• Tidak ada hasil yang ditemukan

2) Bahwa pada saat kejadian tubrukan Tersangkut Nakhoda tidak sempat bertindak untuk olah gerak oleh karena beberapa saat setelah tertubruknya TK. Nova III dan tali tunda terseret KK. Barito Equator, KT. Robi terbalik dan tenggelam.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa cara bernavigasi dan cara berolah gerak Tersangkut Nakhoda KT. Robi dapat diterima.

5. Tentang Sebab Terjadinya Kecelakaan.

Setelah menganalisa fakta-fakta dasar, kondisi lingkungan (faktor alam), dokumen, faktor teknis, faktor manusia, dan organisasi mengenai terjadinya tubrukan antara KK. Barito Equator dengan TK. Nova III yang ditunda KT. Robi, maka penyebab terjadinya tubrukan adalah sebagai berikut :

KK. BARITO EQUATOR.

a. Bahwa KK. Barito Equator pada tanggal 23 Juli 2015 pukul 19.20 WITA selesai melakukan kegiatan pengerukan menuju lokasi pembuangan (dumping area) dari jarak lebih kurang 3 mil, masih menggunakan kecepatan 10 knots, dan pukul 19.25 WITA ketika melihat kapal lain (TK. Nova III) melintang di depan kanan haluan dengan jarak 1,5 mil, haluan dan kecepatan kapal masih dipertahankan (haluan 220° dan kecepatan 10 knots);

b. Bahwa sesaat sebelum dan saat kejadian Petugas Pandu tidak ada di anjungan (sedang makan di mess room bersama Operator dan Cincu, sehingga peran Pandu selaku Penasehat dalam olah gerak kapal tidak dilaksanakan;

c. Bahwa KK. Barito Equator dalam melakukan komunikasi dengan KT. Robi hanya menggunakan channel 12, tidak berusaha menggunakan channel umum (channel 16), padahal kapal berlayar di ambang luar/laut bebas sedangkan KT. Robi menggunakan channel umum (channel 16) sehingga komunikasi antar kapal gagal;

d. Bahwa KK. Barito Equator terlambat dalam bertindak menghindari tubrukan yaitu pada jarak lebih kurang 500 meter baru melakukan tindakan stop mesin, mundur penuh dan cikar kanan sehinggga terjadi tubrukan yaitu KK. Barito Equator menubruk TK. Nova III pada bagian lambung kiri depan selanjutnya menyeret tali tunda dan mengakibatkan KT. Robi tenggelam.

KT. ROBI/TK. NOVA III.

a. Bahwa KT. Robi dalam pelayarannya menunda TK. Nova III diperairan ambang luar Sungai Barito pada tanggal 23 Juli 2015 berkecepatan 2.1 knots dengan haluan 151° dan standby Radio channel 16, sedangkan KK. Barito Equator stanby Radio VHF di channel 12, sehingga tidak terjalin komunikasi antar kedua kapal;

b. Bahwa KT. Robi adalah kapal yang terbatas olah geraknya dan harus dihindari oleh kapal lain.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa sebab terjadinya tubrukan adalah karena :

1. Kesalahan teknis, kesalahan manusia dan kesalahan dalam pengawasan keselamatan pelayaran di Pelabuhan Banjarmasin.

2. Terlambatnya Nakhoda KK. Barito Equator dalam bertindak menghindari tubrukan pada jarak lebih kurang 500 meter masih dalam kecepatan 10 knots dan posisi haluan kapal melintang TK. Nova III serta petugas Pandu tidak berada di anjungan;

3. Sesuai Aturan 18 butir a (ii) P2TL Tahun 1972, KK. Barito Equator harus menghindari KT. Robi/TK. Nova III sebagai kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya, demikian pula sesuai Aturan 15 P2TL Tahun 1972 KK. Barito Equator harus menghindari kapal yang berada di sebelah kanannya.

