• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan

°

Batang Tubuh

°

Penut up Gbr. 4.1 Merokok dalam mobil

membahayakan.

1 . Dat alah pokok- pokok pikiran yang Anda dapat kan set elah membaca artikel Sangat Berba-haya Merokok di Mobil! 2 . Tam b ah k an p en d ap at An d a

dalam data-data tersebut, ke-mudian sampaikan secara lisan!

K o m p a s, 3 0 o k t 0 6

Bab 4 Kesehatan

Keseluruhan artikel dapat dipahami, jika pokok pikiran dan jalinan hubungan antara semua pokok-pokok pikiran itu telah dipahami. Oleh karena itu, bacalah artikel untuk mendapatkan pikiran-pikiran pokok tiap paragraf.

. 1 . 3

. 1 . 3

. 1 . 3

. 1 . 3

. 1 . 3 Me m bu a t Ma a la Din d in gMe m bu a t Ma a la Di n d i n gMe m bu a t Ma a la Di n d i n gMe m bu a t Ma a la Di n d i n gMe m bu a t Ma a la Di n d i n g

Sebagai pelajar, Anda tentu menjadi bagian dari kalangan intelektual. Kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut adalah kegiatan penulisan artikel yang dipublikasikan melalui majalah dinding atau mading. Latihan ini akan sangat berguna untuk mengasah ke-mampuan Anda dalam mempersiapkan diri masuk kalangan inte-lektual.

Mengingat pentingnya latihan menulis artikel ini, maka perlu adanya rencana untuk membuat majalah dinding. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan majalah dinding adalah sebagai berikut.

1 . Pilihlah satu artikel berisi opini dan satu artikel berisi fakta! 2 . Mengapa Anda m em ilih dua

artikel tersebut?

3 . Dat alah pokok-pokok pikiran yang Anda dapat kan set elah membaca artikel tersebut! 4 . Tulislah pendapat Anda

sehu-bungan dengan art ikel t erse-but, kemudian sampaikan secara lisan di depan kelas!

No Dasar Penjelasan

1. Jarak pandang Majalah dinding harus dapat dibaca jelas pada jarak + 2 m.

Tata Letak untuk majalah dinding jangan hanya memperhitungkan segi seni/ keindahan, tetapi utamakan kenyamanan dan kejelasan membaca.

Majalah dinding + berukuran 60 x 80 cm, atau disesuaikan tempat. Artikel harus bersifat netral atau tidak ada tujuan memihak siapapun.

Setiap majalah dinding yang dibuat harus fokus pada satu tema, misalnya lingkungan, sosial, seni, musik, dan lain-lain.

I si artikel dalam majalah dinding harus disesuaikan dengan calon pembaca.

Agar terbiasa dengan bahasa baku, usahakan setiap tulisan

menggunakan bahasa baku yang tetap menarik.

Opini, fakta, problematika masalah pelajar dan penyelesaiannya, TTS, pengetahuan baru secara teori atau keterampilan, karikatur, sastra, pojok (berisi humor, pesan, tulisan singkat), dan lain-lain.

2. Layout (tata letak)

3. Ukuran 4. I si artikel 5. Tema 6. Pembaca 7. Bahasa 8. I si mading 1 . Ben t u k l ah k el o m p o k k er j a Mading yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa!

2 . Tentukan tema Mading berda-sarkan kesepakatan kelompok! Usahakan tema kelompok Anda berbeda dengan kelompok lain. 3 . Setiap Anggota kelompok ditu-gaskan membuat artikel dengan tema yang telah disepakati! 4 . Susunlah artikel-artikel itu dalam

Mading dengan rapi, indah, dan menarik!

5 . Tambahkan jenis tulisan lain se-b ag ai p el en g k ap t am p i l an Mading!

6 . Tempelkan Mading di t empat strategis agar mudah menarik perhatian pembaca Mading! 7. Mintalah komentar kepada

Judul asli : One Child Judul terjemahan: Sheila: Luka Hati

Seorang Gadis Kecil

Penulis : Torey Hayden Penerjemah : Rahamani

Ast ut i Edit or : Rika I ffati

Farihah Cet akan/ t ahun: VI , Feb 2004 Penerbit : Qanita Tebal : 475 halaman

. 2

. 2

. 2

. 2

. 2 Me m ba ca da n Me n g a n a lis isMe m ba ca da n Me n g a n a lis isMe m ba ca da n Me n g a n a lis isMe m ba ca da n Me n g a n a lis isMe m ba ca da n Me n g a n a lis is

Ku ti a n ve l

Ku ti a n ve l

Ku ti a n ve l

Ku ti a n ve l

Ku ti a n ve l

Di toko-toko buku, tentu Anda banyak menjumpai buku-buku terjemahan, salah satunya jenis novel. Anda sudah pernah membaca novel terjemahan? Berikut ini kutipan salah satu novel terjemahan, baca dan analisislah!

. 2 . 1

. 2 . 1. 2 . 1

. 2 . 1. 2 . 1 Ku ti a n ve lKu ti a n ve lKu ti a n ve lKu ti a n ve lKu ti a n ve l

Bacalah kutipan novel terjemahan yang berjudul Sheila: Luka Hati Seorang Gadis Kecil karangan Torey Hayden berikut ini!

Di a Da t a n g

Di a Da t a n gDi a Da t a n g

Di a Da t a n g

Di a Da t a n g

Dia tiba pada tanggal delapan Januari. Antara waktu saya setuju untuk menerimanya dan pagi hari kedatangannya, saya tidak mendengar apa pun, tidak menerima satu berkas pun, dan tidak mengetahui latar belakangnya sedikit pun. Yang saya tahu hanyalah yang telah saya baca dalam artikel dua paragraf di bawah cerita komik halaman enam satu setengah bulan yang lalu. Namun, saya kira itu tidak jadi soal. Tidak ada yang dapat mempersiapkan saya untuk menerimanya.

