• Tidak ada hasil yang ditemukan

Basis Ekonomi

Dalam dokumen IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS (Halaman 37-41)

SELISIH KEBUTUHAN TENAGA KERJA PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TIAP BULAN

6.3. Basis Ekonomi

Untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan indikasi sektor basis dan bukan basis dipergunakan metode LQ (Location Quetional). Konsep basis ekonomi teruatama dipengaruhi oleh pemilikan masa depan terhadap pembangunan daerah. Teori basis ekonomi beranggapan bahwa permintaan terhadap input hanya

dapat meningkat melalui permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non basis (lokal). Permintaan terhadap produksi sektor lokal hanya dapat meningkat bila pendapatan lokal meningkat. Tetapi peningkatan pendapatan ini hanya terjadi bila sektor basis (ekspor) meningkat. Oleh karena itu menurut teori basis ekonomi, ekspor daerah merupakan faktor penentu dalam pembangunan ekonomi.

Locational Quetional dihitung berdasarkan PDRB sektor di kecamatan dan

dibandingkan dengan PDRB sektor tersebut di tingkat kabupaten. Apabila nilai LQ > 1, maka dapat dikatakan sektor tersebut merupakan sektor basis di kecamatan tersebut.

Dari hasil perhitungan LQ dengan menggunakan data PDRB Kabupaten Kudus tahun 2008 di 9 sektor, dapat diketahui bahwa Kecamatan Undaan, Mejobo, Jekulo, Gebog dan Dawe merupakan wilayah basis pertanian. Dimana nilai LQ >1. Selengkapnya dapat dilihat di Lampiran. Gambar 34 memperlihatkan sektor-sektor basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Kudus secara ruang. Pada daerah pengamatan, sektor basis pertanian terdapat didaerah Utara (Kecamatan Gebog, Dawe), daerah tengah (Kecamatan Jekulo, Mejobo) serta daerah selatan (Kecamatan Undaan). Bila diamati kondisi topografi di Kabupaten Kudus, dapat dibagi menjadi 3 daerah utara dengan ketinggian diatas 150 m dpl, daerah tengah dengan ketinggian diatas 100 m dpl dan daerah selatan dibawah ketinggian 50 m dpl (Kudus Dalam Angka, 2009). Pusat pelayanan di Kecamatan Kota (daerah tengah) menarik wilayah-wilayah sekitarnya untuk menjadi wilayah-wilayah pusat-pusat pelayanan pula, sektor industri pengolahan lebih mudah berkembang di kecamatan sekitar Kecamatan Kota. Seperti Kecamatan Jati, Bae, serta Kecamatan Kaliwungu. Pengembangan kecamatan kota sebagai pusat pelayanan dan permukiman, akan mengambil wilayah di sekitar kecamatan kota. Dari Tabel 11 di lampiran 1 dapat diketahui bahwa kecamatan dengan sektor basis industri pengolahan adalah Kecamatan Kota, Kaliwungu, Jekulo, Bae dan Gebog. Hanya Kecamatan Gebog yang terletak di kudus bagian utara, sedangkan kecamatan lainnya terdapat di Kudus bagian tengah. Daerah basis pertanian berkembang karena kondisi topografi yang sesuai, dan secara ekonomi

berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Daerah pertanian yang berbatasan langsung dengan pusat industri dan pemukiman mempunyai beberapa konsekuensi. Konsekuensi pertama adalah meningkatnya nilai lahan menyebabkan alihfungsi lahan terus terjadi, sehingga dikhawatirkan lahan untuk pertanian terus menurun. Konsekuensi kedua adalah meningkatnya ekonomi di wilayah tersebut juga akan meningkatkan daya beli masyarakat serta meningkatkan harga komoditas pertanian, dan akan meningkatkan pendapatan sektor pertanian di wilayah tersebut. Pengembangan wilayah yang baik akan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi tersebut sehingga dapat meminimalkan pengaruh dari berkurangnya lahan pertanian dengan meningkatkan nilai tambah bagi sektor pertanian, sehingga secara umum dapat meningkatkan pendapatan wilayah.

