswa dalam
menye-lesaikan masalah matematika.
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar merupakan indikasi pembelajaran belum
optimal. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang diterapkan belum tepat.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu model pembelajaran
mate-matika yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penggunaan
model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran kooperatif
terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan
pem-belajaran. Dengan demikian setiap siswa memiliki peluang yang sama dalam
memperoleh hasil belajar yang maksimal serta tercipta suasana yang
menyenang-kan. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan
tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan
ma-salah. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat
me-nguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat
diterapkan salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang tidak
hanya membantu siswa untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga membantu
4
dan mengembangkan sikap sosial siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
siswa dikelompokkan oleh secara heterogen. Siswa diberi materi baru atau
penda-laman materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok
se-cara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari
materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi ”ahli” dari kelompok
berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain
sampai mereka menjadi ”ahli” dikonsep yang ia pelajari. Kemudian kembali
kekelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman
sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assessment yang lain pada semua
topik yang diberikan.
Model pembelajaran Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot
Aroson, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.
Model pembelajaran Jigsaw dibagi dalam 2 tipe, yaitu Jigsaw Tipe I dan Jigsaw
Tipe II. Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw Tipe I dan Jigsaw
Tipe II, kalau pada Jigsaw tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu
yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan
melalui diskusi dengan teman segrupnya. Pada Jigsaw tipe II setiap siswa
memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum
ia belajar spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal ini untuk memperoleh
gam-baran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan. Berdasarkan uraian tersebut
model pembelajaran yang dipakai adalah model pembelajaran Jigsaw Tipe II.
De-ngan cara diskusi dalam kelompok seperti pada Jigsaw, materi pelajaran dapat
dibangun bersama. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin menyatakan siswa akan
5
mereka dapat mendiskusikan dengan temannya. Pengetahuan dibentuk bersama
berdasarkan pengalaman serta interaksinya dengan lingkungan di dalam kelompok
belajar, sehingga terjadi saling memperkaya diantara anggota kelompok. Ini
berarti, siswa didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga
pemahaman terhadap materi yang sedang dipelajari meningkat. Siswa didorong
untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap materi atau masalah yang
sama, untuk kemudian membangun sudut pandang atau mengkontruksi
penge-tahuannya secara bersama pula.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang keefektifan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ditinjau dari pemahaman
konsep matematis siswa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”apakah pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II efektif diterapkan pada pembelajaran matematika jika ditinjau dari
pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMPN 23 Bandarlampung?”
Selanjutnya pembelajaran ini dikatakan efektif apabila rata-rata pemahaman
konsep siswa yang pembelajarannya menggunakan kooperatif tipe Jigsaw II lebih
baik dari rata-rata pemahaman konsep siswa yang pembelajarannya dilakukan
secara konvensional.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan model
6
wa bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia
pendidikan, untuk menambah dan memperkaya wawasan, pengetahuan dunia
pendidikan, terutama terkait pemahaman konsep matematis siswa dan metode
pembelajaran Jigsaw.
2. Manfaat Praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberi manfaat antara lain :
a. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan
perbaikan mutu pembelajaran matematika.
b. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pendekatan, strategi,
metode ataupun model pembelajaran matematika yang paling tepat agar
kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika lebih baik dan siswa
lebih aktif dalam pembelajaran di kelas.
c. Bagi peneliti lainnya, sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan dalam
tahap proses pembinaan diri sebagai calon pendidik.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain:
1. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai
7
keefektifan penggunaan metode pembelajaran Jigsaw. Dikatakan efektif apabila
rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode pembelajaran Jigsaw lebih baik dibandingkan
de-ngan rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang
me-ngikuti pembelajaran konvensional.
2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw dibagi dalam 2 tipe, yaitu Jigsaw Tipe I dan Jigsaw
Tipe II. Dalam penelitian ini, pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah
pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II. Pada model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep
(scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal ini untuk
memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Konvensional adalah suatu pembelajaran dengan menggunakan
metode ceramah. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran langsung
yang berpusat pada guru. Dalam pembelajaran ini pelajaran ditransformasikan
langsung oleh guru kepada siswa. Permasalahan yang disajikan menggunakan
permasalahan tertutup, yaitu masalah yang diformulasikan dengan satu jawaban
benar.
4. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah kemampuan pemahaman
kon-sep siswa dalam menyelesaikan soal-soal tes dengan indikator pemahaman konkon-sep
8
5. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP N 23 Bandarlampung, yang terletak di Jalan Jenderal
Sudirman No. 76 Bandarlampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran
Proses pembelajaran yang ada di sekolah sudah pasti mempunyai tujuan bahan
ajar yang harus dicapai, yang didasarkan pada kurikulum yang berlaku pada
sa-tuan pendidikan tertentu. Berdasarkan tujuan tersebut dikembangkan perangkat
pembelajaran terstruktur. Bahan ajar yang terangkum dalam kurikulum tentunya
harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia pada hari efektif yang ada pada
program semester. Untuk itu perlu adanya strategi pembelajaran yang efektif.
Berikut beberapa pendapat menurut para ahli tentang efektivitas pembelajaran.
Starawaji (2009: 5) menyatakan bahwa di dalam kamus bahasa Indonesia
efek-tivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau
akibat, atau efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang
memuas-kan.
Sambas (2009: 5) mengungkapkan bahwa :
10
Hamalik (2004: 171) menyatakan :
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.”Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas sendiri diharapkan dapat membantu siswa dalam pembelajaran agar siswa dapat mudah memahami konsep yang sedang diberikan.
Trianto (2010: 17) mengatakan pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari
seorang guru dan siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer)
yang terarah pada suatu tujuan yang telah ditetapkan.Jadi, efektivitas
pembe-lajaran dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan proses pembepembe-lajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau
men-capai tujuan yang telah ditetapkan.Efektivitas juga berhubungan dengan masalah
bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat
dari hasil yang diperoleh.
Pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila pembelajaran berlangsung
menyenangkan bagi siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru
dalam mengefektifkan kegiatan pembelajaran adalah dengan menentukan model
pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah
ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa
dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Keefektifan pembelajaran yang dimaksud adalah sejauh mana pembelajaran
11
dilihat dari ketuntasan belajar yang diwujudkan pada hasil belajar. Efektivitas
pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika
dan pemahaman konsep matematis siswa. Dalam penelitian ini, efektivitas
di-katakan tercapai bila siswa pada pembelajaran dengan metode pembelajaran
Jigsaw memilikirata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematis lebih
baik daripada rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional.
B.Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw tipe II
Menurut Trianto (2009 : 85) model pembelajaran Jigsaw tipe II sudah
dikembangkan oleh Slavin. Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw
I dan Jigsaw II, kalau pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu
yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan
melalui diskusi dengan teman segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa
mem-peroleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia
belajar spesialisasinya untuk menjadi expert.Hal ini untuk memperoleh gambaran
menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan. Adapun tahap – tahap
pem-belajarannya dijelaskan oleh Trianto (2009 : 86-89) sebagai berikut :
Tahap - Tahap Pembelajaran dengan Jigsaw II
1. Tahap Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan
penekanan tentang manfaat penggunaan metode jigsaw dalam proses belajar
mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam model
12
untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep (bisa juga pemahaman
konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya harus sudah dibaca di rumah).
2. Tahap Pengelompokan
Misalkan didalam kelas ada 32 siswa, yang kita tahu kemampuan matematikanya
dan sudah diranking (siswa tidak perlu tahu), kita bagi dalam 8 kelompok.
Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 4 grup (A-D) yang isi tiap-tiap
grupnya heterogen dalam kemampuan matematika, berilah indeks 1 untuk siswa
dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk
kelompok sedang dan indeks 4 untuk kelompok rendah. Misalkan A1 berarti grup
A dari kelompok sangat baik,…, A4 grup A dari kelompok rendah)
3. Tahap Pembentukan dan Pembinaan Kelompok Expert
Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi
yang kita berikan dan dibina supaya jadi expert, berdasarkan indeksnya. Tiap
kelompok ini diberi konsep matematika sesuai dengan kemampuannya.Kelompok
1 yang terdiri dari siswa yang sangat baik kemampuannya diberi materi yang lebih
kompleks worksheet 1, kelompok 2 diberi materi worksheet 2, kelompok 3 diberi
materi worksheet 3, dan kelompok 4 diberi materi worksheet 4.Setiap kelompok
diharapkan bias belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia
kembali ke dalam grup sebagai tim ahli “ekspert”, tentunya peran pendidik cukup
penting dalam fase ini.
13
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali
dalam grup semula. Selanjutnya pendidik mempersilahkan anggota grup untuk
mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing, satu-persatu.
Proses ini diharapkan akan terjadi sharing pengetahuan antara mereka.
Aturan dalam fase ini adalah :
1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota
tim mempelajari materi yang diberikan.
2) Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak
ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep.
3) Tanyakan pada anggota grup sebelum tanya pada pendidik.
4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak menganggu grup lain.
5) Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.
5. Tahap Tes (Penilaian)
Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat
seluruh konsep yang didiskusikan.Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk
bekerja sama. Jika mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.
6. Tahap Pengakuan Kelompok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu,
tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada
seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat
memberikan konstribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor
kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor
14
mereka melampaui skor dasar mereka.
C. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah suatu pembelajaran yang biasa
digunakan oleh guru di kelas, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode
ceramah. Pembelajaran yang berpusat pada guru adalah perilaku pengajaran yang
paling umum yang diterapkan di semua tingkat sekolah. Jadi kegiatan guru yang
utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang
di-sampaikan guru. Berikut beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran
kon-vensional.
Roestiyah (2000: 136) mengungkapkan bahwa :
Metode ceramah merupakan suatucara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Selama berlangsungnya ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar bagan agar uraiannya menjadi lebih jelas.
Menurut Djamarah dalam Static, (2000: 4) pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah karena sejak
dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan
anak didik dalam proses pembelajaran. Dipihak lain Sukandi (2003: 8)
me-ngatakan bahwa pembelajaran konvensional ditandai dengan guru lebih banyak
mengajarkan tentang konsep, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan
mampu untuk melakukan sesuatu.
Menurut Sanjaya (2009: 145) pembelajaran konvensional dalam bentuk ceramah
15
lebih sering menggunakan metode ceramah dengan mengikuti urutan materi
dalam kurikulum. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran
di-lihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yang ada dalam
kuri-kulum. Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan
mengungkapkan kembali isi buku tersebut. Jadi pembelajaran konvensional
kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses.
Lebih lanjut lagi, Sanjaya (2009: 147) menyatakan bahwa materi yang dikuasai
siswa pada pembelajaran konvensional akan terbatas pada apa yang dikuasai guru,
sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang
dikuasai siswapun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru. Pada
pembelajaran tersebut, guru memainkan peran yang sangat penting karena
dianggap memindahkan pengetahuan kepada siswa. Peran guru disini yaitu
menyiapkan dan mentransmisi pengetahuan atau informasi kepada siswa. Peran
siswa adalah menerima, menyimpan, dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan
informasi yang diberikan. Padahal, disadari bahwa setiap siswa memiliki
kemam-puan yang tidak sama, termasuk dalam kemamkemam-puan menangkap materi pelajaran
melalui pendengaran. Bila guru terlalu lama berkonvensional akan membosankan
dan akan menyebabkan anak didik menjadi pasif. Selain itu, pada pembelajaran
konvensional guru tidak memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk
merefleksi materi-materi yang disampaikan.
Burrowes dalam Juliantara, (2009: 7) menyampaikan bahwa pembelajaran
konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang
16
menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya
kepada situasi kehidupan nyata.Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran
konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2)
terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada
kelompok-kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis.