Ed Somers membawa gadis kecil itu, memegang erat-erat pergelangan tangannya dan menyeretnya. Tuan Collins juga datang ke paviliun bersama Ed. “Dia akan menjadi gurumu yang baru,” jelas Ed. “Dan ini akan menjadi kelasmu yang baru.”

“Hai, namaku Torey,” saya berkata dengan suara seorang guru yang paling ramah sambil meraih tangannya. Namun, dia tidak menanggapi. Akhirnya saya mengambil alih pergelangan tangan mungil itu dari Ed. “I ni Sarah. Dia yang bertugas menyambut. Dia akan menunjukkan seluruh tempat ini padamu.”

Sarah mengulurkan tangan, tetapi Sheila tetap matanya bergerak cepat dari satu wajah ke wajah lainnya. “Ayo, Nak.” Sa-rah menangkap tangannya.

“Namanya Sheila,” kata saya. Namun, Sheila meradang atas sikap bersahabat ini dan menyentakkan tangannya hingga lepas, lalu menarik tubuhnya ke belakang. Dia berbalik untuk lari, tapi untungnya Tuan Collins berdiri di pintu dan Sheila berlari ke arahnya. Saya menangkap sebelah lengannya dan menyeretnya kembali ke dalam kelas.

“Kami pergi dulu,” kata Ed dengan tatapan penuh permintaan maaf. “Kutinggalkan map kumulatifnya untukmu di kantor.”

Kami selalu memulai setiap pagi dengan “diskusi”. Sekolah kami mengharuskan murid-murid mengucapkan sumpah di ha-dapan bendera dan menyanyikan lagu-lagu kepahlawanan sebelum memulai pelajaran. Saya rasa patriotisme bukanlah topik yang tepat bagi anak-anak yang bahkan tidak mampu mengkomun-ikasikan kebutuhan-kebutuhan dasar mereka; tetapi dewan sekolah menentang siapa pun yang tidak bersedia menunjukkan nasio-nalisme ini. Ada banyak masalah lain yang harus saya hadapi,

Bab 4 Kesehatan

yang menurut saya lebih penting daripada sumpah kesetiaan ini. Maka saya pun berkompromi dan menyelenggarakan diskusi. Anak-anak itu semuanya berasal dari keluarga yang begitu kacau dan terganggu sehingga kami membutuhkan sesuatu yang dapat menyatukan kami setiap pagi setelah berpisah. Dan saya meng-inginkan sesuatu yang dapat mendorong terjadinya komunikasi dan mengembangkan pemahaman verbal. Yang pertama-tama kami lakukan adalah upacara sumpah itu dan saya memanfaat-kannya dengan menyuruh salah seorang anak memimpin, yang berarti bahwa dia harus mempelajarinya. Bahkan proses ini sangat berguna karena kami harus mengucapkan kata-kata yang tersusun dengan baik dan mengandung makna. Sesudahnya, kami memulai diskusi dengan sebuah “topik”. Biasanya topik menggali perasaan, misalnya berbicara tentang hal-hal yang membuat orang bahagia; atau topik yang mendorong kami memecahkan masalah, misalnya apa yang akan kami lakukan jika kami melihat seseorang menyakiti dirinya sendiri. Pada awalnya, sayalah yang mengusulkan topik, tetapi setelah bulan pertama atau kedua anak-anak punya usulan sendiri dan saya tinggal memulainya.

Setelah topik, saya memberikan waktu kepada setiap anak untuk menceritakan apa yang terjadi padanya sejak pulang sekolah sehari sebelumnya atau pada hari Jumat. Kedua aspek diskusi pagi ini telah berkembang semakin seru, dan bahkan Susannah ikut serta dengan penuh kesadaran sesekali. Anak-anak semuanya senang bercerita dan saya kesulitan untuk menghentikan aktivitas tersebut. Sesudah itu, saya menjelaskan jadwal hari itu dan kami menutupnya dengan bernyanyi. Saya punya kumpulan lagu-lagu yang bisa kami nyanyikan sambil memperagakannya dengan ge-rakan, dan saya meminta salah satu anak melakukannya.

3 333

Jadi, pagi ini saya mengumpulkan anak-anak di sekeliling saya. “Anak-anak, ini Sheila, dan dia akan bergabung dengan kelas kita.”

“Kok bisa?” Peter bertanya dengan curiga.

“Kamu tidak pernah memberi tahu kalau kita akan kedatangan anak baru.”

“Ya, aku sudah memberi tahu, Peter. I ngat bagaimana kita latihan hari Jumat kemarin untuk menunjukkan kepada Sheila bahwa kita gembira dia bergabung dengan kita? I ngat apa yang kita lakukan?”

“Yah, aku enggak suka dia bersama kita,” sahutnya. “Aku lebih suka kita seperti dulu.” Dia meletakkan kedua tangan di atas telinganya untuk mengusir saya dari dunianya dan mulai bergoyang-goyang.

“Memang perlu waktu untuk membiasakan diri, kukira. Tapi kita bisa kok.” Saya menepuk bahu Sheila dan dia menjauhkan tubuhnya. “Kini, siapa yang punya topik?”

Setiap anak duduk di sekeliling saya di atas lantai. Tidak ada yang berbicara.

“Tidak ada yang punya topik? Nah, kalau begitu, aku yang

Novel I ndonesia adalah novel yang