6. Tentang Upaya Penyelamatan.

Berdasarkan pemeriksaan data dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan, dan berdasarkan hasil pemeriksaan lanjutan, maka mengenai upaya penyelamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

KK. BARITO EQUATOR.

a. Paska tubrukan Tersangkut Nakhoda memberikan pertolongan pada crew KT. Robi (mengangkat dari permukaan air laut) sebanyak 5 (lima) orang, ditambah lagi 1 (satu) orang dari TK. Nova III yang diantar oleh KT. Ester ke KK. Barito Equator dan memberikan pertolongan pertama pada crew KT. Robi yang luka, selanjutkan menuju Ambang Luar untuk lego jangkar; b. Selanjutnya awak kapal KT. Robi yang berada di KK. Barito Equator

beserta Petugas Pandu dilakukan evakuasi dengan Speed Boat Baihaqi menuju pelabuhan dilanjutkan perawatan ke RS. Suaka Insan Banjarmasin.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa upaya pemyelamatan yang dilakukan oleh Tersangkut Nakhoda KK. Barito Equator telah memadai.

KT. ROBI/TK. NOVA III.

a. Pasca tubrukan dengan KK. Barito Equator, KT. Robi terbalik dan sebelum tenggelam Nakhoda dan awak kapal sempat keluar dari kapal dan berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Tersangkut Nakhoda berenang ke arah TK. Nova III, sedangkan awak kapal lainnya diselamatkan oleh awak KK. Barito Equator;

b. Tersangkut diantar oleh KT. Ester dari TK. Nova III ke KK. Barito Equator berkumpul dengan awak kapal lainnya, setelah mendapat perawatan, selanjutnya dibawa oleh KK. Barito Equator ke Ambang Luar dan di evakuasi oleh speed boat Baihaqi bersama dengan petugas pandu untuk dilakukan perawatan ke RS. Suaka Insan Banjarmasin.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa upaya pemyelamatan yang dilakukan oleh Tersangkut Nakhoda KT. Robi telah memadai.

7. Tentang Kesalahan dan Kelalaian.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, dalam kasus tubrukan antara KK. Barito Equator dengan TK. Nova III yang ditunda KT. Robi, pada tanggal 23 Juli 2015, pukul 19.30 WITA, di Perairan Ambang Luar Sungai Barito Banjarmasin, maka beban tanggung jawab terhadap kesalahan dan kelalaian adalah sebagai berikut :

KK. BARITO EQUATOR.

a. Dalam bernavigasi Tersangkut Nakhoda tidak melakukan pengamatan keliling secara layak, dengan menggunakan semua sarana yang tersedia, sesuai dengan kondisi yang ada sebagaimana yang diamanahkan dalam Aturan 5 Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL) tahun 1972; b. Dalam bernavigasi Tersangkut Nakhoda tidak bergerak dengan kecepatan

yang aman guna mengambil tindakan yang layak dan efektif untuk mengelakkan tubrukan sebagaimana yang diamanahkan dalam Aturan 6 Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL) tahun 1972;

c. Dalam berolah gerak Tersangkut Nakhoda tidak bertindak tegas, sedini mungkin guna menghindari resiko tubrukan sebagaimana yang diamanahkan dalam Aturan 18 huruf (ii) Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL) tahun 1972, serta kurang memberdayakan adanya Petugas Pandu diatas kapal sebagai Penasehat (Advicer).

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa Tersangkut Nakhoda dalam bernavigasi dan berolah gerak secara teknis tidak melaksanakan profesinya sesuai dengan kecakapan pelaut yang baik (good seamanship) sebagaimana diamanahkan dalam Aturan 5, Pengamatan Keliling, Aturan 6, Kecepatan Aman, Aturan 7, Bahaya Tubrukan, Aturan 8 Tindakan untuk menghindari tubrukan, dan Aturan 18 tanggung jawab antar kapal dalam Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL) tahun 1972, serta dianggap lalai belum memenuhi kewajibannya sesuai amanah Pasal 342 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

KT. ROBI/TK. NOVA III.

Dalam bernavigasi dan berolah gerak Tersangkut Nakhoda telah menjalankan profesinya sesuai dengan kebiasaan kecakapan pelaut yang baik (good seamanship), dan sebagai kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya yang harus dihindari oleh kapal lain sehingga dinilai telah memenuhi kewajibannya sesuai ketentuan Pasal 342 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa dalam terjadinya tubrukan kapal, Tersangkut Nakhoda KT. Robi dinilai tidak bersalah.

8. Tentang Hal-Hal Yang Meringankan dan Memberatkan.

Berdasarkan proses persidangan terhadap para Tersangkut, dan hal-hal pribadi yang disampaikan oleh para Tersangkut, maka dipandang perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

KK. BARITO EQUATOR. a. Hal yang meringankan.