Metode utama dalam interaksi guru dengan siswanya adalah berbicara. Jika guru
ingin menggunakan metode ceramah dalam pembelajarannya maka guru tersebut
harus memiliki keterampilan berbicara yang baik agar dapat menarik perhatian
peserta didiknya. Dengan metode ceramah ini guru akan lebih mudah mengawasi
ketertiban peserta didiknya dalam mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh
guru di kelas. Selain itu juga, dengan adanya metode ceramah guru akan lebih
mudah untuk mengatur kelasnya daripada metode lain, seperti metode
de-monstrasi yang memerlukan banyak alat.
Dari uraian diatas, guru hanya menyampaikan materi dan siswa hanya menerima
apa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan
pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar
siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan.Pembelajaran konvensional
lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran sehingga belajar dilihat sebagai
proses meniru dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari melalui tanya jawab atau kuis.Pembelajaran
konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang
17
D. Pemahaman Konsep Matematis
Abdurrahman (1999: 254) menyatakan :
Konsep menunjuk pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.
Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari tujuan
pembelajaran. Ranah kognitif ini meliputi berbagai tingkah laku dari tingkatan
terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan penilaian (evaluasi). Pemahaman konsep akan memberikan suatu
pemahaman dan kemampuan untuk mengaplikasikan konsep yang telah dikuasai.
Sehingga pemahaman konsep matematika adalah mengerti benar tentang konsep
matematika.
Kilpacrik dan Findell (2001:118) menyebutkan bahwa pemahaman konsep
merupakan salah satu kecakapan matematika yang berarti kemampuan siswa
dalam penguasaan konsep, operasi dan relasi secara menyeluruh.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pemahaman konsep
matematika merupakan kemampuan siswa dalam menterjemahkan, menafsirkan,
dan menyimpulkan suatu konsep matematika berdasarkan pembentukan
penge-tahuannya sendiri, bukan sekedar menghafal.
Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam
pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan
kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan
18
Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang
disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai
konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Hudoyo dalam Herdian, (2010:
4) yang menyatakan tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan
dapat dipahami peserta didik.
Ada tiga macam pemahaman matematis, yaitu :
1) Pengubahan (translation)
Pemahaman translasi digunakan untuk menyampaikan informasi dengan
bahasa dan bentuk yang lain dan menyangkut pemberian makna dari suatu
informasi yang bervariasi.
2) Pemberian arti (interpretasi)
Interpretasi digunakan untuk menafsirkan maksud dari bacaan, tidak hanya
dengan kata-kata dan frase, tetapi juga mencakup pemahaman suatu
infor-masi dari sebuah ide.
3) Pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation)
Ekstrapolasi mencakup estimasi dan prediksi yang didasarkan pada sebuah
pemikiran, gambaran kondisi dari suatu informasi, juga mencakup
pem-buatan kesimpulan dengan konsekuensi yang sesuai dengan informasi
jenjang kognitif ketiga yaitu penerapan (application) yang menggunakan
atau menerapkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru,
yaitu berupa ide, teori atau petunjuk teknis.
Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes
pema-haman konsep. Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas
perkem-19
bangan anak didik SMP dicantumkan indikator dari kemampuan pemahaman
konsep matematis adalah sebagai berikut.
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
g. Mengaplikasikan konsepatau algoritma pemecahan masalah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan salah satu
indikator untuk menentukan terkuasai atau tidaknya konsep yang telah diajarkan
kepada siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar
tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes.
E. Kerangka Pikir
Pembelajaran matematika di kelas VIISMP Negeri 23 Bandarlampung masih
didominasi oleh guru. Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional
yaitu metode ceramah dan pemberian tugas dalam pembelajarannya, sehingga
dalam pembelajaran menyebabkan siswa cenderung kurang aktif dan hanya
mengandalkan instruksi dari guru. Hal ini mengakibatkan pemahaman konsep
matematis siswamasih rendah sehingga nilai hasil belajar siswa kurang
me-muaskan. Untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, usaha yang dilakukan
guru adalah memberikan kesempatan belajar kepada siswanya sehingga proses
pem-20
belajaran yang tepat sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Salah satu
model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswanya adalah model
pem-belajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IImerupakan model cooperative
learning yang mengutamakan kerjasama kelompok. Pada Jigsaw IIsetiap siswa
memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum
ia belajar spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal ini untuk memperoleh
gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan. Siswa diminta belajar
konsep secara keseluruhan secara untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari
konsep (bisa juga pemahaman konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya harus
sudah dibaca di rumah).