Daerah utara, secara topografis, memang sesuai untuk daerah pertanian lahan kering, sehingga Kecamatan Dawe dan Gebog merupakan daerah basis tanaman lahan kering termasuk tanaman tebu. Sementara itu daerah tengah, (Kecamatan Kaliwungu, Mejobo dan Jekulo) merupakan daerah dengan irigasi setengah teknis, dan banyak diusahakan untuk tanaman padi pada saat ketersediaan air memenuhi, serta tanaman tebu. Sementara itu Kecamatan Undaan (daerah selatan) dengan kondisi topografi landai, dan berpengairan teknis, merupakan daerah pertanian dengan komoditas utama beras.

Kelima kecamatan tersebut merupakan basis sektor pertanian yang mampu mengekspor hasil sumberdaya pertanian ke kecamatan lainnya. Bila dilihat dari kelima kecamatan tersebut, yang terjadi adalah Kecamatan Jekulo, dengan pertanian sebagai sektor basis tetapi tenaga kerja pertanian di kecamatan ini dalam tahun 2008 secara akumulatif mengalami defisit. Dilihat dari sektor basis lainnya di Kecamatan Jekulo terlihat bahwa sektor penggalian, industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih juga merupakan sektor basis di kecamatan ini. Sektor industri pengolahan yang memberikan kepastian pendapatan, dengan jumlah jam kerja pertahun yang jelas, berhasil menarik tenaga kerja yang mempunyai pendidikan lebih baik, untuk masuk di sektor Industri Pengolahan. Sehingga meskipun lahan pertanian

relatif tersedia, tetapi tenaga kerja pertanian secara akumulatif mengalami kekurangan/defisit.

Gambar 42 Peta Locational Quotien dan Shift Share Analisys Kabupaten Kudus Tahun 2008.

Kecamatan Kota, karena lahan pertanian memang kecil dan di kecamatan ini pertanian merupakan sektor non basis maka wajar jika kekurangan tenaga kerja pertanian secara akumulatif selama setahun terjadi. Pilihan pekerjaan yang lebih banyak, serta minat masyarakat yang rendah di sektor ini menyebabkan tenaga kerja pertanian harus didatangkan dari kecamatan lain. Pemakaian traktor tangan, mesin perontok serta operatornya memang didatangkan dari kecamatan lainnya.

6.4. SSA (Shift Share Analysis)

SSA merupakan teknik untuk menganalisis perubahan dalam struktur ekonomi dalam dua titik waktu. SSA dapat melihat sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan tumbuh lebih cepat dari rata-rata wilayah. Dari hasil perhitungan data PDRB per sektor tahun 2004 dan tahun 2008, dapat diketahui bahwa sektor pertanian mengalami pertumbuhan secara aktual di Kecamatan Mejobo. Hal ini dapat dilihat

dari nilai differential shift nya yang positif. Nilai differential shift yaitu nilai yang menggambarkan perbedaan antara pertumbuhan sektor pertanian di Kecamatan Mejobo, dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten Kudus. Dari nilai LQ diketahui bahwa sektor basis pertanian berada di Kecamatan Jekulo, Mejobo, Dawe, Gebog dan Undaan, tetapi ternyata dalam rentang tahun antara 2004 dan 2008, yang menunjukkan keunggulan kompetitif hanya di Kecamatan Mejobo. Meskipun 4 kecamatan lain juga menunjukkan pertumbuhan yang positif dari PDRB sektor pertanian, namun nilai differential shiftnya negatif sehingga petumbuhan tidak disebabkan oleh kondisi internal di kecamatan tersebut tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan PDRB kabupaten sektor pertanian. Perhitungan SSA di masing-masing kecamatan dapat dilihat selengkapnya di tabel 12 lampiran 2.

Dalam dokumen IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS (Halaman 37-41)

Dokumen terkait