Tidak ada.

b. Hal yang memberatkan.

Dalam 2 (dua) kali pemanggilan sidang Tersangkut Nakhoda tidak hadir. KT. ROBI/TK. NOVA III.

a. Hal yang meringankan.

1) Tersangkut Nakhoda kooperatif, berlaku sopan, dan tidak berbelit-belit dalam menghadiri persidangan;

2) Tersangkut Nakhoda belum pernah dihukum;

3) Tersangkut Nakhoda sudah berkeluarga dan mempunyai tanggungan.

b. Hal yang memberatkan. Tidak ada.

D. Putusan.

Atas dasar kenyataan-kenyataan tersebut di atas, berdasarkan Pasal 373 huruf (a) Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD), Pasal 253 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dan Pasal 18 huruf (b) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal dengan mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan, Mahkamah Pelayaran :

M E M U T U S K A N :

I. Menyatakan bahwa tubrukan antara KK. Barito Equator dengan TK. Nova III yang ditunda KT. Robi, pada tanggal 23 Juli 2015, pukul 19.30 WITA, di Perairan Ambang Luar Sungai Barito Banjarmasin, disebabkan karena KK. Barito Equator tidak melaksanakan Aturan 18 huruf a butir (ii) Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL) tahun 1972 dan kurang memberdayakan Petugas Pandu diatas kapal sebagai Penasehat (Advicer). II. Menyatakan bahwa Tersangkut Nakhoda KK. Barito Equator terlambat dalam olah gerak menghindari KT. Robi/TK. Nova III dan tidak berlayar dalam kecepatan aman pada lokasi perairan berlabuh jangkar dan ketika melihat TK. Nova III dengan jarak 1,5 mil, kecepatan kapal masih 10 knots haluan kapal tidak diubah hingga jarak 500 meter baru bertindak. III. Menyatakan bahwa Tersangkut Nakhoda KK. Barito Equator lalai dan gagal

dalam berkomunikasi dengan KT. Robi dimana KK. Barito Equator hanya menggunakan channel 12 (channel kerja) dalam berkomunikasi memanggil KT. Robi , sedangkan KT. Robi standby di channel 16 (channel umum), sehingga hal tersebut merupakan kontribusi faktor penyebab terjadinya tubrukan.

IV. Menyatakan bahwa Tersangkut Nakhoda KT. Robi telah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan kecakapan pelaut yang baik (good seamanship) dan dinilai telah memenuhi kewajibannya sesuai Pasal 342 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

V. Menghukum Tersangkut Nakhoda KK. Barito Equator, bernama Manaris Pardede, tanggal lahir 27 Januari 1961, memiliki Sertifikat Keahlian Pelaut ANT I, Nomor 6200064760N10201, Tahun 2001, dengan mencabut Sertifikat Keahlian Pelaut tersebut untuk bertugas sebagai Nakhoda di kapal-kapal niaga berbendera Indonesia selama jangka waktu 20 (dua puluh) bulan.

VI. Membebaskan Tersangkut Nakhoda KT. Robi, bernama Ardi, tanggal lahir 31 Desember 1988, memiliki Sertifikat Keahlian Pelaut ANT V, Nomor 620131258N50215, Tahun 2015.

VII. Putusan ini mulai berlaku sejak Berita Acara Pelaksanaan Putusan Mahkamah Pelayaran dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut diterima oleh Terhukum.

Demikian Putusan Mahkamah Pelayaran yang dibacakan oleh Majelis dalam sidang terbuka di Jakarta, pada hari Selasa, tanggal 31 Mei 2016, dengan dihadiri oleh para Anggota Majelis dan Sekretaris, serta tanpa dihadiri oleh Terhukum Nakhoda KK. Barito Equator dan Tersangkut Nakhoda KT. Robi.

Ketua : ... Capt. Surono, M. M.

Anggota : ... Dr. Capt. Djemmy R.S.,SH.,MH.,MM.MBA.,M. Mar

Anggota : ... Iswandi, ATT-I, M. Si.

Anggota : ... Ir. Budi Prasetyo

Anggota : ... Asril Pasaribu, S. H.

Dokumen terkait