Setiap tahapan pada pembelajaran kooperatif Jigsaw II sangat mendukung siswa
untuk berkembang, percaya diri, bertanggungjawab dan mandiri tidak
keter-gantungan pada teman sekelompoknya. Hal ini dapat membuat siswa
berse-mangat, tidak minder dan dapat meningkatkan hasil belajarnya karena siswa dapat
mengusai konsep semua pelajaran. Keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran sangat diperhatikan. Guru aktif bertindak sebagai pembimbing dan
siswa aktif dalam menemukan konsep yang sedang dipelajari. Dengan adanya
rasa ketertarikan pada diri siswa terhadap pelajaran matematika, maka siswa akan
terlibat secara aktif di dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran akan berdampak pada meningkatnya pemahaman konsep matematis
21
mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II,
maka pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II efektif diterapkan pada pembelajaran matematika.
F. Anggapan Dasar
Penelitian ini bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut.
1. Semua siswa kelas VII semester genap SMPN 23 Bandarlampung Tahun
Ajaran 2011/2012 memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan
sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2. Pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti tidak diperhatikan.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah rata-rata pemahaman konsep siswa yang
pembelajarannya menggunakan kooperatif tipe Jigsaw II lebih baik dari rata-rata
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 23 Bandarlampung. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 23
Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 8 kelas. Sebagai
sampel diambil 2 kelas dari 8 kelas yang ada secara acak. Setelah itu menentukan
kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh kelas VII-E sebagai kelas
eksperimen dan VII-H sebagai kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment)
mengguna-kan desain post-test only dengan kelompok pengendali yang tidak diacak
sebagai-mana dikemukankan Furchan (1982: 368) sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post-test
Kelas
eksperimen Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II Skor posttest pada kelas ekperimen
23
Pada kelas eksperimen diterapkan pendekatan Jigsaw sedangkan pada kelas kon
-trol diterapkan pembelajaran konvensional kemudian dilakukan tes akhir. Tes
akhir adalah tes kemampuan pemahaman konsep matematis yang dilakukan pada
kedua kelas sampel dengan soal tes yang sama.
C. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi sekolah,
2. Mengambil data nilai matematika Ulangan Harian siswa pada materi
sebelumnya untuk digunakan sebagai nilai awal siswa (dalam penelitian ini
nilai yang diambil adalah nilai hasil mid semester)
3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
pembe-lajaran kooperatif tipe Jigsaw dan pembepembe-lajaran konvensional,
4. Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS),
5. Membagi siswa ke dalam kelompok heteregon yang terdiri dari 4 orang
berdasarkan nilai awal siswa pada kelas yang mengikuti pembelajaran Jigsaw.
6. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa tes kemampuan pemahaman
konsep beserta aturan penskorannya,
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembe-lajaran (RPP) yang telah disusun baik pada kelas eksperimen yaitu dengan
menggunakan pembelajaran Jigsaw dan pada kelas kontrol dengan
meng-gunakan pembelajaran konvensional yang kegiatan selengkapnya terdapat
pada Lampiran A.1 dan A.2,
24
9. Melakukan uji coba instrumen,
10.Mengadakan post-test baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol,
11.Menganalisis data,
12.Membuat kesimpulan.
D. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep siswa yang diperoleh
setelah dilakukannya tes pemahaman konsep dengan menggunakan model
pem-belajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan dengan menggunakan pembelajaran
kon-vensional.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes.
Metode tes adalah metode pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui
hasil dari suatu perlakuan.
F. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Melakukan penelitian pendahuluan.
2. Menyusun instrumen tes.
3. Melakukan penelitian.
25
G. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah seperangkat alat tes yang digunakan untuk mengambil data
dalam suatu penelitian. Data dalam penelitian ini berupa pemahaman konsep
siswa, diperoleh melalui tes akhir yang dilakukan di akhir tahapan pembelajaran.
Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tes yang digunakan dalam penelitian
ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Validitas tes yang digunakan adalah
validitas isi yaitu validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat
pengukur hasil belajar, yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur
hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap
kese-luruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan. Validitas isi dari
suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi
yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan tujuan instruksional khusus yang
telah ditentukan untuk masing-masing pelajaran, apakah hal-hal yang tercantum
dalam tujuan intruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil
belajar tersebut atau belum.
Validitas isi tes ini didasarkan pada penilaian guru kelas VII, jika penilaian guru
menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan
indi-kator maka tes tersebut dikategorikan valid. Setelah tes dinyatakan valid, tes
tersebut diuji coba di luar sampel tetapi masih dalam populasi, uji coba tes ini
dimaksudkan untuk mengukur tingkat reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan
26
a. Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang
dinilai. Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha.
Rumus Alpha dalam Sudijono (2008: 208) adalah.
dimana,
r11 = koefisien reliabilitas tes
= jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
= varian total
n = banyaknya item tes yang dikeluarkan dalam tes
Menurut Sudijono, suatu tes dikatakan baik apabila koefisien reliabilitasnya sama
dengan atau lebih besar dari 0,70 ( ≥ 0,70), sehingga dalam penelitian ini
kriteria reliabilitas tes yang digunakan adalah lebih dari 0,70.
Dari hasil uji coba posttes yang telah dilaksanakan dilanjutkan dengan
perhitungan diperoleh reliabilitas pada instrument tes pemahaman konsep
matematika sebesar 0,75. Berdasarkan hasil tersebut, instrument tes pemahaman
konsep matematika siswa digolongkan pada reliabilitas sedang karena terletak
pada interval 0,70 – 0,90. Oleh karena itu, instrument tes pemahaman konsep
27
b. Tingkat Kesukaran (TK)
Tingkat kesukaran butir tes adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes
pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes
digunakan rumus berikut.
Dengan :
TKi : tingkat kesukaran butir tes ke-i
S : rataan skor siswa pada butir ke-i
Smaks: skor maksimum butir ke-i
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
in-deks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) seperti Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Besarnya TKi Interpretasi
Kurang dari 0,30 Sangat Sukar
0,30-0,70 Cukup (Sedang)
Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah
Dari hasil uji coba dan perhitungan indeks kesukaran butir tes pada post-test
terhadap 5 butir tes yang diuji cobakan menunjukkan butir tes tergolong sedang
dengan kisaran indeks kesukaran antara 0,30 s.d 0,70. Berdasarkan untuk
mengambil data maka 5 butir tes uji coba memenuhi kriteria sebagai butir yang
layak digunakan untuk mengumpulkan data.
maks i
S
S
28
c. Daya Pembeda (DP)
Daya pembeda tes adalah kemampuan tes dalam memisahkan antar subjek yang
pandai dengan subjek yang kurang pandai. Untuk menghitung daya pembeda data
terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa
yang memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh
nilai tertinggi disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai
terendah (disebut kelompok bawah). Daya pembeda ditentukan dengan rumus
berikut.
dengan,
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah
JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah
IA = Skor maksimum butir soal yang diolah
Menurut Sudijiono (2008: 388) hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi
berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Interpretasi
29
yaitu berkisar dari 0,30 s.d 0,70. Jadi, daya beda butir tes tergolong baik.
Berdasarkan untuk mengambil data maka semua butir tes uji coba memenuhi
kriteria sebagai butir yang layak digunakan untuk mengumpulkan data.
Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan, diperoleh data yang tertera
pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Data Uji Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Berdasarkan tabel hasil tes uji coba di atas, diperoleh bahwa seluruh butir soal
telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Soal untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis disusun dalam
bentuk tes uraian. Skor jawaban disusun berdasarkan indikator kemampuan
pemahaman konsep. Adapun indikator pemahaman konsep tersebut adalah
se-bagai berikut:
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
Test
No
Soal Validitas Reliabilitas Pembeda Daya Kesukaran Tingkat
1 Valid
0,75
0,31 (Sedang) 0,69 (Sedang)
2 Valid 0,38 (Sedang) 0,65 (Sedang)
3 Valid 0,47 (Baik) 0,64 (sedang)
4 Valid 0,49 (Baik) 0,32 (Sedang)
30
e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
H. Teknik Analisis Data
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh
diana-lisis untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Karena data tidak berdistribusi normal maka
dilakukan uji non-parametrik atau Uji Mann-Whitney U. Adapun hipotesis yang
digunakan untuk menguji hipotesis dalam uji Mann-Whitney U menurut Ariyoso
(2009) sebagai berikut.
H0: Tidak ada perbedaan rata-rata pemahaman konsep antara siswa dengan
pem-belajaran kooperatif tipe Jigsaw II
H1: Ada perbedaan rata-rata pemahaman konsep antara siswa dengan
pembe-lajaran kooperatif tipe Jigsaw II
31
n1 = sampel 1
n2 = sampel 2
Ri = Ranking ukuran sampel
Adapun kriterianya adalah:
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probanilitas ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Nilai yang dipilih untuk U dalam pengujian hipotesis adalah nilai yang paling
kecil dari kedua nilai tersebut.
Adapun kriterianya adalah tolak H0 jika statistik U ≤ nilai dalam tabel U, dan
39
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw efektif untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung
semester genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
rata-rata pemahaman konsep siswa yang pembelajarannya menggunakan
koo-peratif tipe Jigsaw lebih baik dari rata-rata pemahaman konsep siswa yang
pem-belajarannya dilakukan secara konvensional.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 23
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dikemukakan saran sebagai
berikut.
1. Agar guru dapat menerapkan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw
dalam pembelajaran matematika di kelas, dalam upaya mengembangkan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa guna memperoleh hasil
39
2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk
dapat mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian dalam
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bennu. 2010. Pemahaman Konsep. (Online). Tersedia: http://sudarmanbennu.
blogspot. com/2010/02/pemahaman-konsep.html. (05 Mei 2012)
Dimiyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.Departemen
Pendidikan Nasional. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. (online). Tersedia:
http://herdy07. wordpress.com/. (13 Januari 2012)
Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional.
http://www.kompasiana.com/ikpj.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.
Mursell, J. dan Nasution. 2002. Mengajar dengan Sukses. Bumi Aksara: Jakarta
Muhammad Nur dan Muslim.2002. Guru yang Berhasil dan Model Pembelajaran
Langsung. Depdikbud: Jakarta
Noer, Sri Hastuti. 2010. Evaluasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah. Artikel: Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan
P.MIPA. Unila
_____________. 2009. Model Bahan Ajar Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif dan Reflektif (K2R). Makalah: Seminar
Nasional Pendidikan FKIP Universitas Lampung.
_____________. 2007. Pembelajaran Open-ended Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik. Makalah: Prosiding Seminar
Nasional Matematika Jur. PMIPA FPMIPA UPI Bandung.
_____________. 2007. Pembelajaran Open-ended Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif. Makalah: Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika Jur. PMIPA FPMIPA UNY
Nurhayati, Abbas. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Tarsito: Bandung.
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. 169 halaman.
Sambas. 2009. Definisi Efektivitas.
http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-efektivitas-pembelajaran.html
Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Sidanta, Goras Karindra. 2011. Pembelajaran Matematika berbasis Masalah
Open Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis. Bandarlampung : Unila
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Suherman, E, dkk. 2001 .Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI: Bandung.
___________. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika untuk Calon Guru dan
Mahasiswa Calon Guru Matematika. Jurusan pendidikan Matematika
FPMIPA UPI: Bandung.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.
Starawaji. 2009. Efektivitas Pembelajaran. http://starawaji.wordpress.com/
2009/03/01/efektivitas-pembelajaran/
Tim Penyusun. 2006. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidika Nasional)
2003. Sinar Grafika: Jakarta.
Trianto.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana: